Bab 5
Bab 5
125
karakteristik lingkungan dengan baik, maka manusia cenderung memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada dalam lingkungan menurut takaran atau
kemauannya sendiri-sendiri. Kemauan yang dimaksud di sini adalah ke arah
pemenuhan kebutuhan ekonomi, tanpa lebih jauh mempertimbangkan
kelestarian fungsinya sebagai suatu ekosistem.
Ketersediaan air sebagai komponen kehidupan yang utama dieksploitasi
secara berlebihan dan kurang memperhatikan keberlanjutan sehingga
sumberdaya air semakin berkurang. Air tanah yang menipis ditambah beban
tanah karena pembangunan gedung-gedung menyebabkan tanah mengalami
penurunan. Dilihat dari maksud, tujuan dan sasaran pada kegiatan ini Tenaga
Ahli PT. Trikarsa Buwana Persada Gemilang sangat memahami capaian yang
akan dihasilkan dalam kegiatan ini, mulai perolehan data penurunan permukaan
tanah melalui survey dan melakukan pendeskripsian hasil survey termasuk
perhitungan dan analisis penurunan permukaan tanah dibandingkan tahun
sebelumnya. Guna mewujudkan maksud tersebut Tenaga Ahli juga telah
memahami tujuan kegiatan ini yaitu mendapatkan data penurunan muka tanah
secara periodik. Dengan tercapainya tujuan tersebut diharapkan dapat
diperoleh ouput sasaran berupa data dan informasi tentang penurunan tanah,
amblesan tanah, perhitungan dan analisis penurunan permukaan tanah
dibandingkan tahun sebelumnya.
126
direpresentasikan melalui perubahan tinggi titik-titik kontrol vertikal.
Pemantauan penurunan permukaan tanah dapat dilakukan melalui pemodelan.
Terdapat 6 jenis pemodelan yang lazim digunakan dalam pemantauan dan
analisis penurunan permukaan tanah yaitu:
a. Physical Model
Pemodelan yang menggambarkan keadaan fisik yang sebenarnya atau
merupakan gambaran fisik secara aktual suatu masalah. Pemodelan ini dapat
memberikan skala tertentu dari sebuah desain. Contoh: Gambaran keadaan
sebenarnya kondisi struktur tanah yang mengalami penurunan secara aktual.
b. Graphical Model
Pemodelan dengan menggunakan garis atau skema. Contoh: Histogram, flow
chart penurunan tanah dan akibat yang ditimbulkannya dari tahun ke tahun.
c. Mathematical Model
Pemodelan yang menyajikan masalah dalam suatu bentuk matematis,
menggunakan simbol dan notasi yang saling berkorelasi satu dengan lainnya,
dan mempunyai batasan masalah pada suatu pemodelan tersebut.
d. Descriptive Model
Pemodelan ini digunakan untuk penyajian spesifikasi yang rinci terhadap
masalah yang tercakup penurunan tanah dan juga merincikan apa saja yang
harus dicapai dalam penyelesaian masalah ini. Pemodelan ini juga
merupakan uraian ringkas mengenai aspek-aspek dari masalah penurunan
tanah, yang jika diformulasikan dengan semestinya akan memberikan
kerangka penyelesaian masalah.
e.Behavioral Model
Pemodelan yang digunakan untuk menunjukan karakteristik respon dari
sebuah sistem penyelesaian masalah penurunan tanah.
f. Decision Model
Pemodelan yang digunakan untuk memilih solusi yang terbaik dari beberapa
solusi yang tersedia berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan untuk
mengatasai penurunan tanah.
Dari pemodelan tersebut kemudian dianalisis menggunakan
Decision Process Analysis. Metode ini digunakan karena dapat membuat alur
dari alternatif-alternatif yang ada dengan rinci sehingga bisa didapatkan
alternatif-alternatif yang sesuai dengan karakteristik umum berdasarkan
kebijakan dan keputusan yang dari berbagai macam alternatif pemecahan
127
masalah. Pemodelan dan analisis pada tahapan ini bisa didapatkan penetapan
prosedur analisis dan model yang akan digunakan. Model dari tahapan ini
kemudian akan digunakan untuk menganalisis evaluasi dari alternatif-alternatif
yang didapatkan. Fungsi dari pemodelan ini adalah didapatnya pemodelan yang
dapat digunakan sebagai alat bantu dalam tahap mendeskripsikan, menganalisis
dan merancang pemecahan masalah serta memudahkan penyampaian gagasan.
Alternatif-alternatif yang ada harus dianalisis dari berbagai segi seperti
tujuan, manfaat, biaya, dan konsekuensi yang akan terjadi jika alternatif
tertentu dipilih sebagai solusi. Untuk mengevaluasi alternatif yang ada,
pendekatan yang digunakan pada kasus ini adalah subjective approach.
Subjective approach digunakan untuk mendapat alternatif yang paling ideal.
Pendekatan ini juga dipilih karena referensi yang digunakan, biaya yang
dihitung dan penyelesaian masalah atau pemilihan alternative yang paling
sesuai dikaji. Dalam mengkaji masalah penurunan tanah di DKI Jakarta,
alternatif-alternatif yang ada diberikan peringkat berdasarkan segi biaya,
efektivitas keberhasilan, dan kemudahan dalam pengaplikasian. Dari tahapan
ini, bisa didapatkan dasar untuk memilih alternatif yang sesuai dan ideal
dengan kasus penurunan tanah di DKI Jakarta.
128
Tenaga ahli juga menanggapi point pada pelaksanaan pekerjaan di mana
di sebutkan bahwa Titik referensiyang digunakan adalah stasiun IGS GPS atau
CORS BI0047 yang berada di lingkungan BIG Cibinong. Dengan adanya
ketentuan pelaksanaan pekerjaan diatas makan tenaga ahli menggunakan
meto radial dalam melakukan pengukuran pemantauan penurunan tanah di
DKI Jakarta. Dengan adanya dua ketentuan tekniks pengukuran berdasarkan
KAK maka tenaga ahli akan memilih metode jaring yang akan di gunakan
sebagai pengukuran pemantauan penurunan tanah dengan
mempertimbangkan efiensi tanpa mengurangi kulitas dari hasil pekerjaan
129
dilakukan secara sporadis dan kurang merata ke semua wiiayah sehingga
permasalahan belum teratasi secara optimal.
Pemantauan penurunan permukaan tanah penting dilakukan untuk
mengetahui daerah mana saja yang paling parah mengalami penurunan muka
tanah, dapat mengetahui penyebabnya, mencari solusi untuk mengatasinya dan
sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijaan dalam perencanaan
pembangunan. Pada daerah yang telah terjadi penurunan permukaan tanah
sebaiknya difokuskan memperbanyak sumur resapan dan RTH (ruang terbuka
hijau).
Daerah yang mengalami penurunan permukaan tanah sebaiknya tidak
direncanakan sebagai kawasan terbangun dengan gedung-gedung bertingkat
yang tinggi karena justru akan memperparah keadaan. Sebaiknya daerah
tersebut diprioritaskan sebagai daerah lindung untuk mengurangi aktivitas
manusia di dalamnya sehingga dapat mengurangi beban kawasan tersebut.
Pembangunan dapat direncanakan di daerah lain yang relatif lebih aman dari
kemungkinan penurunan permukaan tanah. Karena pembangunan yang masif
pada kawasan yang rentan penurunan tanah juga pada suatu saat akan sia-sia
karena lingkungan akan mengalami kerusakan, gedung akan lebih cepat rusak,
ketersediaan air bersih akan menurun sehingga tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dalam mendukung aktivitas masyarakat.
Untuk kajian selanjutnya diperlukan analisis daya dukung lahan sehingga
dapat menentukan lokasi-lokasi perencanaan pembangunan sesuai dengan
peruntukannya secara kelingkungan. Pada daerah yang mengalami penurunan
tanah parah, jika direncanakan akan dibuat bangunan perlu ditambahkan
perlakuan yang berbeda seperti dengan cara melakukan rekayasa geoteknik
seperti suntik semen, melakukan pembangunan pondasi pada struktur tanah
yang tepat, melakukan pergantian tanah lunak dengan tanah yang relatif lebih
kompak. Tetapi hal tersebut akan berimplikasi pada meningkatnya biaya
pembangunan. Tetapi tidak disarankan pembangunan gedung bertingkat tinggi
pada daerah yang mengalami penurunan permukaan tanah.
130