Anda di halaman 1dari 17

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Fisiologi

Fisiologi (Ilmu Faal) merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh
dengan berbagai gejala yang ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi
dalam sistem tersebut. Berbagai peristiwa dan aktivitas yang terjadi pada sistem hidup
selanjutnya disebut fungsi kehidupan atau fungsi hidup. Jadi, fungsi hidup ialah fungsi
sistem yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Sistem hidup merupakan sesuatu yang
komplek dan bervariasi. Fisiologi hewan bukan hanya mengkaji fungsi sistem dalam
tubuh, melainkan juga alasan dan cara berfungsinya sistem itu.
Fisiologi hewan membahas tentang cara yang dilakukan hewan untuk dapat hidup
disuatu lingkungan, antara lain sebagai berikut:
1. cara hewan memperoleh air dalam jumlah cukup atau menghindari pemasukan air
yang terlalu banyak ke dalam tubuh.
2. cara hewan menghindarkan diri dari keadaan yang membahayakan, seperti suhu
yang sangat dingin atau sangat panas.
3. cara hewan berpindah tempat untuk menemukan lingkungan yang sesuai agar dapat
memperoleh makanan atau kawin.
4. cara hewan memperoleh informasi tentang keadaan lingkungannya.

Fisiologi (studi tentang fungsi tubuh) sangat erat hubungannya dengan anatomi
(studi tentang struktur tubuh). Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu, untuk mempelajari fungsi jaringan atau organ tertentu,
terlebih dahulu kita harus memahami struktur organ atau jaringan yang dimaksud.
Seseorang tidak mungkin mempelajari fungsi suatu sistem tanpa mempelajari struktur
yang bertanggung jawab atas fungsi tersebut. Studi tentang fungsi tidak berarti tanpa
pengetahuan tentang struktur. Struktur adalah penentu fungsi dan sebaliknya.
Fisiologi, tentang karakteristik aktivitas benda hidup, suatu sains dinamik yang
menjangkau area-area yang merupakan essensi kehidupan, dan seringkali pengetahuan
didapat melalui eksperimentasi aktif, sedangkan anatomi suatu sains deskriptif.
Kajian struktur dapat dibedakan menjadi 3, yaitu anatomi (mempelajari struktur
organ), histologi (mempelajari jaringan), dan sitologi (mempelajari tentang sel). Bahkan
pada saat ini kita dapat mempelajari struktur sel pada tingkat submikroskopis untuk
memahami organisasi sel pada tingkat subseluler dan molekuler.
Mempelajari struktur dan mempelajari fungsi pada dasarnya memiliki perbedaan
yang hakiki. Mempelajari struktur pada hakekatnya mengkaji sesuatu yang bersifat
statis menggunakan bahan yang telah mati, sedangkan mempelajari fungsi pada
hakekatnya mengkaji sesuatu yang dinamis dan mengunakan bahan hidup.
Untuk mengetahui fungsi suatu alat tubuh, harus diketahui juga segala macam
proses yang terjadi di dalam alat tubuh itu. Proses yang terjadi di dalam alat tubuh
merupakan proses kimia dan fisika yang sangat kompleks, karena itu perlu diketahui
prinsip kimia dan fisika. Selain anatomi, sedikit matematika juga diperlukan sebagai
ilmu dasar.
Berbagai fungsi tubuh memerlukan kondisi aktivitas sejumlah jaringan dan organ.
Berbagai bagian dalam tubuh saling terkait dan terkoordinasi dalam melaksanakan
fungsinya. Misal otak tidak dapat berfungsi tanpa memperoleh aliran darah terus

1
menerus yang membawa oksigen dan glukosa. Aliran darah dapat terlaksana dengan
bantuan pompa jantung. Tugas jantung tidak dapat berlangsung terus menerus tanpa
aliran darah yang mengandung oksigen dari paru-paru. Paru-paru tidak dapat berfungsi
tanpa perintah saraf dari otak dan otot-otot pernafasan.

1.2 Konsep Dasar Dalam Fisiologi

Konsep dasar yang dimaksud meliputi konsep tentang lingkungan internal, cairan
tubuh, homeostasis, regulasi dan adaptasi.
Setiap sistem hidup (pada semua tingkatan) selalu bereaksi terhadap perubahan yang
terjadi pada lingkungannya, juga mengatur dan mengontrol reaksi yang ditimbulkannya.
Pada tahun 1879, seorang ahli fisiologi asal Perancis bernama Claude Bernard
mengusulkan suatu sarat penting bagi hewan yang ingin dapat bertahan hidup
dilingkungannya, yakni hewan harus mempertahankan stabilitas pada lingkungan
internal atau cairan tubuhnya. Pada tahun 1855 Bernard mengemukakan bahwa
penyebab terjadinya berbagai reaksi yang menstabilkan lingkungan internal ialah
adanya senyawa khusus yang dihasilkan oleh semua organ dan dikeluarkan ke cairan
jaringan. Pernyataan tersebut menjadi pelopor munculnya gagasan mengenai hormon
dan regulasi / pengaturan kimia.
Pada tahun 1929, W.B. Cannnon, ahli fisiologi dari Amerika, mengembangkan
gagasan Bernard yang memperkenalkannya dengan istilah homeostasis. Homeostasis
adalah keadaan lingkungan internal yang konstan dan mekanisme yang bertanggung
jawab atas keadaan konstan tersebut. Lingkungan internal ialah cairan dalam tubuh
hewan yang merupakan tempat hidup bagi sel penyusun tubuh. Cairan tubuh hewan
meliputi darah, cairan interstisial, cairan selomik dan cairan lain yang terdapat dalam
tubuh. Untuk dapat bertahan hidup, hewan harus menjaga stabilitas lingkungan
internalnya, antara lain keasaman pH, suhu tubuh, kadar garam, kandungan air dan
kandungan nutrient atau zat gizi. Mamalia dan Aves memiliki kemampuan mengatur
berbagai faktor tresebut dengan sangat tepat. Oleh karena itu aves dan mamalia disebut
regulator.
Sebagai mamalia, tubuh kitapun melakukan berbagai pengaturan agar kondisi
dalam tubuh tetap terjaga. Dapatkah kita menunjukkan bukti bahwa tubuh kita juga
melakukan berbagai pengaturan, misalnya pengaturan suhu tubuh seperti yang
dimaksud di atas? Cobalah fikirkan apa yang kita alami ketika udara sangat panas atau
sangat dingin. Apabila tubuh kita sedang dalam keadaan sehat (normal), pada cuaca
sangat panas tubuh kita berkeringat. Sebaliknya, apabila udara sangat dingin tubuh kita
akan kedinginan dan bahkan akan menggigil. Nah, itulah salah satu bukti bahwa tubuh
kita sedang mengatur suhu. Dalam hal ini, manusia dikatakan melakukan regulasi suhu
tubuh atau termoregulasi. Pengaturan suhu tubuh pada manusia dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut.

2
Gambar 1. Pengaturan suhu tubuh pada manusia

Kebanyakan hewan, selain aves dan mamalia, tidak mampu mempertahankan


keadaan lingkungan internal yang selalu tepat. Hewan yang lingkungan internalnya
berubah seiring dengan perubahan lingkungan eksternal disebut golongan conformer.
Proses timbulnya perubahan dalam tubuh hewan yang membuat hewan tersebut dapat
bertahan ketika lingkungan eksternalnya berubah disebut adaptasi.
Adaptasi dibedakan: aklimasi dan aklimatisasi. Aklimasi adalah perubahan adaptif
yang terjadi pada hewan dalam kondisi laboratorium yang terkendali. Dalam keadaan
demikian biasanya hanya satu atau dua faktor lingkungan yang dapat berubah. Hal
demikian sangat jarang terjadi dalam kondisi alamiah. Dalam lingkungan alamiah,
perubahan faktor lingkungan biasanya bersifat kompleks. Perubahan kompleks dalam
tubuh, yang terjadi pada kondisi alamiah dan terkait dengan adanya perubahan banyak
faktor lingkungan eksternal, dinamakan aklimatisasi.
Untuk memahami fungsi tubuh hewan secara utuh, diperlukan kajian berbagai
fungsi tubuh secara lengkap, baik pada kondisi alamiah maupun laboratorium.
Sayangnya, mempelajari fungsi tubuh hewan pada kondisi alamiah sangat sulit dan
hanya dapat dilakukan untuk hewan tertentu saja. Dengan demikian, mempelajari fungsi
tubuh hewan dalam lingkup laboratorium sama pentingnya dengan mempelajari fungsi
tubuh hewan dalam lingkungan alami di habitat aslinya.

3
1.3 Mekanisme Homeostasis

Homeo berarti serupa (homo=sama), bukan berarti keadaan lingkungan internal


yang konstan secara mutlak, tetapi konstan relatif yang dinamis. Apakah kondisi
lingkungan internal hewan dapat berubah? Mengapa kondisi lingkungan internal hewan
berubah?
Perubahan kondisi lingkungan internal dapat timbul karena :
1. adanya perubahan aktivitas sel tubuh
2. perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung terus menerus.
Untuk menyelenggarakan seluruh aktivitas sel dalam tubuhnya, hewan selalu
memerlukan pasokan berbagai bahan dari lingkungan luar secara konstan, misalnya
oksigen, nutrien, garam. Sementara itu, aktivitas sel juga menghasilkan bermacam hasil
sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai zat sisa, yang dialirkan ke lingkungan internal
(yaitu cairan ekstraseluler atau CES). Apabila aktivitas sel berubah, pengambilan zat
dari lingkungan ekstrenal dan pengeluaran berbagai zat dari dalam sel ke lingkungan
internal juga berubah. Perubahan aktivitas sel semacam itu akan mengubah keadaan
lingkungan internal. Perubahan lingkungan internal yang ditimbulkan oleh sebab
pertama atau kedua harus selalu dikendalikan agar kondisi homeostasis selalu terjaga.
Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan berlangsung melalui
sistem umpan balik, yaitu umpan balik positif dan negatif. Sistem umpan balik yang
berfungsi dalam pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah sistem
umpan balik negatif. Sistem umpan balik negatif adalah perubahan suatu variabel yang
dilawan oleh tanggapan yang cenderung mengembalikan perubahan tersebut ke keadaan
semula. Sebagai contoh, peristiwa yang terjadi pada burung dan mamalia pada waktu
mempertahankan suhu tubuhnya supaya tetap konstan. Peningkatan suhu tubuh sebesar
0,5 C akan mendorong timbulnya tanggapan yang akan mengembalikan suhu tubuh ke
suhu awal, yaitu suhu yang seharusnya pada mamalia 37 C. Dengan demikian, sistem
umpan balik negatif akan selalu membawa sistem fisiologis kepada suhu 37C.
Pada sistem umpan balik positif, perubahan awal suatu variabel akan menghasilkan
perubahan yang semakin besar, misalnya proses pembekuan darah. Proses pembekuan
darah sebenarnya bekerja melalui mekanisme umpan balik positif yang bertujuan untuk
menghentikan perdarahan. Namun, hasil dari proses tersebut selanjutnya bermakna
sangat penting untuk mempertahankan volume darah yang bersirkulasi agar tetap
konstan.
Mekanisme umpan balik positif tidak terlibat dalam proses menjaga kondisi
homeostasis, tetapi terlibat dalam penyelenggaraan fungsi fisiologis tertentu (proses
pembekuan darah) dan fungsi sel saraf. Dalam penyelenggaraan fungsi sel saraf, akan
terjadi urutan sebagai berikut. Pada awal proses pembentukan potensial aksi, sistem
umpan balik positif bekerja dengan meningkatkan pemasukan ion Na. Peningkatan
pemasukan ion Na tersebut akan berlangsung terus hingga membran sel saraf benar-
benar terdepolarisasi.
Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis di atas merupakan mekanisme
pengendalian secara fisiologis dengan melibatkan sel saraf, yang biasanya bekerja sama
dengan sistem endokrin. Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis secara fisiologis
yang agak berbeda dari mekanisme yang ada, yaitu feed forward, merupakan aktivitas
antisipatori, berkaitan dengan perilaku hewan yang dimaksudkan untuk memperkecil
kerusakan/ gangguan pada sistem hidup, sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah.
Contoh : peristiwa makan dan minum pada saat bersamaan. Memasukkan makanan ke

4
dalam mulut akan meningkatkan osmolalitas isi usus, hal ini dapat mendorong
pelepasan air dari jaringan tubuh ke lumen usus untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik. Oleh karena itu, makan tanpa diikuti minum berpotensi menyebabkan
dehidrasi sehingga homeostasis osmotik tubuh akan terganggu. Untuk memperkecil
gangguan tersebut, sejumlah hewan melakukan makan dan minun pada saat yang
bersamaan.
Untuk pengendalian kondisi homeostasis juga dapat terjadi melalui mekanisme non
fisiologis, yang dapat dijumpai pada beberapa spesies hewan akuatik, golongan
poikiloterm, sementara air merupakan lingkungan yang sulit mengalami perubahan
suhu. Oleh karena itu, pemilihan air sebagai tempat hidup bagi hewan poikiloterm
merupakan cara yang tepat untuk menjaga homeostasis suhu tubuh mereka.

1.4 METODE ILMU FISIOLOGI

Seperti halnya ilmu pengetahuan yang lain, dalam ilmu fisiologi juga dikenal
metode yang digunakan untuk mengetahui aktifitas alat tubuh. Metode tersebut adalah :
1). Metode Observasi
Metode observasi yaitu mengamati aktifitas dan perubahan-yang terjadi di dalam suatu
alat tubuh karena pengaruh berbagai keadaan lingkungan. Keadaan lingkungan dapat
dalam bentuk, suhu, tekanan udara, pH, kelembaban udara dan lain-lain.
2). Metode Analisa Kimia
Metode analisa kimia yaitu menganalisa secara kimia substansi yang diperlukan
(makanan, udara) dan juga substansi yang dihasilkan (hormon, getah pencernaan, ludah,
urin, tinja dan lain-lain) oleh manusia maupun hewan.
3). Metode Pengamatan Secara Mikroskopis
Metode ini yaitu mangamati dengan menggunakan mikroskop struktur suatu sel baik
dalam keadaan aktif maupun dalam keadaan istirahat. Pada umumnya struktur sel
dalam keadaan aktif akan berbeda dari struktur sel dalam keadaan istirahat.
4). Metode Kultur Jaringan
Metode kultur jaringan yaitu mengamati pertumbuhan sel yang telah diambil dari tubuh
dan ditempatkan dalam kultur medium. Kultur medium ini dijaga agar bebas dari
pengaruh mikroorganisme sehingga perlu ditempatkan ditempat yang steril. Suhu
medium juga dibuat agar sesuai dengan suhu dari sel dalam keadaan sebenarnya.
Dengan memindahkan sel dari suatu kultur medium ke kultur lain yang lebih segar dan
baru, sel tersebut dapat hidup lebih lama lagi. Misalkan saja jaringan yang diambil dari
jantung embrio ayam yang dikultur dalam medium tertentu dapat tumbuh dan
memperbanyak diri sampai beberapa bulan. Pada tiap saat sel atau jaringan yang
dikultur dapat difiksasi, diberi warna dan diamati di bawah mikroskop untuk
mengetahui pertumbuhan dan perubahan yang terjadi.
5). Metode Perfusi
Metode perfusi merupakan suatu cara dimana seluruh bagian dari suatu alat tubuh
diambil, diisolasi dari tubuh dan larutan nutrisi atau darah dialirkan dengan sirkulasi
buatan ke alat tubuh tersbut. Dengan perlakuan seperti ini, alat tubuh yang telah
diisolasi itu dapat hidup beberapa jam sampai beberapa hari. Dengan menganalisa
komposisi zat yang dialirkan ke alat tubuh itu, kita dapat menentukan perubahan kimia
yang terjadi dalam alat tubuh tersebut.

5
6). Metode Penyuntikan
Metode penyuntikan yaitu menyuntikan suatu substansi ke dalam tubuh untuk
mengetahui pengaruh substansi tersebut terhadap tubuh atau untuk mengetahui jejak
dari substansi tersebut. Bila kita menyuntikan suatu substansi yang mengandung
yodium yang radioaktif, maka kita dapat mengetahui bahwa hampir semua yodium yang
radioaktif tersebut menuju ke kelenjar tiroid.
7). Metode Pencangkokan
Metode ini adalah memindahkan suatu jaringan dari suatu jaringan satu ke bagian tubuh
ke bagian lain dari tubuh atau dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain. Misalnya
pemindahan testes ke tubuh sejenis katak betina yang telah dihilangkan ovariumnya
untuk mengetahu pengaruhnya terhadap katak betina tersebut.
8). Metode Pencatatan.
Metode pencatatan adalah suatu teknik untuk memperoleh suatu grafik dari aktifitas alat
tubuh misalnya: respirometer yang digunakan untuk mengukur udara pernapasan,
kimograf, yang digunakan untuk mengukur bermacam-macam aktifitas tubuh misalnya
otot, jantung, usus dan lain-lain, elektrokardiograf, yang digunakan untuk mengukur
perubahan listrik yang terjadi pada jantung. Elektrosefalograf, yang digunakan untuk
mengetahui perubahan listrik yang terjadi pada otak.

Latihan
1. Mengapa untuk mempelajari fisiologi hewan, seseorang perlu memiliki
pengetahuan tentang struktur hewan (anatomi, histologi, sitologi), biokimia, dan
biofisika?
2. Jelaskan bagaimana cara hewan homeotermik menjaga homeostasis suhu tubuh.
3. Apa yang dimaksud dengan adaptasi, regulasi, konformer, dan regulator?
4. Bagaimana mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan?

BAB II

STRUKTUR, FUNGSI DAN TRANSPOR ZAT MELALUI MEMBRAN SEL

2.1 Struktur Membran Sel

Isi sel dipisahkan dari cairan sekelilingnya dengan lapisan tipis yang disebut
membran sel atau membran plasma. Membran sel terdiri dari lipida, protein dan
karbohidrat. Lapisan lipidanya merupakan penghalang bagi substansi yang akan
menembus membran, sedangkan lapisan proteinnya menyediakan jalan bagi transfer
substansi.
Protein merupakan tempat pengikat dan merupakan ensim yang berkaitan dengan
membran sel. Lapisan lipida dari membran sel tersusun dari fosfolipid, merupakan
molekul amfipatik yang artinya salah satu ujungnya merupakan kepala molekulnya
(fosfat) bermuatan positif dan larut air (polar, hidrofil), molekul lainnya terdiri dari 2
rantai asam amino yang ujungnya merupakan ekor molekul yang bersifat sangat

6
menolak air (tidak larut air, non polar, hidrofob). Ujung hidrofob saling bertemu
ditengah-tengah membran.
Karbohidrat (polisakarida) penyusun membran terikat pada lipid dan protein.
Struktur dan fungsi karbohidrat belum diketahui secara jelas. Ada dua macam
karbohidrat pada membran, yaitu polisakarida kompleks yang merupakan hasil sekresi
sel dan dan karbohidrat yang berikatan secara kovalen dengan membran. Ikatan kovalen
antara karbohidrat (oligosakarida) dan lipid membentuk struktur glikolipid, sedangkan
ikatan kovalen karbohidrat (polisakarida) dengan protein membentuk glikoprotein.
Glikolipid dan glikoprotein secara bersama membentuk struktur glikolkalik pada
membran sel. Selain fosfolipid, membran sel juga mengandung kolesterol yang
tergolong steroid, berperan menjaga agar lapisan lipida tetap berada dalam keadaan cair
dan stabil (meningkatkan stabilitas membran). Struktur membran sel hewan dapat
dilihat pada Gambar 2 dan 3 berikut.

Gambar 2. Struktur membran sel hewan

7
Gambar 3. Membran plasma pada sel hewan

2.2 Fungsi Membran Sel

Membran sel mempunyai fungsi:

1. Kompartemenisasi
Membran sel merupakan selaput tidak putus yang menyelubungi suatu ruangan
(kompartemen). Membran sel menyelubungi isi seluruh sel. Selain itu ada juga
membran yang membatasi nukleus dan ruang di sitoplasma
2. Interaksi antar sel
Pada organisme bersel banyak, membran sel bertangung jawab terhadap interaksi antara
sel satu dengan yang lainnya. Alat tubuh pada umumnya terdiri dari macam sel yang
berbeda yang harus bekerjasama untuk melaksanakan fungsi keseluruhan. Membran sel
menyilahkan sel untuk saling mengenal kemudian saling bertukar substasi dan informasi
dengan tidak memandang apakah sel sudah terpaku ditempat tertentu, seperti pada
jaringan.
3. Pengubah enersi
Perubahan suatu bentuk enersi menjadi enersi yang lain merupakan hal yang sangat
penting dalam proses hidup, dan membran sel sangat terlibat dalam proses ini. Sel
hewan maupun tumbuhan juga mampu untuk mengubah enersi kimia dari karbohidrat
menjadi ATP atau senyawa lain berenersi tinggi. Proses pengikatan enersi ini terjadi di
dalam membran dari mitokondria dan kloroplas. Enersi cahaya, termal, mekanikal
diubah oleh reseptor dari sistem saraf menjadi impuls saraf yang merupakan cara
komunikasi dalam sistem saraf tersebut.

8
4. Transfer informasi
Di dalam membran terdapat reseptor yang mampu berkombinasi dengan molekul
tertentu dengan bentuk yang sesuai. Sel yang berbeda mempunyai membran yang
memiliki reseptor yang juga berbeda, sehingga bermacam-macam reseptor akan
berkombinasi dengan bermacam-macam ligand (molekul/ion yang dapat
berkombinasi dengan reseptor yang terdapat dalam membran). Interaksi antara reseptor
yang terdapat di membran sel dengan ligand yang terdapat di luar sel dapat
menimbulkan stimulus baru yang terlibat dalam pengaturan bermacam-macam kejadian
dalam sel. Contoh: sinyal yang ditimbulkan oleh membran dapat bersifat pemberitahuan
untuk membelah atau melakukan diferensiasi atau pada bakteri pemberitahuan itu agar
bergerak mendekati makanan.
5. Penyediaan ensim
Banyak ensim yang terdapat di dalam sel merupakan bagian dari membran. Contoh: Na-
K activated ATP ase yang berkaitan dengan pompa sodium dan kalium tedapat di dalam
membran sel.
6. Perantara bagi keluar masuknya zat terlarut
Kemampuan membran plasma meluluskan substansi tertentu masuk ke atau keluar dari
sel, tetapi membatasi pergerakan substansi tertentu disebut permeabilitas selektif. Suatu
membran dikatakan permeabel terhadap suatu substansi bila dapat secara bebas
ditembus oleh substansi tersebut.

2.3 Transportasi Melalui Membran

Substansi tertentu harus bergerak masuk ke dalam sel untuk menyokong agar sel tu
hidup, namun sebaliknya zat buangan yang dihasilkan oleh metabolisme sel harus
dikeluarkan dari dalam sel untuk selanjutnya dibuang ke luar tubuh.
Sel dan bagian-bagiannya memperoleh bahan yang diperlukan dan mengirimkan
berbagai bahan hasil sintesisnya melalui membran dan sistem cairan sel. Bila suatu
senyawa masuk atau keluar sel (melalui membran) tanpa memerlukan energi secara
khusus, maka proses ini dikatakan sebagai proses pasif. Bila untuk perpindahan
senyawa tersebut diperlukan energi atau usaha khusus, hal ini dikatakan sebagai proses
aktif.
Ciri umum dan penting pada sel hidup, mampu secara selektif mengumpulkan dari
atau mengeluarkan ke lingkungannnya senyawa tertentu. Kejadian ini dinamakan
transpor aktif.
a. Proses transpor pasif
Transportasi pasif dapat terjadi karena terdapat perbedaan kadar zat atau energi
antara kedua bagian yang bersebelahan pada membran atau dalam bagian yang berbeda
di dalam suatu larutan, misal:
1. Difusi: pergerakan molekul atau ion dari daerah konsenrasi tinggi ke daerah
berkonsentrasi rendah. Tenaga utama dalam proses difusi berasal dari keadaan molekul
yang selalu bergerak, sehingga terjadi tumbukan antara molekul atau tumbukan antara
molekul dengan membran. Bila suatu bagian di dalam suatu larutan terdapat lebih
banyak zat (lebih pekat) maka frekuensi tumbukan di bagian tersebut akan lebih tinggi.
Akhirnya, zat yang terlarut tersebut akan terlempar dan tersebar ke bagian yang kurang
pekat konsentrasinya, sehingga pada suatu saat, disetiap bagian larutan tersebut
terkandung kadar zat yang sama (larutan homogen). Pada larutan yang telah homogen,

9
tumbukan atau gerakan partikel disetiap bagian akan sama ke setiap arah (Gambar 4).
Contoh difusi adalah pertukaran gas O2 dan CO2 di paru-paru (Gambar 5).

Gambar 4. Proses difusi

Gambar 5. Pertukaran gas di paru-paru.


O2 berdifusi ke kapiler paru-paru karena konsentrasi O2 yang lebih tinggi di alveoli
daripada di kapiler

2. Difusi dipermudah (facilitated diffusion): proses pengangkutan zat terlarut dari


larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer, dengan dibantu protein
pembawa yang tedapat pada membran. Dalam difusi ini, zat yang akan ditranspor
harus dapat berikatan dengan protein karier pada membran, kemudian membentuk
kompleks substrat-protein yang dapat larut dalam lapisan lipid membran (Gambar
6). Contoh: gula yang diangkut dari lumen usus ke sel epitel usus. Gula merupakan
molekul yang dapat larut dalam air sehingga seharusnya dapat menembus membran
sel melalui pori-pori membran sel. Akan tetapi, ukuran molekul gula lebih besar

10
daripada ukuran pori pada membran sehinga molekul gula sulit melewati membran
sel tersebut. Untuk dapat melewati membran, molekul gula memerlukan bantuan
molekul protein pembawa yang bersifat khusus.
Difusi dipermudah dapat mengangkut zat secara lebih cepat daripada difusi
biasa. Kecepatan difusi ini dipengaruhi oleh:
a. Besarnya perbedaan konsentrasim larutan antara kedua sisi membran
b. Jumlah molekul karier (protein pembawa) yang tersedia pada membran
c. Kecepatan molekul karier dalam mengikat dan melepaskan kembali zat yang
diangkut. Contoh: pengikatan glukosa oleh kariernya dapat dipercepat dengan
adanya insulin. Salah satu fungsi insulin adalah menurunkan kadar glukosa dengan
cara mempercepat pemasukan glukosa dari darah kedalam sel.

Gambar 6. Difusi dipermudah

3. Osmosis: pergerak molekul air menembus membran dari daerah yang mengandung
kadar airnya tinggi (kadar zat terlarut rendah) ke daerah yang kadar airnya rendah
(kadar zat terlarut tinggi). Proses ini serupa dengan difusi tetapi yang bergerak melalui
membran hanya air, sedangkan zat lain tidak dapat melewati membran. Membran
demikian dikatakan sebagai membran yang semipermeabel, Disini terdapat perbedaan
kadar air karena perbedaan kadar zat yang terlarut (Gambar 7).

11
Gambar 7. Proses osmosis

Sel menganut sistem osmotik karena membran sel bersifat semipermeabilitas. Bila
sebuah sel diletakkan di dalam larutan tertentu, sehingga molekul air akan bergerak
melalui membran dan gerakannya dapat keluar maupun ke dalam sel dengan kecepatan
yang sama. Ini berarti, sel ditempatkan di dalam larutan yang isotonis atau isosmotis.
Bila sel berada di dalam larutan yang mempunyai kadar zat terlarut lebih rendah
dibandingkan dengan kadar di dalam sel, sel berada di dalam larutan yang hipotonis
(hipo-osmotis). Dalam keadaan ini molekul air bergerak lebih cepat ke dalam sel
daripada ke luar sel, karena kadar air di luar sel lebih besar. Sel tersebut akan
mengembang dan mungkin pecah, bila kekuatan membran terlampaui. Keadan
sebaliknya terjadi bila sebuah sel berada dalam larutan yang hipertonis (hiper-
osmotis). Dalam keadaan demikian, kadar air didalam sel lebih tinggi daripada di luar
sel, sehingga terjadi aliran air ke luar sel, menyebabkan sel berkerut (Gambar 8).

12
Gambar 8. Perpindahan air dengan cara osmosis

4. Dialisis. Di dalam suatu larutan yang dibatasi oleh membran terdapat beberapa zat
terlarut. Membran pembatasnya bersifat permeabel hanya terdapat zat tertentu saja. Bila
terdapat perbedaan kadar zat diantara kedua sisi membran, maka akan terjadi aliran zat
tersebut melalui membran, dari larutan berkadar lebih tinggi ke bagain larutan berkadar
lebih rendah, sehingga zat ini akan terpisah dari zat terlarut yang lain yang tidak dapat
melewati membran. Prinsip dialisis digunakan dalam ginjal buatan. Darah pasien
dialirkan ke tabung dialisis sehingga terjadi pemisahan zat toksik terlarut. Proses ini
dikenal sebagai hemodialisis (Gambar 9).

13
Gambar 9. Proses dialisis

5.Filtrasi. Proses ini terjadi bila terdapat perbedaan tekanan cairan diantar kedua
membran. Membran berlaku sebagai saringan yang dapat melewatkan molekul atas
dasar ukurannya dengan bantuan tekanan terhadap membran. Aliran pelarut dan zat
terlarut dari kapiler darah ke jaringan lain dengan bantuan tekanan darah adalah
contoh yang sering terjadi di dalam tubuh manusia.

b. Proses Aktif.
Bila sel secara aktif melibatkan diri dalam pergerakan molekul/ion melintasi membran,
enersi harus ada dan dipersiapkan oleh sel. Sel mempunyai kemampuan untuk
menggerakkan molekul atau ion dari daerah berkonsentrasi rendah ke daerah
berkonsentrasi tinggi. Proses aktif ini dapat dilakukan dalam bentuk transpor aktif,
fagositosis, dan pinositosis.

Transpor aktif
Untuk kegiatan tersebut, membran menyediakan energi yang dihasilkan dari pemecahan
ATP. Contoh: pompa Ca ++ pada sel otot dan pompa Na+- K+ pada setiap sel. Pompa
Na+, K+ bekerja untuk mempertahankan kadar natrium diluar sel tetap lebih tinggi
daripada di dalam sel. Secara skematis proses transpor aktif diperlihatkan pada Gambar
10.

14
Gambar 10. Proses pompa Na+ dan K+

Contoh: glukosa diangkut dengan cara difusi dipermudah dari daerah berkonsentrasi
tinggi ke daerah berkonsentrasi tinggi. Namun glukosa juga dapat diangkut dari lumen
saluran pencernaan menuju ke dalam darah, meskipun glukosa dalam darah mempunyai

15
kadar lebih tinggi daripada cairan yang terdapat di dalam saluran pencernaan makanan
Perbandingan antara transpor pasif dan transpor aktif dapat dilihat pada Gambar 11
berikut.

Gambar 11. Perbandingan antara transpor pasif dan transpor aktif

Endositosis
- Pinositosis, terjadi bila membran sel membentuk cekungan sebagai akibat adanya
kontak antara molekul asing dengan permukaan membran sel. Akhirnya terbentuk
vakuola di dalam sel yang berisi molekul asing tadi.
- Fagositosis, terjadi bila sel menelan atau melingkari suatu partikel dengan
pembentukan pseudopodia hingga akhirnya partikel tadi terdapat di dalam vakuola.
Hal ini dapat dilakukan oleh sel darah putih.

Eksositosis
Terjadi bila vakuola di dalam sel bergerak ke arah membran, melekat, terbuka dan
mengeluarkan isinya. Proses ini untuk membuang bahan yang tidak diperlukan, bahan
beracun atau hasil metabolisme sel itu sendiri atau untuk mengirimkan bahan tertentu
seperti lemak ke tempat lain. Proses fagositosis, pinositosis, endositosis dan eksositosis
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

16
Gambar 12. Proses fagositosis dan pinositosis

Gambar 13. Endositosis dan eksositosis

Latihan
1. Buatlah tabel untuk menunjukkan perbedaan antara difusi biasa dan difusi
dipermudah
2. Jelaskan mekanisme transpor aktif oleh pompa Na dan K pada membran sel.
3. Jelaskan apa yang menyebabkan molekul pembawa berubah bentuk untuk
memajankan tempat pengikatan bagi penumpangnya disisi yang berlawanan baik
pada difusi dipermudah dan transpor aktif.

17

Anda mungkin juga menyukai