Anda di halaman 1dari 8

I.

Bencana Alam

Bencana alam merupakan sebuah peristiwa yang tidak diharapkan kedatangannya


yang dapat menimbulkan berbagai kerugian dan bahkan korban jiwa. Didalam Undang
undang Nomor 24 Tahun 2007 bencana di definisikan sebagai peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengncam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik faktor alam dan atau faktor non alam maupun manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Wayan: 2015), bencana alam
dapat disebabkan karena adanya dua faktor yaitu fakor alami dan bencana alam buatan.

Bencana alam murni penyebab utamanya adalah alam itu sendiri. Contoh bencana
alam murni adalah gempa bumi, tsunami, badai atau letusan gunung berapi. Bencana-
bencana tersebut bukan disebabkan oleh ulah negatif manusia. Sedangkan bencana
alam buatan adalah bencana alam yang disebabkan karena adanya aktivitas manusia
yang merusak alam seperti penebangan hutan secara liar, penambangan liar,
pengambilan air tanah secara berlebihan dan lain-lain. Perbuatan perbuatan tersebut
lambat laun akan menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, atau erosi
tanah (Cinintya, 2010).

Secara garis besar jenis- jenis bencana alam berdasarkan penyebabnya dapat dibagi
menjadi 3 faktor yaitu bencana alam geologis yaitu bencana alam yang bersumber dari
bumi, bencana alam klimatologi yaitu bencana alam yang bersumber karena terjadinya
perubahan cuaca, dan bencana alam extraterestrial yaitu bencana alam yang terjadi karena
adanya faktor external seperti adanya benda- benda luar agkasa seperti meteor.

II. Jenis jenis Bencana alam


1. Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran atau pergerakan lapisan akibat tenaga dalam bumi,
yang dapat berupa gempa vulkanik, tektonik dan gempa runtuhan.

2. Letusan gunung api


Ketika akan meletus dan saat meletus gunung berapi menimbulkan gaya getaran
gempa. Material-material yang dikeluarkan saat gunung api meletus sangat berbahaya bagi
manusia atau makhluk hidup lainnya. Material tersebut antara lain lahar, awan panas, batu-
batuan, pasir, kerikil, maupun debu.

1
3. Gerakan tanah atau tanah longsor

Bencana alam tanah longsor dipicu oleh faktor klimatologis seperti hujan tetapi
gejala awalnya disebabkan dari kondisi geologis seperti karakteristik tanah, bebatuan, dan
tingkat kelandaian tanah.

4. Tsunami

Tsunami merupakan gejala susulan akibat gempa bumi yang berpusat di dasar laut.
Perlu diketahui bahwa tidak semua gempa menyebabkan tsunami. Tsunami juga dapat
terjadi akibat letusan gunung berapi yang ada di dasar laut. Selain itu runtuhan yang ada di
dasar laut juga mampu menimbulkan Tsunami.

5. Banjir bandang

Banjir bandang merupakan luapan air yang melebihi batas disertai dengan arus
yang kencang, bahkan terjangan arus banjir bandang ini mampu menghanyutkan benda-
benda yang dilaluinya.

6. Badai

Badai merupakan tiupan angin yang sangat kencang dan besar. Kekeringan
Kondisi iklim yang panas tanpa adanya hujan menyebabkan tanah dan tumbuhan menjadi
kering. Saat terjadi kekeringan, air sulit didapat. Banyak tanaman yang mati dan tanah
menjadi retak-retak karena kekurangan air. Sumber mata air seperti sumur dan sungai
menyusut atau mengering.

7. Kebakaran hutan

Kebakaran hutan ini terjadi bukan karena faktor kesengajaan manusia. Hutan dapat
terbakar karena gesekan ranting-ranting kering yang tertiup angin. Gesekan-gesekan yang
berulang-ulang tersebut akan menimbulkan percikan api. Dengan kondisi ranting maupun
daun yang kering tersebut maka akan mempermudah api menjalar ke seluruh area hutan.

8. Bencana alam extraterestrial

Hantaman meteor atau benda dari angkasa luar yang menabrak bumi. Hal ini terjadi
pada tahun 1908 di Rusia. Meteor atau bintang beralih jatuh ke bumi dan mengakibatkan
lubang yang sangat besar menyerupai sebuah kawah.

2
III. Dampak terjadinya bencana alam

Bencana alam, merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan


dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam seperti faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerugian harta benda, dampak psikologis dan dampak lainnya di lingkungan seperti
dibidang pertanian pariwisata dan sebagainya. Berikut ini akan dibahas beberapa dampak
yang diakibatkan dari bencana alam.

1. Dampak bencana alam pada sektor kesehatan

Bencana menimbulkan berbagai potensi permasalahan kesehatan bagi masyarakat


terdampak. Dampak ini akan dirasakan lebih parah oleh kelompok penduduk rentan.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 55 (2) UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, kelompok rentan meliputi: 1). Bayi, balita dan anak-anak; 2).
Ibu yang sedang mengandung atau menyusui; 3). Penyandang cacat; dan 4) Orang lanjut
usia. Selain keempat kelompok penduduk tersebut, dalam Peraturan Kepala BNPB Nomor
7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemenuhan Kebutuhan Dasar ditambahkan
orang sakit sebagai bagian dari kelompok rentan dalam kondisi bencana. Sehingga upaya
kesehatan perlu di prioritaskan kepada kelompok tersebut.

Bagi para korban yang tinggal di pengungsian, biasanya akan lebih mudah
terjadinya peningkatan resiko penyakit menular. Timbulnya masalah kesehatan ini antara
lain berawal dari kurangnya air bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri,
buruknya sanitasi lingkungan yang merupakan awal dari perkembangbiakan beberapa jenis
penyakit menular.

Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga merupakan awal dari proses
terjadinya penurunan derajat kesehatan yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi
secara langsung tingkat pemenuhan kebutuhan gizi korban bencana. Pengungsian tempat
tinggal (shelter) yang ada sering tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga secara
langsung maupun tidak langsung dapat menurunkan daya tahan tubuh dan bila tidak segera
ditanggulangi akan menimbulkan masalah di bidang kesehatan. Sementara itu, pemberian
pelayanan kesehatan pada kondisi bencana sering menemui banyak kendala akibat
rusaknya fasilitas kesehatan, tidak memadainya jumlah dan jenis obat serta alat kesehatan,

3
terbatasnya tenaga kesehatan dan dana operasional. Kondisi ini tentunya dapat
menimbulkan dampak lebih buruk bila tidak segera ditangani (Pusat Penanggulangan
Masalah Kesehatan Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2001).

2. Dampak bencana alam pada sektor ekonomi

Bencana alam dapat menimbulkan pengaruh terhadap perekonomian suatu dareah.


(Zapata dalam listya, 2011) memaparkan bahwa European Commission for Latin America
and Caribbean (ECLAC) mengusulkan sebuah metodologi yang dirancang untuk
melakukan penilaian dampak bencana bagi ekonomi yang dibedakan dalam tiga kelompok:
a. Direct damages (kerusakan langsung), meliputi semua kerusakan pada aset tetap,
modal dan persediaan barang jadi dan setengah jadi, bahan baku dan suku cadang
yang terjadi secara bersamaan sebagai konsekuensi langsung. Pada tahap ini akan
menyangkut pengeluaran untuk bantuan darurat.
b. Indirect damages (kerusakan tidak langsung), dampaknya lebih pada arus barang
yang tidak akan diproduksi dan jasa yang tidak akan diberikan setelah bencana.
Kerusakan tidak langsung ini dapat meningkatkan pengeluaran operasional karena
rusaknya infrastruktur. Biaya yang bertambah terletak pada penyediaan layanan
alternatif (alternatif cara produksi, distribusi dan penyediaan barang dan jasa).
c. Secondary effect (dampak sekunder), meliputi dampak pada kinerja ekonomi secara
keseluruhan yang diukur melalui variabel ekonomi makro yang paling signifikan.
Variabel yang relevan dapat Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencakup
keseluruhan dan sektoral, neraca perdagangan dan neraca pembayaran, tingkat
utang dan cadangan moneter, keadaan keuangan publik dan investasi modal bruto.
Pada sisi keuangan publik seperti penurunan pendapatan pajak atau peningkatan
pengeluaran dapat menjadi sangat penting. Dampak sekunder ini akan sangat
dirasakan pada tahun fiskal dimana bencana terjadi, namun memungkinkan juga
berdampak pada tahun fiskal selanjutnya.

Bencana alam yang terjadi dapat mengakibatkan mortalitas, morbiditas dan


kehilangan infrastruktur seperti rumah, jalan, telekomunikasi, jaringan listrik dan
infrastruktur lainnya. hal ini akan berakibat terhadap perekonomian dareah tersebut ( Kaur,
2014). Disamping itu Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek
bencana aam memberikan pengaruh negativ pada pertumbuhan ekonomi. Namun survey
secara akademik menunjukkan bahwa dampak dari bencana alam juga dapat memberikan

4
dampak positif bagi dareah. Bencana alam dapat menjadi katalisator untuk re-investasi dan
peningkatan barang modal. Selanjutnya, bencana juga menjadi katalis untuk adopsi
teknologi baru yang mungkin bermanfaat dalam menghasilkan pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang (Caballero dan Hammour dan Hallegatte dalam listya, 2011).

Meskipun hubungan langsung antara bencana alam dan perekonomian belum jelas
sedah seharusnya bencana alam yang terjadi seharusnya diikuti oleh kebijakan pemerintah
baik untuk jangkan panjang maupunjangka pendek agar dapat terjadinya pertumbuhan
ekonomi yang signifikan.

3. Dampak bencana alam pada sektor psikologis

Dampak psikologis adalah pengaruh positif maupun negatif yang muncul sebagai
hasil dari adanya stimulis dan respon yang bekerja pada diri seseorang, dimana pengaruh
tersebut nampak dalam perilaku individu.

Berangkat dari berbagai masalah seperti itu menyebabkan timbulnya bekas dalam
jiwa. Karena bekas itu seperti luka jadinya, maka sakit yang ditimbulkannya juga banyak
menyangkut kejiwaan. Apalagi bila kejadian ini juga dialami langsung, pengalaman itu
bisa menjadi traumatis. Sulit mencari perbandingan pengalaman traumatis ini dengan
pengalaman lain. Sebab kata traumatis itu sendiri sudah mengandung arti yang
menyangatkan, walaupun kondisi sebenarnya mungkin tidak sangat berarti, tetapi bagi
yang merasakan memiliki arti yang sangat mendalam. Pengalaman traumatis bisa
menyebabkan berbagai dampak yang ringan, misalnya adalah menjadi peragu dalam
berbuat sesuatu. Akibat lebih lanjut adalah terhambatnya peluang untuk mengembangkan
diri.
Misalnya pada penelitian yang dilakukan oleh Chatarina (2011) terhadap korban
gunung merapi yaitu Permasalahan nyata yang dialami korban bencana antara lain kondisi
dalam penampungan atau pengungsian, terceraiberainya tatanan keluarga baik selama
proses pelarian maupun pengungsian, melemahnya semangat kemasyarakatan karena
padatnya kampung-kampung pengungsian, deprivasi dan keterbatasan akses karena
pengungsi datang tanpa bekal yang memadai, sementara sumber fasilitas pelayanan
setempat terbatas. Jika pengungsi tinggal relatif lama berpotensi untuk bersaing dalam
mendapatkan akses dengan masyarakat setempat sehingga memicu terjadinya konflik.
Adanya trauma sosial psikologis karena ketidakberdayaan secara fisik, ekonomi maupun

5
sosial yang dialami sendiri maupun orang-orang terdekat selama di pengungsian.
Penanganan dampak sosial psikologis korban bencana erupsi Merapi akan dilihat dari
aspek pemenuhan kebutuhan fisik, psikis dan sosial.

4. Dampak bencana alam pada sektor pariwisata

Pariwisata secara nyata berpengaruh positif terhadap perekonomian pada sebuah


negara atau destinasi seperti Menurut IUOTO (International Union of Official Travel
Organization) yang dikutip charlly (2015), pariwisata mestinya dikembangkan oleh setiap
negara karena beberapa alasan utama seperti berikut ini: (1)Pariwisata sebagai faktor
pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional maupun international. (2)Pemicu
kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa
pelayanan lainnya. (3)Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar
bernilai ekonomi. (4) Pemerataan kesejahtraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi
wisatawan pada sebuah destinnasi. (5)Penghasil devisa. (6)Pemicu perdagangan
international. (7)Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi
pariwisata maupun lembaga yang khusus yang membentuk jiwa hospitality yang handal
dan santun, dan (8)Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka-ragam produk terus
berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi.
Namun tidak jarang terjadinya bencana alam dapat memberikan dampak negativ
terhadap perkembangan sektor pariwisata. Hal ini disebabkan karena menurunnya tingkat
kunjungan wisatawan baik domestik maupun lokal. Penurunan tingkat pengunjung
menyebabkan menurunnya tingkat perekonomian khususnya bagi masyarakat yang
mejadikan daerah pariwisata tersebut sebagai sarana mata pencahariannya. Secara makro,
hal ini menyebabkan turunnya pendapatan negara dari wisatawan asing. Dampak pada situs
pariwisata akibat bencana yaitu kerusakan atau musnahnya bangunan monumental yang
sangat berharga sebagai sumber dan bukti sejarah. Orang-orang yang menjadi korban
banyak kehilangan harta benda bahkan nyawa. Hal ini menjadi trauma tersendiri bagi
korban ataupun wisatawan. Mereka cenderung mengesampingkan kebutuhan untuk
pariwisata. Namun untuk meningkatkan kembali citra daerah pariwisata ada beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh pemerintah misalnya seperti merehabilitasi dareah wisata dan
melakukan promosi terhadap daerah tersebut di berbagai media.

6
5. Dampak bencana alam dari sektor pertanian

Pertanian merupakan hal yang paling riskan terkena dampak dari bencana alam.
Pertanian yang didalamnya temasuk termasuk tanaman, peternakan, perikanan dan
kehutanan memberikan dampak sebesar 22 persen terhadap perekonomian di negara
berkembang (FAO, 2015 ).

Bencana alam tidak hanya merusak hasil panen namun juga Infrastruktur usahatani,
seperti jaringan irigasi, bangunan irigasi, jaringan saluran tingkat usahatani, jalan
usahatani, pematang, terasering (lahan kering) serta bangunan petakan lahan usahatani pun
tak luput dari kerusakan, kandang, pakan, dan infrastruktur lainnya . Disamping itu juga
berbagai peralatan, seperti hand tractor, pompa air, traktor besar, alat pengolah nilam,
karet, minyak kelapa, dan pengolah dendeng ikut rusak. Akibatnya bencana dapat
menghambat sektor ekonomi untuk negara yang menjadikan pertanian sebgai mata
pencaharianya besar.

Gambar 1 Persentase Kerusakan Dibidang Pertanian Yang Disebabkan oleh Berbagai aspek.

Data data tersebut diperoleh berdasarkan kerugian di bidang pertanian di 48


negara berkembang yang ada di afrika, asia dan amerika latin. Gambar diatas menunjukkan
persentase besarnya kerugian pertanian yang pada masing masing sub sektor.

7
DAFTAR PUSTAKA

Costa, OC Charlly D, 2015, Pariwisata dan Touristic Destination Sebagai Perwujudan


Diri Manusia Flores Menuju Pemberdayaan Sumber Daya Parawisata, diakses
tanggal 20 januari 2017, (online, http://remorli.blogspot.co.id/2015/01/pariwisata-
dan-touristic-destination.html)

Dewi, Cinintya , 2010, Panduan Kegiatan Rekreasional Bersama Anak (Usia 6-12 Tahun)
di Daerah Pasca Bencana, Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, jakarta.

Endang, Listya, 2011, Dampak Ekonomi Makro Bencana: Interaksi Bencana dan
Pembangunan Ekonomi Nasional, Seminar Nasional Informatika, 1979-2328

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), 2015, The Impact of
Natural Hazard and Disasters on Agriculture and Food Security and Nutrition,
Word Conference on Disaster Risk Reduction, Sendai.

Kaur, Nderjit dkk , 2014, The Oxford Handbook of The Economics of The
Pacific Rim, oxford university press, OUP USA.

Rusmiyati, Chatarina, 2012, Penanganan Dampak Sosial Psikologis Korban Bencana


Merapi, Jurnal Psikologi, Vol. 17, No. 02 , 97- 110.

Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan,


2001, Pedoman Penanggulanga Masalah kesehatan akibat Kedaruratan kompleks,
(online) diakses tanggal 20 Januari 2017, (online, www.depkes.go.id)

Anda mungkin juga menyukai