Keperawatan Dasar I
Yang dibina oleh Rully Andika, MAN
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Riniyanti (108116044)
Nurul Abibah (108116048)
Indri Wahyuni (108116049)
Hendrawan (108116054)
Anggin Fitriani (108116060)
Arfi Nur Afifah (108116061)
Fidha Fairuz Syafira (108116062)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
2
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.4 Tujuan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mekanika Tubuh................................................................................................2
2.2 Ambulasi..........................................................................................................12
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Ambulasi.............14
2.4 Dampak Mekanika Tubuh Dan Ambulasi........................................................16
2.5 Askep Pada Masalah Ambulasi........................................................................16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh. Prinsip mekanika tubuh, pergerakan
dasar dalam mekanika tubuh merupakan kebutuhan mekanika tubuh dan
ambulasi. Untuk menilai kemampuan pasien dalam penggunaan mekanika
tubuh dengan baik, penggunaan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik
atau turun dan berjalan adalah dengan cara melakukan proses perawatan pada
pasien melalui pengkajian, diagnosa, intervensi dan tindakan perawatan.
Dengan adanya proses perawatan pada pasien dengan gangguan ambulasi
ditujukan untuk menjaga keamanan ambulasi, meningkatkan kekuatan otot
dan mobilitas, mencegah komplikasi dari imobilitas dan meningkatkan harga
diri serta kemandirian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mekanika tubuh dan ambulasi?
2. Apa tujuan dari mekanika tubuh dan ambulasi?
3. Bagaimana prinsip mekanika tubuh dan ambulasi?
4. Apa pergerakan dasar dalam mekanika tubuh?
5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh dan ambulasi?
6. Bagaiman dampak mekanika tubuh dan ambulasi?
7. Bagaimana contoh Askep tentang masalah postur tubuh?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian mekanika tubuh dan ambulasi
2 Mengetahui tujuan dari mekanika tubuh dan ambulasi
3 Mengetahui prinsip mekanika tubuh
4 Mengetahui pergerakan dasar dalam mekanika tubuh
5 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh dan
ambulasi
6 Mengetahui dampak mekanika tubuh dan ambulasi
7 Mengetahui contoh Askep tentang masalah postur tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
2
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal
dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada
dasarnya, mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien,
yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, berkoordinasi serta aman dalam
mengerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas
(Alimul A. Aziz. 2006. p.96). Mekanika tubuh adalah menggunakan otot-
otot yang tepat untuk melakukan pekerjaan (Hegner & Esther. 2003. p.
193). Mekanika tubuh (Body Mechanic) adalah penggunaan organ secara
efisien dan efektif sesuai dengan fungsinya. Melakukan aktivitas dan
istirahat pada posisi yang benar akan meningkatkan kesehatan. Setiap
aktivitas yang dilakukan perawat harus memerhatikan body mechanic
yang benar seperti kegiatan mengangkat atau memindahkan pasien
(Wartonah, tarwoto. 2006. p. 91).
3
4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar pasien untuk mempertahankan
kesejajaran tubuh yang benar.
5. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot atau disfungsi saraf.
6. Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor lain yang
memengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi
dan masalah psikologis.
Indikasi: pasien yang mengalami gangguan fungsi sistem
muskuloskeletal, saraf atau otot dan pasien yang mengalami kelemahan
serta kekakuan.
4
c. Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat
seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang/menahan tubuh.
2. Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan
dasar tumpuan.
3. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh, yang sangat diperhatikan adalah
berat atau bobot benda yang akan di angkat karena berat benda tersebut
akan memengaruhi mekanika tubuh.
1. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu dalam
mempertahankan keseimbangan tubuh. Sebagai
contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan
saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang
berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan
dengan orang yang berjalan karena pada saat
berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari
sisi satu dan pusat gravitasi selalu berubah pada
posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase,
yaitu fase menahan berat dan fase mengayun,
yang kan menghasilkan gerakan halus dan
berirama.
5
2. Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai
contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda
dengan orang yang jongkok, dan tentunya
berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi
adalah hal yang perlu diperhatikan untuk
memberikan posisi yang tepat dalam menahan.
Dalam menahan, sangat diperlukan dasar
tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan
tubuh dan memudahkan gerakan yang akan
dilakukan.
3. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan dalam
memindahkan benda. Terdapa beberapa hal yang
diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya:
a. Ketinggian.
b. Letak benda (sebaiknya berada didepan orang
yang akan menarik).
c. Posisi kaki dan tubuh dalam menarik (seperti
condong kedepan dari panggul).
d. Sodorkan telapak tangan dan lengan atas
dibawah pusat gravitasi pasien.
e. Lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, serta
pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk.
4. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan cara pergerakan
dengan menggunakan daya tarik ke atas. Ketika
melakukan pergerakan ini, gunakan otot-otot besar
dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah,
perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada
daerah tubuh bagian belakang (Alimul Hidayat, A.
Aziz.2006. p.97).
6
5. Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk berputarnya
anggota tubuh dengan bertumpu pada tulang belakang.
Gerakan memutar yang baik adalah dengan
memerhatikan ketiga unsure gravitasi dalam pergerakan
agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh
(Alimul Hidayat, A. Aziz.2006. p.97).
7
9. Selalu mintalah bantuan bila pasien atau benda terlalu berat untuk
digerakkan sendiri.
10. Serempakkan gerakan. Siapkan pasien dan aggota staf yang lain dengan
memberitahikan mereka bila sudah siap, atau dengan hitungan samapi tiga
dan semua bergerak serentak pada hitungan ketiga.
Catatan. Bersedialah untuk membantu orang lain. Jangan mengambil resiko.
Berbagai macam peralatan mekanis tersedia untuk membantu memindahkan
pasien yang tidak berdaya atau pasien berat. Jika menggunakan satu alat
penggerak mekanis, pastika bahwa tali-tali penyangga di tempatkan dengan
baik di bawah pasien. Periksalah untuk memastikan bahwa semua bagian dari
alat tersebut aman da siap pakai.
8
Lekukan tubuh ayang alami perlu ditunjang pada posisi alaminya dengan
bantal dan handuk yang digulung.
9
c. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal.Kedua kaki
ditopang di lantai. Pada pasien pendek tinggi, alat bantu kaki
digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
d. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang
popliteal pada permukaan lutut bagian posterior.
e. Lengan bawah pasien ditopang pada pegangan tangan, di pangkuan
atau di atas meja depan kursi.
3) Berbaring
Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal
terhadap tekanan. Sehingga mereka biasa merasakan posisi nyaman
ketika berbaring. Pemgkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring
membutuhkan posisi lateral pada pasien dengan menggunakan satu
bantal, dan semua penopangnya di angkat dari tempat tidur. Tubuh
harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada
dalam kesejajaran lurus tanpa ada lekungan yang terlihat.
2. Keseimbangan tubuh
Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan
ini, pusat gravitasi akan berubah, menyebabkan peningkatan gaya gravitasi,
sehingga menyebabkan risiko jatuh dan cedera. Keseimbangan tubuh
diperoleh jika dasar penopang luas, pusat gravitasi berada pada dasar
penopang, dan garis vertikal dapat ditarik dari pusat gravitasi ke dasar
penopang, keseimbangan tubuh juga dapat ditingkatkan dengan postur dan
merendahkan pusat gravitasi, yang dfapat dicapai dengan posisi jongkok.
Semakin sejajar postur tubuh, semakin besar keseimbangannya (Perry dan
Potter, 1994).
Keseimbangan diperlukan untuk mempertahankan posisi,
memperoleh kestabilan selama bergerak dari satu posisi ke posisi lain,
melakukan aktivitas hidup sehari-hari, dan bergerak bebas di komunitas.
Kemampuan untuk mencapai keseimbangan dipenagruhi oleh penyakit,
gayaberjalan yang tudak stabil pada todler, kehamilan, medikasi, dan proses
menua. Gangguan pada kemampuan ini merupakan ancaman untuk
keselamatan fisik dan dapat menyebabkan ketakutan terhadap keselamatan
seseorang dan membatasi diri dalam beraktivitas (Berg et al, 1992).
10
3. Koordinasi Gerakan Tubuh
Berat adalah gaya pada tubuh yang digunakan terhadap gravitasi.
Ketika suatu objek diangkat, pengangkat harus menguasai berat objek dan
mengetahui pusat gravitasi. Pada objek yang simetri pusat gravitasi berada
tepat pada pusat objek. Karena manusia tidak mempunyai bentuk
geosimetris yang sempurna, maka pusat gravitasinya biasa berada pada 55%
sampai 57% tinggi badannya ketika berdiri dan berada di tengah. Gaya
berat selalu mengarah ke bawah, hal ini menjadi alasan mengapa objek yang
tidak seimbang itu jatuh. Pasien yang tidak stabil itu jatuh karena pusat
gravitasinya tidak seimbang, gaya gravitasi berat mereka yang akhirnya
menyebabkan mereka jatuh. Oleh karena itu, perawat perlu mengatur
irtervensi keperawatan yang melindungi pasien dari jatuh dan menjamin
keselamatannya.
Friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang
berlawanan dengan gerakan benda. Jika perawat bergerak, berpindah, atau
menggerakkan pasien di atas tempat tidur maka akan terjadi friksi. Perawat
dapat mengurangi friksi denagn mengikuti beberapa prinsip dasar. Semakin
besar area permukaan suatu objek yang bergerak, semakin besar friksi. Jika
pasien tidak mampu pindah sendiri di tempat tidur maka lengan pasien
diletakkan menyelang di dada. Hal ini meminimalkan permukaan tubuh dan
mengurangi friksi.
Pasien pasif atau immobilisasi akan menghasilkan friksi yang lebih
besar untuk bergerak, kemudian, bila memungkinkan, perawat
menggunakan kekuatan dan gerakan paien saat mengangkat, memindahkan,
atau menggerakkan pasien di atas tempat tidur. Hal ini dilakukan dengan
penjelasan tentang prosedur dan memberitahu pasien ketika pasien akan
bergerak. Hasilnya harus menjadi gerakan sinkron yang mana pasien dapat
berpatisipasi dan friksi dapat dikurangi.
Friksi dapat juga dikurangi dengan mengangkat bukan mendorong
pasien. Mengangkat merupakan kompenen gerakan ke atas dan
mengurangi tekanan antara pasien dan tempat tidur atau kursi.
11
2.2 Ambulasi
A. Pengertian Ambulasi
Ambulasi adalah latihan yang paling berat dimana pasien yang dirawat
dirumah sakit dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi
pasien.
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk
semua pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan
fleksibelitas. Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di
tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan tanda
peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier (1995 dalam Asmandi,
2008) ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini merupakan
tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai
dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan
dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien.
B. Tujuan Ambulasi
1. Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
2. Memenuhi kebutuhan ambulasi
3. Mempertahankan kenyamanan
4. Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
5. Mempertahankan control diri pasien
6. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
12
Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu
dan digunakan permanen untuk meningkatkan
mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam
keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional,
Adjustable dan lofstrand
2. Canes (tongkat)
Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau
logam setinggi pinggang yang digunakan pada pasien
dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi tongkat
berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat
berkaki segi empat (quad cane).
3. Walkers
Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam
mempunyai empat penyangga yang kokoh digunakan
pada pasien yang mengalami kelemahan umum,
lengan yang kuat dan mampu menopang tubuh.
13
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan
tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat
menyebabkann kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit.
Sebagai contoh: tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah
mengalami fraktur.
3. Emosi
Kondisi psikologis memengaruhi perubahan dalam perilaku indivisu
sehingga dapat menjadi penyebab menurunnya kemampuan mekanika
tubuh dan ambulasi yang baik. Seseorang yang mengalami perasaan tidak
aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang rendah, akan mudah
mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4. Situasi dan kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering
mengangkat benda-benda berat akan menyebabkan perubahan mekanika
tubuh dan ambulasi.
5. Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dan beraktivitas,
sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan
saraf. Hal tersebut pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.
6. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk menggunakannya secara benar, sehingga akan
mengurangi energi yang telah dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang
kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan
seseorang berisiko mengalami gangguan koordinasi system
musculoskeletal dan saraf.
Sedangkan menurut Wartonah,Tarwoto (2006 p.92) bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan adalah :
1. Tingkat perkembangan tubuh
14
Usia akan mempengaruhi tingkan perkembangan Neuron faskuler dan
tubuh secara proporsional, postur, pergerakan, dan refleks akan
berfungsi secara optimal.
2. Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh dan imobilitas akan mempengaruhi pergerakan
tubuh.
3. Keadaan Nutrisi
Kurangnya Nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas
dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.
4. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi ativitas tubuh seseorang.
Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat, yang
kemudian sering dimanivestasikan dengan kurangnya aktivitas.
5. Kelemahan Neuromuskuler dan skeletal
Adanya abnormal postur seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis dapat
berpengaruh terhadap pergerakan tulang.
6. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas
dibandingkan dengan petani atau buruh.
15
Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara
lain menilai adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan
cara bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari
kursi ke posisi berdiri, atau perubahan posisi. Selanjutnya, menilai adanya
kelainan dalam mekanika tubuh pada saat duduk, beraktivitas atau saat
pasien mengalami bergerakan serta pengkajian terhadap status ambulasinya.
Kemudian, menilai gaya berjalan pasien (mantap atau tegak lurus), ayunan
lengan atas (pantas atau tidak), kaki ikut siap pada saat ayunan atau tidak,
langkah jatuh jauh dari garis gravitasi atau tidak serta berjalan apakah
diawali dan diakhiri dengan mudah atau tidak.
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh
dan ambulasi, antara lain:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan
akibat spasme muskuloskeletal pada ekstremitas, nyeri akibat
peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu dalam waktu lama.
2. Resiko cedera berhubungan dengan adanya paralisis, gaya berjalan
tidak stabil, atau penggunaan tongkat yang tidak benar.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara
umum.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
a. Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan
aktivitas sehari-hari.
b. Memulihkan dan memperbaiki ambulasi
c. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh
Perencanaan:
1. Terapi latihan: Mobilitas Sendi: pergerakan tubuh aktif atau pasif
untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi.
2. Penaturan Posisi: tempatkan pasien yang sesuai untuk meningkatkan
kenyamanan, meningkatkan integritas kulit, dan mendukung
kemandirian.
3. Berikan penguatan positif selama aktivitas
16
4. Dukung pasien / keluarga untuk memandang keterbatasan secara
realistis.
5. Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
6. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
7. Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
8. Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapi dalam katihan aktivitas
9. Lakukan istirahat yang adekuat setelah latihan dan aktivitas
10. Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
11. Berikan pendidikan kesehatan tentang (perubahan gaya hidup untuk
menyimpan energy dan penggunaan alat bantu pergerakan)
4. Tindakan keperawatan
Latihan Ambulasi
1) Duduk di atas tempat tidur
Cara pelaksanaan
a. Jelaskan pada pasien mengenai
prosedur.
b. Anjurkan pasien untuk meletakkan
tangan di samping badannya, dengan
telapak tangan menghadap ke bawah.
c. Berdirilah di samping tempat tidur,
lalu letakkan tangan pada bahu pasien.
d. Bantu pasien untuk duduk dan beri
penopang / bantal.
17
Cara pelaksanaan
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur.
2. Atur kursi roda dalam posisi terkunci.
3. Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang.
4. Fleksikan lutut dan pinggang petugas.
5. Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya di bahu
petugas dan letakkan kedu tangan petugas di samping kanan kiri
pinggang pasien.
6. Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut petugas pada lutut
pasien.
7. Bantu berdiri tegak dan jalan sampai ke kursi.
8. Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi dengan nyaman.
3) Membantu Berjalan
18
Cara pelaksanaan
b. Jelaskan pada pasien mengenai
prosedur.
c. Anjurkan pasien untuk meletakkan
tangan di samping badan atau
memegang telapak tangan petugas.
d. Berdiri di samping pasien serta
pegang telapak dan lengan pada
bahu pasien.
e. Bantu pasien untuk jalan.
a. Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi
pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan
kursi roda, yakinkan bahwa kusi roda dalam posisi terkunci.
b. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
c. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan
antislip.
d. Regangkan kedua kaki perawat.
e. Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat
dengan pasien.
f. Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila
pasien dan tempatkan tangan pada skapula pasien.
19
g. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan
panggul dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi.
h. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut
perawat.
i. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien
secara langsung ke depan kursi.
j. Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada
kursi untuk menyokong.
k. Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke
kursi.
l. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
m. Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
n. Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk
kemajuan dan penampilannya.
.
5. Evaluasi Keperawatan
a. Menilai kemampuan pasien dalam penggunaan mekanika tubuh
dengan baik.
b. Penggunaan alat bantu gerak (kolaborasi dengan team fisioterapi).
c. Cara menggapai benda, naik atau turun dan berjalan
20
(Hidayat, A. Azis Alimul.2008.Ketrampilan Dasar Praktik
Klinik.Samlemba medika:Jakarta)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip mekanika tubuh terdiri dari gravitasi, keseimbangan,
berat. Dalam mekanika tubuh terdapat gerakan dasar yaitu gerakan
(ambulating), menahan (squatting), menarik (pulling), mengangkat
(pivoting). Pengertian ambulasi adalah upaya seseorang untuk
melakukan latihan jalan atau berpindah tempat. Faktor yang
mempengaruhi mekanika tubuh dan ambulasi terdiri dari status
kesehatan, nutrisi, emosi, situasi dan kebiasaan, gaya hidup,
pengetahuan. Dampak mekanika tubuh dan ambulasi terdiri dari
ketegangan dan resiko kecelakaan pada system musculoskeletal.
Proses keperawatan pada pasien dengan gangguan ambulasi meliputi
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan tindakan
keperawatan serta evaluasi keperawatan. Tindakan keperawatan
menjelaskan tentang latihan ambulasi. Dan latihan ambulasi meliputi
duduk diatas tempat tidur, duduk ditepi tempat ditepi tempat tidur,
memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi, membantu berjalan,
memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard.
21
3.2 Saran
1. Sebagai seorang perawat yang baik,harus mampu menguasai
mekanika tubuh yang baik.
2. Sebagai seorang perawat yang baik harus mampu menguasai teknik
ambulasi yang benar untuk mengurangi terjadinya cedera.
3. Pengetahuan mekanika tubuh yang baik juga harus diberikan
kepada pasien,untuk mengurangi cacat yang mungkin terjadi dalam
kehidupan sehari hari.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb., & Oliver, R. (2004), Fundamental of nursing; consept, process
and practice, (fourth edition) California: Addison-Wesley Publishing CO
http://kimmymooow.blogspot.co.id/2013/04/makalah-ambulasi-kdpk.html,
diakses pada 20 Maret 2017
http://www.carinfomu.com/2015/01/makalah-ambulasi-kdpk.html, diakses pada
20 Maret 2017
http://anekamakalahkita.blogspot.co.id/2013/01/makalah-mekanika-tubuh-dan-
ambulasi_11.html, diakses pada 16 Maret 2017
22
23