Anda di halaman 1dari 18

ASKEP

KANKER PROSTAT

KELOMPOK II :

1. SRI HARMI MUTMAINNAH


2. FLORIDA
3. GIRLEN
4. ITA TIRTAYANA
5. MIMIJASMIN
6. ENDERINA
7. NUR HASNAH

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN GUNUNG SARI


MAKASSAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada

waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah : KANKER PROSTAT

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar pembaca dapat

mengetahui tentang kanker prostat.


Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari

bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itupenulis sangat

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Makassar,3 april 2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada akhir tahun 2006, di Inggris kanker prostat menyumbang 36% dari

prevalensi kanker yang sama. Pada tahun 2008 menurut GLOBOCAN

(International Agency for Research on Cancer World Health Organization)

Prostat menduduki peringkat ke -3 kanker yang paling sering terjadi pada laki

laki setelah kanker paru dan kolorektalIni menunjukkan bahwa kanker

prostat merupakan jenis kanker yang memerlukan penanganan khusus.


Di Indonesia, pada tahun 2004 saja sudah disimpulkan bahwa kanker

prostat menduduki urutan ke 9 dengan 310 kasus baru (4,07%) dari 10 kasus

kanker yang diperoleh dari laporan berbagai rumah sakit. Disimpulkan pula
bahwa pada laki - laki di atas usia 65 tahun, kanker prostat menempati urutan

ke 2 dengan 202 kasus (12,31%). Pada salah satu laboratorium, yakni

Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan

RSUP M. Jamil dalam kurun waktu 2000 2005 ditemukan 116 kasus

adenokarsinoma prostat dengan rentang usia 61 70 tahun yang paling

banyak menderita penyakit ini. Pada tahun 2010 di Amerika, organ prostat

menduduki peringkat pertama dalam perkiraan ditemukannya kasus baru

kanker yaitu sebanyak 217.730 (28%) dan perkiraan kematian sebanyak

32.050 (11%), Diperkirakan 1 dari 4 jenis kanker yang baru didiagnosa pada

pria ditemukan di Amerika.


Kanker prostat umumnya tidak menunjukkan gejala khas. Karena itu,

sering terjadi keterlambatan diagnosa. Gejala yang ada umumnya sama

dengan gejala pembesaran prostat jinak atau Benign Prostate Hyperplasia

(BPH), yaitu buang air.


Risiko terjadinya kanker prostat ditentukan oleh dua hal yaitu faktor

genetik dan faktor lingkungan. Faktor risiko lain yang tidak kalah penting

adalah usia di atas 50 tahun, pembesaran prostat jinak, infeksi virus, riwayat

kanker prostat dalam keluarga, pola hidup, dan pola makan (Widjojo, 2007).

Salah satu faktor risiko tersebut yaitu pola makan, menurut Umbas Rainy

(2002) diet tinggi lemak dan pola makan berkalsium tinggi (Notrou P, 2007)

merupakan faktor yang mempunyai kaitan erat dengan meningkatnya risiko

kanker prostat.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian ca. Prostat ?
2. Bagaimana etiologi ca.prostat ?
3. Bagaimana manifestasi klinis ca. prostat ?
4. Bagaimana penanganan ca.prostat?
5. Bagaimana asuhan keperawatan ca.prostat ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Carsinoma prostat atau kanker prostat adalah pertumbuhan dan

pembelahan sel khususnya sel pada jaringan prostat yang tidak

normal/abnormal yang merupakan kelainan atau suatu keganasan pada

saluran perkemihan khususnya prostat pada bagian lobus perifer sehingga

timbul nodul-nodul yang dapat diraba.


Beberapa dokter mempercayai bahwa kanker prostat dimulai dengan

perubahan sangat kecil dalam ukuran dan bentuk sel-sel kelenjar prostat.

Perubahan ini dikenal sebagai PIN (prostatic intraepithelial neoplasia).

Hampir setengah dari semua orang yang memiliki PIN setelah berusia di atas

50 tahun. Orang yang mengalami PIN mengalami perubahan tampilan sel-sel

kelenjar prostat pada mikroskop. Perubahan ini dapat berupa tingkat rendah

(hampir normal) atau bermutu tinggi (abnormal).


Kanker prostat adalah kanker yang paling prevalen secara keseluruhan,

insidennya hampir dua kali lipat dari populasi umum dan angka kematian

sekitar tiga kali lebih tinggi.


B. Anatomi Fisiologi
Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar, stroma dan

muskular. Kelenjar ini mulai tumbuh pada kehamilan umur 12 minggu karena

pengaruh dari hormon androgen yang berasal dari testis janin. Prostat

merupakan derivat dari jaringan embrional sinus urogenital. Kelenjar prostat

bentuknya seperti konnus terbalik yang terjepit ( kemiri ). Letak kelenjar

prostat di sebelah inferior buli-buli. Di depan rektum dan membungkus uretra

posterior. Ukuran rata-rata prostat pada pria dewasa 4x3x2,5 cm dan beratnya

kurang lebih 20 gram.


Pada tahun 1972 Mc. NEAL,mengemukakan konsep tentang zona anatomi

dari prostat. Menurun Mc. NEAL, komponen kelenjar dari prostat sebagian

besar terletak/membentuk zona perifer. Zona perifer ini ditambah dengan zona

sentral yang terkecil merupakan 95 % dari komponen kelenjar. Komponen

kelenjar yang lain (5%) membentuk zona transisi. Zona transisi ini terletak

tepat di luar uretra di daerah verumontanum. Proses hiperplasia dimulai di

zona transisi ini. Sebagian besar proses keganasan (60-70%) bermula di zona

perifer, sebagian lagi dapat tumbuh di zona transisi dan zona sentral.
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen

dari cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini di alirkan melalui dektus sekretorius

dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian bersama cairan semen yang

lain pada saat ejakulasi. Ciran ini merupakan 25% dari volume ejakulat.
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker

ganas dapat membunuh uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya

obstruksi saluran kemih.


C. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab kanker prostat belum diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa

hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat,
diantaranya faktor usia dan riwayat keluarga. Faktor hormonal, diet tinggi

lemak, toksin dan laki-laki usia >55 tahunyang mempunyai riwayat perderita

kanker prostat juga disebut-sebut sebagai faktor risiko kanker prostat

walaupun kaitannya belum jelas.


D. Patofisiologi
Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi

beberapa hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan

hipotesis yang diduga adalah adanya perubahan keseimbangan antara hormon

testosteron dan estrogen pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses

diferensiasidan proliferasi sel. Difsreniasi sel yang terganggu ini menyebabkan

sel kanker, penyebab lain yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang

berlebihan serta meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya

sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya perubahan materi genetik.

Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel

kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca Prostat.


Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan

akan menghambat aliran urin. Keadaan ini menybabkan penekanan

intraavesikal, untuk dapat mengeluarkan urinbuli-buli harus dapat

berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus

menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor,

trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase

penebalan ototdetrusor ini disebut fase kompensasi (Purnomo,2000)


Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan

pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track symptom (LUTS)

yang dahulu dikenal dengan gejal-gejal prostatismus, dengan semakin


meningkatnya retensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase

dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksisehingga

terjadi retensi urin. Tekanan intravsikal yang semakin tinggi akan diteruskan

ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter. Keadaan

ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,

hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal ginjal.


Berkemgangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan langsung

ke uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat dapat

juga menyebar melalui jalur hematogen yaitu tulang tulang pelvis vertebra

lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ adalah pada hati dan paru.
Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin

diantara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu

terdapat degenerasi sel syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat

mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional,

ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga

otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal, maka terjadi

peningkatan residu urin yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi

saluran kemih atas.


E. Manifestasi klinis
Kanker prostat stadium dini, tidak menunjukkan gejala. Setelah kanker

berkembang, baru muncul gejala tetapi tidak khas. Gejala yang terjadi akibat

obstruksi urinaria terjadi saat penyakit berada pada tahap lanjut. Kanker ini

cukup beragam dalam perjalanannya. Jika neoplasma cukup besar untuk

menyumbat kolum kandung kemih, maka gejala dan tanda obstruksi urinaria

terjadi, seperti kesulitan dan sering berkemih, retensi urin, dan penurunan
ukuran serta kekuatan aliran urin. Gejala-gejala yang berhubungan dengan

metastasi mencakup sakit pinggang, nyeri panggul, rasa tidak nyaman pada

perineal dan rektal, anemia, penurunan berat badan, dan kelemahan.

Hematuria dapat terjadi akibat kanker yang menyerang uretra atau kandung

kemih. Hal ini merupakan indikasi pertama yang jelas dari kanker prostat.
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik

( buli-buli penuh / kosong ), Palpasi buli-buli: Tekanan didaerah supra

pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau

penuh.Terasa massa yang kontraktil dan Ballottement, Perkusi: Buli-buli

yang penuh berisi urin memberi suara redup.


2. Colok dubur.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus

sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam

rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan

konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal),

adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat diraba.

Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan :


3. Laboratorium.
a. Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum penderita .
b. Gula darah dimak sudkan untuk mencari kemungkinan adanya

penyakit diabetus militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan

pada buli-buli (buli-buli nerogen).


c. Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian

atas .
4. Radiologi.
a. Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius,

pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat

dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh

terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.


b. Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,

hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter

berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel,

residu urine atau filling defect divesikula.


c. Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau

trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui

pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapatpula menentukan

volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan keadaan patologi lain

seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur besar

prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar

prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik.


d. Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan

cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan

tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila

darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika.

Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi besarprostat

dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat

penonjalan prostat kedalam uretra.


Tabell stadium kanker prostat:

Stadium Keterangan
I Sangat awal dan tanpa gejala; sel kanker terbatas pada prostat
II Sel kanker terbatas pada prostat, tapi terlihat jelas (terdeteksi
oleh pemeriksaan colok dubur dan/atau hasil test PSA yang

tinggi)
Sel-sel kanker ditemukan di luar kantung prostat (membran yang

menutupi prostat); menyebar terbatas pada jaringan sekitarnya


III
dan/atau vesikula seminalis (kelenjar yang memproduksi cairan

mani)
Sel-sel kanker telah menyebar (metastasis) ke kelenjar getah

IV bening regional, tulang, ataupun organ jauh (misalnya, hati, paru-

paru)
G. Penatalaksanaan
Secara umum, pilihan pengobatan penderita kanker prostat tergantung

pada stadium kankernya.


1. Kanker prostat stadium awal biasanya dilakukan prostatektomi

(pengangkatan prostat) dan terapi penyinaran.


2. Kanker yang telah menyebar biasanya dilakukan terapi hormon,

pengangkatan testis, atau kemoterapi.


H. Askep kanker prostat
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses

keperawatan. pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan

membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,

mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan

diagnosis keperawatan. Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu

pengkajian pre operasi prostektomi dan penkajian post operasi

prostatektomi :
a. Pengkajian pre operasi prostatektomi. Pengkajian ini dilakukan sejak

klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi :


1) Identitas klien : Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama /

kepercayaan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/

Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis.


2) Riwayat penyakit sekarang : Pada klien ca prostat keluhan keluhan

yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran

melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi,

intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi

retensio urine.
3) Riwayat penyakit dahulu : Adanya penyakit yang berhubungan

dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran

Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita.

Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami

adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi .


4) Riwayat penyakit keluarga : adanya riwayat keturunan dari salah

satu anggota keluarga yang menderita penyakit ca prostat Anggota

keluargayang menderita DM, asma, atau hipertensi.


5) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat : Klien ditanya tentang

kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-

obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan

dalam mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan

berkala, gizi makanan yang adekuat )


6) Pola nutrisi dan metabolisme: Klien ditanya frekuensi makan, jenis

makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap hari, jenis

minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu

nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola

ini umumnya tidak mengalami gangguan atau masalah.


7) Pola eliminasi : Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk

frekuensinya, ragu ragu, menetes - netes, jumlah klien harus

bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan system

perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai

atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi,

apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat

kedalam rectum.
8) Pola tidur dan istirahat : Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu

tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang sering pada

malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau

situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya

mengatasi kesulitan tidur.


9) Pola persepsi dan konsep diri : Meliputi informasi tentang perasaan

atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum pembedahan

. Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya.

Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya.

Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan

malu dan merasa tidak berdaya.


10) Pola reproduksi seksual : Klien ditanya jumlah anak, hubungannya

dengan pasangannya, pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu

dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual

yang dialami sekarang ( masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi )

dan pola perilaku seksual.


11) Pemeriksaan fisik : Status kesehatan umum ( Keadaan penyakit,

kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah,


suhu tubuh, nadi), Kulit (Apakah tampak pucat, bagaimana

permukaannya, adakah kelainan pigmentasi, bagaimana keadaan

rambut dan kuku klien), Abdomen (Bagaimana bentuk abdomen.

Pada klien dengan keluhan retensi umumnya ada penonjolan

kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan,

turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau

hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus

menurun atau meningkat), Genitalia dan anus (Pada klien biasanya

terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal

touch. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang

kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus

biasanya ada haemorhoid).


b. Pengkajian post operasi prostatektomi. Pengkajian ini dilakukan

setelah klien menjalani operasi, yang meliputi:


1) Keluhan utama: Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien

post operasi prostektomi adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri

karena spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi

pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien

dan ungkapan dari klien sendiri.


2) Keadaan umum :Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara

bicara.
3) Sistem eliminasi : Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik,

kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi seperti retensi.

Kaji apakah ada tanda tanda perdarahan, infeksi. Memakai

kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah
produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan sekitar daerah

pemasangan kateter.
4) Terapi yang diberikan setelah operasi : Infus yang terpasang, obat

obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan irigasi kandung

kemih.
2. Analisis data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk

menentukan masalah klien. Analisa merupakan proses intelektual yang

meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengklasifikasi data,

mengelompokkan, mengkaitkan, menentukan kesenjangan informasi,

membandingkan dengan standart, menginterpretasikan serta akhirnya

membuat kesimpulan. Penulis membagi analisa menjadi 2, yaitu analisa

sebelum operasi dan analisa setelah operasi.


3. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan eliminasi urine b.d obstruksi mekanik (pembesaran prostat.)
b. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (spasme kandung kemih)
c. Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan sebagai efek sekunder dari

prosedur pembedahan
d. Resiko ketidak efektifan perfusi ginjal
e. Ansietas b.d perasaan takut terhadap tindakan tindakan pembedahan

4. Intervensi

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Perubahan Tujuan: Pola 1. Jelaskan pada klien a. Meningkatkan

eliminasi eliminasi normal tentang perubahan pengetahuan klien

urine b.d . dari pola eliminasi. sehingga klien

obstruksi Kriteria hasil : kooperatif dalam

mekanik 1. Klien dapat tindakan

(pembesaran berkemih keperawatan.


prostat.) dalam 2. Dorong klien untuk b. Meminimalkan

jumlah berkemih tiap 2 4 retensi urine, distensi

normal, tidak jam dan bila yang berlebihan

teraba dirasakan . pada kandung kemih


3. Anjurkan klien c. Peningkatan aliran
distensi
minum sampai 3000 cairan,mempertahan
kandung
ml sehari, dalam kan perfusi ginjal
kemih
2. Residu pasca toleransi jantung dan membersihkan

berkemih bila diindikasikan. ginjal dan kandung

kurang dari kemih dari

50 ml pertumbuhan
3. Klien dapat
bakteri.
berkemih 4. Perkusi / palpasi d. Distensi kandung

volunter area supra pubik. kemih dapat


4. Urinalisa dan
dirasakan di area
kultur
supra pubik.
hasilnya 5. Observasi aliran dan e. Observasi aliran dan

negatif kekuatan urine, ukur kekuatan urine


5. Hasil
residu urine pasca untuk
laboratorium
berkemih. Jika mengevaluasi
fungsi ginjal
volume residu urine adanya obstruksi
normal
lebih besar dari 100

cc maka jadwalkan

program kateterisasi

intermiten.
6. Implementasi
a. Menjelaskan pada klien tentang perubahan dari pola eliminasi.
b. Mendorong klien untuk berkemih tiap 2 4 jam dan bila dirasakan .
c. Menganjurkan klien minum sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi

jantung bila diindikasikan.


d. Perkusi / palpasi area supra pubik.
e. mengobservasi aliran dan kekuatan urine, ukur residu urine pasca

berkemih. Jika volume residu urine lebih besar dari 100 cc maka

jadwalkan program kateterisasi intermiten.

7. Evaluasi
a. Klien dapat berkemih dalam jumlah normal, tidak teraba distensi

kandung kemih
b. Residu pasca berkemih kurang dari 50 ml
c. Klien dapat berkemih volunter
d. Urinalisa dan kultur hasilnya negatif
e. Hasil laboratorium fungsi ginjal normal
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat.

Beberapa dokter mempercayai bahwa kanker prostat dimulai dengan

perubahan sangat kecil dalam ukuran dan bentuk sel-sel kelenjar prostat.

Kanker prostat merupakan penyebab kematian akibat kanker no 3 pada pria

dan merupakan penyebab utama kematin akibat kanker pada pria diatas 74

tahun.Kanker prostat jarang ditemukan pada pria berusia kurang dari 40 tahun.
B. SARAN
Perlu informasi dan sosialisasi bagi para usia lanjut untuk mengkonsumsi

kalsium dalam jumlah aman dan tanda atau gejalah kanker prostat agar para

usia lanjut bisa mengobati lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton A, Hall J, Edisi 9, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Notrou P, 2007, Tingkat Kalsium Tinggi dapat Naikkan Risiko Kanker Prostat.

Dalam:Antara News

Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar dasar urologi. Malang: CV Infomedika.


Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran,

EGC.

Anda mungkin juga menyukai