Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang melibatkan
air sebagai fase kontinyu dari sistem pertumbuhan sel yang bersangkutan atau substrat baik sumber karbon maupun mineral terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi cair meliputi minuman anggur dan alkohol, fermentasi asam cuka, yogurt dan kefir (Dharma, 1995). Fermentasi cair dengan teknik tradisional tidak dilakukan pengadukan, berbeda dengan teknik fermentasi cair modern melibatkan fermentor yang dilengkapi dengan: pengaduk agar medium tetap homogen, aerasi, pengatur suhu (pendingin atau pemanasan) dan pengaturan pH. Proses fermentasi cair modern dapat dikontrol lebih baik dan hasil uniform dan dapat diprediksi. Juga tidak dilakukan sterilisasi, namun pemanasan, perebusan dan pengukusan mematikan banyak mikroba competitor (Dharma, 1995). Jenis-jenis fermentasi media cair yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: (Dharma, 1995) 1. Fermentasi yang diagitasi dimana substratnya larut dalam air. Jenis fermentasi ini dikerjakan dalam suatu labu atau gelas yang cocok atau yang lebih modern dengan menggunakan fermentor dimana substratnya larut sempurna dalam air. Pengambilan substrat oleh mikroba melalui fase larutan dalam air. Pada kultur labu yang dikocok, agitasi dilakukan dengan bantuan alat pengocok (shaker). Pada fermentor agitasi dikerjakan dengan pengaduk yang dijalankan oleh femotor dan dapat dibantu oleh aerasi (gelembung udara). 2. Fermentasi yang diagitasi dimana zat yang tak larut dalam air tersuspensi dalam fase cair. Pada fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air tetapi dalam bubuk-bubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air yang banyak. Garam dan zat hara lain mungkin terlarut dalam air. Konsentrasi substrat dalam media dapat bervariasi mulai dari satu persen sampai pada suatu keadaan yang menyerupai bubur. Pengambilan substrat oleh mikriba biasanya disertai dengan produksi suatu faktor yang dapat melarutkan yang mungkin sifatnya ekstraseluler atau terletak didalam dinding dalam air sehingga partikel substrat tersipresi secara merata dalam medium yang mengandung air agar terjadi kontak dengan mikroba secara maksimum. 3. Fermentasi yang diagitasi dimana zat cair yang tak larut dalam air tersuspensi dalam fase cair. Jenis fermentasi ini dan mekanisme pengambilan substrat dengan yang kedua kecuali substrat bersifat cair. 4. Fermenatasi yang tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fasa cair. Pada fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya tidak diagitasi atau dikocok. Pengambilan substrat melalui fase cair. Medium didistribusikan berupa larutan yang dangkal dalam suatu baki atau dalam suatu wadah yang mempunyai permukaan yang luas dan dalamnya media biasanya 2,5 5,0 cm untuk produksi yang sangat tinggi. Aplikasi Fermentasi Substrat Cair Pembuatan Wine Anggur Proses pembuatan wine anggur secara sederhana adalah dimulai dari tahapan pemilihan anggur, kemudian pembersihan dari batang (destemming), dilanjutkan proses penghancuran (crushing), fermentasi, penjernihan (clarifying) dan proses penuaan (aging) dalam waktu yang lama bahkan sampai berbulan-bulan, setelah itu baru wine dapat dikemas dalam botol untuk dipasarkan. Proses pembuatan wine anggur secara sederhana dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 2.1.2. Fermentasi media padat Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi yang berlangsung dalam substrat tidak terlarut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas. Produk dari fermentasi media padat misalnya oncom, kecap, dan tape (Dharma, 1995). Fermentasi media (substrat) padat mempunyai kandungan nutrien per volume jauh lebih pekat sehingga hasil per volume dapat lebih besar. Adapun faktor yang mempengaruhi fermentasi media padat diantaranya: (Dharma, 1995) 1. Kadar air: kadar optimum tergantung pada substrat, organisme, dan tipe produk akhir. Kisaran kadar air yang optimal adalah 50-75%. Kadar air yang tinggi akan mengakibatkan penurunan porositas, pertukaran gas, difusi oksigen, volume gas, tetapi meningkatkan resiko kontaminasi dengan bakteri. 2. Temperatur: temperatur berpengaruh pada laju reaksi biokimia selama proses fermentasi 3. Pertukaran gas: pertukaran gas antara fase gas dengan substrat padat mempengaruhi proses fermentasi. Tahapan Fermentasi Substrat Padat 1. Pre-treatment biasanya memerlukan perlakuan mekanis, kemis, dan biologis 2. Hidrolisis dari polimer utama 3. Penggunaan dari produk hidrolisis 4. Separasi dan purifikasi produk 5. Penggunaan mikroorganisme dapat dalam bentuk monokultur (jamur pangan), dual kultur biokonversi jerami menggunakan Chaetomium seluliticum dan Candida tropicalis), kultur campuran lebih dari dua spesies (pengomposan + pembuatan silase) Aplikasi Fermentasi Substrat Padat (1) Tape Makanan fermentasi dari bahan ubi kayu atau beras ketan dengan bantuan penambahan ragi yang berupa ragi tape. Ragi tape merupakan kumpulan mikroorgansime yang ditumbuhkan pada pada adonan dari tepung beras sebagai sumber nutrisi utama untuk pertumbuhan mikroorganisme. (2) Tempe Tempe: merupakan makanan fermentasi yang berasal dari Indonesia, berbahan baku kedelai (beserta variasinya). Tempe mempunyai struktur yang kompak dan difermentasi oleh golongan Rhizopus (R.oligosporis, R. stolonifer, R. oryzae, R. arrhizus, dan R. formozaensis) Pembuatan tempe Urutan pembuatan tempe adalah sebagai berikut: Kedelai Pencucian Perendaman Pengukusan Perendaman dlm air rendaman tempe pH Perebusan 1 jam Penghilangan kulit Perendaman Pendinginan (dikeringanginkan) Pencampuran Inokulasi Pembungkusan Fermentasi (24-48 jam) Tempe Dalam pembuatannya, tempe membutuhkan agen mikroba yang berupa ragi tempe. Ragi tempe dapat berupa usar atau bubuk inokulum. Usar yaitu kumpulan mikroorganisme yang ditumbuhkan pada sisi balik daun waru atau daun jati. Sisi balik tersebut mengandung bulu-bulu (trichoma) untuk tempat pertumbuhan miselia kapang. Sedangkan bubuk inokulum yaitu kumpulan mikroorganisme yang ditumbuhkan pada tepung beras, tepung ubi kayu yang digunakan sebagai starter fermentasi tempe.
Dharma, J., Purwadaria, T. Haryati, T. Setiadi, A. P Sinurat dan T. Pasaribu. 1995.
Optimalisasi Fermentasi Teknologi Bioproses Bungkil Kelapa. Kumpulan Hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 1994/1995. Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor.