Anda di halaman 1dari 6

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang banyak di derita


oleh masyarakat, dan menempati urutan ketiga dari penyakit di bidang urologi
disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat jinak. Penyakit ini dapat
menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia.
Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di Amerika
serikat dam eropa 5-10% penduduknya satu kali dalam hidupnya pernah
menderita penyakit saluran kemih, bahkan pada laki-laki angka ini lebih tinggi
yaitu 10-20%. Angka kejadiannya laki-laki dibanding perempuan sebesar 3
dibanding 1, usia terjadinya batu antara 20 tahun sampai 40-50 tahun dimana
merupakan usia produktif. Lebih kurang dua pertiga dari pasien batu pada anak
adalah batu kandung kemih. Biasanya banyak didapatkan pada umur 2-7 tahun
dan kebanyakan pada anak laki-laki. ( Smith, 2000; Sjamsuhidayat R, 1996 )

Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita.
Hal ini mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk
batu pada wanita lebih rendah daripada laki-laki dan kadar sitrat air kemih
sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi
daripada laki-laki.( Kimata, 2012).

Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-
60 tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata
40,20 tahun). Umur terbanyak penderita batu di negara-negara Barat 20-50 tahun
dan di Indonesia antara 30-60 tahun. Kemungkinan keadaan ini disebabkan
adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya dan diet.

Jenis batu saluran kemih terbanyak adalah jenis kalsium oksalat seperti di
Semarang 53,3%, Jakarta 72%. Herring di Amerika Serikat melaporkan batu
3

kalsium oksalat 72%, Kalsium fosfat 8%, Struvit 9%, Urat 7,6% dan sisanya batu
campuran. Angka kekambuhan batu saluran kemih dalam satu tahun 15-17%, 4-5
tahun 50%, 10-20 tahun 75% dan 95-100% dalam 20-25 tahun. Apabila batu
saluran kemih kambuh maka dapat terjadi peningkatan mortalitas dan
peningkatan biaya pengobatan. Manifestasi batu saluran kemih dapat berbentuk
rasa sakit yang ringan sampai berat dan komplikasi seperti urosepsis dan gagal
ginjal. Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun
dalam sistem kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus
ginjal atau infeksi dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan tersebut
menyebabkan nyeri karena dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor
sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang disertai
edema dan penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang turun spontan
sering disertai dengan serangan kolik ulangan.(Kutuya,2008, Lozanovsky, 2011 )

Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan


fungsi ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan
tersebut bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan
gagal ginjal, bila keadaan sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Oleh karena itu besar sekali kemungkinan bahwa masalah batu saluran
kemih akan menjadi masalah yang semakin besar di Indonesia, sehubungan
dengan perbaikan taraf hidup rakyat dengan adanya Program Perbaikan Gizi oleh
Pemerintah. Kejadian batu saluran kemih di Amerika Serikat dilaporkan 0,1-0,3
per tahun dan sekitar 5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah
menderita penyakit ini, di Eropa Utara 3-6%, sedangkan di Eropa Bagian Selatan
di sekitar laut tengah 6-9%. Di Jepang 7% dan di Taiwan 9,8% sedangkan di
Indonesia sampai saat ini angka kejadian batu saluran kemih yang sesungguhnya
belum diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per tahun. Jumlah penderita baru
saluran kemih di sub bagian urologi Rumah Sakit DR. Sardjito periode Januari
1994 Desember 2005 yaitu sebesar 1028 pasien, dengan jenis kelamin
694(67%) laki-laki dan 334(32,5%) wanita. Di Jakarta dilaporkan 34,9% kasus
urologi adalah batu saluran kemih. Analisis jenis batu saluran kemih di
Yogyakarta didapatkan paling banyak batu Kalsium yaitu Kalsium Oksalat
4

(56,3%), Kalsium Fosfat 9,2%, Batu Struvit 12,5%, Batu Urat 5,5% dan sisanya
campuran.( Is arifin, 2008; Matlaga, 2003 )

Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah asam urat,
kalsium, oksalat, magnesium, ammonium, fosfat, sistin, dan xantin. Unsur-unsur
tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi bergabung membentuk susunan kimia batu
campuran. Senyawa kimia tersebut dapat sebagai asam urat, kalsium oksalat,
kalsium fosfat, magnesium ammonium fosfat dan sistin. Insiden batu urat dan
oksalat akan tinggi pada orang-orang dengan kebiasaan makan sayuran, rempah-
rempah dan saos. Sedang batu kalsium akan tinggi pada kebiasaan minum susu ,
es krim, keju, dan makan beberapa jenis buah polongan yang mempunyai
kandungan kalsium tinggi. Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh hiperkalsiuria
idiopatik, hiperparatiroidisme primer, Intoksikasi vitamin D, Sindrom Cushing,
Sindrom alkali susu, asidosis tubuler ginjal, sarkoidosis, imobilisasi, penyakit
paget, hipertiroidisme,dan penggunaan obat-obatan jangka panjang. Batu
magnesium ammonia fosfat, banyak didapatkan pada infeksi saluran kemih oleh
bakteri pemecah urea, seperti proteus, pseudomonas, stafilokokus dan klebsiella.
Bakteri pemecah urea menjadi ammonia yang mengakibatkan alkalinisasi urin.

Angka kekambuhan juga cukup tinggi, secara umum sekitar 15-17%


dalam satu tahun pertama, 50% dalam lima tahun, 75% dalam sepuluh tahun, 95-
100% dalam 20-25 tahun. ( Mohkam, 2007 ; Smith, 2000 ; Syed, 2010 )

Pembentukan batu khususnya batu kalsium merupakan proses yang


kompleks dan banyak faktor yang tampaknya berkaitan dengannya, namun belum
ada satupun faktor yang paling dominan yang diketahui. Salah satunya adalah
komsumsi tinggi kadar kalsium dalam makanan yang melebihi batas kelarutan
sehingga terbentuk Kristal sebagai inti batu.

Adanya batu pada saluran kemih akan menyebabkan komplikasi yang


serius apabila tidak segera mendapatkan terapi yang adekuat. Pada umumnya
gejala nyeri kolik merupakan keluhan pasien yang mendorong pasien pergi
berobat ke dokter atau rumah sakit. Komplikasi yang paling sering adalah berupa
infeksi saluran kemih sebagai akibat adanya stasis urin oleh adanya batu sampai
5

terjadinya penurunan fungsi ginjal yang apabila tidak mendapat pertolongan


cepat dapat berlanjut sampai gagal ginjal terminal yang memerlukan terapi cuci
darah. ( Rienstra, 2007 ; de Moor, 1999 ; kimata, 2012 )

Sekitar 75% kasus dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab yang


mendasari terjadinya batu saluran kemih, terutama pada anak-anak, yaitu
penyebab metabolik, anomali saluran urogenital dan infeksi. Penyebab metabolik
seperti hiperkalsiuria merupakan penyebab utama terjadinya batu saluran kemih,
salah satunya akibat komsumsi obat-obatan, walaupun harus dipahami bahwa
kejadian batu karena obat merupakan hal yang jarang. ( Jason, 2007; de Moor,
1999; Rienstra, 2007 )

Dengan demikian, para klinisi harus berhati-hati dan waspada akan


adanya efek samping Ceftriakson dan harus lebih memerhatikan status hidrasi
pasien dan memotivasi untuk mobilisasi selama terapi ceftriakson. Urolitiasis
akibat ceftriakson bersifat self limited dan tanpa komplikasi jangka panjang di
semua pasien dan penggunaan obat ini dapat dilanjutkan dengan aman. (Kutuya,
2008).

B . Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Ceftriakson intravena berpengaruh terhadap


peningkatan kadar kasium dalam urin.

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan kadar kalsium urin pada pasien batu saluran
kemih sebelum dan sesudah mendapat terapi Injeksi Ceftriakson dan
dibandingkan dengan kadar kalsium urin pada pasien urologi bukan kasus batu
saluran kemih.
6

D. Manfaat Penelitian

Untuk mencegah dan menurunkan risiko batu kalsium saluran kemih


akibat dari penggunaan injeksi ceftriakson intravena, melalui pengetahuan
tentang efek samping dari obat tersebut.
Sebagai tambahan wawasan bagi klinisi untuk lebih berhati-hati dalam
penggunaan antibiotika pada pasien yang mempunyai faktor risiko batu saluran
kemih, dan bila memungkinkan sebagai dasar penelitian lanjutan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengaruh pemberian terapi Ceftriakson terhadap


peningkatan kadar kalsium urin telah dilakukan oleh peneliti baik dari luar
maupun dalam negeri, diantaranya :

No Penelitian Desain Responden Hasil


(judul,sumber) penelitian
1 Takahisa K,dkk di Osaka, Studi Kasus batu
CefCeftriakson secara
Jepang, 2011 tentang : retrospektif saluran signifikan dapat
Peningkatan Kalsium urin kemih meningkatkan
Ekskresi Yang ekskresi kalsium
Disebabkan Oleh dalam urin pada
Ceftriaxone anak-anak bahwa
Kemungkinan anak-anak yang
Berhubungan Dengan dirawat.
Urolithiasis

2 Avci Z, dkk di Turki Studi Pasien anak


selsSelama 7 hari normal
tahun 2004 tentang : prospektif RS di Turki dengan dosis tinggi
Nefrolitiasis Disebabkan ceftriaxone dapat
7

Oleh Terapi Ceftriaxone : mengembangkan


Sebuah Studi Prospektif ukuran batu ginjal
terhadap 51 Anak tanpa gejala. Insiden
keseluruhan
nefrolitiasis di
penelitian ini adalah
7,8%.

3 Brodjonegoro S, tahun Studi Pasien Terjadi peningkatan


2012 tentang : Korelasi prospektif urologi kadar kalsium dalam
Peningkatan Kadar Rumah urin namun belum
Kalsium Urin Dengan sakit DR. mencapai kadar
Terapi Injeksi Ceftriakson Sardjito hiperkalsiuria.
Intravena. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai