BAB I
PENDAHULUAN
berfokus pada bidang tertentu yang akan mampu meningkatkan daya saing di tingkat
nasional ataupun intenasional (Irwansyah, 2011)
Dengan keadaan sumber daya kesehatan yang ada saat ini dibandingkan dengan
kebutuhan sumber daya manusia kesehatan untuk meningkatkan peleyanan kesehatan,
terlihat bahwa kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan tenaga kesehatan , maka
diperlukan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan untuk memenuhi
kekurangan sumber daya manusia kesehatan untuk peningkatan kualitas pelayana
kesehatan.
BAB II
TUJUAN
Tujuan dari pembuatan perencanaan dokumen tahunan perencanaan kebutuhan sumber daya
2.1 Memberikan gambaran singkat tentang ketersedian sumber daya manusia kesehatan
menurut jenis dan jumlah fasilitas kesehatan di lingkup wilayah Dinas Kesehatan Kota
Bogor
2.2 Memberikan gambaran kecukupan jenis dan jumlah sumber daya manusia kesehatan
kesehatan dengan menggunakan Metode Analisis Bebena Kerja dan Standar Minimal
2.3 Menjadi acuan dalam upaya pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan melalui tenaga PNS,
kualifikasi lebih rendah (task shifting) atau model pendayagunaan lainnya di lingkup Dinas
2.4 Menjadi acuan dalam meninghkatkan pemerataan SDM Kesehatan di lingkup Dinas
2.5 Menjadi acuan dalam meningkatkan mutu SDM Kesehatan di lingkup Dinas Kesehatan
Kota Bogor
2.6 Menjadi acuan dalam penyesuaian kapasitas pendidikan tenaga kesehatan di lingkup Dinas
BAB III
Data keadaan sumber daya manusia kesehatan di Kota Bogor adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel 3.1
2
7. Ka.Sie PTM 1 1
3
Jumlah 77 3 80
3.Puskesmas Sempur
I Jabatan Struktural
1 Kepala Puskesmas 1 1
2 Ka.Subag TU 1 1
II Jabatan Fungsional
Umum
1 Pengadministrasi 1 1
Umum
III Jabatan Fungsional
Tertentu
1 Sanitarian 1 1
2 Dokter Umum 4 4
3 Dokter Gigi 3 3
4 Perawat 4 4
5 Perawat Gigi 1 1
6 Bidan 5 5
7 Asisten Apoteker 1 1
8 Promkes(Penyuluh 1 1
kesehatan Masyarakat)
Jumlah 23 23
4.Puskesmas Semplak
II Jabatan Fungsional
Umum
1 Pramu Kebersihan 1 1
II Jabatan Fungsional
Tertentu
1 Sanitarian 1 1
2 Dokter Umum 2 2
3 Dokter Gigi 1 1
4 Perawat 3 3
5 Perawat Gigi 1 1
6 Bidan 3 3
7 Asisten Apoteker 1 1
Jumlah 15 15
5.Puskesmas Mekarwangi
II Jabatan Fungsional
Tertentu
1 Sanitarian 1 1
2 Dokter Umum 5 5
3 Dokter Gigi 2 2
4 Perawat 8 8
5 Perawat Gigi 1 1
6 Bidan 6 6
7 Apoteker 1 1
8 Asisten Apoteker 1 1
9 Penyuluh Kesehatan 1 1
Masyarakat
10 Pranata Labkes 1 1
11 Jumlah 30 30
4 Dokter Umum 2 2
5 Dokter Gigi 2 2
6 Perawat 4 4
7 Perawat Gigi 1 1
8 Bidang 6 6
9 Asisten Apoteker 1 1
Jumlah 21 21
8 Asisten Apoteker 1 1
9 Nutritionis 1 1
10 Pranata Laboratorium 1 1
Kesehatan
11 Promkes(Penyuluh 1 1
Kesehatan Masyarakat)
Jumlah 22 22
8.Puskesmas Cipaku
Jumlah 24 24
12.Puskesmas Merdeka
2 Ka.Subag TU 1 1
II Jabatan Fungsional
Umum
Pengelola Barang 1 1
Milik Negara
III Jabatan Fungsional
Tertentu
1 Sanitarian 1 1
2 Dokter Umum 4 4
3 Dokter Gigi 3 3
4 Perawat 4 4
5 Perawat Gigi 1 1
6 Bidan 5 5
7 Asisten Apoteker 2 2
8 Promkes 1 1
9 Nutritionist 1 1
10 Pranata Laboratorium 1 1
Kesehatan
Jumlah 26 26
2 Pengelola Barang 1 1
Milik Negara
III Jabatan Fungsional
Tertentu
1 Sanitarian 1 1
2 Dokter Umum 3 3
3 Dokter Gigi 1 1
4 Perawat 4 4
5 Perawat Gigi 1 1
6 Bidan 4 4
7 Asisten Apoteker 1 1
8 Promkes 1 1
9 Pranata Laboratorium 1 1
Kesehatan
Jumlah 21 21
3 Dokter Gigi 2 2
4 Perawat 4 4
5 Perawat Gigi 1 1
6 Bidan 6 6
7 Apoteker 1 1
8 Asisten Apoteker 1 1
9 Promkes 1 1
10 Nutritionis 1 1
11 Radiografer 1 1
12 Pranata Laboratorium 2 2
Kesehatan
Jumlah 28 28
8 Asisten Apoteker 1 1
9 Promkes 1 1
10 Nutritionis 1 1
11 Pranata Laboratorium 2 2
Kesehatan
Jumlah 32 32
16.Puskesmas Belong
I Jabatan Struktural
1 Kepala Puskesmas 1 1
2 Ka.Subag TU 1 1
II Jabatan Fungsional
Umum
III Jabatan Fungsional
Tertentu
1 Sanitarian 1 1
2 Dokter Umum 2 2
3 Dokter Gigi 1 1
4 Perawat 4 4
5 Perawat Gigi 1 1
6 Bidan 2 2
7 Asisten Apoteker 1 1
8 Promkes 1 1
9 Nutritionis 1 1
10 Pranata Laboratorium 1 1
Kesehatan
Jumlah 17 17
21.Puskesmas Bondongan
22.Puskesmas Pancasan
4 Perawat 4 4
5 Bidan 3 3
7 Asisten Apoteker 1 1
8 Promkes 1 1
Nutritionis 1 1
9 Pranata Laboratorium 1 1
Kesehatan
Jumlah 18 18
6 Bidan 6 6
7 Apoteker 1 1
8 Asisten Apoteker 2 2
9 Promkes 1 1
10 Nutritionis 1 1
11 Radiografer 1 1
12 Pranata Laboratorium 1 1 2
Kesehatan
Jumlah 32 2 34
Kesehatan
Jumlah 30 30
KOTA BOGOR
No Jenis SDMK
PNS PPPK Lainnya Jumlah
1 2 3 4 5 6
I Jabatan struktural
1 Kepala Puskesmas 24 24
2 Ka.Subag TU 24 24
Jabatan Fungsional
II
Umum
1 Pramu Kebersihan 2 2
Pengelola Barang Milik
2
Negara 3 3
3 Pengadministrasi Umum 5 5
4 Pengolah data 8 8
5 Rekam Medis 4 4
6 Pekarya 3 3
7 Bendahara 3 3
Jabatan Fungsional
III
Tertentu
1 Sanitarian 25 25
2 Dokter Umum 75 75
3 Dokter Gigi 43 43
4 Dokter Spesialis PD 1 1
5 Perawat 104 104
6 Perawat Gigi 20 20
7 Bidan 104 104
8 Apoteker 10 10
9 Asisten Apoteker 26 26
Penyuluh Kesehatan
10
Masyarakat 24 24
11 Nutritionis 18 18
12 Radiografer 5 5
Pranata Laboratorium
13
Kesehatan 25 25
Jumlah 556 556
31
32
c.Keadaan SDM Kesehatan Rumah Sakita Umum Daerah Kota Bogor (RSUD Kota Bogor)
n
PNS PPPK Lainny Jumlah
a
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
I Jabatan Struktural
1 Kepala UPTD 1 1
Labkesda
2 Ka.Subag TU 1 1
II Jabatan Fungsional
Umum
1 Pengolah Data 1 1
III Jabatan Fungsional
Tertentu
1 Pranata Laboratorium 8 8
Kesehatan
2 Sanitarian 1 1
Jumlah 12 12
BAB IV
4.1.1 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan, baik
dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin
keberlangsungan pembangunan kesehatan (Pasal 13 UU Nakes)
4.1.2 Perencanaan Tenaga Kesehatan disusun secara berjenjang (dimulai dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Pemerintah daerah kabupaten/kota, Pemerintah daerah provinsi,
sampai dengan Pemerintah secara nasional) berdasarkan ketersediaan Tenaga Kesehatan
dan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan dan Upaya Kesehatan (pasal 14 ayat 2 UU
Nakes)
Permenkes No.33 Tahun 2015 berisi pedoman penyusunan perencanaan Kebutuhan SDM
Kesehatan yang berisi pedoman umum, pedoman tingkat provinsi dan pedoman tingkat
kabupaten/kota, berisi metode yang digunakan untuk menghitung ABK yaitu Metode ABK,
Standar Minimal dan metode proyeksi kebutuhan nakes terhadap jumlah penduduk,
Perencanaan kebutuhan SDMK adalah proses sistematis dalam upaya menetapkan jumlah
dan kualifikasi SDMK yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi suatu wilayah dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Tujuan dari perencanaan SDM Kesehatan ini adalha
menghasilkan rencana kebutuhan SDMK yang tepat meliputi jenis, jumlah, dan kualifikasi sesuai
kebutuhan organisasi berdasarkan metode perencanan yang sesuai dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan
6. Penyusunan rencana kebutuhan pegawai secara riil sesuai dengan beban kerja organisasi;
7. Bahan perencanaan mutasi pegawai dari unit yang berlebihan ke unit yang kekurangan;
10. Standar Kebutuhan Minimal dapat menjadi data pendukung Pemenuhan Nakes secara
temporary
11. Proyeksi Kebutuhan Nakes thd Jml Penduduk dengan cara menghitung kecukupan
tenaga kesehatan dibadingkan jumlah penduduk secara global (Provinsi dan Nasional)
12. Menghasilkan perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan riil di tingkat institusi baik di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan maupun non Fasyankes sesuai dengan beban kerja
organisasi dan kompetensi jabatan yang dipegangnya
1. Belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengadaan dan pemenuhan
SDMK
2. Jenis Pekerjaan
3. Menetapkan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok dan Tugas Penunjang) serta
Norma Waktu
Langkah 1
Menetapkan Faskes dan Jenis SDMK
Langkah 2
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)
37
1. Hari kerja ditentukan oleh kebijakan pemerintah yakni 5 hari atau 6 hari kerja per minggu,
sehingga dalam 1 tahun maka jumlah hari kerja 260 hari (5 x 52 minggu) dan 312 hari (6 x
52 minggu)-(A)
3. Hari libur nasional + cuti bersama, keputusan bersama oleh Menteri terkait (C)
5. Absen, merupakan data rata-rata untuk semua pegawai di Fasyankes bersangkutan (E).
Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan.
(2) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan
jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,
karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri atas:
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
i. tenaga kefarmasian.
(4) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat mendukung
kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional
lain di Puskesmas.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal Tenaga Kesehatan dan
tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 17
(1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan
dan kesehatan dirinya dalam bekerja.
(2) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
(1) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan yang
memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
Pasal 19
(1) Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi kriteria ketenagaan, sarana,
prasarana, perlengkapan dan peralatan.
Dari hasil perhitungan kedua metode yaitu metode ABK dan Metode Standar Ketenagaan
Minimal, dapat dilihat bahwa :
1.Ketenagaan di puskesmas
Tabel 4.3.1
Ketanagaan di 24 Puskesmas Kota Bogor Berdasarkan Metode ABK dan
Metode Standar Ketenagaan
N
PUSKESMAS METODE ABK METODE
O
KEKURANGAN KELEBIHAN STANDAR
1 Puskesmas Gang Aut 7 10
2 Puskesmas Tanah Sareal 1 8
3 Puskesmas Sempur 3 3 14
4 Puskesmas Pulo Armyn 13 16
5 Puskesmas Pasir Mulya 3 10
6 Puskesmas Pancasan 0 6
7 Puskesmas Merdeka 22 12
8 Puskesmas kedung Badak 26 14
9 Puskesmas Kayu Manis 13 7
10 Puskesmas Cipaku 12 7
Puskesmas Warung
11 Jambu 10 3
12 Puskesmas Tegal Gundil 13 5
13 Puskesmas Semplak 4 16
Puskesmas Lawang
14 Gintung 17 18
15 Puskesmas Belong 10 13
16 Puskesmas Bondongan 4 1 17
17 Puskesmas Bogor Utara 12 3
18 Puskesmas Bogor Selatan 1 8
19 Puskesmas Gang Kelor 6 14
Puskesmas Pondok
20 Rumput 5 8
21 Puskesmas Mekarwangi 15 7
22 Puskesmas Bogor Timur 4 4
Puskesmas Sindang
23 Barang 0 1
24 Puskesmas Bogor Tengah 5 10
Dari hasil perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan metode ABK dan Metode Standar
Ketenagaan minimal terlihat bahwa :
1. Kedua metode tersebut dapat menggambarkan secara jelas tentang ketersediaan SDM
Kesehatan menurut jenis dan jumlahnya dan kesenjangan yang ada . Pada Metode ABK
terlihat bahwa ketersedian tenaga yang ada setelah dilakukan penghitungan menurut analisis
beban kerja , dapat diketahui jumlah dan keadaan tenaga yang ada, apakah sesuai,
40
kekurangan atau kelebihan sumber daya manusia kesehatan. Sehingga hal ini dapat
digunakan untuk pendistribusian dan perencanaan kebutuhan tenaga di wilayah puskesmas
yang membutuhkan atau realokasi tenaga yang melebihi kebutuhan tenaga yang ada. Pada
metode standar minimal ketenagaan terlihat bahwa ketersediaan tenaga apabila
dibandingkan dengan penghitungan menurut standar minimal ketenagaan, dapat diketahui
jenis ketenagaan minimal yang harus ada untuk per jenis tenaga di wilayah kerja puskesmas.
Hal ini sangat berguna untuk perencanaan standar tenaga minimal yang ada di setiap
wilayah psukesmas.
2. Dari hasil rekapitulasi perbandingan antara metode ABK dan metode standar minimal
ketenagaan untuk puskesmas di wilayah Kota Bogor terlihat bahwa :
a.Pada metode ABK terlihat bahwa dari 24 Puskesmas terdapat 2 puskesmas yaitu Pancasan
dan Sindang barang yang apabila menggunakan perhitungan ini antara ketersediaan tenaga
dan penghitunganan tenaga berdasarkan analisis beban kerja sudah sesuai. Artinya bahwa di
kedua puskesmas tersebut beban kerja yang dilakukan bila dibandingkan dengan ketersedian
tenaga dan jumlah pelayanan yang ada di wilayah puskesmas tersebut telah sesuai. Namun
apabila 2 puskesmas tersebut dibandingkan dengan metode standar ketenagaan minimal,
terlihat bahwa Puskesmas Pancasan masih membutuhkan 6 tenaga SDM Kesehatan artinya
bahwa meskipun secara analisis beban kerja sudah terpenuhi, namun secara standar
ketenagaan minimal masih belum memadai dan ini memungkinkan untuk masih belum
optimalnya pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pancasan., sedangkan untuk
Puskesmas Sindang Barang jika dibandingkan dengan standar ketenagaan minimal terdapat
kesenjangan 1 (kelebihan) artinya bahwa menurut perhitungan analisis beban kerja dan
perhitungan standar minimal ketenagaan, pelayanan kesehatan dan ketersediaan tenaga
sudah sesuai, didukung dengan telah terakreditasi nya Puskesmas Sindang Barang dan telah
mendapat sertfikat ISO.
b.Pada metode ABK terlihat bahwa terdapat 2 puskesmas yaitu Puskesmas Bondongan dan
Puskesmas Sempur apabila menggunakan perhitungan ini terdapat kekurangan beban kerja,
Puskesmas Sempur terdapat kelebihan 3 tenaga (dokter umum, dokter gigi dan perawat),
sedangkan Puskesmas Bondongan 1 tenaga (dokter umum), sehingga dengan adanya
kelebihan tenaga ini, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dilaksanakannya
penditribusian tenaga ke puskesmas yang membutuhkan sumber daya manusia kesehatan di
lingkungan kerja puskesmas di wilayah Kota Bogor. Namun apabila dibandingkan dengan
standar ketenagaan minimal, kedua puskesmas tersbut masih membutuhkan sumber daya
manusia kesehatan. Puskesmas Sempur masih membutuhkan 14 dan Puskesmas Bondongan
masih membutuhkan 17. Meskipun secara analisis beban kerja sudah terpenuhi, namun
secara standar ketenagaan minimal masih belum memadai dan ini memungkinkan untuk
41
masih belum optimalnya pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bondongan dan
Pancasan.
c.Dari 24 Puskesmas yang ada di Kota Bogor terdapat 20 Puskesmas yang secara
perhitungan metode ABK dan standar minimal ketenagaan masih terdapat kekurangan
tenaga, hal ini terlihat dari kesenjangan yang terjadi berupa kekurangan jumlah tenaga dari
sumber daya manusia kesehatan yang ada di 20 Puskesmas tersebut begitu juga dengan
perhitungan standar minimal ketenagaan masih terdapat kesenjangan antara standar minimal
tenaga yang diperlukan di puskesmas dengan pelayanan kesehatan di 20 wilayah puskesmas
tersebut. Karena Puskesmas di wilayah Kota Bogor merupakan puskesmas wilayah
perkotaan, dengan jumlah penduduk yang sangat padat disertai letaknya yang merupakan
daerah transit ibukota, memungkinkan pelayanan kesehatan cukup tinggi, sehingga
diperlukan penambahan sumber daya manusia kesehatan untuk dilaksanakannya pelayanan
kesehatan yang maksimal di Kota Bogor, sehingga acuan ini bisa digunakan menjadi data
pendukung perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan di wilayah Kota Bogor.
Tabel 4.3.2
Keadaan Tenaga di Dinas Kesehatan Kota Bogor
Berdasarkan Metode ABK
NO JABATAN METODE ABK
KEKURANGAN KELEBIHAN SESUAI
42
Tabel 4.3.3
Keadaan Tenaga di UPTD Labkesda Kota Bogor
Berdasarkan Metode ABK
43
Dari data diatas terlihat bahwa untuk pranata labkes di Labkesda terdapat kelebihan pegawai
sebanyak 1 orang, dengan adanya kelebihan tenaga ini sangat dimungkinkan untuk dilakukan nya
realkoasi tenaga ke puskesma di wilayah Kota Bogor yang membutuhakan atau masih terdapat
kekurangan tenaga pranata labkes.
Tabel 4.3.4
Keadaan Tenaga di RSUD Kota Bogor
Berdasarkan Metode ABK
44
JUMLAH
RSUD JUMLAH SDMK KESENJANGAN
SDMK SAAT
INI ABK
Bidan 1 6 5 KURANG
Fisioterapis 1 1 0 SESUAI
Radiografer 1 1 0 SESUAI
SPOG madya 1 2 1 KURANG
SPOG muda 1 8 7 KURANG
Spesialis anak madya 2 4 2 KURANG
Spesialis anastesi ahli muda 1 3 2 KURANG
Spesialis bedah ahli muda 1 3 2 KURANG
spesialis kedokteran fisik 1 5 4 KURANG
Spesialis patologi ahli madya 1 6 5 KURANG
Spesialis penyakit dalam
madya 1 7 6 KURANG
Spesialis penyakit dalam
muda 1 5 4 KURANG
Spesialis radiologi muda 1 6 5 KURANG
Jika dilihat dari keadaan tenaga dan perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan metode ABK di
lingkungan RSUD Kota Bogor, terlihat bahwa untuk SDMK masih kekurangan sumber daya
manusia kesehatan bidan (5), dokter spesiali obstetri dan ginekolog (8), dokter spesialis anak
(2),dokter spesialis anastesi (2), dokter spesialis bedah (2),dokter spesialis kedokteran fisik(4),
dokter spesialis patologi (5)dokter spesialis penyakit dalam (10) dan spesialis radiologi (5), dimana
SDM kesehatan di rumah sakit ini ini sangat dibutuhkan di Rumah sakit Umum daerah di Kota
Bogor, yang merupakan rumah sakit pemerintah di Kota Bogor yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat di Kota Bogor sehingga data ini dapat digunakan untuk pengajuan perencanaan
kebutuhan tenaga SDM Kesehatan untuk RSUD Kota Bogor.
BAB V
5.1 Kesimpulan
45
5.1.1 Masih terdapat kesenjangan antar ketersediaan SDM Kesehatan di Kota Bogor baik di
Puskesmas, Dinas Kesehatan, UPTD Labkesda dan RSUD Kota Bogor dengan
menggunakan perhitungan Metode ABK dan metode standar ketenagaan minimal.
5.1.2 Kesenjangan SDM Kesehatan di puskesmas di wilayah Kota Bogor terdapat pada 20
puskesmas (83%) di wilayah Kota Bogor dan terfokus kepada penyediaan kekurangan
tenaga Jabatan fungsional tertentu dan sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan
kesehatan di msyarakat
5.1.3 Terdapat 2 puskesmas (17%) secara pernghitungan dengan metode ABK sudah sesuai
yaitu Puskesmas Pancasan dan Sindang Barang.
5.1.4 Kelebihan tenaga yaitu SDM Kesehatan Dokter Umum terdapat pada Puskesmas
Sempur 3 (Dokter Umum, Dokter Gigi dan Perawat) dan Puskesmas Bondongan
1(Dokter Umum)
5.1.5 Untuk SDM Kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bogor masih terdapat
kekurangan SDM Kesehatan yaitu pengadministrasi keuangan (1), petugas keamanaan
(5),pengelola data (1), pengelola program (10), pengambangan pegawai (1),pengelola
program(1),penginventaris barang 92) dan nutritionis (3).
5.1.6 Untuk SDM Kesehatan di UPTD Labkesda masih terdapat kekurangan sumber daya
manusia kesehatan dokter umum 2 orang , dan kelebihan tenaga Pranata Labkes 1
orang.
5.1.7 SDM Kesehatan RSUD Kota Bogor, terlihat bahwa untuk SDMK masih kekurangan
sumber daya manusia kesehatan bidan (5), dokter spesiali obstetri dan ginekolog (8),
dokter spesialis anak (2),dokter spesialis anastesi (2), dokter spesialis bedah (2),dokter
spesialis kedokteran fisik(4), dokter spesialis patologi (5)dokter spesialis penyakit
dalam (10) dan spesialis radiologi (5)
5.2 Rekomendasi
5.2.1 Kesenjangan tenaga SDM Kesehatan di lingkungan Kota Bogor dapat dipenuhi
dengan melakukan :
5.2.1.1 Perencanaan kebutuhan tenaga dengan melakukan realokasi SDM
Kesehatan di wilayah puskesmas dan Labkesda yang kelebihan tenaga
SDM Kesehatan dengan puskesmas yang memerlukan SDM Kesehatan.
5.2.1.2 Kekurangan tenaga yang terdapat di 83 % puskesmas dapat diupayakan
melalui task shifting atau pendelegasian beban pekerjaan yang lebih
merata dengan SDM Kesehatan yang ada di puskesmas.
5.2.1.2 Kekurangan tenaga yang terdapat di RSUD Kota Bogor dapat diupayakan
melalui pengangkatan tenaga SDM Kesehatan spesialis melalui tenaga
swasta atau pendataan tenaga SDM Kesehatan dokter spesialis yang
sedang melaksanakan tugas belajar , sehingga kebutuhan tenaga spesialis
dapat terpenuhi.Juga dengan memberikan kesempatan kepada dokter
umum di lingkungan dinas kesehatan Kota Bogor untuk mengambil tugas
belajar sesuai dengan kebutuhan tenaga di RSUD Kota Bogor. Dan untuk
46