4.1 Pendahuluan
Transpormator (trafo) pada umumnya banyak dipergunakan untuk sistem tenaga listrik
maupun untuk ragkaian elektronik.
Dalam sistem tebaga listrik, trafo dipergunakan untuk memindahkan energi dari suatu
rangkain listrk kerangkaian listrik berikutnya tanpa merubah frekuensi. Biasanya dapat menaikan
atau menurunkan tegangan maupun arus, sehingga memungkinkan transmisi ekstra tinggi,
pemakain pada siste tenaga dapat dibagi:
a. Trafo penaik tegangan (step up) atau disebut trafo daya, untuk menaikan
teganganpembangkitan menjadi tegangan transmisi.
b. Trafo penurun tegangan (Step down), dapat disebut trafo distribusi, untuk menurunkan
tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi.
c. Trafo instrumen, untuk pengukuran yang terdiri dari trafo tegangan dan trafo arus, dipakai
meurunkan tegangan dan arus agar dapat masuk ke meter-meter pengukur.
Trafo pada sistem tenaga untuk kapasitas besar dapat dihubungkan tiga fase dan untuk
kapasitas kecildapat dihubungkan satu fase.
Dalam rangakain elektronik, trafo dipergunakan sebagai gandenagn impedans antara
sumber dan beban, memisahkan satu rangkaian dari rangakaian yang lain, dapat
menghambat arus searah sambil melakukan arus bolak-balik, daya cukup kacil.
227
b. jenis cangkan (shell type) yakni inti mengelilingi nbelitan, lihat gambar 4-2, untuk trafo
yang mempunyai daya dan teganagn rendah.
228
Sisi belitan X1 X2 adalah sisi tegangan rendah dan sisi belitan H 1 H2 adalah sisi tegangan tinggi.
Bila salahsatu sisi, baik sisi tegangan tinggi (TT), maupun sisi tegangan rendah (TR)
dihubungkan dengan sumber tegangan bolak balik, maka sisi tersebut dengan sisi primer,
sedangkan sisi lain yang dihubungkan dengan beban disebut sisi skunder.
Sisi belitan X1 X2 dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik sebesar V 1=Vp, maka
fluk bolak balik akan dibangtkitkan pada inti sebesar mm = mw akan melingkar dan
menghubungkan belitan kawat sekunder serta menghasilkan tegangan induksi (EMF=GGL) balik
pada belitan primer sebesar E1=Ep, naupun pada belitan skunder sebesar E 2 = Es, yang akan
mengikuti persamaan seperti berikut,
Dengan
229
E1 = E P = EMF (GGL) atau tagangan induksi yang dibangkitkan pada belitan pada
belitan primer.
E2 = E S = EMF (GGL) atau tegangan induksi yang dibangkitkan pada belitan skunder.
N1 = N P = banyaknya lilitan pada lilitan primer.
N2 = N S = banyaknya lilitan pada lilitan skunder.
MM = fluks maksimum dalam besaran maxwell.
MW = fluks maksimum dalam besaran weber.
f = prekuensi arus dan tegangan sistem.
V1 = V P = tegangan sumber yang masuk di primer.
V2 = V S = tegangan sekunder ke beban.
Fliks maksimum dalam besaran maxwell dan fluks maksimum dalam besaran
weber, hubungannya akan mengikuti persamaan berikut.
MM = MW = BM XA.............................................................(4-3)
Dengan,
BM = kerapatan fluks maksimum.
A = luas penampang dari inti dalam m2
Untuk trafo ideal diatas berlaku persamaan berikut,
V1 = E1 = VP = EP DAN V2 = E2 = VS = ES..................................(4-4)
Contoh soal :
Suatu trafo ideal 60 Hz, beliltan primer mempunyai jumlah lilitan sebanyak 4800, diberi
tegangan sumber sebesar 2300 volt, hitung;
a. fluks (mm)
b. lilitan sekunder bila tegangannya 230 volt.
Penyelesaian:
A. V1 = E1 = 2300 VOLT
N1 = NP + 4800 ;F = 60 HZ
E1 = 4,44 x f Np x mm x 10-8 Volt
2300 = 4,44 X 60 X 4800 X MM X 10-8 VOLT
230
MM = 2300 x 108
= 1,8 x 105 maxswell
4,44 x 60 x 4800
4,44 x 60 x 1,8
Penyelesaian:
mm = 3,76 x 106 maxwell
N1 =1320 lilitan ; N2 = 46 lilitan
f = 60 Mhz
E1 = 4,44 x f x mm x N1 x 10-8 volt
= 4,44 x 60 x 3,76 x 106 x 1320 x 1-8 volt
= 1320 volt
E2 = 4,44 x f x mm x N2 x 10-8 volt
= 4,44 xx 60 x 3,76 x 106 x 46 x 10-8 volt
= 460 volt
Tegangan induksi pada primer 13200 volt dan teganagn induksi pada skunder 460 volt.
231
Dari pesamaan (4-1) dan persamaan (4-2) didapatkan perbandingan EMF pada primer dan
skunder sama dengan perbandingan banyaknya llitan dan skunder merupakan perbandingan
(ratio) transpormasi dari transpormator dan dinyatakan oleh persamaan berikut.
E1 N1
= = a (4-5)
E2 N2
Berdasarkan persamaan (4-4) maka untik trafo ideal berlaku perbandingan transformasi berikut.
E1 V1 N1
= = = a --------(4-6)
E2 V2 N2
Jika rugi-rugi trafo tidak diperhitungkan dan efisiansi dianggap 100% maka :
E1 x I1 x PF1 x = E2 x I2 x PF2..............(4-7)
Secara praktis faktor daya frimer (PF1) sama dengan faktor dayander (PF2) sehingga:
E1 x I1 = E2 x I2 ..................................(4-8)
Atau
E1 I2
= .. (4-9)
E2 I1
232
Suatu trafo ideal satu fase mempunyai 200 lilitan pada belitan primer dan 100 lilitan pada
skunder, jika belitan primer dihubungkan dengan tegangan sumber besar 200 volt dan arus beban
skunder 20 Ampere, hitung:
a. arus primer
b. tegangan skunder
penyelesaian :
a. N1 = 200 lilitan ; N2 = 100 lilitan
E1 = 200 volt ; I2 = 20 Ampere
N1 200
a= = = 2
N2 100
I2 / I1 = a 20 / I1 = 2 I1 = 10 amper
b. E1 / E2 = a E2 = 200/2 = 100 volt
Penyelesaian:
a. E1 = 4,44 X f X N1 X MW VOLT
= 4,44 Xf N1 X BM X A VOLT
520 = 4,44 X 50 X 400 X BM X (60X X 10-4)
BM = 0,976 WEBER / M2
233
4-8. Efisiensi Transfomator
Efisiensi dari setiap peralatan dalam bidang tekhnik adalah daya keluaran dibagi dengan daya
masukan (input), dapat dinyatakan dalam persen (%) atau denagan persamaan :
Dari pengujian beban nol dan pengujian hubung singkat didapatkan rugi total pada trafo sehingga :
234
% = V2 + 122 cos 2 (100) (4-35)
V2 I2 cos 2 + Pc + I22 re2
Contoh soal 4-8 :
Suatu trafo satu fase 25 kva ; 2200/220 voltmempunyai resitans primer 1,0 ohm dan resistans
sekunder 0,01 ohm. Hitung efisiensi pada waktu beban penuh dengan faktor daya 0,8 jika rugi inti
dari trafo sama dengan 80 % dari rugi tembaga pada waktu beban penuh .
Penyelesaian :
a = 2200/220 = 10 ; Re2 = R2 + R1/A2
R = 0,01 + 1/100 = 0,02 ohm
Contoh soal
Suatu trafo satu fase, 5 kva mempunyai rugi inti 35 watt dan rugi tambaga 40 watt pada waktu
beban penuh, trafo bekerja dengan takaran kva penuh dan faktor daya 0,8 mengikut untuk 6 jam,
235
kemudian bekerja dengan setengah takaran kva untuk 12 jam pada faktordaya 0,5 mengikut
selanjutnya tidak berbeban selama 6 jam.
Hitung efisiensi sepanjang hari trafo tersebut.
Penyelesaian :
Rugi tembaga pada beban penuh = 40 watt
Rugi tembaga setengah beban penuh = (0,5) 2 x 40 = 10 watt
Rugi tembaga beban penuh selama 6 jam = 6 x 40 = 240 watt
Pembangkitan tenaga listrik dan pengirimannya sampai konsumen, biasanya dilakukan dalam
sistem tiga fase pada pembangkit untuk menaikan tegangan dari tegangan pembangkitan menjadi
tenaga tranmisi, juga didistribusi untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan sub
transmisi maupun ke tegangan distribusi.
Kontruksi trafo 3 fase sama halnya seperti pada trafo satu fase yang terdiri dari jenis inti dan
jenis cangkakng, juga dapat disusun dari tiga trafo satu fase menjadi satu trafo 3 fase.
236
Dalam hal kontroksi satu trafo 3 fase yang disusun dari 3 trafo satu fase, maka ketiga trafo
satu fase tersebut harus identik, kalau tidak maka akan timbul kesalahan yang fatal, apalagi kalau
kapasitas trafo tersebut cukup besar.
Pemilihan apakah mempergunakan satu trafo tiga fase yang terpadu atau satu trafo tiga fase
yang disusun dari tiga trafo satu fase disesuaikan dengan kebutuhan.
Dalam bidang ketenagaan listrik, untuk tegangan sistem dibawah 230 kv, dapat
dipergunakan satu kesatuan trafo tiga fase terpadu, tetapi untuk tegangan sistem lebih tinggi dari
230 kv dapat mempergunakan satu trafo tiga fase yang disusun dari tiga buah trafo satu fase,
karena masalah pengangkutan dar pabrik pembuatan ke lokasi dimana akan dipasang.
Adapun hubungan trafo 3 fase adalah sebagai berikut :
1. Tiga fase hubungan bintang/bintang (Y/Y)
2. Tiga fase hubungan delta/delta (/)
3. Tiga fase hubungan bintang /delta (Y/) atau sebaliknya delta/bintang (/Y)
4. Tiga fase hubungan delta terbuka (V/V)
5. Tiga fase hubungan Scott (T/T)
237