by world of women
undefined
undefinedundefined
BAB I
PENDAHULUAN
. Latar Belakang
Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping. Efek terapeutik
obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai dengan
kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif
(memiliki efek pengobatan), suportif (menaikkan fungsi atau respon tubuh),
subtitutif (sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau
menghambat), restorative ( berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat).
Efek samping merupakan dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan
bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, penyakit
iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
2. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau
rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan
pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac
supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh
efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi
bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rektal yang
melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami
pembedahan rektal.
Pemberian Obat yang dilakukan melalui anus atau rektum dengan tujuan
memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga
pemberian obat supositorium. Contoh pemberian yang memiliki efek lokal
seperti pada obat dulkolak supositoria yang berfungsi secara lokal untuk
meningkatkan defekasi. Contoh efek sistemik adalah pemberian obat aminofilin
supositoria dengan fungsi mendilatasi bronkial. Pemberian obat supositoria ini
diberikan tepat pada dinding mukosa rektal yang melewati sfingter anus interna.
Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal. Suppositoria
adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
anus atau rektum. Umumnya berbentuk torpedo dapat meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung
jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat local atau
sistematik. (Farmakope Indonesia Edisi IV).
Salep (cream) adalah sediaan yang digunakan untuk pemberian topikal ke area
perianal. Sebagian besar digunakan untuk terapi kondisi lokal pruritis anorektal,
inflamasi dan nyeri atau ketidaknyamanan akibat wasir.
Contohnya:
Beberapa produk rectal cream, gel, dan ointment komersial yaitu : ANUSOL
ointment, TRONOLANE cream, ANALPRAM-HC cream, dan DIASTAT Gel.
Cair (larutan) Rektal adalah sediaan rektal yang sangat sedikit digunakan, karena
tidak menyenangkan dan kepatuhan pasien rendah. Dalam banyak kasus,
sediaan ini digunakan untuk memasukkan media atau agen untuk rontgen
saluran pencernaan bagian bawah. Walaupun absorpsi obat dari larutan lebih
baik daripada dari suppositoria solid, tetapi penggunaan jarang sekali. Contoh :
ROWASA rectal suspension enema (mesalamine), ASACOL rectal suspension
enema (mesalazine).
Rektal aerosol atau busa rektal aerosol disertai dengan aplikator untuk
memudahkan penggunaannya.
C. memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan
faeces dan merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi
bronkus.
2. Sarung tangan
3. Kain kasa
4. Vaselin/pelicin/pelumas
5. Kertas tisu
E. Prosedur Kerja :
2. Cuci tangan
6. Minta pasien mengambil posisi tidur miring (sims) lalu regangkan bokong
dengan tangan kiri. Kemudian masukkan supositoria dengan perlahan melalui
anus, sfingter interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada
orang dewasa, dan kurang lebih 5 cm untuk anak/bayi
7. Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal
dengan tisu
Penyebab
GEJALA
DIAGNOSA
Pemeriksaan laboratorium bisa menemukan jenis kuman, jamur atau virus yang
menjadi penyebabnya.
Daerah lain dari usus juga bisa diperiksa dengan menggunakan kolonoskop atau
barium enema.
PENGOBATAN
Antibiotik merupakan pengobatan terbaik untuk proktitis yang disebabkan oleh
infeksi kuman spesifik.Jika proktitis disebabkan karena penggunaan antibiotik
yang merusak flora normal usus, bisa digunakan metronidazole atau vancomycin
untuk menghancurkan kuman yang merugikan. Bila penyebabnya adalah terapi
penyinaran atau tidak diketahui, bisa diberikan kortikosteroid (misalnya
hydrocortisone dan mesalamine). Keduanya dapat diberikan sebagai enema
(cairan yang dimasukkan ke dalam usus/usus besar) atau sebagai suppositoria
(obat yang dimasukkan melalui dubur). Kortison diberikan dalam bentuk busa
yang dimasukan dengan bantuan alat khusus.Sulfasalazine atau obat serupa
bisa diberikan per-oral (melalui mulut) dalam waktu bersamaan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan : memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk
melunakkan faeces dan merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk
dilatasi bronkus.
B. Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang
tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan
kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat
kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa
menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7 : Salemba Medika
Dr. Lyndon Saputra. 2013. Keterampilan Dasar Untuk Perawat dan Bidan :
Binarupa Aksara Publisher