Anda di halaman 1dari 3

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI TERHADAP PEMBANGUNAN PLTU JENEPONTO

SULAWESI SELATAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

Abstrak
Garis pantai suatu wilayah selalu mengalami perubahan secara fisik dari tahun ke tahun.
Perubahan tersebut diakibatkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi seperti erosi,
sedimentasi, arus, pasang surut dan faktor lainnya seperti aktifitas manusia. Berdasarkan wilayah
administrasi Kabupaten Jeneponto berbatasan dengan sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa
dan Takalar, sebelah Selatan dengan Laut Flores, sebelah Barat dengan Kabupaten Takalar, dan
sebelah Timur dengan Kabupaten Bantaeng. Wilayah bagian selatan yang berbatasan dengan
Laut Flores memiliki panjang garis pantai 114 km.
Pembangunan PLTU Jeneponto dilakukan dalam rangka mengatasi krisis yang terjadi
pada sistem kelistrikan Wilayah Sulawesi Selatan. Pembangunan ini akan sangat mempengaruhi
perubahan garis pantai. Sehingga, dalam melakukan evaluasi perubahan garis pantai di
Kabupaten Jeneponto diperlukan sebuah metode dan teknologi yang tepat. Berbagai macam
metode geodesi dapat ditawarkan untuk mengevaluasi perubahan garis Pantai, baik secara
terestrial, maupun ekstra terestrial. Penggunaan Citra Satelit Satelit Landsat merupakan sebuah
media yang dapat ditempuh dalam melakukan evaluasi. Metode yang digunakan dalam
penentuan delineasi garis pantai menggunakan metode masking pada citra satelit Landsat. Selain
itu, citra satelit Landsat digunakan untuk menganalisa pola perubahan garis pantai dan area
pesisir secara periodik juga mennggunakan data pendukung seperti pengamatan pasang surut.

Kata Kunci: Garis Pantai, PLTU, Landsat, Multitemporal

1
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara daratan dengan perairan (laut). Wilayah ini
merupakan wilayah yang penting karena sebagian penduduk dunia menghuni wilayah tersebut.
Wilayah pesisir berubah secata terus menerus dikarenakan adanya interaksi dinamis antara laut dan
darat. Ombak dan angin sepanjang pantai mengakibatkan erosi pada batuan dan tumpukan sedimen
secara terus menerus. Erosi batuan dan penumpukan sedimen bervariasi dari hari ke hari di sepanjang
daerah tersebut. Akibat dari faktor tersebut dapat mengakibatkan berbagai hal seperti pencemaran
lingkungan, intrusi pantai, serta perubahan pola garis pantai.
Berdasarkan wilayah administrasi Kabupaten Jeneponto berbatasan dengan sebelah
Utara dengan Kabupaten Gowa dan Takalar, sebelah Selatan dengan Laut Flores, sebelah
Barat dengan Kabupaten Takalar, dan sebelah Timur dengan Kabupaten Bantaeng. Wilayah
bagian selatan yang berbatasan dengan Laut Flores memiliki panjang garis pantai 114 km
dan sebuah pulau yang dikenal oleh masyarakat sebagai Pulau Libukang. Dengan panjang
garis pantai 114 km maka kewenangan pengelolaan wilayah laut sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 18 ayat 4 adalah 114 km x
4 mil laut ke arah laut lepas. (BPS Jeneponto, 2012)
Pesisir wilayah Jeneponto dijadikan sebagai lokasi yang cocok untuk pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTU Jeneponto direncanakan mulai memasok
listrik ke dalam sistem jaringan Sulawesi Selatan pada tahun 2009 dengan harga jual listrik
kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN Persero) adalah sebesar US$ 4,7 sen per
KWh atau sama dengan Rp 447,5, per KWh. Pembangunan PLTU dilakukan dalam rangka
mengatasi krisis yang terjadi pada sistem kelistrikan Wilayah Sulawesi Selatan.
Pembangunan ini akan sangat mempengaruhi perubahan garis pantai. Sehingga, dalam
melakukan evaluasi perubahan garis pantai di Kabupaten Jeneponto diperlukan sebuah metode dan
teknologi yang tepat. Berbagai macam metode geodesi dapat ditawarkan untuk mengevaluasi
perubahan garis Pantai, baik secara terestrial, maupun ekstra terestrial. Penggunaan Citra Satelit
Satelit Landsat merupakan sebuah media yang dapat ditempuh dalam melakukan evaluasi.
Untuk keperluan komparasi data, ketersediaan data Citra Satelit seperti Landsat dan
sebagainya sangat mendukung. Dan metode yang digunakan untuk memnetukan perubahan
garis pantai adalah multitemporal. Hal tersebut dilakukan karena, evaluasi memerlukan studi
komparasi secara temporal untuk didapatkan perubahan garis pantai dari waktu ke waktu.

1.2 Rumusan Masalah


Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola perubahan garis pantai
Kabupaten Jeneponto dengan melakukan perbandingan garis pantai dari data hasil digitasi Peta
Lingkungan Pantai Indonesia dan Rupa Bumi Indonesia, citra satelit Landsat dari berbagai tahun, dan
juga dibantu dengan data seperti data pengamatan pasang surut.

1.3 Batasan Permasalahan


Batasan masalah dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1 Data utama dalam penelitian ini adalah citra satelit Landsat multitemporal, Peta Lingkungan
Pantai Indonesia/Rupa Bumi Indonesia, dan data Pasang surut.
3

2 Hasil penelitian adalah peta perubahan garis pantai wilayah Kabupaten Jeneponto di sekitar
wilayah pesisir PLTU Jeneponto.
3 Lokasi penelitian adalah daerah Kabupaten Jeneponto di sekitar wilayah pesisir PLTU
Jeneponto.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a Melakukan proses pengolahan citra untuk mendapatkan garis pantai dari citra Landsat
Multitemporal dan pengamatan pasang surut.
b Mengevaluasi pola perubahan garis pantai berdasarkan Peta Lingkungan Pantai, citra satelit
Landsat Multitemporal dan pengamatan pasang surut
c Mengevaluasi hasil pola perubahan garis pantai terhadap pembangunan PLTU Jeneponto

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut adalah terkait informasi mengenai pola
perubahan garis pantai. Hal tersebut dapat dijadikan aspek dalam mempertimbangkan pengelolaan
wilayah Pesisir dan pembangunan PLTU Jeneponto.

Anda mungkin juga menyukai