Anda di halaman 1dari 106

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa


1.1.1 Gambaran Secara Geografis
Desa Tanjung Pasir adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai,
mempunyai luas wilayah 564,25 hektar dan merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian satu meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C.
Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar, daratan seluas 108.185
hektar dan empang seluas 377.065 hektar. Pada daratan terdiri dari dua hektar
pemakaman umum. Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada
gambar 1.1 adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Laut Jawa atau DKI
Jakarta.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang atau Kecamatan
Neglasari.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sepatan atau Pakuhaji.

Gambar 1.1 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir Tahun 2012


Jarak Desa Tanjung Pasir 29 km dari kota Tangerang atau 25 km dari pintu
keluar M-1 (west gate) Bandara Soekarno Hatta melalui jalan Marsekal Surya Darma
(Jalan Selapanjang). Transportasi untuk mencapai wilayah Desa Tanjung Pasir
sebagian besar dapat ditempuh dengan angkutan umum baik sepeda motor maupun

1
mobil. Namun demikian, sebagian kecil wilayah hanya dapat ditempuh dengan
berjalan kaki. Perbaikan sistem transportasi seperti perbaikan jalan dan penyediaan
sarana angkutan umum akan mempermudah akses masyarakat ke tempat pelayanan
kesehatan. Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam
melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah secara berjenjang
sebagai berikut:
a. Dengan kantor kecamatan berjarak : 12 km
b. Dengan ibukota kabupaten berjarak : 54 km
c. Dengan ibukota provinsi berjarak : 72 km

Suasana sebelum memasuki Desa Tanjung Pasir melewati daerah Kampung


Melayu Teluk Naga, sekitar 200 meter mengambil arah kanan. Setelah itu akan
melewati Desa Tegal Angus sebelum sampai ke Desa Tanjung Pasir. Kondisi fisik
jalan menuju Desa Tanjung pasir dari arah Bandara Soekarno Hatta maupun ke arah
Tanjung Burung sudah menggunakan aspal.
Mayoritas masyarakat Tanjung Pasir bersuku bangsa Betawi dan beragama
Islam. Mata pencaharian utama penduduk desa Tanjung Pasir adalah nelayan dan
sebagian wiraswasta. Kepadatan jumlah penduduk desa Tanjung Pasir 1,625
penduduk/km2, yang rata-rata penduduk tinggal di daerah pesisir pantai. Jumlah
penduduk miskin masih cukup besar menunjukan kondisi ekonomi di wilayah desa
Tanjung Pasir masih rendah. Masih banyaknya penduduk miskin di desa Tanjung
Pasir dapat menjadi hambatan dalam pembangunan di bidang kesehatan. Tingkat
pendidikan masyarakat desa Tanjung Pasir juga masih sangat rendah sehingga
kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat masih kurang.
Desa Tanjung Pasir ini terdapat pelayanan kesehatan seperti Posyandu,
Poskesdes, beberapa bidan dan Puskesmas yang terletak di Desa Tegal Angus.
Posyandu di Tanjung Pasir berjumlah sembilan dengan jadwal kegiatan sebulan
sekali. Satu buah Poskesdes terletak di dalam area TNI Angkatan Laut dengan jadwal
kegiatan dua kali dalam seminggu. Masyarakat Tanjung Pasir juga memiliki
pelayanan kesehatan berupa Puskesmas di wilayah Tegal Angus yang berjarak sekitar
7 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Di
Puskesmas terdapat 2 dokter umum, 1 dokter gigi dan 17 bidan desa.

2
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu Puskesmas yang terletak di wilayah
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, mempunyai luas
wilayah 4.763.198 ha (47,631 km2). Terdiri dari luas daratan 2.170.120 ha dan sawah
2.593.078 ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2 - 3 meter dengan curah hujan
rata-rata 24 mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km.
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan Teluk
Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu desa Pangkalan, Tanjung
Burung, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.

Gambar 1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

Puskesmas Tegal Angus terdapat di :


Desa Tegal Angus.
Jl. Raya Tanjung Pasir.
Kode Pos 15510.
Status kepemilikan tanah : Tanah Pemkab.
Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.
Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Kosambi.
Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kampung
Melayu.
Batas wilayah sebelah Barat dengan Desa Pakuhaji.
Pra sarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga
dihubungkan oleh:
A. Jalan

3
Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga sepanjang
108 km, dengan klasifikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan status
Jalan Propinsi : 9,5 km.
Jalan Kabupaten : 5 km.
Jalan Desa : 93,5 km.
2. Berdasarkan kondisi fisik
Jalan hotmik : 17,5 km.
Jalan aspal : 67 km.
Jalan tanah : 14,5 km.
B. Jembatan
1. Jembatan besi : 1 km.
2. Jembatan beton : 7 km.
C. Sungai atau kali
Sungai atau kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk Naga
adalah sungai Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12 km.
1. Irigasi atau Pengairan
Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha.
2. Bendungan air atau Dam
Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) yang menjadi salah satu sumber air bersih yang
dimanfaatkan masyarakat.

1.1.2 Gambaran Secara Demografi


1.1.2.1 Jumlah Penduduk
Kepadatan penduduk rata-rata 1.625 jiwa/km2. Dengan jumlah rumah tangga
1.485 dan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah 3,7 jiwa. Berdasarkan data
dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang
tercantum di tabel 1.1 di bawah ini :
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga
Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tanjung Pasir Tahun 2012
KepadatanPenduduk
Rata-Rata Jiwa/ Rumah

Jumlah
RT

RW

KK
(Jiwa)Penduduk

Penduduk Miskin

Rumah

Luas
(km2)
(Jiwa)

No Desa/Kel Wilayah
(km2)

4
1 Lemo 3,61 6,682 734 32 15 1,408 1408 10.31 1850.97
2 Muara 5,14 3,566 490 22 6 793 793 7.19 693.77
3 Pangkalan 7,54 16,888 1,495 35 11 3,229 3229 4.08 2239.79
4 Tanjung 5,24 7,699 740 16 8 1,484 1572 3.10 1463.55
Burung
5 Tanjung 5,64 9,513 1,348 31 18 1,936 2319 5.32 1686.70
Pasir
6 Tegal 2,83 9,513 1,081 23 7 1,895 1895 3.30 3361.48
Angus
Jumlah 30,02 53,831 5,889 139 45 10,745 10,745 4.33 1794
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskemas
Tegal Angus

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
NO. KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
UMUR
(TAHUN)
1 2 3 4 5
1 0-4 2,702 2,505 5,207
2 5-9 2,657 2,511 5,168
3 10-14 2,896 2,563 5,459
4 15-19 2,980 2,895 5,875
5 20-24 2,910 2,960 5,870
6 25-29 2,877 2,790 5,667
7 30-34 2,336 2,153 4,489
8 35-39 1,994 1,888 3,882
9 40-44 1,704 1,613 3,317
10 45-49 1,401 1,262 2,663
11 50-54 1,135 925 2,060
12 55-59 741 656 1,397
13 60-64 546 533 1,079
14 65-69 337 318 655
15 70-74 252 281 533
16 75+ 203 307 510

JUMLAH 27,671 26,160 53,831


Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2012

5
1.1.2.2 Lapangan Pekerjaan Penduduk
Mata pencaharian penduduk Desa Tanjung Pasir didominasi oleh nelayan,
petani, pedagang dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Mayoritas penduduk
berprofesi sebagai nelayan dikarenakan bertempat tinggal di wilayah pesisir pantai.
Ada beberapa keluarga yang memiliki perahu milik sendiri namun kebanyakan
mereka tidak memiliki perahu sendiri. Bagi keluarga yang tidak mempunyai perahu
sendiri, mereka dapat bekerja dengan pemilik perahu yang dimiliki oleh warga yang
umumnya berasal dari Jakarta. Para nelayan biasanya berangkat untuk bekerja
dimulai sejak subuh dan baru kembali lagi pada sore harinya bahkan ada pula yang
melaut hingga seminggu kemudian (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2011). Beberapa
mata pencaharian pokok pada penduduk Desa Tanjung Pasir diuraikan pada tabel
dibawah ini :

Tabel 1.3 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian pokok


(Profil Puskesmas Tegal Angus, 2011)

Mata Pencaharian Jumlah Penduduk


Nelayan 2.331 orang
Buruh/swasta 65 orang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15 orang
Pedagang 1.213 orang
Penjahit 24 orang
Tukang Batu 62 orang
Tukang kayu 42 orang
Peternak 6 orang
Pengrajin 5 orang
Montir 25 orang
Dokter/Bidan 6 orang
Supir 30 orang
Pengemudi Becak 43 orang
TNI / POLRI 6 orang
Pengusaha 8 orang
Petani 176 Orang

Sarana perekonomian dan perdagangan di Desa Tanjung Pasir antara lain:

Tabel 1.4 Sarana Perekenomian dan Perdagangan di Desa Tanjung Pasir


(sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus, 2013)

6
Sarana Jumlah (unit)
Koperasi 1
Pasar 2
Warung/kedai 100
Kios Kelontong 5
Bengkel 8
Toko 20
Percetakan/sablon 1
Material/ toko bangunan 5
Swalayan 8
Super Mall -
Pegadaian 3
Bank BRI 1
Bank Swasta 2
Pos Giro 1

Berdasarkan topografi, Desa Tanjung Pasir adalah kawasan pantai yang landai
sehingga di Desa Tanjung Pasir terdapat tambak yang luasnya mencapai 570 hektar.
Walaupun demikian, pada awalnya lahan di Tanjung Pasir tidak cocok untuk kegiatan
budidaya karena kurang baiknya sistem irigasi yang ada. Baru setelah adanya
perbaikan irigasi oleh pemerintah, kegiatan budidaya dapat berkembang lebih baik.
Sedangkan berdasarkan kepemilikan tambak, dari total luas tambak yang ada di Desa
Tanjung Pasir hanya sekitar 20% saja yang dimiliki oleh penduduk desa setempat,
selebihnya merupakan milik warga Jakarta dan sekitarnya. Komoditas budidaya
tambak utama yang ada di Desa Tanjung Pasir adalah ikan bandeng, mujair dan
kakap.
Desa Tanjung pasir juga merupakan daerah pariwisata yang biasanya di akhir
minggu atau hari libur banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Tempat pariwisata
yang terdapat di desa Tanjung Pasir adalah taman buaya, resort, serta wisata pantai
Tanjung Pasir. Tempat yang paling banyak dikunjungi biasanya adalah kawasan
pantai. Namun keadaan pantai di Tanjung Pasir tidak terawat dengan baik. Banyak
sampah yang tidak terurus dan air pantai yang terlihat bewarna kecoklatan. Hal ini
mungkin dapat juga disebabkan karena masih banyaknya warga setempat yang
membuang sampah rumah tangganya ke pantai. Selain memancing dan bermain di
pantai, Desa Tanjung Pasir juga merupakan salah satu tempat yang bisa dimanfaatkan
untuk para wisatawan menyeberang ke kawasan Pulau Seribu.

7
1.1.2.3 Tingkat Pendidikan
Aspek pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi
kualitas kehidupan penduduk di wilayah Kecamatan Teluk Naga. Dari jumlah 53.831
penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan seperti terlihat pada
diagram dibawah ini:
Diagram 1. Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

1.1.2.4 Sarana dan Prasarana


1. Gedung Puskesmas yang terdiri dari :
Ruang Kepala Puskesmas : 1 Ruang
Ruang TU : 1 Ruang
Ruang Dokter : 1 Ruang
Ruang Aula : 1 Ruang
Ruang Imunisasi : 1 Ruang
Ruang Loket : 1 Ruang
Ruang Apotik : 1 Ruang
Ruang BP umum : 1 Ruang
Ruang BP Anak : 1 Ruang
Ruang BP Gigi : 1 Ruang
Ruang KIA dan KB : 1 Ruang
Ruang Gizi : 1 Ruang
Ruang Gudang Obat : 1 Ruang
Ruang TB : 1 Ruang
Ruang Lansia : 1 Ruang

8
Ruang Kesling : 1 Ruang
Ruang Perpustakaan : 1 Ruang
Ruang Mushola : 1 Ruang
Ruang Bidan : 1 Ruang
Dapur : 1 Ruang
Ruang Gudang Perkakas : 1 Ruang
WC : 5 Ruang
2. Bidan di Desa : 6 Orang
3. Posyandu 45 buah, terdiri dari :
Tegal Angus : 7 Posyandu
Pangkalan : 10 Posyandu
Tanjung Burung : 7 Posyandu
Tanjung Pasir : 9 Posyandu
Lemo : 6 Posyandu
Muara : 6 Posyandu
4. Pembinaan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat)
Jumlah Posyandu : 45 buah
Jumlah Kader Posyandu dibina : 225 orang
Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang
Jumlah TOMA (Tokoh Masyarakat) dibina : 60 orang

5. Sarana Sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus.

Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus


JUMLAH SEKOLAH
No NAMA DESA
PAUD TK RA SD MI SMP MTS SMA SMK MA
1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0
Tanjung
2 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0
Burung
3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0
4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0
5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
PUSKESMAS 1 3 0 12 4 2 2 1 0 0

6. Sarana pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus

Tabel 1.6 Sarana Pelayanan Kesehatan Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah
1 Apotik 0
2 Balai Pengobatan Swasta 2
3 Gudang Farmasi 0

9
4 Laboratorium Klinik Swasta 0
5 Optikal 0
6 Pos UKK 0
7 Polindes 0
8 Posbindu 1
9 Poskesdes 1
10 Posyandu 45
11 Praktek Bidan Swasta 8
12 Praktek dokter (perorangan)
Dokter umum 5
Dokter gigi 0
Dokter spesialis 0
13 Puskesmas 1
14 Puskesmas pembantu (pustu) 1
15 Rumah Sakit Bersalin 0
16 Rumah Sakit Pemerintah 0
17 Rumah Sakit Swasta 0
18 Toko obat 2

1.1.2.5 Kesehatan Dasar


A. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir untuk menurunkan angka kematian ibu
dengan instansi terkait, dalam hal ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan
masyarakat, antara lain :
a. Kunjungan Ibu Hamil K1.
Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar yang
pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 di Puskesmas Tegal Angus tahun
2012 adalah 96,4% dengan cakupan pemberian Fe1 sebesar 96,4%.
b. Kunjungan Ibu Hamil K4.
Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar
paling sedikit empat kali selama masa kehamilan, minimal satu kali pada triwulan
pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada triwulan ketiga kehamilan
dan mendapat 90 tablet Fe. Cakupan kunjungan K4 di Puskesmas Tegal Angus tahun
2012 adalah 90% dengan cakupan pemberian Fe3 90%.
c. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan.
Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan. Persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas
Tegal Angus tahun 2012 adalah 90,5%.

10
d. Penanganan Bumil (ibu hamil) dan Neonatal Risiko Tinggi
(risti).
Deteksi dini kelompok bumil dan neonatal risti. Jika ditemukan lebih awal
dapat dilakukan intervensi untuk menangani risiko tersebut. Penemuan bumil risti dan
neonatal risti di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012 yaitu 173 bumil risti dari
215 sasaran bumil resti (80,5%) dan 113 neonatal risti dari 165 sasaran neonatal risti
(68,4%).
e. Pelayanan Neonatal.
Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali umur 0-7
hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus,
petugas kesehatan selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan
konseling perawatan bayi kepada ibu.
2. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pemeriksaan
kesehatan anak sekolah.
Puskesmas Tegal Angus melakukan deteksi tumbuh kembang balita dan
pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI. Upaya yang dilakukan antara lain penyuluhan
di posyandu dan pembentukan kelas ibu balita.
3. Keluarga berencana.
a. Peserta KB Baru.
Puskesmas Tegal Angus melakukan edukasi melalui
penyuluhan terus menerus.
b. Peserta KB Aktif.
4. Imunisasi
a. Desa UCI
Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa.
Upaya yang dilakukan sweeping imunisasi.
b. Drop Out imunisasi Campak-Polio.
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita,
sweeping imunisasi campak dan meningkatkan cakupan
imunisasi di posyandu.

5. Gizi
a. Penanganan balita BGM dan gizi buruk
Penanganan balita gizi buruk dengan diberikan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan) pemulihan di klinik gizi dan MP-ASI untuk perawatan di rumah dan
kegiatan kunjungan rumah untuk pemantauan pemberian PMT serta rujukan untuk
balita gizi buruk.

11
12
PEMANTAUAN PENGHASILAN 4 KELUARGA BINAAN DS.TANJUNG PASIR

PROPINSI : BANTEN BULAN : AGUSTUS


KABUPATEN : TANGERANG
PUSKESMAS/KECAMATAN : TEGAL ANGUS/TELUK NAGA

NO. NAMA UMUR JUMLAH PENDIDIKAN PEKERJAAN PENGHASILAN


ANAK PER BULAN

1. Tn. Matsirat/Ny. Muniroh 60th/59th 4 SD/SD Nelayan/Ibu Rp. 3.000.000


rumah tangga 4.000.000

2. Tn. Mamat/Ny. Indah 32th/28th 2 SD/SD Nelayan/Ibu Rp. 600.000


rumah tangga 1.500.000

3. Tn. Maan/Ny. Sari 60th/60th 4 SD/SD Nelayan/Ibu Rp. 2.000.000


rumah tangga 2.500.000

4. Tn. Asbun/Ny. Mariani 55th/40th 2 SD/SD Nelayan/Ibu Rp. 1.000.000


rumah tangga 2.000.000

13
b. ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif
ASI merupakan makanan penting untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif
adalah pemberian makanan hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Zat gizi yang
terkandung dalam ASI cukup memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi sampai
berumur 6 bulan. Keuntungan dari ASI adalah ASI mengandung zat kekebalan
tubuh, mengandung protein yang mudah diserap oleh tubuh bayi, mudah dan
murah diberikan untuk bayi serta membangun ikatan kasih sayang antara ibu dan
anak. Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di Puskesmas tegal angus pada
tahun 2012 ini adalah 719 bayi dari 976 bayi (73,7%), meningkat dari tahun lalu
yang hanya sebesar 44, 53%.
c. Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
Program penanggulangan kekurangan vitamin telah dimulai sejak lama
namun sampai saat ini masalah KV masih menjadi salah satu masalah gizi utama
di Indonesia. KVA tingkat berat (Xeroptalmia) yang dapat menyebabkan kebutaan
sudah jarang ditemui, tetapi KVA tingkat sub - klinis yaitu KVA yang belum
menampakkan gejala nyata masih diderita oleh sekitar 50% di Indonesia.

B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan


1. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia
lanjut, dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan
kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya meningkatkan
status kesehatan usia lanjut telah dilaksanakan program pelayanan kesehatan usia
lanjut.

C. Perilaku Masyarakat
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas dilakukan
melalui program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
masyarakat dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut, hal ini
dapat disajikan dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah
Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012 dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (90,5%)
2. Rumah yang bebas jentik (72,8%)

14
3. Penimbangan bayi dan balita (100%)
4. Memberikan ASI ekslusif (73,6%)
5. Menggunakan air bersih (99,3%)
6. Menggunakan jamban sehat (15,7%)
7. Olahraga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari (10,1%)
8. Mengkonsumsi makanan seimbang (23,5%)
9. Tidak merokok dalam rumah (23,5%)
10. Penduduk miskin yang dicakup JPKM (96,8%)

D. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting di bidang
kesehatan, upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik.
Berikut ini merupakan upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan bagi
kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Tegal Angus :
Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul atau beristirahat bagi semua anggota
keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi
kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara
anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Rumah sehat adalah rumah tinggal
yang memenuhi syarat kesehatan, hasil pemantauan selama tahun 2012
menunjukkan dari 12.421 rumah yang diperiksa sebanyak 11,2% yang memenuhi
syarat kesehatan.
Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal
Angus sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :

15
PENDUDUK

KK
PUSKESMAS

AKSES JAMBAN

JML KK JML KK JML AKSES % KK % KK % AKSES


DIPERIKSA SEHAT PEMAKAI MEMILIKI DIPERIKSA SEHAT JAMBAN
MEMILIKI8
JAMBAN
(JIWA)
TEGAL TANJUNG 7675 2685989sw989 Sdsdcs28 Asasaa24 808888055 3333336,83 222222,83 %83.3385,71 104
BURUNG
ANGUS
PANGKAL 16755 5362161111655 3333333 3333330 2222221448 30,8730,87 111111,99 9099990,91
12111128,0

TEGAL 9355 2900111111152 2222222 1111118 1111111600 3333339,72 111111,91 8888881,82


12411124,

TANJUNG 9595
111111823 77777715 2222220 1116 777727292 33333339,22222222,80 8088880.00
7777776,0
PASIR

Tabel 1.8 Kepemilikan Sanitasi Dasar di Wilayah Puskesmas Tegal Angus


Triwulan I Tahun 2014

16
TEMPAT SA SAMPAH SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH

JML KK JML KK JUMLAH % KK % KK % JML KK JML KK JUMLAH % KK


MEMILIKI DIPERIKSA SEHAT MEMILIKI DIPERIKSA SEHAT MEMILIKI DIPERIKSA SEHAT MEMILIKI

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
618 24 24 62.49 4.05 96.00 225 25 24 8.38
1035 30 30 62.54 3,09 93.75 655 32 30 12,22
720 19 18 62.50 2.64 94.74 535 19 18 18.45

Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang
diperiksa mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian di
Puskesmas Tegal Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi dasar.
Berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial dan
kesadaran penduduk yang lebih rendah menyebabkan sulitnya meningkatkan
kesehatan sanitasi masyarakat.

Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)


Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko
sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU. Bentuk kegiatan yang
dilakukan antara lain meliputi pengawasan lingkungan TTU secara berkala,
bimbingan, penyuluhan dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan
kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU tidak
dapat dilakukan.
Penyehatan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama
kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan
baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif di dalam penularan
penyakit saluran pencernaan. Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan
tempat pengelolaan air bersih, pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat
tempat umum pengelolaan makanan. Tidak hanya tenaga sanitarian melainkan
kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan penyehatan
makanan dan minuman tidak dapat dilakukan.

1.1.2.6 Ketersediaan Pekarangan

17
Pada saat ini, desa Tanjung Pasir dijadikan sebagai percontohan dan
pembelajaran agar budi daya sayuran dapat dilakukan juga di tingkat rumah tangga
untuk mengurangi pengeluaran akan kebutuhan pangan serta meningkatkan
pendapatan keluarga.

1.1.2.7 Situasi Derajat Kesehatan


Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada
tahun 2014.

Tabel 1.9 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

No Penyakit

1 ISPA
2 Dermatitis
3 Demam berdarah
4 Malaria
5 Leptospirosis
6 Katarak
7 Diare
8 Gastritis dan Duodenitis yang disertai perdarahan lambung
9 Pterygium
10 Tuberkulosis Paru Klinis

1.2 Gambaran Keluarga Binaan

Keluarga binaan tinggal di kampung X RT / RW 003 / 002 Desa Tanjung


Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga
binaan kelompok kami terdiri dari empat kepala keluarga, yaitu :
1. Keluarga Ny. Muniroh
2. Keluarga Ny. Indah
3. Keluarga Ny. Sari
4. Keluarga Ny. Maryani

18
Dengan denah lokasi pemukiman sebagai berikut :

Gambar 1.3 Denah Lokasi Rumah Keluarga JALAN DESA TANJUNG PASIR Binaan

9 10

8 7

11
5 6
12

12

4 3 12

12

13
12
1 2
19
KETERANGAN: 6. Rumah warga

1. Ny. Maryani ( keluarga 7. Rumah warga


binaan) 8. Rumah warga
2. Warung Ny. Hj sari 9. MDA
3. Ny Muniroh ( Keluarga binaan) 10. Ny. Hj. Sari ( Keluarga binaan)
4. Ny. Indah (Keluarga binaan) 11. Laut
5. Rumah warga 12. Jamban umum
13. Empang

1.2.1 Keluarga Binaan Ny. Muniroh


1.2.1.1 Data Dasar Keluarga
Keluarga binaan adalah keluarga Ny.Muniroh yang memiliki delapan orang
anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keenam anggota keluarga tersebut
adalah:

Status Jenis Usia Pendidika Penghasilan


Nama Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) n Perbulan
Rp.3.000.
Kepala
Tn. Matsirat Laki laki 60 th SD Pedagang 000,- -
Keluarga
Rp.4.000.000
Ibu rumah
Ny. Muniroh Istri Perempuan 59 th SD -
tangga
Tn.M. Anak
Laki laki 26 th SMA Karyawan -
Damburi kandung
Anak
Tn. Jamhari Laki-laki 22 tahun SMA Pedagang -
kandung
Nn. Siti Anak
Perempuan 19 th SMA Mahasiswa -
Arisah kandung
An. Dewi Anak
Perempuan 12 th SD Siswa -
Pujiastuti kandung

1.2.1.2 Bangunan tempat tinggal


Keluarga Ny. Muniroh tinggal di rumah sendri dengan luas bangunan sekitar 8
x 12 meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar
1,5 x 1,5 meter, teras beralaskan keramik dan dibatasi dengan pagar pada depan nya.
Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan, kiri, dinding

20
dapur dan kamar mandi. Lantai rumah terbuat dari keramik. Atap rumah terbuat dari
genteng yang disusun dan mempunyai plafon.
Rumah Ny. Muniroh terdiri dari sembilan ruangan yang terdiri dari sebuah
ruang tamu dengan luas sekitar 3 x 3 meter, sebuah ruang keluarga dengan luas
sekitar 5 x 5 meter, lima buah kamar tidur dengan masing-masing luas 3 x 3 meter,
sebuah dapur dengan luas sekitar 4 x 3 meter, dan sebuah WC dengan luas sekitar 2
x 1,5 meter disertai septic tank dengan luas sekitar 1,5 x 1,5 x 2 meter, dan dua teras
dengan masing-masing luas 3 x 2 meter.
Sistem ventilasi rumah Ny. Muniroh sudah memenuhi standar kriteria
ventilasi yang baik karena luas ventilasi rumahnya mencapai 30% dari luas lantai
rumah, yang memiliki pencahayaan yang baik. Ventilasi berupa kotak-kotak tanpa
berpenyekat berjumlah 24 buah. Masing-masing ventilasi tersebut berukuran 30 x 30
sentimeter. Untuk kamar tidur, seluruhnya disertai dengan jendela. Di dalam rumah
Ny. Muniroh terdapat lampu disetiap kamarnya yang hanya digunakan pada malam
hari.
Keluarga Ny. Muniroh memiliki sumber air berupa air sumur. Air biasanya
ditampung dalam bak yang berada di dalam WC. Air digunakan untuk keperluan dan
mencuci, sedangkan air untuk memasak dan minum dibeli dari penjual air PAM
bergerobak.
Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Ny. Muniro

Halaman Ny.
Muniroh disertai
adanya satu pohon
besar. Halaman Ny.

21
Muniroh berukuran 4 x 4. Sampah sampah ditumpuk di belakang rumah dan
dibakar apabila sudah menumpuk.
Pada kamar mandi terdapat tempat untuk mandi dan tempat untuk buang air
besar berupa toilet jongkok, yang pembuangannya melalui septic tank.

1.2.1.1 Lingkungan pemukiman


Rumah keluarga Ny. Muniroh terletak di lingkungan yang padat penduduk,
tidak ada jarak antara rumah.
Untuk pembuangan limbah, keluarga Ny. Muniroh membuang limbah rumah
tangga ke laut dengan memakai paralon. Apabila musim hujan tiba, pekarangan di
depan rumah Ny. Muniroh sering tergenang air hujan dan hingga dapat menyebabkan
banjir setinggi betis orang dewasa. Saat air laut naik paralon untuk pembuangan
limbah Ny. Muniroh menjadi tersumbat. Keluarga Ny. Muniroh tidak memiliki hewan
ternak di rumahnya.

1.2.1.2 Pola Makan


Keluarga Tn. Matsirat mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam
sehari, yaitu pagi, siang, dan malam hari . Ny. Muniroh sebagai ibu rumah tangga
bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan untuk seluruh anggota
keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan setiap hari berupa nasi dengan lauk
dapat berupa ikan, tahu, tempe, dan sayur, terkadang dapat berupa daging ayam.
Tn. Matsirat menggunakan garam beryodium sebagai bumbu pelengkap pada
keluarganya, Tn. Matsirat selalu mengkonsumsi sayuran hijau, sejak kecil ia memang
sudah suka mengkonsumsi sayuran hijau. Keluarga Tn. Matsirat jarang
mengkonsumsi lemak yang berasal dari daging sapi. Keluarga Tn. Matsirat paling
sering memakan tahu dan tempe dengan minyak goring yang jarang diganti, karena
menurut Tn. Matsirat masih dapat digunakan. Keluarga Tn. Matsirat tidak banyak
minum air putih sehari harinya. Air minum berasal dari air PAM yang jernih dan
tidak berbau.

1.2.1.3 Riwayat Obstetri dan Pola asuh ibu dan anak


Kelahiran anak pertama Ny. Muniroh pada tahun 1988. Anak Kedua pada
tahun 1992, anak ketiga pada tahun 1995, anak keempat pada tahun 2002. Semua
anak Ny. Muniroh lahir secara normal yang selama masa kehamilan, Ny. Muniroh
hanya kontrol 4 kali selama hamil, namun ia sendiri tidak ingat waktu pemeriksaan.

22
Setelah lahir Ny. Muniroh memberi ASI selama 6 bulan, hal tersebut dikarenakan
wajib ASI 6 bulan, setelah itu digantikan dengan MT-ASI selama 2 tahun.
Semua anak Ny. Muniroh diimunisasi sesuai dengan jadwal kegiatan yang
diadakan oleh puskesmas setempat. Menurut Ny. Muniroh anaknya telah
mendapatkan imunisasi secara lengkap.

1.2.1.3 Kebiasaan berobat


Keluarga Ny. Muniroh selalu berobat ke Puskesmas terdekat (Puskesmas
Tegal Angus) dan terkadang ke bidan desa. Keluarga Ny. Muniroh sering kali
mengeluhkan penyakit gatal-gatal pasca banjir, diare, batuk flu, demam, dikarenakan
sering terjadi banjir dan surut setelah beberapa hari kemudian. Keluarga Ny.
Muniroh terutama Tn. Matsirat juga mengeluhkan hipertensi, yang sudah diderita
sejak lama, dan rutin kontrol ke puskesmas. Keluarga Ny. Muniroh sering kali
mengobati sakitnya sendiri apabila tidak terlalu berat dengan membeli obat warung.

1.2.1.4 Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Tabel.1.11 Faktor Internal Keluarga Ny. Muniroh
Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Ny. Muniroh
No Kriteria Permasalahan
No Kriteria Permasalahan
Kebiasaan
1 1. Luas Bangunan 8 x 12 meter.
Tn. Matsirat tidak mempunyai kebiasaan merokok
Merokok
2 Ruangan Dalam Rumah Terdapat 5 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1
2. Olah Raga Keluarga Tn. Matsirat tidak atau jarang berolahraga.
dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu.
Makan 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi,
3 Ventilasi Terdapat 24 ventilasi yang berupa kota-kotak di
dengan lauk seperti ikan, tahu atau tempe serta sayur
dalam rumah berukuran 30 x 30 sentimeter.
4 Pencahayaan mayor Pencahayaan
dan buah-buahan. Jarangjendela
dirumah baik, mengkonsumsi
selalu dibuka
daging, setiap
Ny. Muniroh
pagi harikerap kali meyediakan
menjelang sore hari. makanan
5 MCK Keluarga ini
yang memenuhi memiliki jamban,
kebutuhan dan disertai
gizi seimbang. Untuk
3 Pola Makan septik
konsumsi sayurtank
Ny. Muniroh mengetahui bahwa sayur
6 Sumber Air Air bersih didapatkan dari air sumur yang
merupakan komponen penting makanan sehari hari.
digunakan untuk mencuci, mandi, sedangkan
Kebutuhan susu sebagai penyempurna asupan gizi
untuk masak dan minum keluarga Ny. Muniroh
anak juga tidak tercukupi secara baik karena adanya
menggunakan
masalah keuangan.
7 Saluran Pembuangan Limbah Limbah dialirkan ke laut dengan paralon yang
Pola Pencarian
4 Berobat berada di belakang
ke Puskesmas, rumah
dan ke bidan desa
Pengobatan
8 Tempat Pembuangan Sampah ditumpuk dan dibakar di dibelakang
5 Menabung Keluarga Ny. Muniroh menabung sistem arisan
Aktivitas Sehari Ayah bekerja sebagai pedagang, Ibu sebagai ibu rumah
6
hari tangga 23
Sampah rumah.
9 Lingkungan Sekitar Rumah Rumah berhimpitan dengan rumah lain.
Berdasarkan wawancara dan observasi pada keluarga Ny. muniroh di Desa
Tanjung Pasir RT/RW 003/002, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
didapatkan berbagai macam permasalahan pada keluarga tersebut, yaitu:
Non-medis:
1. Adanya kebiasaan merokok di dalam keluarga
2. Keluarga jarang berolahraga
3. Tidak adanya saluran pembuangan air limbah
4. Hunian padat yang terdapat disekitar wilayah tersebut
Medis:
1. Sering terjangkit penyakit dermatitis
2. Sering terjangkit penyakit diare
3. Sering terjangkit penyakit ISPA
4. Sering terjangkit penyakit hipertensi
5. Sering terjangkit penyakit febris

1.2.1 Keluarga Binaan Ny. Indah


1.2.1.1 Data Dasar Keluarga
Keluarga binaan adalah keluarga Ny. Indah yang memiliki 4 orang anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:

Status Jenis Usia Penghasilan


Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan
Kepala Rp.600. 000,- -
Tn. Mamat Laki laki 32 th SD Nelayan
Keluarga Rp.1.500.000
Ibu Rumah
Ny. Indah Istri Perempuan 28 th SMA -
Tangga
Anak
Iik Perempuan 7 th SD Pelajar -
Kandung
Anak
Nadira Perempuan 11 bln - - -
Kandung

1.2.1.2 Bangunan tempat tinggal


Keluarga Ny. Indah tinggal di rumah sendiri dengan luas bangunan sekitar 6 x
12 meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 2 x
2 meter, teras beralaskan keramik dan dibatasi dengan pagar kayu pada depan nya.
Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan dan kiri,

24
sedangkan pada dinding dapur dan kamar mandi terbuat dari tembok disertai asbes.
Lantai rumah terbuat dari keramik. Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan
mempunyai plafon.
Rumah Ny. Indah terdiri dari 1 buah ruang tamu dengan luas sekitar 5 x 4
meter, 4 buah kamar tidur dengan masing-masing luas 2 x 3 meter, sebuah dapur
dengan luas sekitar 3 x 3 meter.
Sistem ventilasi rumah Ny. Indah belum memenuhi standar kriteria ventilasi
yang baik karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah.
Satu kamar tidur dan kamar mandi tidak mempunyai ventilasi. Empat kamar lainnya
disertai dengan jendela. Ventilasi tersebut berukuran 0,5 x 1 meter. Di dalam rumah
Ny. Indah terdapat lampu disetiap kamarnya yang hanya digunakan pada malam hari.
Keluarga Ny. Indah memiliki sumber air berupa air ledeng dan air sumur. Air
biasanya ditampung dalam tong yang berada di halaman rumah. Air sumur digunakan
untuk keperluan mandi. Air ledeng digunakan untuk minum, masak, dan mencuci.
Halaman Ny. Indah tidak disertai adanya pohon. Halaman Ny. Indah
berukuran 4 x2 meter yang digunakan untuk menumpuk barang barang yang tidak
terpakai. Sampah sampah dibuang di laut (berupa tong yang disediakan olek Pak
Lurah) dan dibakar apabila sudah menumpuk.
Pada kamar mandi terdapat tempat untuk mandi dan tempat untuk buang air
besar berupa toilet jongkok, yang pembuangannya melalui septic tank.

1.2.1.3 Lingkungan pemukiman


Rumah keluarga Ny. Indah terletak di lingkungan yang padat penduduk, jarak
antara rumah sangat dekat. Untuk pembuangan limbah, keluarga Ny. Indah
membuang limbah cair dengan cara mengalirinya ke depan rumah. Apabila musim
hujan tiba, pekarangan di depan rumah Ny. Indah sering tergenang air hujan dan
hingga dapat menyebabkan banjir setinggi betis orang dewasa. Keluarga Ny. Indah
tidak memiliki hewan ternak di rumahnya.

25
Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Ny. Indah

1.2.1.4 Pola Makan


Keluarga Ny. Indah
mempunyai pola makan
sebanyak tiga kali dalam
sehari, yaitu pagi, siang, dan
malam hari . Ny. Indah
sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan
makanan untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan
setiap hari berupa nasi dengan lauk dapat berupa ikan, tahu, tempe, dan sayur,
terkadang dapat berupa daging ayam.
Tn. Mamat menggunakan garam beryodium yang sering dibagikan sebagai
bumbu pelengkap pada keluarganya, keluarga Ny. Indah sering mengkonsumsi
sayuran hijau karena di keluarga mereka menyukai sayuran. Tn. Mamat
membiasakan sarapan pagi sebelum memulai aktifitas sekadarnya, begitu juga
dengan An. Iik, biasa sarapan sebelum berangkat sekolah. Tn. Mamat jarang
mengkonsumsi lemak yang berasal dari daging sapi maupun ayam. Tn. Mamat
paling sering memakan ikan, tahu, dan tempe. Tn. Mamat cukup banyak minum air
putih sehari harinya lebih dari 7 gelas, air minum berasal dari air ledeng yang
dimasak.
Ny. Indah menggunakan garam beryodium sebagai bumbu pelengkap, Ny.
Indah cukup sering mengkonsumsi sayuran hijau. Ny. Indah jarang mengkonsumsi

26
lemak yang berasal dari daging sapi maupun ayam. Ny. Indah tidak banyak minum
air putih sehari harinya. An. Nadira sudah mengkonsumsi makanan pendamping ASI
beruba bubur dan susu formula.

1.2.1.5 Riwayat Obstetri dan Pola asuh ibu dan anak.


Kelahiran anak pertama Ny. Indah pada tahun 2007. Anak pertama lahir
secara normal. Selama masa kehamilan Ny. Indah rajin kontrol ke bidan. Setelah lahir
Ny. Indah memberi ASI selama 6 bulan, kemudian pada bulan ketujuh diberikan MP-
ASI.
An. Iik diimunisasi sesuai dengan jadwal kegiatan yang diadakan oleh
puskesmas setempat. Menurut Ny. Indah anaknya telah mendapatkan imunisasi
secara lengkap.
An. Nadira lahir pada tahun 2013 secara normal di bidan desa. An. Nadira
mendapat ASI selama 6 bulan, dan bulan selanjutnya sudah mendapat MP-ASI.
Menurut Ny. Indah anaknya telah mendapat imunisasi, kecuali campak karena An.
Nadira dalam keadaan sakit.

1.2.1.6 Kebiasaan berobat


Keluarga Ny. Indah selalu berobat ke Puskesmas terdekat ( Puskesmas
Tegalangus) dan terkadang ke bidan desa. Keluarga Ny. Indah sering kali
mengeluhkan penyakit gatal gatal pasca banjir, diare, batuk flu, demam,
dikarenakan sering terjadi banjir dan surut setelah beberapa hari. Keluarga Ny. Indah
sering kali mengobati sakitnya sendiri apabila tidak terlalu berat dengan membeli
obat warung.

1.2.1.7 Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Tabel.1.11 Faktor Internal Keluarga Ny. Indah

27
No Kriteria Permasalahan
Kebiasaan
1. Tn. Mamat mempunyai kebiasaan merokok
Merokok
2. Olah Raga Keluarga Tn, Mamat jarang berolahraga.
Makan 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi,
dengan satu buah lauk seperti ikan, tahu atau tempe.
Jarang mengkonsumsi daging, buah-buahan dan sayur-
sayuran. Untuk konsumsi sayur Ny. Indah mengetahui
bahwa sayur merupakan komponen penting makanan
3 Pola Makan
sehari hari, namun karena di keluarganya kurang
suka maka ia jarang menyediakan sayur sebagai lauk.
Kebutuhan susu sebagai penyempurna asupan gizi
anak juga tidak tercukupi secara baik karena adanya
masalah keuangan.
Pola Pencarian
4 Berobat ke Puskesmas.
Pengobatan
5 Menabung Menabung di Teras BRI, kadang-kadang di rumah.
Aktivitas Sehari Tn. Mamat bekerja sebagai nelayan, Ny. Indah bekerja
6
hari sebagain ibu rumah tangga.

Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Ny. Indah

No Kriteria Permasalahan
1 Luas Bangunan 6 x 12 meter.
Terdapat 4 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1
2 Ruangan Dalam Rumah
dapur, 1 kamar mandi.
Terdapat 4 ventilasi di dalam rumah berukuran
3 Ventilasi
50 cm x 50 cm.
Pencahayaan dirumah baik, jendela terbiasa
4 Pencahayaan
terbuka
Keluarga ini memiliki jamban, disertai adanya
5 MCK
septik tank
6 Sumber Air Air bersih didapatkan dari air ledeng yang

28
digunakan untuk mencuci, makan, dan minum.
Air sumur digunakan untuk mandi.
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
7 Saluran Pembuangan Limbah sebuah empang yang berada di samping dan
belakang rumah
Tempat Pembuangan Sampah ditumpuk dan dibakar di samping
8
Sampah rumah.
9 Lingkungan Sekitar Rumah Rumah berhimpitan dengan rumah lain.

Berdasarkan wawancara dan observasi pada keluarga Ny. Indah di Desa


Tanjung Pasir RT/RW 003/002, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
didapatkan berbagai macam permasalahan pada keluarga tersebut, yaitu:
Non-medis:
1. Adanya kebiasaan merokok di dalam keluarga
2. Keluarga jarang berolahraga
3. Tidak adanya saluran pembuangan air limbah
4. Hunian padat yang terdapat di sekitar wilayah tersebut
5. Pencahayaan yang kurang di dalam rumah
6. Tidak membuang sampah pada tempatnya
Medis:
1. Sering terjangkit penyakit dermatitis
2. Sering terjangkit penyakit diare
3. Sering terjangkit penyakit ISPA
4. Sering terjangkit penyakit febris
1.2.1 Keluarga Binaan Ny. Sari
1.2.1.1 Data Dasar Keluarga
Keluarga binaan adalah keluarga Ny. Sari yang memiliki tiga orang anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Ketiga anggota keluarga tersebut
adalah:

Status Jenis Usia Penghasilan


Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan
Kepala
Tn. Maan Laki laki 60 th SD Nelayan Rp 2.000.000
Keluarga
Ny. Sari Istri Perempuan 60 th SD Wiraswasta Rp. 1.000.000
Tn. M. Anak
Laki - laki 16 th SMA Pelajar -
Abdul Fatah kandung

29
1.2.1.2 Bangunan tempat tinggal
Keluarga Ny. Sari tinggal di rumah pribadi dengan luas
bangunan sekitar 10 x 15 meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah
terdapat teras dengan luas sekitar 10 x 3 meter, teras berlantai keramik
dan dibatasi dengan pagar pada depan nya. Dinding rumah terbuat dari
tembok pada bagian depan, samping kanan dan kiri. Lantai rumah
terbuat dari keramik. Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun
dan mempunyai plafon serta beratapkan asbes pada kamar mandi.
Rumah Ny. Sari terdiri dari 8 ruangan yang terdiri dari 1 buah
ruang tamu dengan luas sekitar 3 x 2 meter, 3 buah kamar tidur
dengan masing-masing luas 2 x 2 meter, sebuah dapur dengan luas
sekitar 5 x 3 meter, 1 kamar mandi dengan luas 3 x 2 meter, 1 ruang
makan dengan luas 5 x 5 meter, 1 ruang keluarga dengan luas 3 x 10
meter, dan halaman belakang dengan luas 3 x 10 meter.
Sistem ventilasi rumah Ny. Sari belum memenuhi standar
kriteria ventilasi yang baik karena luas ventilasi rumahnya tidak
sampai 10% dari luas lantai rumah. Terdapat ventilasi di ruang tamu
berukuran 2,3 x 0,5 meter dan di kamar mandi berukuran 0,5 x 0,5 m.
Untuk kamar tidur, seluruhnya tidak disertai dengan adanya jendela.
Jendela hanya berada di ruang tamu yang jarang dibuka. Di dalam
rumah Ny. Sari terdapat lampu neon putih disetiap kamarnya, di kamar
mandi, di dapur, di ruang tamu, di ruang keluarga, dan di ruang makan
yang digunakan pada siang dan malam hari.
Keluarga Ny. Sari memiliki sumber air berupa air PAM dan air
sumur. Air PAM biasanya ditampung dalam tangki yang berada di
halaman rumah. Air PAM digunakan untuk keperluan minum
(dimasak terlebih dahulu) dan memasak. Sedangkan air dari sumur
digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci.
Ny. Sari memiliki halaman di belakang rumahnya. Halaman Ny.
Sari berukuran 3 x 10 meter yang digunakan untuk menumpuk barang

30
barang yang tidak terpakai dan untuk membakar sampah apabila
sudah menumpuk.
Pada kamar mandi terdapat tempat untuk mandi dan tempat
untuk buang air besar berupa toilet jongkok, yang pembuangannya
melalui septic tank.

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Ny. Sari

1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
1.2.1.3
Lingkungan pemukiman
Rumah keluarga Ny. Sari terletak di lingkungan yang padat
penduduk, tidak ada jarak antara rumah dan tidak terdapat selokan
pembuangan pada rumah rumah disekitarnya.

31
Untuk pembuangan limbah cair, keluarga Ny. Sari
membuangnya ke laut yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya.
Apabila musim hujan tiba, pekarangan di sekitar rumah Ny. Sari
sering becek dan tergenang air hujan dan hingga dapat menyebabkan
banjir setinggi betis orang dewasa. Keluarga Ny. Sari tidak memiliki
hewan ternak di rumahnya.

1.2.1.4 Pola Makan


Keluarga Ny. Sari mempunyai pola makan sebanyak tiga kali
dalam sehari, yaitu pagi, siang, dan malam hari . Ny. Sari sebagai ibu
rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan
makanan untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan
yang disajikan setiap hari berupa nasi dengan lauk berupa tahu, tempe,
ikan, dan sayur, terkadang dapat berupa daging ayam.
Keluarga Ny. Sari menggunakan garam beryodium sebagai
bumbu pelengkap pada keluarganya dan sering mengkonsumsi
sayuran hijau, karena keluarga mereka sangat menyukai sayuran. Tn.
Maan membiasakan sarapan pagi sebelum memulai aktifitas, begitu
juga dengan Tn. Abdul Fatah, biasa sarapan sebelum beragkat sekolah.
Tn. Maan jarang mengkonsumsi lemak yang berasal dari daging sapi
maupun ayam. Tn. Maan paling sering memakan tahu atau tempe
dengan minyak goreng yang jarang diganti, karena menurutnya masih
dapat digunakan. Tn. Maan tidak banyak minum air putih sehari
harinya kurang lebih 6-7 gelas, air minum berasal dari air PAM yang
jernih, tidak berbau dan tidak berrasa yang kemudian dimasak. Anak
Ny. Sari yang keempat, M. Abdul Fatah, mengkonsumsi susu hanya
sampai usia 3 tahun karena kendala ekonomi.

1.2.1.5 Riwayat Obstetri dan Pola asuh ibu dan anak.


Kelahiran anak pertama Ny. Sari pada tahun 1979, anak kedua
pada tahun 1982, anak ketiga pada tahun 1987, dan anak keempat

32
yang masih tinggal bersama Ny. Sari lahir pada tahun 1998. Semua
anak Ny. Sari lahir di bidan secara normal. Saat masa kehamilan Ny.
Sari kontrol biasanya sebanyak 4 kali, namun ia sendiri tidak ingat
pemeriksaannya. Setelah lahir Ny. Sari memberikan ASI selama 6
bulan, hal tersebut dikarenakan wajib ASI selama 6 bulan, setelah itu
digantikan dengan MP-ASI selama 2 tahun.
Semua anak Ny. Sari diimunisasi sesuai dengan jadwal kegiatan
yang diadakan oleh puskesmas setempat. Menurut Ny. Sari anaknya
telah mendapatkan imunisasi secara lengkap.

1.2.1.6 Kebiasaan berobat


Keluarga Ny. Sari berobat ke Puskesmas terdekat (Puskesmas
Tegalangus) dan terkadang ke mantri atau bidan desa. Keluarga Ny. Sari
sering kali mengeluhkan penyakit gatal-gatal, batuk, pilek, dan demam yang
terjadi terutama pasca banjir yang surut setelah beberapa hari kemudian. Ny.
Sari sering kali mengobati sakitnya sendiri apabila tidak terlalu berat dengan
membeli obat di warung.

1.2.1.7 Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Tabel.1.11 Faktor Internal Keluarga Ny. Sari

No Kriteria Permasalahan
Kebiasaan
1. Ny. Sari tidak mempunyai kebiasaan merokok
Merokok
2. Olah Raga Keluarga Ny. Sari jarang berolahraga.
Makan 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi,
dengan lauk seperti ikan, tahu atau tempe. Jarang
mengkonsumsi daging, buah-buahan. Untuk sayur
3 Pola Makan
sering dikonsumsi. Kebutuhan susu sebagai
penyempurna asupan gizi anak juga tidak tercukupi
secara baik karena adanya masalah keuangan.
Pola Pencarian
4 Berobat ke Puskesmas.
Pengobatan
5 Menabung Selalu menabung
Aktivitas Sehari
6 Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu sebagai wiraswasta
hari

33
Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Ny. Sari

No Kriteria Permasalahan
1 Luas Bangunan 10 x 15 meter.
Terdapat 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
2 Ruangan Dalam Rumah keluarga, 1 dapur, 1 ruang makan, dan 1 kamar
mandi.
Belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang
baik karena luas ventilasi rumahnya tidak sampai
3 Ventilasi 10% dari luas lantai rumah. Terdapat ventilasi di
ruang tamu berukuran 2,3 x 0,5 meter dan di
kamar mandi berukuran 0,5 x 0,5 m.
Pencahayaan dirumah cukup baik, jendela jarang
4 Pencahayaan dibuka namun lampu menyala siang dan malam
di setiap ruangan.
Keluarga ini memiliki jamban dan disertai
5 MCK
adanya septik tank
Air bersih didapatkan dari sumur dan air PAM
6 Sumber Air yang digunakan untuk mencuci, makan, mandi,
dan minum
Limbah dialirkan ke belakang rumah kemudian
7 Saluran Pembuangan Limbah
mengalir langsung ke laut.
Tempat Pembuangan Sampah ditumpuk dan dibakar di belakang
8
Sampah rumah.
9 Lingkungan Sekitar Rumah Rumah berhimpitan dengan rumah lain.
Berdasarkan wawancara dan observasi pada keluarga Ny. Sari di Desa
Tanjung Pasir RT/RW 003/002, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
didapatkan berbagai macam permasalahan pada keluarga tersebut, yaitu:
Non medis :
1. Keluarga jarang berolahraga.
2. Rumah tidak memiliki ventilasi
3. Tidak adanya saluran pembuangan air limbah
4. Tidak membuang sampah tidak pada tempatnya
5. Hunian padat yg terdapat di sekitar wilayah tersebut
Medis :
1. Sering terjangkit penyakit dermatitis
2. Sering terjangkit penyakit ISPA

34
3. Sering terjangkit penyakit Febris

2.1.2 Keluarga Binaan Ny. Maryani


5.2.1.1 Data Dasar Keluarga
Keluarga binaan adalah keluarga Ny. Maryani yang beranggotakan empat
anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut
adalah :

Status Jenis Usia Penghasilan


Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan
Rp 4.000. 000
Kepala
Tn. Asbun Laki laki 55 th SD Nelayan - Rp. 6.
Keluarga
000.000
Ibu Rumah
Ny. Maryani Istri Perempuan 40 th SD -
Tangga
Anak
Siti kholisoh perempuan 18 th Mahasiswa Pelajar -
kandung
Anak
Danar Laki - laki 8 th SD Pelajar
kandung

5.2.1.2 Bangunan tempat tinggal


Keluarga Ny. Maryani tinggal di rumah sendiri dengan luas bangunan 10 x 6.5
meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 2 x 1
meter, teras beralaskan ubin dan dibatasi dengan pagar pada depan nya. Dinding
rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan dan kiri, dapur dan
kamar mandi. Lantai rumah terbuat dari keramik, sedangkan dapur dan kamar mandi
berupa semen. Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan mempunyai plafon
yang sudah pada rusak.
Rumah Ny. Maryani terdiri dari 6 ruangan yang terdiri dari 1 buah ruang tamu
dengan luas sekitar 3 x 3 meter, 4 buah kamar tidur dengan masing-masing luas 2 x 2
meter, 1 dapur yang disertai dengan kamar mandi yang tidak mempunyai fasilitas
jamban dengan luas sekitar 3 x 2 meter.

35
Sistem ventilasi rumah Ny. Maryani belum memenuhi standar kriteria ventilasi
yang baik karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah.
Selain itu ventilasinya hanya berupa empat buah jendela yang tidak dapat terbuka
dengan baik. Keempat ventilasi tersebut berukuran 0,5 x 0,5 meter. Untuk kamar
tidur, hanya 1 kamar yang mempunyai jendela namun tidak dapat terbuka dengan
baik. Di dalam rumah Ny. Maryani terdapat lampu disetiap ruangan yang digunakan
sepanjang hari.
Keluarga Ny. Maryani memiliki sumber air berupa air sumur yang digunakan
untuk mandi dan cuci piring. Namun untuk konsumsi air minum menggunakan air
PAM yang dibeli.
Ny. Maryani tidak mempunyai halaman, sehingga sampah sampah ditumpuk
di pekarangan rumah dan di buang di tepi pantai. Untuk pembuangan limbah cair
selalu dibuang di empang belakang atau dibuang depan rumah.

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Ny. Maryani

5.2.1.3 Lingkungan
pemukiman

36
Rumah keluarga Ny. Maryani terletak di lingkungan yang padat penduduk,
tidak ada jarak antara rumah dan tidak memiliki selokan pembuangan rumah rumah
sekitar.
Untuk pembuangan limbah, keluarga Ny. Maryani membuang limbah rumah
tangga ke empang di belakang rumah atau sisa air di buang di depan rumah. Apabila
musim hujan tiba, di sekitar rumah Ny. Maryani sering banjir hingga setinggi lutut,
namun tidak masuk ke dalam rumah. Biasanya air baru surut 3 4 hari.

5.2.1.4 Pola Makan


Keluarga Ny. Maryani mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari,
yaitu pagi, siang, dan malam hari . Ny. Maryani sebagai ibu rumah tangga
bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan untuk seluruh anggota
keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan setiap hari berupa nasi, lauk pauk
yang berupa ikan, tempe, tahu dan sayur. Namun juga terkadang mengkonsumsi
daging ayam.
Keluarga Tn. Asbun menggunakan garam beryodium sebagai bumbu pelengkap
pada keluarganya, dan sering mengkonsumsi sayuran hijau, karena dikeluarga mereka
sangat menyukai sayuran. Tn. Asbun membiasakan sarapan pagi sebelum memulai
aktifitas sekadarnya, begitu juga dengan anak mereka biasa sarapan sebelum
berangkat sekolah. Keluarga Tn. Asbun jarang mengkonsumsi lemak yang berasal
dari daging sapi. Tn. Asbun paling sering memakan tahu atau tempe dengan minyak
goreng yang jarang diganti, karena menurut Tn. Asbun masih dapat digunakan. Tn.
Asbun banyak minum air putih sehari harinya lebih 6-7 gelas, air minum berasal dari
air PAM yang dimasak. Air PAM memiliki warna yang jernih dan tidak berbau.

5.2.1.5 Riwayat Obstetri dan Pola asuh ibu dan anak.


Kelahiran anak pertama Ny. Maryani pada tahun 1996. Anak pertama lahir
secara normal. Selama masa kehamilan Ny. Maryani rajin kontrol tiap bulan. Setelah
lahir Ny. Maryani hanya member ASI selama 1 tahun, hal tersebut dikarenakan asi
yang keluar pada Ny. Maryani tinggal sedikit, setelah itu susu anak pertama diganti
dengan susu formula.
Anak pertama diimunisasi sesuai dengan jadwal kegiatan yang diadakan oleh
puskesmas setempat. Menurut Ny. Maryani anaknya telah mendapatkan imunisasi
secara lengkap.

37
Sementara anak kedua Ny. Maryani lahir pada tahun 2006 secara normal. Dan
selama masa kehamilan juga rajin kontrol tiap bulannya seperti anak pertama. Anak
kedua juga mendapat ASI sampai umur 1 tahun dan dilanjutkan dengan susu
formula. Anak kedua juga dapat imunisasi yang lengkap seperti anak pertamanya.

5.2.1.6 Kebiasaan berobat


Keluarga Ny. Maryani selalu berobat ke bidan dan Puskesmas terdekat
( Puskesmas Tegalangus) dan terkadang ke bidan desa. Keluarga Ny. Maryani sering
kali mengeluhkan penyakit gatal gatal pasca banjir, diare, batuk flu, demam,
dikarenakan sering terjadi banjir dan surut setelah beberapa hari. Keluarga Ny.
Maryani sering kali mengobati sakitnya sendiri apabila tidak terlalu berat dengan
membeli obat warung.

5.2.1.7 Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Tabel.1.11 Faktor Internal Keluarga Tn. Asbun

No Kriteria Permasalahan
Kebiasaan
1. Tn. Asbun mempunyai kebiasaan merokok
Merokok
2. Olah Raga Keluarga Tn, Asbun tidak atau jarang berolahraga.
Makan 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi,
dengan lauk seperti ikan, tahu atau tempe. Jarang
mengkonsumsi daging, buah-buahan. Untuk sayur
sering dikonsumsi dikeluarga Tn. Asbun. Untuk
3 Pola Makan konsumsi sayur Ny. Maryani mengetahui bahwa sayur
merupakan komponen penting makanan sehari hari,
Kebutuhan susu sebagai penyempurna asupan gizi
anak juga tidak tercukupi secara baik karena adanya
masalah keuangan.
Pola Pencarian
4 Berobat ke Bidan dan Puskesmas.
Pengobatan
5 Menabung Tiap minggu Rp 30.000-, menabung
Aktivitas Sehari Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu sebagai ibu rumah
6
hari tangga

38
Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Asbun

No Kriteria Permasalahan
1 Luas Bangunan 10 x 6.5 meter.
Terdapat 4 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur
2 Ruangan Dalam Rumah
dan kamar mandi.
Terdapat 4 ventilasi yang jarang dibuka di dalam
3 Ventilasi
rumah berukuran 0.5 m x 0.5 m.
Pencahayaan dirumah kurang baik, karena
4 Pencahayaan
jendela tidak bias dibuka.
5 MCK Keluarga ini tidak memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari air sumur yang
digunakan untuk mencuci, makan, sementara
6 Sumber Air
untuk minum menggunakan air PAM yang
dimasak.
Limbah dialirkan ke empang belakang rumah
7 Saluran Pembuangan Limbah
dan sisa air dibuang ke depan rumah.
Tempat Pembuangan
8 Sampah ditumpuk dan dibuang ke pantai.
Sampah
9 Lingkungan Sekitar Rumah Rumah berhimpitan dengan rumah lain.
Berdasarkan wawancara dan observasi pada keluarga Ny. Maryani di Desa
Tanjung Pasir RT/RW 003/002, kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
didapatkan berbagai macam permasalahan pada keluarga tersebut, yaitu :

Non-medis:

1. Adanya kebiasaan merokok di dalam keluarga

2. Keluarga jarang berolahraga

3. Tidak memiliki jamban

4. Tidak adanya saluran pembuangan air limbah

5. Tidak membuang sampah pada tempatnya

6. Hunian yang padat di sekitar wilayah tersebut

39
Medis

1. Sering terjangkit penyakit dermatitis

2. Sering terjangkit penyakit diare

3. Sering terjangkit penyakit ISPA

4. Sering terjangkit penyakit febris

1.3 Penentuan Area Masalah


Berdasarkan wawancara dan observasi pada empat keluarga binaan di Desa
Tanjung Pasir RT/RW 003/002, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
didapatkan berbagai macam permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu:
Non medis
1. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya saluran pembuangan
limbah cair
2. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya berolahraga
3. Kurangnya pengetahuan mengenai resiko kepadatan hunian yang
terdapat disekitar wilayah tersebut
Medis
1. Dermatitis
2. ISPA
3. Diare
4. Febris
Masalah yang ada pada masing-masing keluarga binaan tersebut, diputuskan
untuk mengangkat permasalahan Pengetahuan Mengenai Saluran Pembuangan
Limbah Cair Rumah Tangga pada Keluarga Binaan Desa Tanjung Pasir RT/RW
003/002, Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang. Pengambilan sebuah
masalah kelompok, kami menggunakan Metode Delphi. Metode Delphi merupakan
suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok, dimana
anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan diputuskan. Proses

40
penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari
penyelesaiannya.

Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui
berbagai pertimbangan yaitu :
1. Hasil identifikasi rumah sehat yang di dapat pada Puskesmas Tegal Angus
sebanyak 11,2% dan Hasil perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
sebanyak 60,58%
2. Hasil identifikasi pada keluarga binaan mengenai permasalahan medis dan
non medis yang ada pada 4 keluarga binaan belum memenuhi
Pengetahuan Mengenai Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga.
3. Hasil pengamatan dari 4 keluarga binaan kami tidak memiliki saluran
pembuangan ail limbah rumah tangga.

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, kami memutuskan untuk
mengangkat permasalahan SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH
TANGGA PADA KELUARGA BINAAN RT/RW 003/002 DESA TANJUNG
PASIR KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG
PROVINSI BANTEN BULAN AGUSTUS TAHUN 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

41
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat
dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan
intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi
komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran
komunitas.Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas
perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau
sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat
ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi,
biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).4,8

2.1.2 Teori Pengetahuan


2.1.2.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan merupakan hasil
Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu subjek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan
raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
berperan untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang.3
Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.3

2.1.2.2 Tingkat Pengetahuan


Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall). Menurut Notoatmodjo (2007),

42
pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu: 3

1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, Tahu ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.3

2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan meteri tersebut secara benar.3
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan,
merencanakan, dan sebagainya terhadap objek yang telah
dipelajari.3

3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. Dalam
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.3

4. Analisis (analysis)

43
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitanya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan
sebagainya.3

5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukan kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.3

6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang telah
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.3

2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi terbagi atas dua, yaitu faktor internal dan eksternal.3

2.1.2.3.1 Faktor Internal

A. Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa
sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat
sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir
menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau
tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah

44
tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor
yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam
komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang.
Secara common sense dapat dikatakan bahwa orang-
orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima
suatu pesan.3
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya. 3

b. Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman
dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka
makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi.3

2.1.2.3.2 Faktor Eksternal


a. Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 Masehi, J. Largevelt,
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mendefinisikan
bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak
yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN
Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai
suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan

45
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup.3

b. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun
sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih
mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.3

c. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat
diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya
informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut.Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu
inovasi yang mempengaruhi perubahan perilaku, biasanya
digunakan melalui media massa.3

d. Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita.
Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat
mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi
atau sikap seseorang.3

e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami
seseorang (Middle Brook, 1974), yang dikutip oleh Azwar
(2009). Mengatakan bahwa tidak adanya suatu
pengalaman sama sekali suatu objek psikologis,

46
cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut
untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena
itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama
membekas.3

2.1.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non-ilmiah) dan
cara modern (ilmiah).3

a. Cara tradisional (non-ilmiah)


Cara ini dipakai untuk memperoleh pengetahuan sebelum
ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara
sistematis dan logis. Cara penentuan pengetahuan secara
tradisional antara lain:
Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil akan
dicoba dengan kemungkinan yang lain.
Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat
yang ditemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa
menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu
berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.
Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

47
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada
masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali
seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar.Untuk
menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar, diperlukan
berpikir kritis dan logis.
Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.3

b. Cara modern (ilmiah)


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.Dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi
langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta
sebelumnya dengan objek.3

2.1.2.5 Sumber Pengetahuan


Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya
diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media masa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat, dan sebagainya. Sumber pengalaman dapat berupa pemimpin-
pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintahan dan sebagainya.3

2.2 AIR LIMBAH RUMAH TANGGA


1. Definisi
Menurut Ehless dan Steel, Air limbah atau air buangan adalah sisa air
dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat
umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat
yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mangganggu
lingkungan hidup.

48
Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari
cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan,
perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman dan
air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air
yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun
kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun
merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena kurang lebih 80% dari air
yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang
lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini
akhirnya akan kembali ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia
lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara
baik.
Air limbah rumah tangga (sullage) adalah air limbah yang tidak
mengandung ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi,
dapur, air cuci pakaian danlain-lain yang mungkin dapat mengandung
mikroorganisme patogen.
Volume air limbah rumah tangga bergantung pada volume pemakaian
air penduduk setempat. Penggunaan air untuk keperluan sehari-hari mungkin
kurang dari 10 liter per orang di daerah yang sumber airnya berasal dari kran
umum, sedangkan di daerah yang sumber airnya berasal dari sumur pompa
atau sambungan rumah sendiri, penggunaan air dapat mencapai 200liter per
orang.
Implikasi dan dampak kesehatan akibat pembuangan air limbah rumah
tangga bergantung pada;
1. Teknologi yang dimanfaatkan
2. Volume air limbah
3. Iklim setempat
4. Jenis tanah
5. Kondisi air tanah
Ada 5 cara pembuangan air limbah rumah tangga, yaitu:
1. Pembuangan umum, yaitu melalui tempat penampungan air limbah yang
terletak dihalaman.
2. Digunakan untuk menyiram tanaman kebun.

49
3. Dibuang ke lapangan peresapan.
4. Dialirkan ke saluran terbuka.
5. Dialirkan saluran tertutup atau selokan.
Setiap cara tersebut memiliki implikasi kesehatan yang berbeda-beda.
Pembuangan melalui tempat-tempat penampungan air limbah di halaman
akan memberikan tempat bagi perkembangbiakan serangga seperti Culex
pipiens selain menghasilkan lumpur dan kondisi yang tidak saniter karena
dekat dengan sumur air bersih. Halaman ini juga sering dijadikan arena
bermain anak-anak, bahkan tidak jarang digunakan untuk tempat buang air
besar yang memungkinkan telur cacing untuk tidak cepat matang sehingga
potensi untuk menularkan penyakit tetap besar.
Air limbah yang mengandung mikroorganisme patogen dan berasal
dari pembersihan kamar mandi mungkin dapat menginfeksi anak-anak yang
sedang bermain di halaman. Di daerah yang volume air limbah dan angka
kepadatan rumahnya masih rendah, pembuangan air limbah di luar rumah
dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. Jika kondisi tanah
kurang dapat ditembus air, sementara penggunaan air atau kepadatan rumah
tinggi, metode pembuangan air limbah yang memenuhi syarat mutlak
dipenuhi.
Penggunaan air limbah dengan cara dimanfaatkan untuk penyiraman
sayur-sayuran di kebun dekat rumah memberikan dampak negatif yang lebih
kecil terhadap kesehatan. Namun, pemanfaatan tersebut jangan sampai
membentuk genangan air karena dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk.

2. Sumber Air Limbah


Air limbah ini dapat berasal dari berbagai sumber, secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk.
Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting, yaitu :
a. Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba pathogen

50
b. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen (N) dan Fosfor,
serta kemungkinan kecil mikro-organisme.
c. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cucidan kamar
mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah sullage.
Campuran faeces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan
campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black
water. Mikroba pathogen banyak terdapat pada excreta. Excreta ini
merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan.
Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan-bahan
organik sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya, limbah
industri lebih sulit pengelolaannya karena mengandung pelarut mineral,
logam berat, dan zat-zat organic lain yang bersifat toksik.
Volume air limbah yang dihasilkan pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Kebiasaan manusia
Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang
dihasilkan.
b. Penggunaan system pembuangan kombinasi atau terpisah
Pada sistem kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau
lebih per kapita, sedangkan pada sistem terpisah volume air limbah mencapai
rata-rata 25-50 galon per kapita.
c. Waktu
Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi pada
waktu dalam sehri dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan
air , yang menyebabkan aliran air limbah lebih banyak dibandingkan pada
tengah hari yang volumenya sedikit, dan pada malam hari agak meningkat
lagi.

3. Dampak Pembuangan Air Limbah


Air limbah yang tidak menjalani proses pengolahan yang benar tentunya
dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara
lain:
1) Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat
menimbulkan penyakit bawaan air. Selain itu di dalam air

51
limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk
hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang
tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vector
penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain) .
2) Penurunan Kualitas Lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya
sungai dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air
permukaan tersebut. Sebagai contoh, bahan organic yang
terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai
dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut
didalam sungai tersebut. Dengan demikian menyebabkan
kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan
terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya.
Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air
tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air
tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak
dapat lagi digunakan sesuai peruntukannya.
3) Gangguan Terhadap Keindahan
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak
mengganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu
keindahan. Contoh : air limbah yang mengandung pigmen
warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada badan
air penerima. Walaupun pigmen tersebut tidak menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan, tetapi terjadi gangguan
keindahan terhadap badan air penerima tersebut.
Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-
bahan yang bila terurai menghasilkan gas-gas yang berbau.
Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat
menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.
4) Gangguan terhadap kerusakan benda
Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat
dikonversi oleh bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif

52
seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat proses perkaratan pada
benda yang terbuat dari besi (mis. Pipa saluran air limbah) dan
bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut
maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang
berarti akan menimbulkan kerugian material.

Untuk menghindarkan terjadinya gangguan-gangguan diatas, air


limbah yang dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan
seperti yang disebutkan dalam Baku Mutu Air Limbah. Apabila
air limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut, maka perlu
dilakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke
lingkungan.

4. Pengelolaan Air Limbah


Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani
pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air
limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Pengelolaan
air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan.
Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan
kolam stabilisasi sedangkan pengolahan air dengan bantuan peralatan
misalnya dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah/ IPAL (Waste
Water Treatment Plant / WWTP).
5. Tujuan Pengelolaan Air Limbah
Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain:
1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup didalam air.
3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit.

6. Syarat Sistem Pengelolaan Air Limbah


Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus
memenuhi persyaratan berikut:
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.

53
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air
di dalam penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang mengakibatkan penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

7. Metode Pengelolaan Air Limbah


Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelolah air limbah,
diantaranya:
a. Pengenceran (disposal by dilution)
Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami pengenceran.
Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami. Namun, cara
semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri pathogen, larva
dan telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada di dalam air limbah itu.
Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan berikut harus
dipenuhi:
1. Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
2. Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari 30-
40 kali
3. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus
mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak menimmbulkan bau.
b. Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembuangan
air limbah. Dibuat pada tanah yang berpasir agar air buangan mudah meresap
kedalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tembus air. Apabila ceespool
sudah penuh (60bulan), lumpur didalamnya dapat dihisap keluar atau dari
semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang satu penuh, air
akan mengalir ke cesspool berikutnya. Jarak cesspool dengan sumur air bersih
adalah 45 meter dan minimal 6 meter dari pondasi rumah.
c. Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah
mengalami pengolahan dalam system lain, misalnya dari aqua privy atau
septic tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan ke dalam
tanah. Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir, dengan diameter 1-

54
2,5 meter dan kedalaman 2,5 meter. Lama pemakaian dapat mencapai 6-10
tahun.
d. Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolah air
limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang luas. Septic
tank memiliki 4 bagian, antara lain:
1. Ruang pembusukan
Dalam ruang ini, air kotor akan tertahan 13 hari dan akan mengalami
penguraian oleh bakteri pembusuk yang akan menghasilkan gas, cairan,
dan lumpur. Gas dan cairan akan masuk kedalam dosing chamber melalui
pipa. Lumpur akan masuk ke ruang lumpur.
2. Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur. Apabila ruang
sudah penuh, lumpur dapat dipompa keluar.
3. Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon McDonald yang berfumgsi untuk
mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar
merata.
4. Bidang resapan
Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari dosing chamber dan
menyaring bakteri pathogen maupun bibit penyakit lain. Panjang minimal
bidang resapan ini 10meter dan dibuat pada tanah berpasir.

e. System Riool (sewage)


System riool menampung semua air kotor dari rumah maupun perusahaan,
dan terkadang menampung kotoran dari lingkungan. Apabila dipakai untuk
menampung air hujan, sistem riool ini disebut combined system, sedangkan
jika bak penampung air hujannya dipisahkan maka disebut separated system.
Agar tidak merugikan kepentingan lain, air kotor dialirkan ke ujung kota,
misalnya ke daerah peternakan, pertanian, atau perikanan darat. Air kotor itu
masih memerlukan pengolahan.
Proses pengolahan yang dilakukan, antara lain:
1. Penyaringan (screening)
Penyaringan ditujukan untuk menangkap benda-benda yang terapung
diatas permukaan air.
2. Pengendapan (sedimentation)

55
Pada proses ini, air limbah dialirkan ke dalam bak besar (sand trap)
sehingga aliran menjadi lambat dan lumpur serta pasir mengendap.
3. Proses biologis
Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat organic di
dalam limbah baik secara aerob maupun anaerob.
4. Disaring dengan saringan pasir (sand filter)
5. Desinfeksi
Desinfeksi dengan kaporit (10kg/1 juta air limbah) untuk membunuh
mikroba patogen.

6. Pengenceran
Terakhir, air limbah dibuang ke sungai, danau atau laut sehingga
mengalami pengenceran.
Semua proses pengolahan air limbah ini dilakukan dalan suatu instalasi
khusus yang dibangun diujung kota.

2.3. SALURAN PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH TANGGA (SPAL)


1. Definisi SPAL
SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah) adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk membuang air buangan dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dan
lain-lain. Tetapi bukan dari kakus/jamban.

2. Manfaat SPAL
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum
2. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah
3. Tidak menyebabkan pencemran air untuk mandi,perikanan,air sungai,atau tempa-
tempat rekreasi
4. Tidak dapat dihinggapi serangga, tikus, dan tidak menjadi tempat berkembang
biaknya berbagai bibit penyakit dan vector
5. Tidak kontak langsung dengan udara luar serta tidak dapat dicapai oleh anak-anak
6. Baunya tidak mengganggu
3. Syarat Minimal SPAL

56
1. Jarak antara lubang peresapan SPAL terletak tidak kurang dari 10 m dan
sumur/pompa tangan, sehingga tidak mencemari sumber air bersih.
2. Tidak berbau.
3. SPAL mudah dikuras atau dibersihkan dan tidak menimbulkan genangan air yang
terbuka yang dapat dipergunakan untuk sarang nyamuk.
4. Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan.

4. Cara Pemeliharaan SPAL


1. Periksa apakah terdapat kebocoran-kebocoran pipa. Apabila ada segeralah ditambal
agar tidak mencemari lingkungan.
2. Ambilah selalu Lumpur dari lubang peresapan. Semakin sering diambil semakin
lama lubang peresapan akan berfungsi.
3. Apabila SPAL tidak dapat meresapkan air lagi, angkatlah material yang
ada pada lubang peresapan (batu kali/koral, selongsong bamboo/drum) ganti dengan
yang baru.

5. Pengaruh terhadap Kesehatan


Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa
banyakpenyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah.
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah ini, maka air
limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :

a) Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, dan media berkembang
biaknya mikroorganisme pathogen.
1. Virus
Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya
masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent)
pengolahan air.
2. Vibrio Cholera

57
Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air limbah yang
telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.
3. Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b
Merupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus yang banyak terdapat di
dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan
makanan yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang banyak berpenyakit typhus.
4. Salmonella Spp
Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air
hasil pengolahan.
5. Shigella SppAdalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang
tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran
manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.
6. Basillus Antraksis
Adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan
terhadap pengolahan.
7. Brusella Spp
Adalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta menyebabkan keguguran
(aborsi) pada domba.
8. Mycobacterium Tuberculosa
Adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang
berasal dari sanatorium.
9. Leptospira
Adalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama berasal dari tikus selokan .
10. Entamuba Histolitika
Dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan penyebaran melalui Lumpur
yang mengandung kista.
11. Schistosoma Spp
Penyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan pada saat melewati
pengolahan air limbah.
12. Taenia Spp

58
Adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang sangat tahan terhadap
cuaca.
13. Ascaris Spp. Enterobius Spp
Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan dan
Lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.
b) Menjadi tempat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup
larvanyamuk.
c) Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak
sedap/gangguanterhadap keindahan.
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh perusahaan yang
memproduksi bahan organic seperti tapioca, maka setiap hari akan dihasilkan air
limbah yang berupa bahan-bahan organic dalam jumlah yang sangat besar. Ampas
yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama.
Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami proses pembusukan dari zat
organic yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil
pengurangan dari zat organic yang sangat menusuk hidung.
Disamping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas akan
memerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat sekitarnya.
Pembuangan yang sama akan dihasilkan oleh perusahaan yang menghasilkan minyak
dan lemak, selain menimbulkan bau juga menyebbkan tempat di sekitarnya menjadi
licin. Selain bau dan tumpukan ampas yang menggangu, maka warna air limbah yang
kotor akan menimbulkan gangguan pemandangan yang tidag kalah besarnya.Keadaan
yang demikian akan lebih parah lagi, apabila pengotoran ini dapat mencapai daerah
pantai dimana daerah tersebut merupkan derah tempat rekreasi bagi masyarakat
sekitarnya.
Pada bangunan pengolah air limbah sumber utama dari bau berasal dari :
1. Tangki pembusuk air limbah yang berisikan hydrogen sulfida air dan bau-bau lain
yang melewati bangunan pengolahan.
2. Tempat pengumpulan buangna limbah industri.
3. Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan.

59
4. Buih atau benda mengapung yang terdapat pada tangki pengendap pertama.
5. Proses pengolahan bahan organic.
6. Tangki pengentalan (thickener) untuk mengambil Lumpur.
7. Pembakaran limbah gas yang menggunakan suhu kurang dari semestinya.
8. Proses pencampuran bahan kimia.
9. Pembakaran Lumpur.
10. Penimbunan Lumpur dan pengolahan Lumpur melalui proses pengeringan.

Adapun cara untuk mengatasi bau dapat ditempuh dengan beberapa macam cara
antara lain :
1. Secara Fisik
Dengan melakukan pembakaran, dimana gas dapar dikurangi melalui pembakaran
pada suhu yang bervariasi antara 650-7500c. Untuk mengurangi kebutuhan suhu
yang tinggi dapat dikurangi melalui katalisator. Penyerapan dan karbon aktif adalah
juga bisa diterapkan dengan melewatkan udara ke dalam hamparan atau lapisan. Gas
yang berkontak dengannya akan diserap sehingga bau akan dapat dikurangi, begitu
juga halnya dengan penyerapan melalui pasir dan tanah. Pemasukan oksigen ke
dalam limbah cair adalah salah satu cara yang bisa diterapkan untuk menjaga proses
terjadinya pengolahan anaerobdapat dihindari sehingga gas yang ditimbulkan karena
proses tersebut dapat dihindari.Penggunaan menara (tower) juga dapat dipergunakan
untuk mengurangi pencemaran yang disebabkan oleh adanya bau melalui proses
pengenceran di udra terbuka karena udara dari cerobong tidak mencapai langsung
kedaerah pemukiman, dengan demikian bau yang ada dapat dicegah.
2. Secara Kimiawi
Untuk menghilangkan gas yang berbau dapat juga dilakukan dengan cara
melewatkan gas pada cairan basa seperti kalsium dan sodium hidroksida untuk
menghilangkan bau. Apabila kadar karbondioksidanya tinggi maka biaya
pengolahannya juga menjadi sangat tinggi, sehingga biaya ini merupakan salah satu
penghambat yang besar. Dengan melakukan oksidasi pada pengolahan air limbah
merupakan cara yang baik agar bau klorin dan ozon dapat dihindari. Adapun bahan
yang dipergunakan sebagai bahanm oksidator adalah hydrogen peroksida.

60
Pengendapan dengan bahan kimia membuat terjadinya endapan dari sulfida dengan
gram metal khususnya besi.
3. Secara Biologis
Air limbah dilewatkan melalui penyaringan yang menetes (trickling filter)
atau dimasukkan ke dalam tangki Lumpur aktif untuk menghilangkan komponen
yang berbau. Penggunaan menara khusus dapat dipergunakan untuk menangkap bau,
adapun jenis menara itu diisi dengan media plastik yang bervariasi sebagai tempat
tumbuhnya bakteri.
d) Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainya.
e) Gangguan terhadap kerusakan benda.
Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang agresif, maka
mau tidak mau akan mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat
dari besi serta bangunan aiar yang kotor liannya. Dengan cepat rusaknya benda
tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan
menimbulkan kerugian material. Selain karbon dioksida gresif, maka tidak kalah
pentingnya apabila air limbah itu adalah air limbah yang berkadar pH rendah atau
bersifat asam maupun pH tinggi yangbersifat basa. Melalui pH yang rendah maupun
pH yang tinggi mengkibatkan timbulnya kerusakan pada benda-benda yang
dilaluinya.
Lemak yang merupakan sebagian dari komponen air limbah mempunyai
sifat yang menggumpal pada suhu udara normal, dan akan berubah menjadi cair
apabila berada pada suhu yang lebih panas. Lemak yang merupakan benda cair pada
saat dibuang ke saluran air limbah akan menumpuk secara kumulatif pada saluran air
limbah karena mengalami pendinginan dan lemak ini akan menempel pada dinding
saluran air limbah yang pada akhirnya akan dapat menyumbat aliran air limbah.
Selainpenyumbatan akan dapat jugaterjadi kerusakan pada tempat dimana lemak
tersebut menempel yang bisa berakibat timbulnya bocor.
f) Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidaknyaman, dan
sebagainya.
g) Mengganggu kehidupan biotik

61
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan
demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen
akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian
kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga
karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut.
Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya
bakteri-bakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air
limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit
untuk diuraikan.
Selain bahan-bahan kimiayang dapatmengganggu kehidupan di dalam air,
maka kehidupan di dalam air juga dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik
seperti adanya tempertur tinggi yang dikeluarkanoleh industri yang memerlukan
proses pendinginan. Panasnya air limbah dapat mematikan semua organisme apabila
tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran air
limbah.

2.3 KERANGKA TEORI

62
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktoryang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan, yaitu :
Gambar 2.3 Bagan kerangka teori

2.4 KERANGKA KONSEP

63
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di RT
003/ RW 002, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dari
kerangka teori yang dihubungkan dengan area permasalahan.

Gambar 2.4 Bagan kerangka konsep


\

2.4 DEFINISI OPERASIONAL

64
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional.
Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan padakarakteristik yang
dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau Mengubah konsep-
konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku
atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya
oleh orang lain.
Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan
serta mengembangkan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2006). Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :

65
Tabel 2.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Pengukuran
1. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui Kuesioner Wawancara - >7: Ordinal
mengenai responden berkaitan dengan suatu Pengetahuan
saluran bangunan yang digunakan untuk Baik
- 73:
pembuangan membuang air buangan dari kamar
Pengetahuan
air limbah. mandi, tempat cuci, dapur dan lain-
Cukup
lain. Tetapi bukan dari kakus/jamban
- <3:
seperti manfaatnya, dampak buruknya
Pengetahuan
terhadap lingkungan dan kesehatan,
Kurang
serta cara pembuatannya.
2. Pengalaman Suatu peristiwa yang dialami keluarga Kuesioner Wawancara - > 4 : Pengalaman Ordinal
mengenai binaan mengenai manfaat pembuatan baik
- 43:
pembuatan SPAL
Pengalaman
SPAL.
Cukup
- < 3 : Pengalaman
Kurang
3. Tingkat Pendapatan berdasarkan UMR Kuesioner Wawancara - >2: Ordinal
ekonomi yang sehingga dapat mempengaruhi Ekonomi
mempengaruhi pengetahuan khususnya mengenai kelas atas
pengetahuan - 12:
SPAL.
tentang SPAL
Ekonomi
kelas
menengah
- <1:
Ekonomi
kelas
bawah

4. Informasi Informasi tentang penyuluhan maupun Kuesioner Wawancara - >3: Ordinal


tentang SPAL pemeriksaan serta pengawasan tentang Banyak
rumah dengan SPAL dari petugas Informasi
- 21:
kesehatan lingkungan.
Cukup
Informasi
- <1:
Kurang
Informasi
5. Tingkat Sekolah formal responden yang Kuesioner Wawancara - >9: Ordinal
pendidikan ditamatkan sehingga dapat Tingkat
yang mempengaruhi pengetahuan mengenai pendidikan
mempengaruhi SPAL. Tinggi
- 95:
pengetahuan
Tingkat
tentang SPAL.
pendidikan
Sedang
- <5:
Tingkat
Pendidikan
Rendah
6. Faktor Pola kebiasaan di lingkungan Kuesioner Wawancara - >1: Ordinal
lingkungan responden yang berkaitan dengan Lingkungan
yang SPAL seperti cara pembuangan air Baik
- 1 : Lingkungan
mempengaruhi limbah rumah tangga yang salah
Cukup
kesadaran karena pengaruh lingkungan dan tidak
- <1:
pembuatan tersedianya sarana pendukung
Lingkungan
SPAL pembuatan SPAL di lingkungan sekitar.
Buruk
7. Faktor usia Usia individu terhitung mulai saat Kuesioner Wawancara - Usia 20
yang dilahirkan sampai saat berulang tahun, thn
- Usia 21
mempengaruhi semakin cukup umur tingkat
40 thn
pengetahuan kematangan dan kekuatan seseorang
Usia 41- 60
mengenai akan lebih mapan dalam berfikir
thn
Saluran mengenai Saluran Pembuangan Air
Pembuangan Limbah
Air Limbah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah,


langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus
dilakukan secara objektif dan rasional.

3.1 POPULASI PENGUMPULAN DATA


Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat
sosial, perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel.
Populasi adalah keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002).
Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah keluarga di RT 003/RW 002,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.

3.2 SAMPEL PENGUMPULAN DATA


Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2002). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah keempat keluarga binaan
di RT 003/ RW 002, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah
anggota dari keluarga binaan yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria
inklusi mencakup usia >17 tahun, sehat mental dan tidak cacat fisik.
Responden adalah sebagian sampel yang mau berpartisipasi pada penelitian
ini diambil dari peneliti langsung melakukan observasi ke rumah keluarga
binaan dan pengumpulan data dengan kuesioner.

3.3 RESPONDEN PENGUMPULAN DATA


Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota
keluarga binaan yang kooperatif, usia diatas 17 tahun, bisa membaca dan
menulis, sehat jasmani dan rohani yaitu sebanyak 12 orang, yaitu: keluarga
Ny. Maryani sebanyak 3 orang, Ny. Muniroh sebanyak 5 orang, Ny. Indah
sebanyak 2 orang, Ny. Sari sebanyak 2 orang.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
- Bersedia untuk menjadi informan
- Merupakan anggota keluarga binaan
- Usia diatas 17 tahun
- Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, yaitu :
- Tidak bersedia menjadi informan
- Berusia diatas 65 tahun dan atau dibawah 17 tahun
- Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
- Memiliki gangguan mental

3.4 JENIS DAN SUMBER DATA


3.4.1 Jenis data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata,
bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui
berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara,
analisis, observasi yang telah dituangkan dalam catatan
lapangan (transkrip).
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau
bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah
atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika
atau statistika.
Data kuantitatif yang diperoleh adalah berupa data diskrit
dan data kontinu yaitu :
1. Data diskrit
Dalam penelitian ini terdapat 12 responden yang
tercantum dalam tabel 3.1. dan tabel 3.2 mengenai jumlah
perempuan dan laki-laki serta distribusi tingkat pendidikan
pada keluarga binaan.

Tabel 3.1 Jumlah perempuan dan laki-laki pada Keluarga Binaan di


RT 003/ RW 002, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Agustus 2014

JenisKelamin JumlahResponden
Laki-laki 6
Perempuan 6
Total 12

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga


Binaan di RT 003/ RW 002, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus 04
September 2014
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
Tidak sekolah 0 0
SD 7 58,33 %
SMP 0 0
SMA 5 41,67%

2. Data kontinu diperoleh dari segi umur atau usia yang


tercantum dalam tabel 3.3
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan diRT 003/
RW 002, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus 04 September 2014

Umur (dalamtahun) Jumlah Persentase


< 20 2 16,66%
21-40 5 41,67 %
41-60 5 41,67 %
>60 0 0

3.4.2 Sumber Data


Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para
responden yaitu empat keluarga binaan di RT 003/ RW 002,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan
langsung ke rumah, melalui hasil wawancara terpimpin, analisis
dan observasi pada keluarga binaan di RT 003/ RW 002, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten
b. Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas
Tegal Angus. Berupa data angka kejadian 10 penyakit terbanyak
Puskesmas Tegal Angus tahun 2014 dan data Gizi Anak di
Puskesmas Tegal Angus tahun 2014.
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilku karya Soekidjo Notoatmodjo tahun 2007 dan internet.
Data yang didapat dari buku dan internet yaitu mengenai
Manajemen Penelitian, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan,
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pokokpokok metodologi
penelitian, Pendidilkan dan Ilmu Perilaku, Memahami Penelitian
Kualitatif dan lain-lain

3.4.3 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data
merupakan sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat,
seperti cek list, kuesioner, perangkat tes, pedoman wawancara,
pedoman observasi, skala, kamera foto dan sebagainya. Instrumen
yang kami pakai untuk mengumpulkan data adalah kuesioner.

3.4.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan bagi antar penting dalam suatu
langkah-langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data
yang diperlukan, maka digunakan beberapa metode dalam proses
pengumpulan data.
Metode yang kami pakai dalam mengumpulkan data adalah
wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat
untuk mengumpulkan data-data.
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data

TANGGAL KEGIATAN
Selasa, 19 agustus a. Pengumpulan data program wajib Puskesmas Tegal
2014 Angus, laporan penyakit dan gambaran Desa Tanjung
Pasir.
b. Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga
binaan.
c. Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga
binaan.
Rabu, 20 Agustus a. Observasi rumah keluarga binaan.
2014 b. Pengumpulan data dari Puskesmas Tegal Angus yang
berhubungan dengan beberapa masalah yang
ditemukan pada keluarga binaan.
c. Diskusi kelompok menentukan area permasalahan
dengan menjabarkan permasalahan pada keluarga
binaan masing-masing.
Kamis, 21 Agustus Diskusi kelompok menentukan area permasalahan
2014 Pengetahuan mengenai saluran pembuangan limbah
cair rumah pada keluarga binaan RT 003/ RW 002
Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten
Sabtu, 23 Agustus a. Diskusi dengan dr. Taufit Wiryawan (Kepala PKM
2014 Tegal Angus)
b. Diskusi kelompok :
1. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan
area masalah.
Membuat kerangka teori dan pertanyaan mengenai
seputar faktor-faktor yang berkaitan dengan area
masalah.

TANGGAL KEGIATAN
c. Menentukan teknik dan instrumen pengumpulan data,
disepakati melalui observasi dan wawancara dengan
metode checklist
Diskusi kelompok:
1. Membuat kerangka konsep
2. Membuat definisi operasional
3. Membuat checklist
Diskusi Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Minggu, 24 Agustus Mengunjungi keluarga binaan untuk pengisian kuesioner
2014
Senin, 25 Agustus 1. Mengolah data yang diperoleh dari pengamatan
2014 langsung
2. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari
hasil checklist dan kuesioner
3. Membuat laporan
Kamis, 04 September Melakukan Intervensi kekeluarga binaan.
2014

3.4.5 Pengolahan Data dan Analisa Data


Untuk pengolahan data tentang Pengetahuan mengenai saluran
pembuangan limbah cair rumah pada keluarga binaan RT 003/ RW
002 Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten digunakan cara manual dan bantuan
software pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft
Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan
menggunakan analisa univariat.
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali
setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk
meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data
tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut
dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel independen yang
diukur adalah :
1. Tingkat pendidikan
2. Paparan informasi pola makan gizi seimbang dari tenaga kesehatan
3. Faktor lingkungan terhadap pola makan keluarga.
4. Taraf ekonomi
5. Pengalaman mengenai faktor yang mempengaruhi pola makan gizi
seimbang

BAB IV
HASIL ANALISA
4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari
data karakteristik responden yang terdiri dari empat keluarga binaan di RT
003 / RW 002 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten yakni: keluarga Ny. Maryani, Ny. Indah Ny Sari,
dan Ny. Muniroh.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Keluarga Binaan di RT 003 / RW 002 Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus
04 September 2014

Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Laki laki 6 50 %
Perempuan 6 50 %

Diagram 4.1 Distribusi Jenis Kelamin pada keluarga binaan di RT 003 / RW 002 Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus
04 September 2014
Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang distribusi jenis kelamin pada keluarga
binaan didapatkan jumlah anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan
sama dengan jenis kelamin laki-laki.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di RT 003 / RW 002 Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus 04
September 2014
Umur (dalam tahun) Jumlah Persentase
11-20 2 16,66 %
21-30 3 25 %
31-40 2 16,66 %
> 40 5 41,66 %

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Usia pada keluarga binaan di RT 003 / RW 002 Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus
04 September 2014

Berdasarkan dari diagram 4.2 tentang frekuensi berdasarkan usia pada


keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang
berusia > 40 tahun (41,66 %).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di RT 003 / RW 002
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19
Agustus 04 September 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


SD 7 58,33 %
SMP 0 0%
SMA 5 41,66 %
Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di RT 003 / RW
002 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19
Agustus 04 September 2014
Berdasarkan dari Diagram 4.3 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari
keluarga binaan adalah SD sebanyak 7 orang (58,33 %).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di RT 003 / RW 002 Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus
04 September 2014

Pekerjaan Jumlah Persentase


Tidak Bekerja 0 0%
Ibu Rumah Tangga 3 25 %
Nelayan 3 25 %
Karyawan 1 8, 33 %
Pelajar 2 16,66 %
Pedagang / wiraswasta 3 25 %
Diagram 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di RT 003 / RW 002 Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus
04 September 2014

Berdasarkan Diagram 4.4 diatas dapat dilihat bahwa Distribusi Pekerjaan


terbanyak adalah Ibu rumah tangga, nelayan, pedagang / wiraswata yang masing
masing sebanyak 3 orang 25 %.

4.2 Analisis Univariat


Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-
variabel dalam check list dan kuesioner yang diambil langsung pada empat
rumah keluarga binaan pada bulan Agustus 2014.

Tabel 4.5 Distribusi responden terhadap aspek pengetahuan terhadap Saluran Pembuangan
Air Limbah di RT 003 / RW 002 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus 04 September 2014

Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 2 16,67 %
Cukup 1 8,33 %
Kurang 9 75 %
Total 12 100 %

Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 9 orang responden (75


% ) memiliki pengetahuan yang kurang terhadap Saluran pembuangan Air
Limbah.

Tabel 4.6 Distribusi responden terhadap aspek pengalaman terhadap Saluran Pembuangan Air
Limbah di RT 003 / RW 002 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus 04 September 2014

Pengalaman Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 3 25 %
Cukup 4 33,33 %
Kurang 5 41,67 %
Total 12 100 %

Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan bahwa sebanyak 5 orang responden


(41,67 %) memiliki pengalaman yang kurang terhadap Saluran pembuangan Air
Limbah.
Tabel 4.7 Distribusi responden terhadap aspek ekonomi mengenai pengetahuan tentang
Saluran Pembuangan Air Limbah di RT 003 / RW 002 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus 04 September 2014

Ekonomi Jumlah Responden Persentase (%)

Kelas Atas 2 16,67 %


Kelas Menengah 4 33,33 %
Kelas Bawah 6 50 %
Total 12 100 %

Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan bahwa sebanyak 6 orang responden (50


%) termasuk kedalam ekonomi kelas bawah untuk menunjang pengetahuan
mengenai Saluran pembuangan Air Limbah.
Tabel 4.8 Distribusi responden terhadap aspek informasi terhadap Saluran Pembuangan Air
Limbah di RT 003 / RW 002 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus 04 September 2014

Informasi Jumlah Responden Persentase (%)

Banyak 1 8,33 %
Cukup 3 25 %
Kurang 8 66,67 %
Total 12 100 %
Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan bahwa sebanyak 8 orang responden
(66,67 %) memiliki informasi yang kurang terhadap Saluran pembuangan Air
Limbah.

Tabel 4.9 Distribusi Responden terhadap aspek tingkat pendidikan terhadap pengetahuan
Saluran Pembuangan Air Limbah di RT 003 / RW 002 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus 04 September 2014

Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

Tinggi 2 16,67 %
Sedang 3 25 %
Rendah 7 58,33 %
Total 12 100 %

Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan bahwa sebanyak 7 responden (58,33 %)


memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Tabel 4.10 Distribusi responden terhadap aspek lingkungan terhadap pengetahuan mengenai
Saluran Pembuangan Air Limbah di RT 003 / RW 002 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 19 Agustus 04 September 2014

Faktor Lingkungan Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 4 33,33 %
Cukup 2 16,67 %
Buruk 6 50 %
Total 12 100%

Berdasarkan Tabel 4.10 didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (50 %)


berada pada faktor lingkungan yang buruk.

4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah


Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan
rencana intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan
pembuatan diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah
sampai dengan akar - akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan
rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah
tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.11 Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi

No. Akar Penyebab Alternatif Rencana Intervensi Yang


Masalah Pemecahan Intervensi Dilakukan
Masalah
1. Kurangnya Memberikan Memotivasi Jangka pendek
kesadaran akan informasi kepada keluarga binaan
pentingnya Penyuluhan
keluarga binaan untuk mengikuti
pendidikan tentang pentingnya
tentang program
pendidikan dan
pentingnya pendidikan 12
manfaatnya dalam
pendidikan tahun
kehidupan sehari-
hari sehingga
dapat
meningkatkan
pengetahuan
mengenai SPAL

Jangka panjang

Memberikan
informasi tentang
pentingnya
pendidikan lebih
tinggi serta
memberikan
infomasi tentang
program beasiswa
yang ada
diberbagai jenjang
pendidikan,
sehingga dapat
meningkatkan
wawasan keluarga.

2. Kurangnya Memberikan Memberikan Jangka Pendek


penyuluhan, penjelasan informasi tentang
himbauan, atau Memberikan
mengenai manfaat pentingnya
promosi kesehatan penyuluhan
mengenai SPAL. SPAL dan penggunaan SPAL
semenarik
dampak yang pada lingkungan
mungkin
ditimbulkan rumah tangga.
mengenai manfaat
apabila tidak
SPAL dan
adanya SPAL.
menjelaskan
dampak buruk
pada lingkungan
.
rumah tangga
yang tidak
menggunakan
SPAL.

3. Faktor lingkungan Memberikan Melakukan Jangka pendek


yang mempengaruhi informasi kepada pendekatan kepada
pembuatan SPAL Memberikan
keluarga binaan pelayanan
penyuluhan dan
mengenai kesehatan dan
referensi mengenai
pentingnya SPAL anggota keluarga
pembuatan SPAL
rumah tangga. tentang pentingnya
rumah tangga.
SPAL rumah
tangga. Jangka panjang

Melatih para kader


untuk berperan
aktif dalam
promosi kesehatan
lingkungan dan
kesehatan setiap
anggota keluarga
binaan secara
berkala,
memberikan
pendidikan tentang
manfaat dan
dampak SPAL
bagi kesehatan
disertai survey
kesehatan pada
keluarga binaan,
mengadakan
pelacakan angka
kejadian banjir
dan upaya untuk
membangun
selokan dan
survey kesehatan
lingkungan dan
keluarga binaan.

4. Tidak adanya contoh Memberikan Memberikan Jangka pendek


SPAL yang baik dan contoh pembuatan informasi
benar Menggunakan
SPAL yang baik mengenai
poster sebagai
dan benar pembuatan SPAL
media informasi
yang baik dan
tentang
benar.
penggunaan SPAL
yang baik dan
benar.

Jangka panjang
Menciptakan suatu
lingkungan dengan
pembuangan air
limbah yang baik
dan benar.

5. Kurangnya dana Memotivasi Memberikan Jangka Pendek


untuk mencari tahu keluarga binaan penyuluhan
tentang SPAL Memberikan
untuk bekerja tentang pentingnya
penyuluhan
lebih giat lagi bekerja keras
tentang manfaat
agar dapat untuk mendapat
hidup hemat dan
menambah penghasilan yang
membiasakan
penghasilan maksimal dan
untuk menabung
pentingnya
menabung dan Jangka panjang
hidup hemat
Mengadakan
kursus
keterampilan
untuk menambah
keterampilan
keluarga binaan
agar dapat bekerja
atau membuka
lapangan usaha
sendiri untuk
menambah
pendapatan
6. Faktor usia terhadap Memberi tahu Memotivasi anggota Jangka pendek
pengetahuan tentang kepada anggota keluarga yang usia
Memberikan
SPAL keluarga yang usia produktif untuk
produktif membagi contoh pada
hendaknya pengetahuan tentang anggota keluarga
mempunyai SPAL kepada yang usia
pengetahuan yang generasi berikutnya produktif
luas tentang SPAL bagaimana
caranya membagi
pengetahuan tentang
SPAL kepada
generasi berikutnya

Jangka panjang

Mengumpulkan
anggota keluarga
yang masih usia
produktif untuk
melakukakan
pembuatan SPAL
agar dapat menjadi
contoh untuk
generasi
berikutnya

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

5.1.1 Area Masalah

Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga


binaan yang bertempat tinggal di Desa Tanjung Pasir RT/RW 003/002,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang maka dilakukanlah diskusi
kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
Pengetahuan Mengenai Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah
Tangga.

5.1.2 Akar Penyebab Masalah


1. Keluarga binaan lebih mengutamakan bekerja daripada sekolah.
2. Tingkat pendapatan yang rendah pada keluarga binaan.
3. Kurangnya penyuluhan, himbauan, atau promosi kesehatan mengenai
SPAL.
4. Kebiasaan sejak dini pada keluarga binaan untuk membuang air limbah
tidak pada SPAL.
5. Tingkat pendidikan yang rendah pada keluarga binaan

5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah


1. Memberikan informasi kepada keluarga binaan tentang pentingnya
pendidikan.
2. Menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang langsung ke masyarakat.
3. Memberikan penjelasan mengenai manfaat SPAL dan dampak yang
ditimbulkan apabila tidak adanya SPAL.

4. Memberikan edukasi tentang dampak buruk pembuangan air limbah yang


tidak pada SPAL.

5. Memberikan informasi kepada keluarga binaan mengenai pentingnya SPAL


rumah tangga.

5.1.4 Intervensi yang Dilakukan


Memberikan referensi kepada keluarga binaan mengenai pentingnya saluran
pembuangan air limbah rumah tangga :
1. Penyuluhan tentang pentingnya pendidikan dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai SPAL.
2. Memaksimalkan promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan di dalam
bidang kesehatan lingkungan setempat.

3. Memberikan penyuluhan semenarik mungkin mengenai manfaat SPAL


dan menjelaskan dampak buruk pada lingkungan rumah tangga yang
tidak menggunakan SPAL.
4. Menggunakan poster sebagai media informasi tentang penggunaan
SPAL yang baik dan benar.

5. Memberikan penyuluhan dan referensi mengenai pembuatan SPAL


rumah tangga.

5.2 SARAN

Bagi Masyarakat Desa Tanjung Pasir


a. Diharapkan masyarakat Desa Tanjung Pasir memiliki kesadaran tentang pentingnya
pendidikan.
b. Diharapkan masyarakat setempat mengadakan kegiatan berkala mengenai evaluasi
pembuangan air limbah rumah tangga.
c. Memberikan saran kepada tokoh masyarakat untuk mengajak masyarakatnya
mengikuti penyuluhan tentang pembuatan SPAL.

Bagi Puskesmas Tegalangus


a. Menyarankan pihak pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan informasi dan
penyuluhan lebih lanjut mengenai manfaat penggunaan SPAL bagi warga Desa
Tanjung Pasir.
b. Seluruh civitas puskesmas Tegalangus maupun kader diharapkan dapat bekerja sama
membina warga dalam hal terlaksananya penggunaan SPAL demi meningkatkan
kesehatan warga.
c. Pemerintah setempat bersama pihak Puskesmas Tegalangus mendukung dengan
selalu menghimbau kepada warganya untuk mengikuti penyuluhan tentang
penggunaan SPAL.
d. Pihak puskesmas yang tidak berhenti untuk selalu mengingatkan warga pentingnya
manfaat SPAL di sekitar rumah warga.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.yarsi.ac.id/component/content/article/102-yarsi-village/521-selayang-
pandang-daerah-binaan-desa-tanjung-pasir-kecamatan-teluk-naga-kabupaten-
tangerang.html
2. Wirawan, Taufit. 2013. Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2013. Pemerintah
Daerah Kabupaten Tangerang Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Puskesmas Tegal
Angus.
3. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : PT
RINEKA CIPTA
4. Dietary Guidelines for aericans. 2005. Washington DC : US Dept of Health and
Human Service of US Agriculture
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner No. Responden :

KUESIONER PENGETAHUAN MENGENAI SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH


RUMAH TANGGA DI KELUARGA BINAAN DESA TANJUNG PASIR RT/RW 003/002
KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Penghasilan Per Bulan :
Pilihan ganda, pilih salah satu jawaban di bawah ini,jika benar [ ]
I. ASPEK PENGETAHUAN
1. Menurut anda apakah air limbah rumah tangga itu ?
a. Air sisa dari rumah tangga, seperti mandi, mencuci piring/pakaian, memasak.
b. Air sisa dari air hujan yang jatuh dari atap bangunan rumah yang masuk ke
selokan
c. Tidak tahu
2. Menurut anda pentingkah adanya Saluran Pembuangan Air Limbah ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
3. Menurut anda apa saja jenis limbah rumah tangga itu ?
a. Limbah dari sisa kegiatan rumah tangga
b. Limbah padat, limbah cair, limbah yang bisa di daur ulang dan limbah barang
bekas berbahaya
c. Tidak tahu
4. Menurut anda apakah limbah rumah tangga berpengaruh terhadap kesehatan
keluarga ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
5. Menurut anda jenis penyakit apa saja yang bisa muncul akibat pembuangan limbah
yang tidak benar ?
a. Tipus, diare, cacingan, demam berdarah, gatal-gatal pada kulit
b. Penyakit paru-paru, darah tinggi, kencing manis
c. Tidak tahu
6. Apakah anda dan anggota keluarga anda pernah mengalami salah satu penyakit
(thypus, diare, cacingan, demam berdarah, gatal-gatal pada kulit) yang muncul akibat
pembuangan limbah yang salah ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

II. ASPEK PENGALAMAN


7. Apakah anda pernah memiliki SPAL ?
a. Ya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
8. Apakah anda pernah merasakan dampak tidak adanya SPAL ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
9. Jika YA, dampak apa yang ditimbulkan kepada anda ?
a. Banjir, pencemaran lingkungan, diare
b. Genangan air di pekarangan rumah, demam, batuk
c. Tidak tahu
III. ASPEK EKONOMI
10. Apakah penghasilan perbulan anda lebih dari Rp. 2.442.000,00 ?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah dari penghasilan anda cukup untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga
anda ?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah dari penghasilan anda dapat memenuhi keperluan tambahan di keluarga anda
?
a. Ya
b. Tidak

IV. ASPEK INFORMASI


13. Apakah anda pernah mencoba mencari informasi mengenai pembuatan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah di lingkungan tempat tinggal anda terdapat papan informasi, spanduk,
ataupun media lainnya mengenai system pembuatan saluran pembuangan air limbah
rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah anda sering mengikuti penyuluhan tentang informasi pembuatan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
16. Menurut anda apakah informasi mengenai pembuatan saluran pembuangan air limbah
rumah tangga itu penting untuk meyakinkan masyarakat untuk hidup sehat ?
a. Ya
b. Tidak

V. ASPEK PENDIDIKAN
17. Apakah anda pernah mendapat pelajaran tentang pembuatan saluran pembuangan air
limbah rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
18. Apakah anda pernah mendapatkan informasi selain di bangku sekolah mengenai
saluran pembuangan air limbah rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
19. Apakah system pembuangan air limbah di rumah anda sudah benar ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
20. Apakah di lingkungan anda pernah terdapat penyuluhan tentang saluran pembuangan
air limbah rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
21. Apakah anda merasa perlu penyuluhan mengenai saluran pembuangan air limbah
rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
22. Menurut anda apakah pemerintah memberikan fasilitas sarana saluran pembuangan
air limbah rumah tangga yang baik ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
23. Apakah saat ini anda butuh fasilitas untuk menunjang pembuatan saluran pembuangan
air limbah rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

VI. ASPEK LINGKUNGAN


24. Apakah tetangga anda sudah memiliki saluran pembuangan air limbah rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
25. Apakah anda pernah menyampaikan keinginan masalah pembuatan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga kepada RT/RW setempat ?
a. Ya
b. Tidak
Lampiran 2 : Skoring Kuesioner

I. ASPEK PENGETAHUAN
Jika responden menjawab option :
A diberikan poin 2
B diberikan poin 1
C diberikan poin 0

II. ASPEK PENGALAMAN


Jika responden menjawab option :
A diberikan poin 2
B diberikan poin 1
C diberikan poin 0

III. ASPEK EKONOMI


Jika responden menjawab option :
A diberikan poin 1
B diberikan poin 0

IV. ASPEK INFORMASI


Jika responden menjawab option :
A diberikan poin 1
B diberikan poin 0

V. ASPEK PENDIDIKAN
Jika responden menjawab option :
A diberikan poin 2
B diberikan poin 1
C diberikan poin 0

VI. ASPEK LINGKUNGAN


A diberikan poin 1
B diberikan poin 0
Lampiran 3 : Fish Bone

LINGKUNGAN INFORMASI PENDIDIKAN


Tidak adanya penggunaan SPAL Kurangnya pengetahuan tentang SPAL Tingkat pendidikan yang rendah
yang baik dan benar di pada keluarga binaan
lingkungan rumah Keluarga binaan lebih mengutamakan
Keluarga binaan berarnggapan Kurangnya tenaga kesehatan mencari penghasilan sejak dini dari
SPAL tidak penting memberikan penyuluhan tentang SPAL pada meningkatkan kualitas
pendidikan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi Kurangnya penyuluhan, himbauan, atau


Kurangnya kesadaran akan
kesadaran pembuatan SPAL promosi kesehatan mengenai
pentingnya pendidikan PENGETAHUAN
pengetahuan SPAL
MENGENAI
SALURAN
Faktor usia terhadap pengetahuan Tidak tersedianya dana untuk mencari Tidak ada contoh SPAL yang baik PEMBUANGAN
tahu tentang SPAL dan benar AIR LIMBAH
tentang SPAL

Keluarga binaan lebih mengutamakan memenuhi


Usia 20 thn, 21 - 40 thn, 41 - 60 Tidak pernah membuat SPAL yang
kebutuhan primer
thn tidak tahu tentang SPAL baik dan benar

Karena SPAL tidak penting Pengetahuan yang kurang mengenai Kurangny pengalaman tentang SPAL
Saluran Pembuangan Air Limbah yang baik dan benar

USIA EKONOMI PENGALAMAN

98
Lampiran 4 : POSTER

99
Lampiran 5 : LEAFLET

100
Lampiran 6

1. Foto Keluarga Binaan Ny. Muniroh/Tn. Matsurat

101
2. Foto Keluarga Binaan Ny. Indah/Tn. Mamat

102
3. Foto Keluarga
Binaan Ny.

Sari/Tn. Maan

103
104
4. Foto keluarga Binaan Ny. Maryani/Tn. Asbun

105
106

Anda mungkin juga menyukai