Anda di halaman 1dari 8

REFERAT Diagnosis dari SGB berdasarkan gambaran

klinis, pemeriksaan elektrodiagnostik (EMG)


Sindrom Guillain Barre dan analisis cairan serebro spinal. 4
Christine Laurenza Sirait Berdasarkan gambaran klinis dan
elektrosiologi, SGB dibagi dalam beberapa
11.2015.112
tipe :
Pembimbing: 1. Acute Inflammatory Demyelinating
dr. Edi Pasaribu, Sp.A, M.Kes Polyradiculoneuropathy (AIDP)
Mediasi oleh antibodi, dipicu oleh infeksi
virus atau bakteri sebelumnya, gambaran
Pendahuluan elektrosiologi berupa demielinisasi,
Sindrom Guillain Barre (SGB) remielinisasi muncul setelah reaksi imun
ditemukan pada tahun 1916 oleh dokter dari berakhir, merupakan tipe SGB yang sering
Prancis yang bernama Georges Guillain, Jean- dijumpai di Eropa dan Amerika.
Alexandre Barr, dan Andr Strohl. Mereka 2. Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN)
menemukan sindrom ini pada dua tentara di Bentuk murni dari neuropathy axonal, 67%
perang dunia ke I yang mengalami pasien seropositif untuk
kelumpuhan yang dimulai dari tubuh bagian Campylobacteriosis, elektrosiologi
bawah dan ditemukan adanya perubahan khas menunjukkan absen/turunnya saraf motorik
berupa peninggian protein cairan serebrospinal dan saraf sensorik, penyembuhan lebih
(CSS) tanpa disertai peninggian jumlah sel. cepat, sering terjadi pada anak, merupakan
Penyakit ini dinamai Sindrom Guillain Barre tipe SGB yang sering di Cina dan Jepang.
karena pada saat Georges Guillain dan Jean- 3. Acute Motor Sensory Axonal Neuropathy
Alexandre Barr menulis tentang penyakit ini (AMSAN)
Andr Strohl menghilang sehingga di ambil Degenerasi mielin dari serabut saraf
dua nama saja dari penemu penyakit ini.1 motorik dan sensorik, mirip dengan AMAN
Sindrom Guillain Barre sering disebut hanya tipe ini juga mempengaruhi sensorik,
juga acute inflamating demyelinating seringkali terdapat pada dewasa.
polyneuropathy atau acute ascending 4. Miller Fisher Syndrome
paralysis yang merupakan kelainan pada saraf Merupakan kelainan yang jarang dijumpai,
perifer yang bersifat peradangan di luar otak berupa trias ataxia, areexia dan
dan medulla spinalis. Sindrom ini dapat terjadi oftalmoplegia, dapat terjadi gangguan
pada segala umur dan tidak bersifat herediter. proprioseptif, resolusi dalam waktu 1-3
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia pada bulan.
setiap musim, menyerang semua umur. SGB 5. Acute Panautonomic Neuropathy
jarang terjadi pada anak-anak, khususnya Varian yang paling jarang dari SGB,
selama dua tahun pertama kehidupan dan mempengaruhi sistim simpatis dan
setelah umur tersebut frekuensinya cenderung parasimpatis, gangguan kardiovaskular
meningkat, frekuensi puncak pada usia dewasa (hipotensi, takikardi, hipertensi, disaritmia),
muda. SGB sering sekali berhubungan dengan gangguan penglihatan berupa pandangan
infeksi akut non spesifik dan SGB tampil kabur, kekeringan pada mata dan
sebagai salah satu penyebab kelumpuhan yang anhidrosis, penyembuhan bertahap dan
utama di negara maju atau berkembang seperti tidak sempurna, sering dijumpai juga
Indonesia.2 gangguan sensorik.4
Epidemiologi
Pembahasan Penyakit ini terdapat di seluruh dunia
Sindrom Guillain Barre bermanifestasi pada setiap musim, menyerang semua umur.
dalam bentuk paralisis motorik yang simetris, Insidensi SGB bervariasi antara 0.6 sampai 1.9
dengan atau tanpa gangguan sensorik dan kasus per 100.000 orang pertahun. Insidens
otonom. Fase progresif dari SGB berlangsung pada anak berkisar antara 0,5-1,5 per 100,000
dalam beberapa hari hingga empat minggu dan anak sakit dan merupakan penyebab paralisis
diikuti dengan fase kelumpuhan dan menetap motorik akut yang paling sering ditemukan. 3-
(plateau), saat gejala berada dalam keadaan 5 Prognosis SGB pada umumnya baik, namun
persisten sebelum diakhiri dengan masa pada beberapa kasus berat dapat menyebabkan
resolusi dari gejala yang lamanya bervariasi. kematian yang disebabkan oleh gagal nafas.4

1|Page
Belum diketahui angka kejadian Infeksi Paling Sering Serin
penyakit ini di Indonesia. Insidens Sindrom ini Virus Cytomegalovirus HIV
termasuk jarang kira-kira 1 orang dalam Epstein-Barr Virus Varice
100.000. SGB jarang terjadi pada anak-anak,
Small
khususnya selama 2 tahun pertama kehidupan
dan setelah umur tersebut frekuensinya
cenderung meningkat. SGB tampil sebagai
salah satu penyebab kelumpuhan yang utama Bakteri Camphylobacter- Jejuni Typoi
di negara maju atau berkembang seperti Mycoplasma- Pneumoni
Indonesia.2

Etiologi
Sindrom Guillain Barre bukan
merupakan penyakit yang menular juga tidak
diturunkan secara herediter. Penyakit ini
merupakan proses autoimun. Etiologi SGB Patofisiologi
sampai saat ini masih belum dapat diketahui Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi,
dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi trauma, atau faktor lain yang mempresipitasi
bahan perdebatan. Beberapa keadaan atau terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih
penyakit yang mendahului dan mungkin ada belum diketahui dengan pasti. Banyak ahli
hubungannya dengan terjadinya SGB antara membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf
lain infeksi, vaksinasi, pembedahan, penyakit yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui
sistematik seperti keganasan, sistemik lupus mekanisme imunologi.6
erythematosus, tiroiditis, penyakit Addison Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa
serta kehamilan atau dalam masa nifas. SGB merupakan mekanisme yang menimbulkan
sering sekali berhubungan dengan infeksi akut jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah:
non spesifik. Infeksi akut suatu virus atau 1. Didapatkannya antibodi atau
bakteri sangat erat kaitannya dengan SGB, ada adanya respon kekebalan seluler
virus dan bakteri yang sering kali menginfeksi (cell mediated immunity) terhadap
terlebih dahulu sebelum terjadinya SGB. 6 agen infeksious pada saraf tepi.
Berdasarkan hubungan infeksi akut dengan 2. Adanya auto antibodi terhadap
SGB, ada beberapa jenis virus dan bakteri sistem saraf tepi
yang paling sering menginfeksi sebelum 3. Didapatkannya penimbunan
timbulnya SGB yang tertera pada tabel 1. kompleks antigen antibodi dari
peredaran pembuluh darah saraf
tepi yang menimbulkan proses
demyelinisasi saraf tepi.

Proses demyelinisasi saraf tepi pada


SGB dipengaruhi oleh respon imunitas seluler
dan imunitas humoral yang dipicu oleh
berbagai peristiwa sebelumnya, yang paling
sering adalah infeksi virus. Dalam sistem
kekebalan seluler, sel limposit T memegang
peranan penting disamping peran makrofag.
Sebelum respon imunitas seluler ini terjadi
pada saraf tepi antigen harus dikenalkan pada
limposit T (CD4) melalui makrofag. Makrofag
yang telah menelan (fagositosis) antigen atau
terangsang oleh virus, alergen atau bahan
imunogen lain akan memproses antigen
tersebut oleh antigen presenting cell.
Tabel 1. Infeksi Akut yang Berhubungan Kemudian antigen tersebut akan dikenalkan
dengan Sindrom Guillian Barre4 pada limposit T (CD4). Setelah itu limposit T

2|Page
tersebut menjadi aktif karena aktivasi marker tetraplegia dengan kegagalan
dan pelepasan substansi interlekuin (IL2), ventilasi.8
gamma interferon serta alfa TNF. Kelarutan E 2. Keterlibatan Saraf Kranialis
selectin dan adesi molekul yang dihasilkan Keterlibatan saraf kranial
oleh aktifasi sel endothelial akan berperan tampak pada 45-75% pasien dengan
dalam membuka sawar darah saraf, untuk SGB. Saraf kranial III-VII dan IX-XII
mengaktifkan sel limfosit T dan pengambilan mungkin akan terpengaruh. Keluhan
makrofag. Makrofag akan mensekresikan umum yang sering dijumpai adalah
protease yang dapat merusak protein selubung wajah turun (bisa menampakkan
saraf yaitu myelin dan mempengaruhi sel Bells Palsy), diplopia, dysarthria,
Schwan yang membentuk materi lemak disfagia, ophthalmoplegia, serta
penghasil myelin. Rusaknya myelin dan gangguan pada pupil. Kelemahan
produksi myelin berkurang akan membuat wajah dan orofaringeal biasanya
jaringan saraf perifer rusak. Saraf motorik, muncul setelah tubuh dan tungkai
sensorik dan otonom juga mengalami yang terkena. Varian Miller-Fisher
kerusakan sehingga menyebabkan transmisi tergolong jarang karena subtipe ini
impuls saraf terganggu. Hal ini mengakibatkan dimulai dengan defisit saraf kranial.8
mulai kesemutan, baal, kelemahan otot hingga 3. Perubahan Sensoris
kelumpuhan pada bagian tubuh yang Gejala sensorik biasanya
dipersarafi saraf tesebut.6 Pada gambar 1 ringan. Dalam kebanyakan kasus,
menunjukan perbedaan gambaran saraf normal kehilangan sensori cenderung minimal
yang utuh dan gambaran saraf dengan dan variabel. Kebanyakan pasien
selubung myelin yang rusak akibat proses mengeluh parestesia, mati rasa, atau
autoimun SGB. perubahan sensorik serupa. Gejala
sensorik sering mendahului
kelemahan. Parestesia umumnya
dimulai pada jari kaki dan ujung jari,
berproses menuju ke atas tetapi
umumnya tidak melebar keluar
pergelangan tangan atau pergelangan
kaki. Kehilangan getaran,
proprioseptis, sentuhan, dan nyeri
distal dapat hadir.8
4. Nyeri
Dalam sebuah studi tentang
nyeri pada pasien dengan SGB, 89%
pasien melaporkan nyeri yang
Gambar 1 : Kerusakan myelin pada saraf7
disebabkan SGB pada beberapa waktu
Manifestasi Klinis
selama perjalanannya.
1. Kelemahan
Nyeri paling parah dapat dirasakan
Gambaran klinis yang klasik
pada daerah bahu, punggung, pantat,
adalah kelemahan yang ascending dan
dan paha dan dapat terjadi bahkan
simetris. Anggota tubuh bagian bawah
dengan sedikit gerakan. Rasa sakit ini
biasanya terkena terlebih dahulu
sering digambarkan sebagai sakit atau
sebelum anggota tubuh bagian
berdenyut. Gejala dysesthetic diamati
atas. Otot-otot proksimal mungkin
ada dalam sekitar 50% dari pasien
terlibat lebih awal daripada yang lebih
selama perjalanan penyakit
distal. Bagian tubuh, wajah, dan otot
mereka. Dysesthesias sering
pernapasan dapat terpengaruh
digambarkan sebagai rasa terbakar,
juga. Kelemahan otot pernapasan
kesemutan, atau sensasi shocklike dan
dengan sesak napas mungkin
sering lebih umum di ekstremitas
ditemukan, berkembang secara akut
bawah daripada di ekstremitas
dan berlangsung selama beberapa hari
atas. Dysesthesias dapat bertahan
sampai minggu. Keparahan dapat
tanpa batas waktu pada 5-10%pasien.
berkisar dari kelemahan ringan sampai
Sindrom nyeri lainnya yang biasa

3|Page
dialami oleh sebagian pasien dengan 1. Fase Prodromal
SGB adalah myalgic, nyeri visceral, Fase awal pada SGB yang
dan rasa sakit yang terkait dengan merupakan fase sebelum
kondisi imobilitas (misalnya, tekanan gejala klinis muncul.
palsi saraf, ulkus dekubitus).8 Pada fase ini penderita
5. Perubahan Otonom tidak ada gejala klinis
Keterlibatan sistem saraf infeksi maupun gejala
otonom dengan disfungsi dalam klinis SGB.
sistem simpatis dan parasimpatis dapat 2. Fase Laten
diamati pada pasien dengan SGB. Fase antara timbul
Perubahan otonom dapat mencakup infeksi atau prodromal
takikardia, bradikardia, facial flushing, yang mendahuluinya
hipertensi paroksimal, hipotensi sampai timbulnya gejala
ortostatik, anhidrosis atau diaphoresis. klinis. Lama waktu yang
Retensi urin karena gangguan sfingter dibutuhkan satu hari
urin, karena paresis lambung dan sampai 28 hari dan rata-
dismotilitas usus dapat rata sembilan hari.
ditemukan. Disautonomia lebih sering 3. Fase Progresif
pada pasien dengan kelemahan dan Fase defisit neurologis
kegagalan pernafasan yang parah.8 yang progresif. Beberapa
6. Pernafasan hari sampai 4 minggu,
Empat puluh persen pasien jarang lebih 8 minggu
SGB cenderung memiliki kelemahan dimulai dari onset (mulai
pernafasan atau orofaringeal. Keluhan terjadi kelumpuhan yang
yang khas yang sering ditemukan bertambah berat sampai
adalah dispnea saat aktivitas, sesak maksimal) Jika
napas, kesulitan menelan dan bicara perburukan defisit
cadel. Kegagalan ventilasi yang neurologis lebih 8
memerlukan dukungan pernapasan minggu disebut chronic
biasa terjadi pada hingga sepertiga inflammatory-
dari pasien di beberapa waktu selama demyelinating
perjalanan penyakit mereka.8 polyradiculoneuropathy
(CIDP)
Terdapat lima fase pada Sindrom 4. Fase Plateau (menetap)
Guillain Barre, dimana setiap fase Fase dimana kelumpuhan
menggambarkan perjalanan gejala klinis yang akibat sindrom guillian
ada dan waktu pada serangan SGB . Pada barre telah maksimal dan
Gambar 2 menjelaskan perjalanan klinis SGB menetap. Waktu yang
dan lama waktu perjalanan klinis tersebut. dibutuhkan fase ini
relatif pendek bisa 2 hari,
lebih dari 3 minggu ,
lebih dari 7 minggu.

5. Fase Penyembuhan
Fase perbaikan dari
kelumpuhan motorik dan
membutuhkan waktu
beberapa bulan.

Kriteria Diagnostik
Diagnosa SGB terutama ditegakkan
Gambar 2 : Perjalanan klinis SGB10 secara klinis. SBG ditandai dengan timbulnya
suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya
Fase-fase serangan SGB10 refleks-refleks tendon dan didahului parestesi

4|Page
dua atau tiga minggu setelah mengalami Hughes dkk (1978) seperti tercantum dalam
demam disertai disosiasi sitoalbumin pada tabel 2.
likuor dan gangguan sensorik dan motorik
perifer. Kriteria diagnosa yang umum dipakai Tabel 2. Skala Disabilitas Sindrom Guillain-
adalah kriteria dari National Institute of Barre menurut Hughes4
Neurological and Communicative Disorder 0 Sehat
and Stroke (NINCDS)2, yaitu: 1 Gejala minor dari neuropati, namun dapat melakukan pekerjaa
I. Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis2: 2 Dapat berjalan tanpa bantuan tongkat, namun tidak dapat mela
Terjadinya kelemahan yang 3 Dapat berjalan dengan bantuan tongkat atau alat penunjang
progresif 4 Kegiatan terbatas di tempat tidur/kursi (bed/ chair bound)
Hiporefleksi 5 Membutuhkan bantuan ventilasi
6 Kematian
II. Ciri-ciri yang secara kuat menyokong
diagnosis SGB2:
a. Ciri-ciri klinis:
Progresifitas: gejala kelemahan motorik
berlangsung cepat, maksimal dalam 4
minggu, 50% mencapai puncak dalam 2
minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90% Diagnosis Banding
dalam 4 minggu. 1. Polineuropati Defisiensi Vitamin
Relatif simetris Perjalanan penyakit progresif lambat
Gejala gangguan sensibilitas ringan (berbulan bulan), gejala sensorik yang
Gejala saraf kranial 50% terjadi parese menonjol, kelemahan otot bagian distal, jarang
N VII dan sering bilateral. Saraf otak lain mengenai otot pernafasan, saraf kranialis atau
dapat terkena khususnya yang saraf otonom. Pada LCS tidak ada kenaikan
mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, protein liquor.10
kadang < 5% kasus neuropati dimulai dari 2. Miastenia Gravis
otot ekstraokuler atau saraf otak lain Miastenia gravis disebabkan oeh
kerusakan reseptor asetilkolin neuromuscular
Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah
junction akibat penyakit autoimun yang
progresifitas berhenti, dapat memanjang
membuat membran postsinaptik dari sinaps itu
sampai beberapa bulan.
menjadi atrofik akibat reaksi imunologik,
Disfungsi otonom, takikardi dan aritmia, karena itu penyerapan acetylcholine sangat
hipotensi postural, hipertensi dangejala menurun. Kelemahan otot terutama yang
vasomotor. sering digunakan seperti otot bola mata, otot
Tidak ada demam saat onset gejala otot untuk menelan, berbicara. Tidak ada
neurologis keluhan sensorik. Pada miastenia gravis bila
b. Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal dilakukan tes prostigmin maka gejala klinis
yang kuat menyokong diagnosa2: miastenia gravis akan membaik. Didapatkan
Protein CSS. Meningkat setekah gejala adanya pembesaran timus pada miastenia
1 minggu atau terjadi peningkatan pada gravis.10
LP serial 3. Paralisis Periodik Hipokalemia
Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3 Kelemahan otot pada pagi hari sehabis
bangun tidur. Tidak ada keluhan sensorik yang
Varian:
diakibatkan oleh kadar kalium serum yang
Tidak ada peningkatan protein CSS rendah. Dengan infus KCl dalam larutan
setelah 1 minggu gejala elektrolit akan membaik gejalanya. 10
Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3. 4. Polimiositis
Sering terjadi kelemahan pada leher
Menilai derajat kelumpuhan pada dan tubuh namun tidak dijumpai adanya
SGB sangat penting karena dari derajat gangguan sensorik. Refleks biasanya normal
kelumpuhan ini dapat menilai progesifitas tapi bisa sedikit menurun. Tidak ditemukannya
SGB. Derajat berat ringannya sindrom guillain disfungsi otonom juga jarang melibatkan saraf
barre ditentukan menurut skala ordinal dari kranial. Sering dijumpai fenomena Raynauds
dan terjadi rash. Tidak ada kenaikan protein

5|Page
CSS. Pada EMG (Elektromiografi) ditemukan 8. Retensi urin
fibrilasi.10 9. Problem psikiatrik.
5. Poliomielitis
Kelemahan otot tidak simetris dan SGB dapat berdampak pada kinerja
sering terdapat atrofi otot. Dijumpai adanya dan kehidupan pribadi pasien dalam jangka
demam tapi jarang terjadi gangguan sensorik. waktu yang lama, dapat sampai 3 sampai 6
Pada CSS ditemukan pleositosis.10 tahun setelah onset penyakit. Kesembuhan
6. Mielopati biasanya berlangsung perlahan dan dapat
Mielopati adalah proses non inflamasi berlangsung bertahun-tahun. Baik pasien
pada Medula spinalis misalnya yang maupun keluarga pasien harus diberitahu
disebabkan oleh prosestoksik, nutrisional, tentang keadaan pasien yang sebenarnya
metabolik dan nekrosis yang menyebabkan untuk mencegah ekspektasi yang berlebihan
lesi pada medulla spinalis. Mielopati mengacu atau pesimistik. Kesembuhan pasien
pada defisit neurologis yang berhubungan berlangsung selama tahun pertama, terutama
dengan kerusakan pada sumsum tulang enam bulan pertama, tetapi pada sebagian
belakang. mielopati dapat terjadi sebagai besar pasien dapat sembuh sempurna pada
akibat dari proses ekstradural, intradural, atau tahun kedua atau setelahnya.4
intramedulla.10 Kecacatan yang permanen terlihat
Pemeriksaan Penunjang pada kurang dari 20% pada pasien anak-anak.
1. Cairan Sebro Spinal Disabilitas yang lama pada dewasa lebih
- Disosiasi sitoalbumin, dimana protein umum pada axonal GBS dan GBS yang
meningkat dalam jumlah sel yang normal. berbahaya, misalnya pada pasien dengan
Pada fase akut terjadi peningkatan protein ventilator.4
LCS > 0,55 g/l, tanpa peningkatan dari sel Gangguan fungsi otonomik yang
< 10 limfosit/mm3 - Hitung jenis pada serius dan fatal termasuk aritmia dan
panel metabolik tidak begitu bernilai. hipertensi ekstrim atau hipotensi terjadi kurang
Peningkatan titer dari agent seperti CMV, lebih 20% dari pasien dengan GBS gangguan
EBV, membantu menegakkan etiologi.3 lain yang signifikan adalah ileus dinamik,
Antibodi glicolipid hipontremia, dan defisiensi dari fungsi mukosa
Antibodi GMI. bronchial.4
2. Elektromiografi (EMG)
Gambaran poliradikuloneuropati Tatalaksana
Tes Elektrodiagnostik dilakukan Pada sebagian besar penderita dapat
sembuh sendiri. Pengobatan secara umum
untuk mendukung klinis bahwa
bersifat simtomatik. Meskipun dikatakan
paralisis motorik akut disebabkan
bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri,
oleh neuropati perifer.
perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup
Pada EMG kecepatan hantar saraf
lama dan angka kecacatan (gejala sisa) cukup
melambat dan respon F dan H tinggi sehingga pengobatan tetap harus
abnormal.3 diberikan. Tujuan terapi khusus adalah
3. Rontgen mengurangi beratnya penyakit dan
Computerized Tomography Scanner (CT mempercepat penyembuhan melalui sistem
Scan) atau Magnetitic Resonance imunitas (imunoterapi).9
Magnetic (MRI) dilakukan untuk
menyingkirkan diagnosis lain seperti 1. Plasmaparesis
mielopati.3 Plasmaparesis atau plasma exchange
bertujuan untuk mengeluarkan faktor
Komplikasi4 autoantibodi yang beredar. Pemakain
1. Paralisis menetap plasmaparesis pada SGB memperlihatkan
2. Gagal nafas hasil yang baik, berupa perbaikan klinis
3. Hipotensi yang lebih cepat, penggunaan alat bantu
4. Pneumonia nafas yang lebih sedikit, dan lama
5. Aritmia Jantung perawatan yang lebih pendek. Pengobatan
6. Ileus dilakukan dengan mengganti 200-250 ml
7. Aspirasi plasma/kg BB dalam 7-14 hari.

6|Page
Plasmaparesis lebih bermanfaat bila Prognosis
diberikan saat awal onset gejala (minggu Pada umumnya, sekitar 3% sampai
pertama).4 5% pasien tidak dapat bertahan dengan
2. Imunoglobulin IV penyakitnya, tetapi pada sebagian kecil
Pengobatan dengan gamma globulin penderita dapat bertahan dengan gejala sisa.
intervena lebih menguntungkan 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa
dibandingkan plasmaparesis karena efek dalam waktu 3 bulan bila dengan keadaan
samping/komplikasi lebih ringan. Dosis antara lain pada pemeriksaan nerve
rumatan 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari conduction velocity (NCV) pada EMG relatif
dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.4 normal, mendapat terapi plasmaparesis dalam
gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai 4 minggu mulai saat onset, progresifitas
sembuh.4 penyakit lambat dan pendek. Faktor yang
3. Kortikosteroid dapat mempengaruhi buruknya prognosis
Kortikosteroid dalam penanganan antara lain penurunan hebat amplitudo
GBS sudah diperdebatkan selama puluhan potensial aksi berbagai otot, umur tua,
tahun dan kortikosteroid pada SGB kebutuhan dukungan ventilator dan perjalanan
digunakan sebagai imunosupresan dan penyakit progresif dan berat.8
bersifait suportif. Namun, dua penelitian,
satu dengan dosis konvensional prednisolone Kesimpulan
dan yang lain dengan dosis tinggi Sindrom Guillain Barre merupakan
metilprednisolon, telah gagal menunjukkan suatu polineuropati yang bersifat asending dan
efek manfaatnya. Meskipun kortikosteroid akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3
tidak lagi direkomendasikan sebagai minggu setelah infeksi akut yang ditandai
penanganan rutin untuk SGB akut, beberapa adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut
kasus menggunakan kortikosteroid dosis berhubungan dengan proses autoimun dimana
tinggi tampaknya dapat menghentikan targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan
perkembangan penyakit. Dosis prednisolon nervus kranialis. Ada lima fase pada serangan
1-2mg/kgbb maksimal 60mg/hari peroral SGB yaitu fase prodromal , fase laten, fase
pada anak.12 progresif, fase dan fase penyembuhan. Pada
Pemberian kortikosteroid tidak efektif Pemeriksaan penunjang CSS ditemukan
dalam menangani GBS. Pada review disosiasi sitoalbumin, pada EMG adanya
Cochrane dari enam percobaan dengan 587 gambaran poliradikuloneuropati dan kecepatan
pasien dewasa, rata-rata menunjukkan tidak hantar saraf melambat dan respon F dan H
adanya perbedaan signifikan antara pasien abnormal. Pada sebagian besar penderita SGB
yang ditangani dengan kortikosteroid dan dapat sembuh sendiri, pengobatan secara
non-kortikosteroid. Pada empat percobaan umum bersifat simptomatik. Meskipun
dari kortikosteroid oral dengan 120 pasien, dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh
ada sedikit kemajuan klinis setelah 4 minggu sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan
pemberian kortikosteroid dibanding tanpa yang cukup lama dan angka kecacatan (gejala
pemberian kortikosteroid, yang sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap
menunjukkan bahwa kortikosteroid oral harus diberikan. Tujuan terapi adalah
dapat memberikan pemulihan secara lambat. mengurangi beratnya penyakit dan
Metilprednisolon intravena sendiri tidak mempercepat penyembuhan dengan
menghasilkan manfaat atau kerusakan yang kortikosteroid, plasmaferesis dan imunoterapi.
signifikan. Dosis metilprednisolon yang Pada umumnya penderita mempunyai
digunakan untuk imunosupresif diberikan prognosis yang baik tetapi pada sebagian kecil
pulse therapy atau dosis tinggi yaitu 15- penderita dapat meninggal atau mempunyai
30mg/kgBB/dosis selama 30 menit diberikan gejala sisa.
sekali sehari selama tiga hari. Kombinasi
metilprednisolon intravena (500mg per hari
dalam 5 hari) dengan IVIG, dapat
mempercepat pemulihan tapi tampak tidak Daftar Pustaka
memberikan efek signifikan untuk hasil 1. Schott. History of Gullian Barre
jangka panjang.12 Syndrome. Diunduh
dari

7|Page
:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme 7. Overview of Guillain-Barre
d/6763295 . Diakses pada 04 Syndrome. Diunduh dari: http://
November 2016 www.mayoclinic.com /health/guillain-
2. Japardi Iskandar. Sindroma Guillan barre-
Barre. Dinduh syndrome/DS00413/DSECTION.
dari Diakses pada 01 November 2016
:http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 8. Andary Michael.Guillain-Barre
23456789/1958/1/bedah-iskandar Syndrome Clinical Presentation.
%20japardi46.pdf . Diakses pada 02 Diunduh dari :
November 2016 http://emedicine.medscape.com/article
3. Rubenstein David, Wayne David, /315632-clinical. Diakses pada 01
Bradley John. Lectur Notes November 2016
Kedokteran Klinis. Ed 6. Jakarta: 9. Dewanto George, Suwono Wita,
Erlangga Medical Series. 2007; Hal Riyanto Budi. Diagnosis dan
120-130. Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta:
4. Lukito Vimaladewi, Mangunatmadja EGC.2000; Hal.66
Irawan. Terapi Sindrom Guillain-Barre 10. Sidharta Priguna, Mardjono Maha.
Berat pada Anak. Diunduh Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
dari Rakyat. 2003; Hal 330-9.
:http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11- 11. DiPazioMarc. Diagnostic
6-11.pdf . Diakses pada 02 november Considerations. Diunduh
2016 dari
5. Guillain-Barr Syndrome. Diunduh :http://emedicine.medscape.com/articl
dari : e/1180594-differential . Diakeses pada
http://www.medicinenet.com/guillain- 02 November 2016
barre_syndrome/article.htm. Diakses 12. Ted M. Burns. Guillain-Barre
pada 30 Oktober 2016 Syndrome. New York: Thieme
6. Lanelo Silvia. Guillan Barre Sindrome Medical Publishers. 2008; Hal 152-
Pathological, Clinical and 167.
Therapeutical. New York: Nova
Medical Book. 2004; Hal. 1-20.

8|Page

Anda mungkin juga menyukai