Pembimbing
disusun oleh:
Tommy Wibowo
1110103000058
JAKARTA 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya dan tak lupa shalawat dan salam Kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Referat Infeksi Masa Nifas ini dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di
RSUP Fatmawati.
kami mengucapkan terima kasih kepada para pengajar, fasilitator, dan narasumber
SMF Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUP Fatmawati, khususnya dr. Aditya Rangga, SpOG.
(K) selaku pembimbing.
Kami menyadari bahwa penyusunan Makalah Referat ini masih belum sempurna, serta
banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan Makalah Referat ini. Semoga Makalah
Laporan Presentasi Kasus ini bermanfaat.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI..ii
BAB I PENDAHULUAN...1
BAB IV KESIMPULAN..10
DAFTAR PUSTAKA..15
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir setelah alat-alat kandungan
kembali seperti semula (sebelum hamil). Periode nifas (puerperium) adalah 6 sampai 8
minggu setelah persalinan. Wanita yang mengalami puerperium disebut sebagai puerpera.
Lahirnya plasenta, menandakan berakhirnya proses intrapartum. Kembalinya alat-alat
kandungan seperti semula, menandakan kembalinya wanita kepada fisiologis normal
sebelum proses kehamilan.1
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan angka yang menunjukkan tingkat kematian ibu
sejak masa kehamilan, kelahiran, hingga 42 hari setelah kelahiran (nifas).
2.2.Tahapan Puerperium
Pada fase ini sangat penting untuk memantau tanda-tanda bahaya seperti
Proses ini dapat berlangsung sangat gradual dan sangat jarang terjadi proses patologi.
Fase ini adalah fase restorasi dari tonus otot dan jaringan-jaringan ikat pulih menjadi
kondisi semulasebelum hamil. Hal inilah yang mendasari mengapa sebelum 6 bulan,
tidak dianjurkan melakukan operasi SC ataupun
intervensi operatif lainnya sebab belum putih kondisi tonus otot dan jaringanjaringan
ikat penunjang lainnya. Beberapa organ genitourinary tidak kembali seperti semula sebab
lemahnya otot-otot dasar panggul yang mengakibatkan adanya stress incontinence, sistokel,
rektokel, dan prolapse uteri.
1
Secara tiba-tiba saat setelah melahirkan, darah mengalir dari uteri keluar melalui
vagina, yang disebut sebagai lochia rubra. Lochia ini lama kelamaan akan berubah menjadi
kecoklatan dan lebih encer (lochia serosa). Dengan bertambahnya minggu, lochia ini
berumah warna menjadi kekuningan yang disebut sebagai lochia alba. Periode keluarnya
lochia ini bervariasi dengan ratarata 5 minggu.3
2.3.Epidemiologi
1
Gambar 2. Penyebab kematian ibu di Indonesia.2
2. Autogen : bakteri berasal dari tubuh ibu, namun dari daerah lain di luar jalan lahir
3. Endogen : bakteri berasal dari tubuh ibu dan berasal dari jalan lahir.
Faktor predisposisi infeksi genital pada masa nifas diantaranya adalah sebagai berikut:4
- Persalinan pervaginam :
Bila terjadi penyulit seperti ketuban pecah dini yang lama, partus lama,
hingga 13%
1
Selain faktor predisposisi terdapat faktor resiko diantaranya adalah :4
adekuat
- aktor tindakan persalinan : terutama section sesarea (5-30 kali lebih besar
Faktor-faktor diatas dapat menjadi sumber masuknya bakteri sebab adanya paparan/port de
entre bagi masuknya bakteri. Terutama kolonisasi bakteri di traktus genitalia contoh
mikroogranisme yang sering streptococcus grup A, Chlamydia trachomatis, Mycoplasma
hominis, Ureaplasma urealyticum, dan Gardnerella vaginalis berasosiasi dengan peningkatan
resiko infeksi post partum.
Berikut ini adalah beberapa kuman yang dapat menyebabkan infeksi masa nifas:
1. Escherichia coli
Bakteri ini berasal dari kandung kemih atau rectum. Bakteri ini dapat menginfeksi
daerah perineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini merupakan penyebab terjadinya
infeksi pada saluran kemih.
1
2. Streptococcus hemoliticus
Bakteri ini adalah penyebab terberat infeksi pada masa nifas. Infeksi ini bersifat eksogen
dari penderita lain, alat-alat yang tidak steril, tangan penolong, atau infeksi tenggorokan
orang lain.
3. Staphylococcus aureus
Bakteri ini masuk secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang dan sering terdapat
di tenggorokan orang sehat.
4. Clostridium welchii
Bakteri ini bersifat anaerob dan jarang ditemukan. Namun bakteri ini lebih sering
ditemukan pada abortus kriminalis dan persalinan yang ditolong oleh duku.
1
Bakteri anaerob dan aerob di identifikasi sebesar 63%, sedangkan anaerob saja sebesar
30% dan yang aerob saja hanya sebesar 7%. Bakteri anaerob termasuk didalamnya
Peptostreptococcus dan Peptococcus sebesar 45%, Bacteroides 9%, dan Clostridium 3%.
Bakteri aerob termasuk didalamnya Enterococcus 14%, streptococcus grup B 8%, dan
Escherichia coli 9%.1 Kultur bakteri rutin digunakan sebelum penatalaksanaan infeksi traktus
genitalia dan infeksi masa nifas, kultur darah menunjukan hasil positif pada 13% pasien post SC
di Parkland Hospital dan 24% di Los Angeles County Hospital.1
Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.4
Droplet infection, yaitu sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter serta petugas kesehatan. Di RS terdapat
kuman patogen yang berasal dari pasien dengan berbagai jenis infeksi. Kuman tersebut
dapat dibawa oleh aliran udara ke berbagi tempat yaitu handuk, kain, alat yang
digunakan ibu dalam masa nifas.4
Koitus pada akhir kehamilan yang menyebabkan pecah ketuban.4
Infeksi intrapartum, biasanya sudah memperlihatkan gejala pada saat
berlangsungnya persalinan seperti kenaikan suhu, leukositosis dan takikardia,
peningkatan DJJ, air ketuban keruh dan berbau. Infeksi ini dapat terjadi karena kuman
memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan saat melewati amnion dapat
menimbulkan infeksi pula pada janin. Prognosis infeksi ini bergantung pada jenis
kuman, lamanya infeksi berlangsung, dan dapat tidaknya persalinan berlangsung tanpa
banyak perlukaan jalan lahir.4
Gejala klinis terpenting untuk mendiagnosis infeksi masa nifas adalah demam. Demam
puerperium memiliki criteria sebagai berikut. 1,4
1. Peningkatan suhu lebih dari sama dengan 38,7 C dalam rentang waktu 24 jam pertama
setelah melahirkan
2. Peningkatan suhu diata 38 C pada hari kedua hingga kesepuluh postpartum.
1. Takikardi
2. Malaise umum bisa disertai menggigil
1
3. Nyeri abdomen, pada PF bimanual teraba uterus agak membesar.
4. Lochia berbau tidak sedap, bukan tanda pasti karena pada infeksi streptococcus beta
hemoliticus grup A Lochia bening dan tidak berbau
1. Metritis
Infeksi uterus pada saat pasca persalinan dikenal sebagai endometritis,
endomiometritis, dan endoparametritis. Karena infeksi yang timbul tidak hanya
menegenai desidua, miometrium, dan jaringan parametrium, maka terminology yang
digunakan saat ini ialaha metritis. 1
2. Mstitis
Yaitu infeksi dan perdangan parenkim kelenjar payudara biaanya terjadi
unilateral, dan dpata terjadi setelah satu minggu pertama persalinan biasanya tidak
sampai minggu ketiga atau keempat. Gejala awalnya yaitu demam yang disertai dengan
menggigil, mialgia, nyeri, dan takikardi. Pada Pemeriksaan Fisik ditemukan payudara
membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan disertai rasa
sangat nyeri. 4
Factor resikonya yaitu primipara, stress, teknik menyusui yang tidak benar
sehingga pengosongan payudara tidak terjadi dengan baik, pemakaian kutang yang terlalu
ketat, dan pengisapan bayi yang kuraang kuat juga dapat menyebabkan statis dan
obstruksi kelenjar payudara serta addanya luka pada putting payudara. Mastitis dapat
berassal dari luka pada putting ataupun melalui peredaran darah (hematogen). Kuman
penyebab tersering pada kultur adalah stafilokokus aureus (40%), bakteri tersebut berasal
dari hidung dan mulut bayi. 4
Mastitis dapat dibeadakan menjadi :
1. Mastitis yang menyebabkan absesdibawah areola mammae.
2. Mastitis ditengh payudara yang menyebabkan abses ditempat tersebut.
3. Mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar- kelenjar yang menyebabkan bases
antara ppayudara dan oto-otot di bawahnya. 4
1
Gambar 4. Patofisiolgi infeksi pada nifas
1
2.8. Asuhan Nifas Normal
Pelayanan pascapersalinan meliputi pencegahan, deteksi dini, pengobatan komplikasi dan
penyakit lain yang mungkin terjadi. Penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara penjarangan
kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi Ibu. Perlu ditekankan bahwa preiode pascapersalinan
adalah masa yang sangat kritis bagi Ibu, bayi, dan keluarga dari segi fisiologi, emosional, dan
social.
Pada masa pascapersalinan, hal hal yang diperlukan oleh seorang ibu adalah sebagai
berikut:
A. Informasi dan konseling tentang
- Perawatan bayi dan pemberian ASI
- Masalah yang timbul dan hal hal yang akan terjadi
- Kesehatan, higienitas dan masa penyembuhan
- Kehidupan seksual
- Kontasepsi
- Nutrisi.
B. Dukungan dari
- Petugas kesehatan
- Kondisi emosional dan psikologis ssuami serta dan keluarganya.
1
Gambar 6. Elemen kunci pelayanan kesehatan pascapersalinan
a. Masa kehamilan
2) Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
3) Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan
hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi
akan mudah masuk dalam jalan lahir.
b. Selama persalinan
1
1) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan
tidak berlarut-larut.
4) Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan tranfusi darah.
5) Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan
masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar
bersalin.
6) Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
c. Selama nifas
1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-
alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
1
2.9. Pengobatan Infeksi Masa Nifas
- Febris hingga 38 c
Pada penderita metritis ringan pasca persalinan norml pengobatan dengan antibiotic oral
biasanya akan memberikan respon terapi yang baik, namun pada metritis sedang dan berat
termasuk post SC antibiotic yang diberikan spectrum luas secara IV. Sebesar 90% pasien akan
menunjukan perbaikan dalam 48-72 jam dengan satu regimen obat namun bila >72 jam demam
tidak membaik harus dicari penyebab lainnya seperti infeksi pelvic. Pada metritis dengn
komplikasi yang sering menimbulkan demam menetap seperti abses pelvis atau tempat insisi
perlu dilakukan intervensi bedah untuk drainase abses atau evakuasi jaringan yang rusak. 1,4
Pemilihan antibiotic pada SC dapat dilihat pada gambar 7. Pada infeksi post persalinan
pervaginam regimen yang digunakan yaitu ampicillin dan gentamicin. Pemilihan antibiotic
profilaksis perioperatif yaitu single dosisi profilaksis dengan ampicillin dan cephalosporin
generasi satu cukup ideal, namun pemberian keduanya juga efektif sebagai regimen spectrum
luas atau sebagai regimen dosis multiple.1
1
2.10. Komplikasi
Metritis sebagian besar membaik dalam waktu 48-72 jam pascaterapi, tetapi sebagian
kecil dapat terjadi komplikasi diantaranya :
Yaitu terbukanya jahitan pada fasia abdomen terjadi pada 1 dari 300 SC
disebabkan oleh infeksi pada fasia dan nekrosis jaringan. Penatalaksaan dengan
antibiotic dan penjahitan ulang pada dinding abdomen.
o Peritonitis
o Selulitis parametrium
Ditandai dengan demam tinggi, rasa nyeri di perut bagian bawah kiri atau kanan,
nyeri pada pemeriksaan dalam dapat pula ditemukan tahanan padat yang berhubungan
dengan tulang panggul. Di bagian tengah dari peradangan bias tumbuh abses. Bila
1
terdapat abses, pus harus dikeluarkan karena abses berbahaya mencari jalan ke rongga
perut dan menyebabkan peritonitis.
o Abses pelvis
Selulitis parametrium dapat meluas menjadi abses pelvis dan bila hal ini terjadi
akan meluas menjadi abses pelvis. Bila hal ini terjadi harus dilakukan drainase pus
disertai antibiotik yang adekuat.
Infeksi pada luka episiotomi sudah sangat jarang terjadi, bila terjadi infeksi
kemungkinan dehisensi harus dipertimbangkan. Infeksi lebih memungkinkan pada
pasien dengan robekan perineum grade IV.
- Subinvolusi
Setelah persalinan uterus yang beratnya 1000 gram akan menjadi 40-60 gram dalam 6
minggu proses tersebut dinamakan involusi uterus yang di dahului oleh adanya kontraksi uterus
yang kuat sehingga peredaran darah dalam organ berkurang tersebut. Hal tersebut juga terjadi
karena hilangnya pengaruh estrogen dan proesteron sehingga terjadi autolysis sehingga sel-sel
otot pada dinding uterus menjadi lebih kecil/pendek. Kontraksi dalam masa nifas harusnya tetap
berlangsung walaupun tidak sekuat pada permulaan.
1
KESIMPULAN
Infeksi masa nifas merupakan terminoiogi yang umum dan dipakai untuk
menjelaskan berbagai infeksi bakterial pada organ reproduksi yang terjadi pascapersalinan.
Faktor risiko untuk terjadinya infeksi nifas sangat bervariasi, dibagi menjadi beberapa faktor
yaitu berkaitan dengan status sosioekonomi, berkaitan dengan proses persalinan (seperti partus
lama, lamanya ketuban pecah, korioamnionitis, jumlah pemeriksaan dalam yang dilakukan
selama proses persalinan) serta yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan pada saat
persalinan (terutama sectio).3
Bakteri penyebab infeksi merupakan bakteri yang memang terdapat pada jalan lahir. Pada
infeksi streptokokus beta hemolitikus terutama yang dapat berakibat fatal. Cara terjadinya
infeksi yaitu pada keadaan tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang ada pada vagina kedalam uteri,
droplet infeksi, infeksi dari RS, dan infeksi intrapartum.3
Infeksi uteri pasca persalinan yang dikenal yaitu metritis. Dengan gejala klinik suhu
melebihi 38 C disertai mengigil, demam biasanya pada hari ke-3, nadi cepat, nyeri abdomen
pada pemeriksaan bimanual agak membesar, nyeri dan lembek. Gejala lain yaitu lokhia yang
berbau menyengat juga sering menyertai, tetapi bukan merupakan tanda pasti karena pada
infeksi oleh streptokokus hemolitikus grup A-B sering disertai lokhia bening yang tidak berbau.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Haulth JC, Wenstrom KD.
Williams Obstetrics. New York : McGraw-Hill 2014.p. 911-936.
1
2. Survey Dinas Kesehatan tahun 2007.
4. Saifuddin, AB. Ilmu Kandungan. Edisi Keempat. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta. 2010.