Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Formulasi sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak
dipakai, terutama saat pasien dirawat di rumah sakit. Sediaan steril sangat membantu pada
saat pasien dioperasi, diinfus, disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus diobati, dan
sebagainya. Semuanya sangat membutuhkan kondisi steril karena pengobatan yang langsung
bersentuhan dengan sel tubuh, lapisan mukosa organ tubuh, dan dimasukkan langsung ke
dalam cairan atau rongga tubuh sangat memungkinkan terjadinya infeksi bila obatnya tidak
steril. Oleh karena itu, kita memerlukan sediaan obat yang steril. Disamping steril, kita pun
memerlukan sediaan obat dalam kondisi isohidris dan isotonis agar tidak mengiritasi.
Untuk menghasilkan sediaan yang steril, kita memerlukan pengetahuan tambahan selain
pengetahuan tentang pembuatan bentuk sediaan, yaitu adanya jaminan bahwa selama
produksi dan setelah produksi, sediaan bebas dari cemaran mikroba. Infus merupakan larutan
steril dan umumnya diberikan melalui intravena untuk menambah cairan tubuh, menambah
nutrisi atau sebaqgai pembawa obat. Biasanya diberikan dalam voume besar dengan
penetesan lambat melalui intravena.
Sediaan infus glukosa merupakan salah satu sediaan steril yang berfungsi sebagai
pengganti kehilangan cairan tubuh sehingga tubuh dapat berenergi kembali. Sediaan infus
glukosa harus memenuhi persyaratan yaitu steril, bebas pirogen, jernih dan praktis bebas
partikel. Oleh karena itu, sediaan ini lebih mahal jika dibandingkan dengan sediaan
nonsterilnya karena ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian infus glukosa?
2. Apa saja sterilisasi sediaan parenteral?
3. Apa saja syarat-syarat sedian infus glukosa?
4. Apa saja komponen dari infus glukosa?
5. Apa saja evaluasi yang dilakukan pada sediaan infus glukosa?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa dapat mengatahui pengertian infus glukosa.
2. Mahasiswa dapat mengatahui macam-macam sterilisasi sediaan parenteral.
3. Mahasiswa dapat mengatahui syarat-syarat sedian infus glukosa.
4. Mahasiswa dapat mengatahui komponen dari infus glukosa.
5. Mahasiswa dapat mengatahui evaluasi yang dilakukan pada sediaan infus glukosa.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Infus Glukosa

2
Infus adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat
mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume
relatif banyak.(3)
Glukosa adalah suatu gula yang diperoleh dari hidrolisis pati dan mengandung satu
molekul air hidrat atau anhidrat.(1)
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 mL yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan
elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah relatif
sama. Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi
untuk mengembalikan air dan elektrolit.(4)
Injeksi volume besar atau injeksi yang dimaksudkan untuk pemberian langsung ke
dalam pembuluh darah vena harus steril dan isotonis dengan darah, dikemas dalam wadah
tunggal berukuran 100 mL - 2000 mL. Tubuh manusia mengandung 60 air dan terdiri atas
cairan intraseluler (di dalam sel), 40 yang mengandung ion-ion K+, Mg+, sulfat, fosfat,
protein serta senyawa organik asam fosfat seperti ATP, heksosa, monofosfat dan lain-lain.
Air mengandung cairan ekstraseluler (di luar sel) 20 yang kurang lebih mengandung 3 liter
air dan terbagi atas cairan intersesier (diantara kapiler) 15 dan plasma darah 5 dalam sistem
peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+, klorida dan bikarbonat.(4)
Dalam pembuatan infus atau cairan intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal
dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh
karena volume yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena biasanya
mengandung zat-zat amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin. Walaupun cairan infus
intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk menetralisir trauma pada
pembuluh darah. Namun cairan Hipotonis maupun Hipertonis dapat digunakan untuk
meminimalisir pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.(4)

2.2 Anatomi

3
Injeksi intravena
dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu
peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya
singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek
yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan
endapan dengan protein atau butiran darah.Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan
terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini benda asing
langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya
shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat
dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat
perlahan, antara 50-70 detik lamanya. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis (kulit
ari), dermis atau korium (kulit jangat), dan jaringan subkutan atau subkutis
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Kekebalan epidermis
berbeda-beda pada bagian tubuh. Bagian yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya
pada telapak kaki dan telapak tangan. Sedangkan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter
terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel-sel epidermis ini disebut keratinosit.
Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Pada epidermis, terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis mempunyai 5 lapisan yaitu :

1. Lapisan Tanduk (Stratum corneum), merupakan lapisan yang paling atas. Terdiri atas sel-
sel mati yang mengelupas dan banyak mengandung keratin yang melindunginya. Lapisan
ini secara terus-menerus melepaskan sel-sel kulit yang mati.

4
2. Lapisan Jernih (Stratum lucidum), disebut juga lapisan barrier. Terletak tepat di bawah
stratum corneum. Merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti. Protoplasmanya berubah
menjadi protein (eleidin). Biasanya terdapat pada kulit tebal seperti telapak kaki dan
telapak tangan.
3. Lapisan Granular (Stratum granulosum), tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk
poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
4. Lapisan Malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer), memiliki sel yang berbentuk
kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil
yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam
lapisan malphigi ini.
5. Lapisan Basal (Stratum germinativum) adalah lapisan terbawah epidermis yang hanya
tersusun oleh satu lapis sel-sel basal. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel
melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya
membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui
dendrit-dendritnya
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit dan sering dianggap sebagai True
Skin karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit. Terdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Kulit jangat atau
dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar
keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah
bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Dermis mempunyai 2 lapisan
yaitu:
1. Lapisan papiler (Pars papilare), merupakan bagian yang menonjol ke epidermis, tipis,
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Lapisan retikuler (Pars retikulare), merupakan bagian yang menonjol ke subkutan, tebal,
terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan kental
asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblas), serta terdiri dari sel fibroblast yang
memproduksi kolagen dan retikularis yang banyak terdapat pada pembuluh darah, limfe,
akar rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.

c. Subkutis / hypodermis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan
di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan
5
nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi dari
Subkutis/hipodermis adalah melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, dan
kontrol bentuk tubuh.

2.3 Sterilisasi Sediaan Parenteral


1. Sterilisasi Panas dengan Tekanan atau Sterilisasi Uap (Autoklaf)
Uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek,
sehingga terjadi pelepasan energy laten uap yang mengakibatkan pembunuhan
mikroorganisme secara ireversibel akibat denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi
uap merupakan metode paling efektif dan ideal, karena:
a. Uap merupakan pembawa (carrier) energy termal paling efektif dan semua lapisan
pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga memungkinkan terjadinya
koagulasi.
b. Bersifat nontosik, mudah diperoleh, dan relative mudah di kontrol.
2. Sterilisasi Panas Kering
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas
akan di absorbsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian
dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Temperatur yang
digunakan yaitu 150-170 oC. Pada sterilisasi panas kering, pembunuhan mikroorganisme
terjadi melalui mekanisme oksidasi sampai terjadinya koagulasi protein sel.
3. Sterilisasi Gas atau Etilen Oksida
Sterilisasi gas merupakan pilihan lain yang digunakan untuk sterilisasi alat yang
sensitive terhadap panas. Etilen oksida merupakan senyawa organic kelompok epoksida
dari golongan eter.
4. Sterilisasi Radiasi
a. Ultraviolet (Efek Optimal pada 254 nm)
Digunakan untuk sterilisasi ruangan pada penggunaan aseptik.
b. Ion
Mekanismenya mengikuti teori tumbukan, yaitu sinar langsung menghatam pusat
kehidupan mikroba (kromosom).

c. Gamma
Digunakan untuk sterilisasi alat kedokteran serta alat yang terbuat dari logam. Dosis
efektifnya adalah 2,5 M Rad
5. Sterilisasi Filtrasi
Sterilisasi dengan penyaringan tergantung pada penghilangan mikroba secara fisik
dengan adasorbsi pada media penyaringan atau dengan mekanisme penyaringan, yang
digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas.

2.4 Syarat Syarat Infus


Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis.
Jernih, berarti tidak ada partikel padat.
Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna.

6
Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan tubuh lain yakni
7,4.
Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan darah
atau cairan tubuh yang lain tekanan osmosis cairan tubuh seperti darah, air mata, cairan
lumbai dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9 %.
Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari mikroorganisme
hidup dan patogen maupun non patogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk tidak vegetatif (spora).
Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.
Menurut Co Tui, pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida dimana mengandung
radikal yang ada unsur N, dan P. Selama radikal masih terikat, selama itu dapat
menimbulkan demam dan pirogen bersifat termostabil.

2.5 Komponen Infus Glukosa


Menurut Formularium Nasional Edisi II
Tiap 500 ml mengandung :
Natrii Chloridum 4,3 g
Kalii Chloridum 150 mg
Calcii Chloridum 240 g
Glucosum anhydras 25 g
Aqua pro injeksi hingga 500 ml
Menurut Pasaran
Glukosa 5%
Aqua pro injeksi hingga 100 ml
Menurut Jurnal Penelitian
Glukosa 6,3 g
Karbon Aktif 0,1 g
Aqua pro injeksi hingga 120 ml

2.6 Keuntungan Dan Kerugian Sediaan Infus


a) Keuntungan
Bekerja cepat.
Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin.
Obat padat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau dalam keadaan koma.
Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat.
Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinal dapat dihindarkan.
b) Kerugian
Rasa nyeri pada saat disuntikkan.
Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut suntik.
Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki terutama
sesudah pemberian intravena
Obat hanya dapat diberikan kepada penderita dirumah sakit atau ditempat praktek
dokter oleh perawat yang kompeten.
Lebih mahal dari bentuk sediaan non steril dikarenakan ketatnya persyaratan yang
harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih, praktis dan bebas partikel).
7
2.7 Metode Pembuatan Secara Umum
Proses pembuatan sediaan infus glukosa secara umum adalah sebagai berikut :
Ditimbang glukosa dan karbon aktif sesuai perhitungan.
Glukosa dilarutkan dalam sebagian aqua pro injectionum (A.P.I) bebas pirogen, lalu pH
larutan dicek.
Aqua pro injectionum bebas pirogen ditambahkan hingga 100 mL. Setelah itu
ditambahkan karbon aktif.
Kemudian dipanaskan pada suhu 60-700 C selama 15 menit sambil diaduk.
Kemudian disaring dengan kertas saring dalam kondisi panas, filtrat pertama dibuang.
Setelah itu larutan glukosa dimasukkan ke dalam botol infus yang berukuran 250 mL.
Lalu disterilisasi dalam autoklaf 1210 C selama 15 menit.

2.8 Evaluasi
1. Penetapan Kadar
Penentuan kadar dilakukan dengan SP UV, HPLC, SP IR dan lain-lain.
2. pH
Evaluasi ini menggunakan pH meter dan diukur apakah pHnya sesuai yaitu 7,4.
3. Uji Kejernihan
Pengujian dilakukan secara visual, botol diputar 180o berulang-ulang didepan suatu
background yang berwarna hitam untuk melihat partikulat yang berwarna putih dan
didepan suatu background yang berwarna putih untuk melihat partikulat yang berwarna
hitam.
4. Bau
Pemeriksaan bau dilakukan secara periodik terutama untuk sediaan yang mengandung
sulfur atau anti oksidan.
5. Uji Pirogenitas
6. Uji Kebocoran
Wadah sediaan diletakkan dengan posisi terbalik.

2.9 Contoh Obat di Pasaran


Infusan D5+NS
Enterton E 1000
Enterton E 500
Infusan-D5
KA-EN1B

8
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat :
Sendok porselen
Spatel logam
Pinset logam
Batang pengaduk
Erlenmeyer
Cawan Penguap
Kaca Arloji
Gelas Ukur
Beacker glass
Pipet tetes
Tutup ampul karet
Tutup pipet tetes
Autoklaf
Kertas saring

Bahan :

Glukosa
Natrium klorida
Aqua Pro Injeksi

3.2 Tabel Rancangan Formulasi

Formula I Formula II Formula III Formula IV (dibuat)


-Natrii Chloridum 4,3 g -Glukosa 5% -Glukosa 6,3 - Glukosa 4%
-Kalii Chloridu 150 mg -Aqua pro injeksi g -Natrium Klorida
-Calcii Chloridum 240 hingga 100 ml -Karbon Aktif 0,1 0,18%
g g -Karbon aktif 0,1%
9
-Glucosum anhydras 25
g -Aqua pro injeksi - Aqua pro injeksi
-Aqua pro injeksi hinga hingga 120 ml hingga 200 ml
500 ml

3.3 Pra Formulasi

Glukosa

Struktur

Rumus molekul C6H12O6.H2O

Bobot molekul D glukosa monohidrat

Pemerian Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih, tidak
berbau, rasa manis.

Kelarutan Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
agak sukar larut dalam metanol (95%) P mendidih, sukar larut
dalam metanol (95%) P

Khasiat Kalorigenikum

Tempat Absorpsi Langsung masuk kedalam peredaran darah (sistemik)

Stabilitas Terhadap oksidasi/reduksi dalam larutan mudah teroksidasi,


stabil terhadap cahaya, oleh pengaruh cahaya lambat laun

10
menjadi berwarna cokelat muda

OTT Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin


Na,Eritromisin, Vit B komplek

Sterilisasi Autoklaf

pH Sediaan injeks iglukosa pH : 3,5 6,5

Indikasi Donor kalori; memenuhi kebutuhan glikogen dan meng obati


hipoglikemia

Konsentrasi 2,5-11,5% untuk IV. Untuk hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi


50%)

Osmolaritas 5,51% w/v larutan air sudah isotonis dengan serum

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

Dengan cyanocobalamin, kanamycin sulphate, novobiocin


Incompatibilitas
sodium, dan warfarin sodium. (Martindale,28th ed, 1982)

Efek samping Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit pada


tempat pemberian (lokal), tromboklebitise, larutan glucose untuk
infuse dapat menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit
termasuk edema, hipokalemia, hipopostemia, hipomagnesia.

Kontraindikasi Pada pasien anuria, intra cranial atau intraspiral hemorage

Natrium Klorida

Bobot molekul 58,44

11
Pemerian Hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, rasa asin

Kelarutan Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam
metanol (95%) P

Natrium klorida hidrat korosif terhadap besi. Dapat bereaksi


Incompatibilitas
membentuk prespirat dengan garam perak, timah dan merkuri.
Poksidator kuat membebaskan klorin dari keasaman natrium
klorida. Kelaruatan pengawet metal antimikroba berkurang dalam
larutan yang mengandung natrium klorida. Viskositas gel
Karbomer dan selulosa hidroksietil atau hidroksipropil selulosa
berkurangb dengan penambahan natrium klorida.

Fungsi

Aqua Pro Injectione (a.p.i)

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai


rasa

12
Kelarutan Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
agak sukar larut dalam metanol (95%) P mendidih, sukar larut
dalam metanol (95%) P

Sisa Penguapan Tidak lebih dari 0,003% b/v, penguapan dilakukan diatas tangas
air, kemudian dikeringkan pada suhu 105C selama 1 jam

Khasiat Kalorigenikum

Penyimpanan Tertutup kedap, jika disimpan dalam wadah tertutup kapas


berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan

Untuk pembuatan injeksi


Khasiat & Penggunaan

3.4 Prosedur Pembuatan


Alat dan bahan disiapkan.
Aqua Pro Injeksi Bebas O2 dibuat dengan dimasukkan aquadest ke dalam labu
Erlenmeyer ditutup wadah dengan rapat agar tidak terkontaminasi O2 kembali, kemudian
di dididihkan lalu dipanaskan kembali selama 40 menit hingga API bebas O2.
Zat aktif dan zat tambahan karbon aktif 0,1 % ditimbang dengan kaca arloji.
Gelas piala dikalibrasi sebanyak 220 mL dan botol kaca infus sebanyak 200 mL.
Air steril dituang untuk melarutkan zat dan membilas kaca arloji sampai tanda kalibrasi
tercapai.
Sebanyak 0,1% karbon aktif ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam larutan. Gelas
piala ditutup kaca arloji dan disisipi batang pengaduk.
Larutan dihangatkan pada suhu 500-700C selama sekitar 15 menit sambil sesekali diaduk.
Kertas saring ganda dan terlipat dibasahi dahulu dengan API.
Corong dan kertas saring dipindahkan ke Erlenmeyer steril bebas pirogen.
Larutan disaring saat dalam keadaan hangat ke dalam Erlenmeyer.
Volume larutan diukur dalam gelas ukur tepat 200 mL dan diisi langsung ke dalam botol
infus 200 mL.
Tutup karet botol infus steril dipasang kemudian ikat dengan simpul champagne.
Botol infus yang berisi larutan distrerilkan dalam autoklaf pada suhu 1150 1160C selama
15 menit.
Setelah selesai di sterilkan, diberi penandaan etiket.

13
REGISTERED NO.DKL. 99556781043AI
STERIL NON PYROGENIC
INFUS GLUCOSE
Each 200 ml contain of :
Glucose 4%
NaCl 0,18%
Osmolarity320,68mmol/l
Na+ = 196,58mEq/l
Cl- = 303,4188mEq/l HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Batch no: 40528
Prod date: OCT 2016
Exp date: OCT 2017
200 ml

EDTAFarmaCorp

3.5 Evaluasi
1. Penetapan Kadar
Penentuan kadar dilakukan dengan SP UV, HPLC, SP IR dan lain-lain.

14
2. pH
Evaluasi ini menggunakan pH meter dan diukur apakah pHnya sesuai yaitu 7,4.
3. Uji Kejernihan
Pengujian dilakukan secara visual, botol diputar 180o berulang-ulang didepan suatu
background yang berwarna hitam untuk melihat partikulat yang berwarna putih dan
didepan suatu background yang berwarna putih untuk melihat partikulat yang berwarna
hitam.
4. Bau
Pemeriksaan bau dilakukan secara periodik terutama untuk sediaan yang mengandung
sulfur atau anti oksidan.
5. Uji Pirogenitas
6. Uji Kebocoran
Wadah sediaan diletakkan dengan posisi terbalik.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada formulasi ini, pembuatan infus dengan menggunakan zat aktif glukosa. Glukosa
merupakan bahan aktif yang berkhasiat sebagai kalorigenik yaitu zat yang dapat meghasilkan
atau meningkatkan energi atau memperkecil kekurangan kalori pada terapi pengganti atau
pemeliharaan. Pembuatan sediaan steril khususnya infus harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari kontaminasi mikroba. Cara pembuatan obat yang baik juga mensyaratkan tiap
wadah akhir infus harus diamati secara fisik dan tiap wadah yang menunjukkan pencemaran
bahan asing yang terlihat secara visual harus ditolak.
A.P.I (Aquadest Pro Injection) digunakan untuk bahan pelarut dalam infus. Selain sebagai
bahan dalam pembuatan infus, A.P.I juga digunakan karena bebas pirogen, alasan penggunaan
A.P.I. dalam ilmu farmasi yaitu air dapat bereaksi dengan obat dan zat tambahan lainnya yang
mudah terhidrolisa (mudah terurai karena adanya kelembaban). Bentuk alami dari glukosa
disebut juga Dekstrosa. Penggunaan glukosa pada sediaan ini sebagai bahan utamanya
dimaksudkan untuk menambah energi pada pasien yang kehilangan banyak cairan tubuh karena
hipokelemik dehidrasi. Selain itu, glukosa juga dapat menambah kadar gula dalam darah.

Pada larutan NaCl digunakan sebagai penghistonis karena mempunyai tekanan osmosis
yang sama dengan cairan tubuh yakni 0,9%. NaCl merupakan zat tambahan yang digunakan
untuk membuat larutan isotonis.
Glukosa tidak stabil pada pemanasan suhu tinggi dalam waktu yang lama karena terjadi
penurunan pH sehingga sterilisasi tidak dilakukan pada suhu yang tinggi dalam waktu yang lama
serta penyimpanan sediaan disarankan pada suhu yang sejuk. Untuk membuat sediaan yang
efektif dibuat kadar sediaan yang sesuai tujuan terapi yaitu untuk sediaan infus dengan rentang
kadar 2,5 7 %.
Sediaan infus haruslah isotonis atau sedikit hipertonis karena jika hipotonis maka akan
menyebabkan sel darah menjadi pecah sehingga itu berbahaya. Selain itu, perlunya sediaan infus
16
ini dibuat isotonis ataupun sedikit hipertonis agar pada saat penyuntikan tidak menimbulkan rasa
nyeri.
Sebelum dilakukan pembuatan infus glukosa, alat-alat yang akan digunakan harus di
sterilisasikan terlebih dahulu menggunakan autoklaf agar terbebas dari mikroorganisme yang ada
pada lingkungan sekitar. Setelah larutan glukosa yang sudah dilarutkan dengan aqua pro injeksi
dan NaCl yang sudah dilarutkan dalam aqua pro injeksi kemudian kedua campuran tersebut
dicampur. Pada pembuatan infus glukosa ini, fungsi penambahan karbon aktif agar sediaan steril
tersebut bebas pirogen. Kemudian setelah pembuatan infus selesai dibuat, sediaan siap dikemas
dan dimasukkan kedalam botol infus kemudian sterilisasikan kembali dengan menggunakan
autoklaf pada suhu 115o-116oC selama 15 menit.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sediaan infus glukosa merupakan suatusediaan yang berfungsi sebagai pengganti
kehilangan cairan tubuh sehingga tubuh dapat berenergi kembali.
Sediaan infus glukosa haru memenuhi syarat, yaitu :
Aman
Steril
Jernih
Bebas pirogen
Praktis bebas partikel
Evaluasi yang dilakukan pada sediaan infus glukosa ini meliputi :
Warna
Kekeruhan
Bau
Uji kebocoran
Uji kejernihan

5.2 Karakteristik Sediaan


Aman
Jernih
Tidak berbau
Tidak berwarna
Steril
Bebas pirogen
Kemasan dalam keadaan baik

5.3 Evaluasi
1. Penetapan Kadar
Penentuan kadar dilakukan dengan SP UV, HPLC, SP IR dan lain-lain.
2. pH
Evaluasi ini menggunakan pH meter dan diukur apakah pHnya sesuai yaitu 7,4.
3. Uji Kejernihan
Pengujian dilakukan secara visual, botol diputar 180o berulang-ulang didepan suatu
background yang berwarna hitam untuk melihat partikulat yang berwarna putih dan

18
didepan suatu background yang berwarna putih untuk melihat partikulat yang
berwarna hitam.
4. Bau
Pemeriksaan bau dilakukan secara periodik terutama untuk sediaan yang
mengandung sulfur atau anti oksidan.
5. Uji Pirogenitas
6. Uji Kebocoran
Wadah sediaan diletakkan dengan posisi terbalik.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 2016. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Depkes RI.

19
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.

Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : UGM Press.

Anonim. 1978. Formularium Nasional. Jakarta : DEPKES.

Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung : ITB.

Logawa, Benny. 1986. Teknologi Farmasi Sediaan Steril. Bandung : ITB.

Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale. London : The Pharmaceutical Press.

Sunan, Insan. 2009. Pengaruh Penggunaan Karbon Aktif Terhadap Kadar Endotoksin Dalam
Sediaan Injeksi Intravena Glukosa Volume 7 Nomor 2. Jatinangor : Universitas Padjajaran.

20

Anda mungkin juga menyukai