Anda di halaman 1dari 48

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh kolonial

Belanda pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit dalam bahasa latin dinamakan

juga Elaeis guineensis Jacq. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion dari bahasa

Yunani yang berarti minyak dan kata guineensis berasal dari kata Guinea yaitu

merupakan nama suatu daerah di Pantai Barat Afrika, sedangkan kata Jacq adalah

singkatan dari Jacquin seorang botanis dari Amerika yang pertama membuat

susunan taksonomi dari tanaman ini. Tanaman kelapa sawit di Indonesia pertama

kali diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan ditanam di Kebun Raya

Bogor (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Hartono, 2008).

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang

paling efisien diantara beberapa tanaman sumber minyak nabati yang memiliki

nilai ekonomi tinggi seperti kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari (Risza,

2010). Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah bagian

buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan, biasanya disebut TBS (Tandan Buah

Segar). Buah sawit pada bagian sabut bagian buah atau mesocarp menghasilkan

minyak kasar CPO (Crude Palm Oil) sebanyak 20-24%. Sedangkan bagian inti

sawit menghasilkan minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil) 3-4%. Sawit juga

dapat diolah menjadi bermacam-macam produk lain seperti mentega, sabun,

detergen, amida, amina, alkohol, metil ester dan lain-lain (Sunarko, 2014).

Produksi dan luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia mengungguli

produksi CPO Malaysia. Faktanya Indonesia menguasai pasar CPO (crude palm

oil) atau minyak mentah sawit (I. Pahan, 2010). Produksi sawit Indonesia pada

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 1


tahun 2013 mencapai 27.782.004 ton dan mengalami peningkatan yang sangat

baik ditahun 2014 hingga mencapai 29.344.479 ton. Direktorat jenderal

perkebunan menargetkan pada tahun 2015 produksi sawit Indonesia bisa

mencapai 32 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015).

Peningkatan kebutuhan CPO dunia menyebabkan permintaan buah kelapa

sawit juga meningkat tajam. Peningkatan harga minyak mentah dunia juga secara

tidak langsung membuat permintaan CPO meningkat. Hal ini karena CPO

menjadi salah satu pilihan untuk bahan baku pembuatan bio energy sebagai

alternativ bahan bakar. Banyak ahli memperkirakan bahwa beberapa tahun

kedepan investasi terbesar subsector perkebunan masih didominasi oleh kelapa

sawit. Luas areal dan produksi kelapa sawit berdasarkan publikasi dari data

statistik Ditjen perkebunan adalah seluas 8,04 juta ha. Lahan seluas itu mampu

memproduksi 19,76 juta ton CPO pada tahun 2010 yang tersebar diseluruh

provinsi di Indonesia (Adi, 2014).

Sejak zaman kolonial berdirinya lembaga penelitian bidang perkebunan

umumnya dimotori oleh perusahaan perkebunan besar swasta dalam rangka

meningkatkan dan mengembangkan perusahaan. Indonesia termasuk negara

penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, oleh karena itu kunci sukses perusahaan

tertumpu pada sumber daya manusia yang dimatangkan lewat pendidikan dasar

sampai manajemen tingkat tinggi. Untuk menjadi pimpinan yang profesional

diperlukan waktu dan proses. Proses pembinaan harus dimatangkan lewat

pendidikan dan pelatihan, sedangkan waktu pembinaan harus memiliki

pengalaman kerja yang cukup memadai (Evizal, 2014).

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 2


Menurut Lubis dan Widanarko (2011), panen merupakan pekerjaan utama

di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang

bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan Inti kelapa

sawit (IKS). Dengan demikian tugas utama personil dilapangan yaitu mengambil

buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai. Keberhasilan panen dan

produksi tergantung pada bahan tanaman, manusia (pemanen) dengan kapasitas

kerjanya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta

faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal dan

insentif yang disediakan.

Setelah dilakukan pemanenan TBS harus segera diolah yaitu maksimal 24

jam setelah panen TBS. Buah yang tidak segera di olah akan mengalami

kerusakan pada buah atau akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas atau

ALB (Suwarto dan Octavianty, 2010). Untuk menghindari hal tersebut,

manajemen yang tepat agar TBS dapat diangkut dengan maksimal serta

meminimalkan buah yang tertinggal dikebun dan buah rusak dengan biaya angkut

buah yang rasional. Dengan demikian perlu mempertimbangkan kecepatan

kendaraan, kapasitas angkut dan lokasi TPH ke PKS. Pemilihan alat angkut yang

tepat dapat membantu mengatasi masalah kerusakan buah selama pengangkutan

(Sunarko, 2014).

Manajemen adalah ilmu dan seni dalam proses seperti perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian dalam penggunaan sumber-

sumber daya sperti SDA, SDM, SDK, bahan, sarana, dan cara yang dilakukan

bersama atau melalui orang-rang untuk mencapai sasaran yang ditetapkan secara

efektif dan efisien (Risza, 2010)

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 3


Sehubungan dengan pentingnya manajemen panen dan pasca panen maka

penulis merasa tertarik untuk lebih mendalami bagaimana pelaksanaan kegiatan

tersebut berjalan terutama menyangkut aspek manajemen-nya. Oleh karena itu,

pada Laporan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Manajemen Panen

Dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di PT. Agra

Masang Perkasa-1 (AMP-1) Plantation, Desa Tapian Kandis, Kecamatan

Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

1.2. Tujuan

A. Tujuan Umum

Agar mahasiswa memperoleh pengalaman dan kondisi nyata pengelolaan

perkebunan terutama dalam kegiatan manajemen panen dan pasca panen kelapa

sawit untuk meningkatkan produksi Minyak Kelapa Sawit dan Inti Kelapa Sawit.

B. Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan memahami manajemen panen dan pasca panen di PT.

AMP-1 Plantation.

2. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pelaksanaan panen dan

pasca panen yang tepat dan benar.

3. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam kegiatan pengawasan panen

dan pasca panen.

4. Memiliki kemampuan untuk meningkatkan produksi Minyak Kelapa Sawit

dan Inti Kelapa Sawit dalam hubungannya dengan panen dan pasca panen.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 4


1.3. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh adalah :

1. Dapat mengetahui dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam

manajemen panen dan pasca panen di PT. AMP-1 Plantation.

2. Dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam teknik pelaksanaan

dan pengawasan panen dan pasca panen kelapa sawit.

3. Mahasiswa dapat menghitung biaya secara mendalam dan dapat

memberikan solusi pemecahan masalah dalam kegiatan panen dan pasca

panen pada budidaya kelapa sawit.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 5


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Kelapa Sawit

Dalam dunia botani semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan

dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini

dikembangkan oleh Carolus Linnaeus (Pahan, 2010).

2.1.1. Taksonomi Tanaman

Taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika tanaman

menurut Pahan (2010), diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

(Fauzi et all,. 2008) berpendapat bahwa, kelapa sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) dapat dibedakan beberapa varietas kelapa sawit diantaranya varietas

Nigrescens, Virescens, dan Albescens.

Berdasarkan warna buah dari species Elaeis guineensis Jacq. dikenal varietas :

Nigrescens, buahnya berwarna violet sampai hitam pada waktu muda dan

berubah menjadi orange setelah buah matang.

Virescens, buah berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna

orange.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 6


Albescens, waktu muda buah berwarna keputih-putihan dan tembus

cahaya karena mengandung sedikit karoten, waktu matang berwarna

merah dan ujungnya ungu kehitaman.

2.1.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Morfologi kelapa sawit terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan

biji,.

A. Akar (radix)

Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berkeping satu atau

monokotil lainnya, akar tanaman kelapa sawit adalah akar serabut dan tidak

memiliki akar tunggang. Akar yang pertama muncul dari biji yang telah

berkecambah adalah radikula, yang panjangnya 15 cm. dan akan mati membentuk

akar utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar sekunder,

tersier dan kuartener.

Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk sempurna mempunyai akar

primer dengan diameter 5-10 mm dan tumbuh kebawah sedalam bisa mencapai

8 m, akar sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3 mm.

akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan

kuartener yang berada dikedalaman 0-60 cm dengan perakaran horizontal bisa

mencapai 16 m, Adi (2014).

B. Batang (caulis)

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil dan batangnya tidak memiliki

kambium serta pada umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah

fase muda terjadi pembentukan batang melebar dapat mencapai 60 cm/tahun tanpa

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 7


perpanjangan internodia (ruas). Tinggi batang bertambah kira-kira 45 cm/tahun.

Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam diperkebunan 15-18 m,

sedangkan dialam liar dapat mencapai 30 m. Pohon kelapa sawit hanya memiliki

satu titik tumbuh terminal. Ujung batang berbentuk kerucut, diselimuti oleh daun-

daun muda yang masih kecil (Sunarko, 2014).

C. Daun (Folium)

Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap,

dan bertulang sejajar. Daun pada tanaman kelapa sawit yang masih muda dan

kuncup berwarna kuning pucat. Daun pada tanaman kelapa sawit merupakan

tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama

proses fotosintesis berlangsung maka semakin banyak bahan makanan yang

dibentuk, sehingga produksi tanaman akan meningkat (Adi , 2014).

Menurut Pahan (2010), daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian

yaitu :

Kumpulan anak daun yang mempunyai helaian dan tulang anak daun.

Batang pelepah yang merupakan tempat anak daun melekat.

Tangkai daun yang merupakan bagian antara daun dan batang.

Seludang daun yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan

memberi kekuatan pada batang.

Pada tanaman yang tumbuh normal terdapat 40-50 pelepah daun dalam

satu batang, dan apabila tidak dilakukan pemangkasan maka jumlahnya dapat

melebihi 60 pelepah/batang. Pertumbuhan pelepah tiap tahun pada tanaman muda

yang berumur 4-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 8


lebih tua dapat mencapai 20-25 helai. Berat satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg

berat kering (Evizal, 2014).

D. Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan

mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk

lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Pada pohon kelapa

sawit dari setiap pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau betina. Pada

tanaman yang baru ditanam sering dijumpai bunga banci atau hermaprodit yang

munculnya bunga jantan dan bunga betina. Tandan bunga jantan dibungkus oleh

seludang bunga dan akan pecah jika anthesis. Tiap tandan memiliki 100-125

spikelet yang panjangnya 10-20 cm dengan diameter 1-1,5 cm. Setiap spikelet

berisi 500-1500 bunga kecil yang berwarna kuning pucat dan bunga jantan akan

matang dimulai dari bagian sebelah bawah. Tandan bunga yang sedang athesis

(mekar) berbau khas. Tandan bunga betina juga dibungkus oleh seludang yang

akan pecah 15-30 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100-

200 spikelet dan setiap spikelet memiliki 15-20 bunga betina (Adi, 2014).

Dalam satu tandan bunga betina akan anthesis secara bertahap 3-5 hari.

Bunga betina yang siap diserbuki pada waktu mekar berwarna putih dan hari

kedua akan menjadi kuning gading, hari ketiga akan berwarna jingga dan hari

keempat akan berwarna kehitaman. Selama bunga anthesis, bunga berbau dan

mengeluarkan lendir untuk menarik serangga. Secara alami penyerbukan

dilakukan oleh serangga (enthomophilous) dan juga oleh angin (anemophilous)

(Pahan, 2010).

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 9


Produksi tandan bunga jantan per pohon pada tanaman muda lebih sedikit

dibanding dengan produksi bunga betina. Pada tanaman muda tandan bunga

jantan yang dihasilkan sekitar 4-6 tandan per tahun dan pada tanaman dewasa

dapat mencapai 7-10 tandan bunga per tahun. Bunga betina yang dihasilkan dari

satu tanaman muda sebanyak 15-25 tandan bunga per tahun dan pada tanaman

dewasa sebanyak 9-15 tandan bunga per tahun. Bunga-bunga tersebut akan

muncul pada akhir musim hujan (Fauzi et all., 2008).

E. Buah (Fructus)

Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah

dapat menghasilkan buah yang siap dipanen untuk pertama kalinya pada umur 3,5

tahun. Buah terbentuk setelah penyerbukan dan pembuahan serta waktu yang

dibutuhkan mulai dari penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 5-6 bulan.

Secara anatomi buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu perikarpium

dan biji. Perikarpium terdiri dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging

buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, sedangkan

biji terdiri dari kulit biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna

hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung

minyak, serta lembaga (embryo) (Fauzi et all., 2008).

F. Biji
Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah yang

memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran tergantung varietas tanaman. Biji

terdiri atas cangkang, embrio dan endosperm. Embrio memiliki panjang 3 mm

dan berdiameter 1,2 mm, berbentuk silindris dan memiliki 2 bagian utama.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 10


Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain yang agak

tajam berwarna putih (Adi, 2014).

Bakal biji terdiri atas 3 ruang, tetapi setelah penyerbukan dan menjadi

buah, ruang yang berkembang hanya satu, kadang-kadang dijumpai ada dua. Jika

endosperm mendapat air akan mengembang dan kemudian lembaga-nya akan

berkecambah. Biji yang berkecambah, lembaga-nya keluar dari biji melalui

lubang cangkang. Bagian pertama yang keluar adalah akar (radikula) yang tumbuh

lurus ke bawah. Selanjutnya menyusul batang (plumula) yang tumbuh lurus ke

atas (Adi, 2014).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor luar

maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau

varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan antara lain

iklim dan tanah (Adi, 2014).

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 11


A. Tinggi tempat dan Topografi

Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian

0-500 m dari permukaan laut. Ketinggian dari permukaan laut optimum pada

tanaman kelapa sawit 0-400 m dari permukaan laut. Tinggi tempat dari

permukaan laut erat kaitannya dengan suhu udara. Akibat sulitnya mendapatkan

areal yang datar sampai dengan bergelombang saat ini, maka areal topografi

berbukit sampai dengan curam juga menjadi pertanaman kelapa sawit, namun

tentunya dibutuhkan perlakuan khusus dalam hal konservasi tanah. Agar areal

berbukit atau curam yang di tanami kelapa sawit dapat menguntungkan,

diperlukan pembuatan teras-teras yang terencana dan penataan jalan yang baik

(Pahan, 2010).

B. Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, akan tetapi

agar kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal memerlukan jenis tanah yang

cocok. Jenis tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah jenis tanah

Podsolik merah kuning, Latosol dan Aluvial seperti tanah gambut (Suwarto dan

Octavianty, 2010).

Menurut Pahan (2010), kriteria lahan untuk budidaya tanaman kelapa

sawit yang cocok adalah sebagai berikut :

- Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi

perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan

lebih baik.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 12


- Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, liat

20- 50%.

- Perkembangan struktur tanah, konsistensi, gembur sampai agak teguh dan

permeabilitas sedang.

- pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh

akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 - 6,0 namun yang terbaik

adalah pH 5 - 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan

dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH

rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah

gambut.

C. Iklim

Faktor iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman

kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah

di sekitar Utara-Selatan 12 pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut.

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis

lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika,

Asia, dan Amerika Latin (Fauzi et all., 2008).

Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah

sebagai berikut :

1. Curah Hujan

Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah

2.000 2.500 mm/tahun, tidak mempunyai defisit air dan hujan relatif merata

sepanjang tahun. Kebutuhan tanaman kelapa sawit yang efektif adalah 1.300

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 13


1.500 mm per tahun. Karena itu jumlah curah hujan yang kurang dari 2.000 mm

per tahun masih tetap baik bagi kelapa sawit sepanjang tidak terdapat defisit air

250 mm. Curah hujan yang jumlahnya lebih dari 2.500 mm juga tetap baik selama

hari hujan tidak lebih dari 180 hari dalam setahun. Curah hujan rata-rata tahunan

yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250 3.000 mm

per tahun yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari

3). Curah hujan > 3.000 mm/tahun menjadi pembatas ringan, namun curah hujan

< 1.250 mm/tahun menjadi pembatas berat (Adi, 2014).

Defisit air yang tinggi dapat menyebabkan produksi hanya akan normal

kembali setelah 3 4 tahun. Defisit air yang tinggi menyebabkan bunga-bunga

dalam periode perkembangan bunga sebelum anthesis menjadi gugur. Demikian

juga bunga-bunga yang telah anthesis bisa aborsi (Adi, 2014).

2. Temperatur

Temperatur yang optimal 24 - 28 C, terendah 180 C dan tertinggi 32 C

serta kelembaban rata-rata 32 C. Kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 -

7 jam/hari. Jika penyinaran matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan

berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit (Fauzi et all., 2008).

Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit 50% - 90% dan

kelembaban optimum sebesar 80%. Rata-rata apabila kelembaban tinggi akan

merangsang perkembangan penyakit. Pada ketinggian yang lebih dari 400 m dari

permukaan laut, pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah (Adi,

2014).

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 14


3. Penyinaran Matahari

Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena

merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk

pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam

penyinaran per hari sepanjang tahun (Fauzi et all., 2008).

Disamping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah

intensitasnya. Di daerah-daerah yang intensitas penyinarannya rendah, misalnya

karena pohon-pohon kelapa sawit ternaungi, atau jarak tanam yang terlalu rapat,

sebagian dari karangan bunga akan gugur (aborsi) sehingga produktivitas kebun

menurun (Adi, 2014).

4. Angin

Kecepatan angin 5 - 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses

penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru

doyong atau miring (Fauzi et all., 2008).

2.3. Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit

2.3.1. Pengertian Panen

Sunarko (2014), mengatakan bahwa Panen merupakan kegiatan yang

dimaksudkan untuk mengambil hasil dari tanaman. Untuk tanaman kelapa sawit

hasil dari tanaman yang akan di panen adalah Tandan Buah Segar atau sering

disebut dengan TBS. Tandan buah segar yang telah di panen tersebut akan dibawa

ke pabrik dan selanjutnya diolah untuk diambil produk hasil olahan yaitu berupa

minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO dan Palm Kernel Oil/PKO).

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 15


Kegiatan panen dalam usaha budidaya tanaman kelapa sawit yang

dilakukan oleh perusahaan berupa rangkaian kegiatan yang dimulai dari

pengamatan buah yang masak, pemotongan tandan buah masak, pemotongan dan

penyusunan pelepah, pengutipan brondolan, melangsir dan mengumpulkan TBS

serta brondolan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) (Sunarko, 2014).

Pelaksanaan rangkaian kegiatan tersebut dapat menjadi tahap-tahap

kegiatan panen yang dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan pengawasan

kegiatan panen yang selanjutnya akan diuraikan di bawah ini.

Minyak sawit mentah merupakan produk hasil olahan TBS. Mutu dari

minyak sawit selain dipengaruhi oleh mutu buah, juga dipengaruhi oleh cara

penanganan buah yang sudah di panen atau kegiatan pasca panen. Buah sawit

yang baik kalau tidak diiringi dengan pasca panen yang baik akan menghasilkan

minyak yang berkualitas rendah, untuk itu kegiatan pasca panen perlu dilakukan

dan dikelola dengan baik (Sunarko, 2014).

2.3.2. Persiapan panen

A. Kematangan Buah

Buah kelapa sawit matang sekitar 6 bulan setelah terjadi penyerbukan dan

pembuahan. Kematangan buah adalah aspek yang paling berpengaruh terhadap

kuantitas dan kualitas minyak yang akan dihasilkan nantinya. Buah dengan

kematangan yang tepat diartikan sebagai buah yang kondisinya memberikan

kuantitas dan kualitas minyak maksimal (Evizal, 2014).

Lubis dan Widanarko (2011) berpendapat bahwa, tingkat kematangan buah

akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas minyak sawit yang dihasilkan.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 16


Apabila buah dipanen pada keadaan buah yang sudah lewat matang bila diolah

akan menghasilkan minyak sawit dengan kandungan asam lemak bebas yang

tinggi sehingga kualitasnya menjadi rendah, sebaliknya jika buah yang dipanen

adalah buah yang masih mentah, akan menyebakan penurunan kandungan minyak

dari buah tersebut.

Menurut Sunarko (2014), bahwa standar kematangan buah kelapa sawit

dapat dilihat pada Tabel 1, di bawah ini :

Tabel 1. Standar kematangan buah

No Fraksi Jumlah brondolan Sifat fraksi


1. Fraksi 00 (F-00) Tidak ada Sangat mentah
2. Fraksi 0 (F-0) 1 - 12,5 % buah luar Mentah
3. Fraksi 1 (F-1) >12,5 25 % buah luar Kurang matang
4. Fraksi 2 (F-2) >25 50 % buah luar Matang 1
5. Fraksi 3 (F-3) >50 75 % buah luar Matang 2
6. Fraksi 4 (F-4) >75 100 % buah luar Lewat matang 1
7. Fraksi 5 (F-5) Buah dalam ikut membrondol Lewat matang 2
8. Fraksi 6 (F-6) Tandan kosong Terlalu matang
Sumber : Sunarko (2014)

B. Kriteria Panen

Areal kebun kelapa sawit dapat disebut sebagai tanaman menghasilkan

(TM) dan dapat di panen apabila 60% atau lebih buahnya telah matang panen

dengan kriteria panen fraksi 2 (jumlah brondolan >25-50% buah luar) dan kriteria

lainnya: tanaman telah berumur 31 bulan, berat tandan telah mencapai 3 kg atau

lebih, penyebaran panen telah mencapai 1 : 5, yaitu setiap 5 pohon terdapat 1

tandan yang matang panen (Sunarko, 2014).

Panen merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengambil hasil dari

kebun berupa tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Ukuran TBS harus sudah

optimal yang berisi 800-1500 butir buah kelapa sawit. Dalam melakukan

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 17


pemanenan TBS diperlukan keterampilan yang baik seperti pernah mengikuti

pelatihan panen oleh pihak kebun. Karyawan akan lebih baik bila tenaga kerja

pemanen-nya sudah pernah bekerja sebelumnya memanen diperusahaan lain. bagi

tenaga pemanen pemula perlu dilatih cara-cara memanen TBS (Evizal, 2014).

Dalam pelaksanaan pemanenan, ada beberapa kriteria tertentu yang perlu

diperhatikan. Karena tujuan panen kelapa sawit yaitu untuk memperoleh produksi

yang baik dengan rendemen minyak yang tinggi. Beberapa sapek yang

menentukan kualitas dan kuantitas minyak sawit adalah standar kematangan buah,

alat panen, rotasi panen dan sistem panen (Lubis dan Widanarko, 2011).

Dengan adanya Elaeidobius camerunicus, serangga penyerbuk kelapa

sawit (SPKS), sekarang ditetapkan 2 brondolan di piringan per kg tandan sebelum

tandan dipotong. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kriteria tandan

dengan buah matang antara 50-75 %, buah-buah ini siap membrondol dengan

kandungan minyak maksimum dan asam lemak bebas (ALB) di bawah 2,5 %

(Sunarko, 2014).

2.3.3. Pengorganisasian Kegiatan Panen

Pengorganisasian kegiatan panen sangat penting sekali untuk diperhatikan

salah satunya yaitu penetapan rotasi panen dan sistem ancak panen yang akan

digunakan. Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir

sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen dianggap baik bila

buah tidak lewat matang untuk di panen (Fauzi et all., 2008). Tujuan rotasi panen

adalah untuk menjaga kontinuitas produksi, disamping itu juga untuk

memperkecil kemungkinan brondolan yang masih tertinggal di tandan. Kriteria

rotasi panen yang umum dipakai di Indonesia ialah dengan cara membagi

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 18


Afdeling atau bagian petak kebun menjadi 5 kali panen dengan rotasi atau

pengulangan setiap 7 hari sekali atau disebut sistem 5/7 (Sunarko, 2014).

Selain penentuan rotasi panen, sistem ancak panen juga harus diperhatikan

yang tujuan-nya untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan panen dan

pengawasan. Menurut Pahan (2010), sistem pengancakan panen terdiri dari 3 jenis

yaitu ancak giring murni, ancak giring tetap per mandoran dan ancak tetap.

Adapun kelebihan dan kekurangan sistem pengancakan tersebut yaitu :

a. Ancak giring murni

Kelebihannya adalah cocok untuk areal yang baru dipanen, dapat

diterapkan pada pemanen dalam jumlah yang besar, buah cepat keluar, distribusi

buah mengumpul, memudahkan transport TBS dan kemungkinan ancak tertinggal

kecil. Kekurangannya adalah tanggung jawab pemanen terhadap kondisi ancak

rendah, susah ditelusuri apabila ada yang melakukan kesalahan, output karyawan

rendah.

b. Ancak giring tetap per mandoran

Kelebihannya adalah pelaksanaan panen berdasarkan persentase kerapatan

panen dapat dilaksanakan dengan sempurna, jumlah tenaga kerja dapat diatur baik

dikurangi atau ditambah sesuai potensi produksi, sesama mandor dapat bersaing

dengan sehat, mandor aktif melakukan pengawasan dan terdidik untuk berpikir,

cocok untuk areal yang baru dipanen atau yang sudah lama dan menghindari

kecemburuan diantara karyawan karena ancak dapat ditukar atau di gilir.

Kekurangannya adalah tanggung jawab pemanen terhadap ancak masih kurang,

adanya pelanggaran masih sulit dideteksi dan pengontrolan harus ketat.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 19


c. Ancak tetap

Kelebihannya adalah tanggung jawab pemanen terhadap ancak tinggi,

kondisi areal lebih bagus karena kesalahan dapat dideteksi dengan mudah dan

penguasaan terhadap ancak oleh pemanen tinggi sehingga lebih mudah mencari

solusi jika menemukan kesulitan kerja. Kekurangannya adalah pelaksanaan panen

buah tidak mengacu pada banyak atau sedikitnya buah karena luas ancak telah

tertentu, peran mandor lebih kecil, distribusi buah menyebar karena kekuatan

karyawan berbeda, transport kurang efektif karena buah lambat keluar dan kurang

sesuai pada ancak yang produksinya belum merata.

2.3.4. Pelaksanaan Panen

Menurut Fauzi et all. (2010), ada tiga cara panen yang dilakukan oleh

perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang didasarkan pada tinggi

tanaman. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m dilakukan cara panen jongkok

menggunakan alat dodos, sementara itu untuk tanaman yang tingginya sudah

mencapai 5-10 m panen dilakukan dengan cara berdiri dan menggunakan alat

panen kampak, sedangkan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m alat

panen yang digunakan adalah egrek bergagang panjang.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan panen adalah

sebagai berikut :

1. Persiapan peralatan panen. Peralatan harus tersedia lengkap, alat-alat yang

berfungsi sebagai pemotong seperti dodos atau egrek harus selalu tajam.

Untuk itu batu asah harus selalu tersedia oleh pemanen, keranjang atau goni

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 20


plastik untuk tempat brondolan harus dijaga dan dipelihara agar dalam

kondisi baik.

2. Pemanen memeriksa areal atau ancak yang akan dipanen, menentukan

tandan-tandan yang akan dipanen dengan menggunakan kriteria dua buah

brondolan untuk setiap satu kg tandan.

3. Memangkas daun yang terletak di bawah tandan yang akan dipanen. Daun

dipotong menjadi 3 bagian dan diletakkan diantara barisan tanaman

sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran pengangkutan

tandan ke tempat pengumpulan hasil (TPH).

4. Pemanenan TBS dengan cara memotong tangkainya, kemudian tangkai

tandan dipotong mepet menjadi sependek mungkin berbentuk huruf V. Buah-

buah yang jatuh dan terselip pada ketiak-ketiak daun diambil dan

dikumpulkan dalam karung goni (Evizal, 2014).

2.3.5. Pasca Panen

Pasca panen merupakan pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari

masing-masing pohon yang telah dipanen ke tempat pengumpulan hasil (TPH)

dan dari TPH ke pabrik pengolahan kelapa sawit (PPKS atau PKS). Pengangkutan

dari pohon ke TPH merupakan tugas pemanen atau tim pemanen, sedangkan

pengangkutan dari TPH ke pabrik dilakukan oleh petugas transport (Sunarko,

2014).

Menurut Lubis dan Widanarko (2011), proses pengangkutan menjadi

penting karena akan berpengaruh terhadap rendemen maupun kualitas minyak

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 21


kelapa sawit yang akan diperoleh. Pada prinsipnya, pengangkutan yang benar

ialah pengangkutan TBS yang dilakukan secara cermat dan tepat waktu.

Pengangkutan tandan ke TPH dapat dilaksanakan secara sederhana, yaitu

tandan dipikul dari pohon tempat panen ke TPH, sedangkan brondolan

menggunakan karung goni. Bila kondisi jalan memungkinkan dapat digunakan

sarana angkut seperti gerobak, hal ini akan memperingan pelaksanaan

pengangkutan ke TPH (Evizal, 2014).

Pengangkutan buah dari TPH ke PKS menggunakan truk. Keberadaan

PKS dalam suatu areal kebun menjadi sangat penting untuk menjaga mutu kelapa

sawit. Dengan demikian TBS tidak terlalu lama dalam perjalanan dan biaya

pengiriman ke PKS tidak terlalu besar, penyimpanan yang terlalu lama (lebih dari

satu hari) di TPH jelas akan mengurangi rendemen kelapa sawit (Sukamto, 2008).

Lubis dan Widanarko (2011), berpendapat bahwa untuk kebun yang telah

memiliki PKS buah diletakkan di landasan beton yang kokoh dan berbentuk

miring yang diberi pembatas untuk pengaman truk yang akan merapat atau

bangsal yang dirancang khusus sebagai persiapan untuk proses awal pengolahan

buah kelapa sawit. Pada bagian-bagian tertentu diberi atap atau penaung sebagai

penahan curahan air hujan.

2.4. Manajemen Panen dan Pasca Panen

Menurut Risza (2010), manajemen perkebunan merupakan ilmu dan seni

mengelola sumber daya manusia, sumber daya alam, keuangan, material, mesin,

pemasaran, metode, waktu dan informasi secara efisien atau efektif agar memberi

hasil yang maksimum. Berbicara manajemen berarti setiap unsur-unsur atau

faktor-faktor manajemen harus direncanakan, diorganisir, diarahkan /digerakkan,

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 22


serta dikontrol secara profesional dan terpadu sehingga tercapai tujuan yang

ditetapkan.

1. Fungsi perencanaan (Planning)

Seorang pimpinan harus mampu membuat rencana yang menyangkut

tugasnya untuk mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi dan

memformulasikan keputusan-keputusan yang mendasar. Fungsi ini meliputi

kegiatan membuat program kerja, sasaran, jadwal, waktu, anggaran, prosedur dan

kebijakan (Risza, 2010).

Perencanaan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum

TBM dimutasikan menjadi TM. Perencanaan panen dan pasca panen yang baik

akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal

mungkin. Hal-hal yang perlu dalam perencanaan panen dan pasca panen yaitu

persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga kerja panen dan pasca panen,

pembagian seksi panen dan penyediaan alat-alat kerja untuk panen dan pasca

panen (Pahan, 2010).

2. Fungsi organisasi (Organization)

Menurut Risza (2010), pimpinan harus mampu menempatkan dan

mengatur tugas-tugas pokok setiap lini organisasi secara efektif, efisien dan

produktif. Fungsi ini meliputi kegiatan pengembangan struktur organisasi,

pendelegasian wewenang dan tanggung jawab serta penciptaan iklim kerja sama.

Organisasi potong buah harus disusun sedemikian rupa sehingga blok

yang akan dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar).

Selain itu, juga harus dihindari adanya potongan-potongan ancak panen agar satu

seksi selesai pada satu hari yang bertujuan untuk mempermudah kontrol

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 23


pekerjaan, meningkatkan output karyawan panen, meningkatkan efisiensi

transportasi buah, dan memudahkan pengaturan keamanan produksi. (Pahan,

2010).

3. Fungsi pelaksanaan (Actuating)

Pimpinan harus mampu menggerakkan dan mengarahkan seluruh aspek

manajemen yang meliputi kepiawaian dalam mengelola sumber daya manusia

secara optimum termasuk kemampuan teknis dalam mengoperasionalkan unsur-

unsur manajemen. Fungsi ini meliputi kegiatan, pemecahan masalah/ pengambilan

keputusan, komunikasi, memotivasi bawahan, seleksi tenaga kerja dan

pengembangan sumber daya manusia (Risza, 2010).

Menurut Pahan (2010), adapun urutan panen dan pasca panen yang

dilakukan sebagai berikut :

Pada tanaman tua, potong semua pelepah songgo terutama yang pakai egrek,

sementara tanaman yang muda pemotongan buah harus dilakukan tanpa

memotong pelepah (curi buah). Usahakan agar jangan ada pelepah sengkleh.

Potong janjang masak tersebut setelah itu gagang buah dipotong rapat tetapi

jangan sampai terkena tandan.

Korek atau sogrok semua brondolan yang tersangkut/terselip di ketiak pelepah.

Susun pelepah di gawangan mati/rumpukan dengan baik dan rapi.

Kutip/kumpulkan brondolan yang bebas dari sampah-sampah dan batu

kemudian masukkan ke dalam karung goni.

Semua buah dan brondolan di angkut ke TPH, buah disusun rapi kemudian

diberi nomor pemanen.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 24


Kerani buah secepatnya memeriksa dan menerima buah, buah yang diterima

kerani harus diberi tanda (cap).

Buah dimuat ke atas mobil dan segera diangkut ke pabrik kelapa sawit.

4. Fungsi pengawasan (Controlling)

Risza (2010), berpendapat bahwa seorang pimpinan harus mampu

mengadakan pengawasan kuantitas, waktu dan biaya terhadap pekerjaan yang

sedang berlangsung maupun pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. Fungsi ini

meliputi kegiatan, menetapkan standar kerja, mengukur prestasi kerja, mengoreksi

hasil kerja dan memprediksi prestasi kerja yang akan datang.

Staf kebun (asisten), mandor panen dan kerani buah secara rutin tiap hari

kerja melakukan pengawasan dan pemeriksaan panen (Pahan, 2010). Adapun

tugas pengawasan masing-masing personil sebagai berikut :

A. Staf kebun (Asisten)

Pada setiap hari kerja wajib memeriksa hasil kerja 10 pemanen meliputi

pemeriksaan mutu buah di TPH dan kualitas ancak panen-nya minimum

masing-masing 1 TPH.

Pemeriksaan mutu buah dan ancak mencakup hal berikut : kematangan

buah menurut kriteria yang berlaku, susunan TBS, tumpukan brondolan di

TPH, kebersihan brondolan, rumpukan pelepah, pelepah sengkleh, buah

masak tidak dipanen, brondolan tidak dikutip dan buah mentah yang

diperam.

Di kebun sawit yang paling berperan dan bertanggung jawab dan

berpengaruh terhadap besar kecilnya losses produksi ialah asisten afdeling.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 25


Oleh karena itu, pemeriksaan kualitas panen dan kualitas buah harus

dilakukan karena kesadaran diri, bukan karena perintah atasan atau

sekedar mengikuti prosedur.

B. Pengawasan oleh mandor panen

Menentukan ancak untuk setiap pemanen pada pagi hari sambil

mengabsensi pemanen dan pemanen yang datang terlambat gunanya

sebagai alat kontrol.

Aktif mengawasi pekerja potong buah sehingga semua buah matang

dipanen dan tidak ada buah mentah.

Memastikan buah yang dipanen diangkut ke TPH, tidak ada yang

tertinggal di piringan atau di pasar rintis.

Gagang buah harus dipotong rapat oleh pemanen, tetapi tidak mengenai

buah.

Buah mentah yang terlanjur dipanen tidak dibenarkan untuk ditinggal di

dalam blok atau diperam.

Memastikan semua brondolan dikutip.

Memeriksa buku kerani buah untuk melihat output pemanen, terutama

yang tidak siap borong.

Menghitung kerapatan buah untuk hari panen keesokannya dan mengisi

administrasi taksasi potong buah di kantor afdeling segera setelah pulang

dari ancak.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 26


C. Pengawasan oleh kerani buah

Setiap janjang di TPH harus dihitung dan diperiksa kualitasnya.

Semua TBS yang telah diperiksa dan diterima dicap pada gagang-nya,

buah mentah harus didenda tetapi tidak dihitung sebagai pendapatan.

Kerani buah hanya boleh menerima TBS yang di antrikan di TPH yang

resmi (ada nomor TPH nya).

Kerani buah mencatat setiap tumpukan TBS dari masing-masing tukang

potong buah pada kolom yang terpisah antar buah matang, buah mentah

dan buah busuk.

Hasil pemeriksaan kerani buah harus dicocokkan setiap sore harinya

(dicek kebenarannya) dengan hasil pemeriksaan asisten untuk mencegah

kemungkinan penyelewengan.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 27


III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan Laporan Tugas Akhir ini dilaksanakan di Di PT. Agra

Masang Perkasa-1 (AMP-1) Plantation, kabupaten Agam, Sumatera Barat yang

dimulai pada tanggal 13 April 2015 sampai dengan 13 Juni 2015.

3.2. Metode Pelaksanaan

1. Bekerja

Setiap kegiatan panen dan pasca panen yang telah disepakati oleh

pembimbing lapangan diutamakan dapat dikerjakan oleh mahasiswa serta

ditentukan prestasi kerjanya. Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat

dilakukan dengan bergabung bersama karyawan setempat atau tersendiri sesuai

dengan kondisi di perusahaan serta atas persetujuan/perintah dari Pembimbing

Lapang.

2. Diskusi

Kegiatan diskusi dilakukan khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang tidak

dilaksanakan di perusahaan PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) pada saat

pelaksanaan Laporan Tugas Akhir ini atau kegiatan-kegiatan lain yang dianggap

perlu oleh Pembimbing Lapang untuk di diskusikan.

3. Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan apabila sesuai dengan kondisi dan

pertimbangan Pembimbing Lapang suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh

mahasiswa mengingat faktor keselamatan, ketersediaan alat dan sebagainya.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 28


4. Pengumpulan data.

Kegiatan pengumpulan data sangat diperlukan bagi mahasiswa sebagai

bahan dalam penyusunan laporan seperti data primer diantaranya data kebutuhan

alat dan bahan beserta harganya, data tenaga kerja, data kegiatan pemeliharaan,

data produksi, data keadaan iklim dan data sekunder yang dianggap perlu.

3.3. Pengumpulan Data dan Informasi

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan ke lapangan

(observasi) dan juga tanya jawab langsung dengan kepala fashe, asisten perawatan

dan panen , mandor dan karyawan serta pihak yang terkait dalam membantu

pengumpulan data untuk pembuatan laporan ini. Kemudian hal-hal lain yang

berhubungan dengan perusahaan serta data yang berasal dari PT. Agra Masang

Perkasa-1 (AMP-1) dalam bentuk buku panduan dan penunjang.

b. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari buku-buku penunjang seperti

Standar Operasional Prosedur (SOP) dan literatur lain yang berhubungan dengan

tanaman kelapa sawit. Informasi yang dikumpulkan diantaranya berupa gambaran

umum perusahaan mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan,

standar tenaga kerja perusahaan dan rekapitulasi curah hujan.

3.4. Analisis Data dan Informasi

Analisa data yang dilakukan menyangkut aspek manajemen, aspek teknis

di lapangan serta aspek finansial. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah,

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 29


setelah itu dianalisa dengan cara diskusi dengan pembimbing lapang maupun hasil

pengamatan yang terdapat di lapangan dan buku-buku panduan.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 30


IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Letak Geografis

Tugas Akhir ini dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) yang

termasuk dalam kelompok Wilmar Group, Desa Tapian Kandis, Kecamatan

Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

4.2 Keadaan Iklim dan Tanah

4.2.1 Keadaan Iklim

Adapun data curah hujan 5 tahun terakhir (2010 - 2015) di PT. AMP-1.

Tabel 2. Data curah hujan dan hari hujan 5 tahun terakhir di PT. Agra Masang
Perkasa-1 (AMP-1)
Curah Hujan 5 Tahun Terakhir (2010 - 2015)
Curah Hujan Hari Hujan
Bulan
Total CH Rata-rata Total HH Rata-rata
CH HH
Jan 688 137,6 75 15
Feb 490 98 45 9
Mar 735 147 75 15
Apr 988 197.6 90 18
Mei 867 173.4 95 19
Juni 472 94.4 70 14
Juli 389 77.8 55 11
Ags 467 93.4 65 13
Sep 597 119.4 85 17
Okt 580 116 115 23
Nov 598 119.6 120 24
Des 743 148.6 80 16
Total 7.605 1.521 970 194
Rerata 1.521 194

4.2.2 Keadaan Tanah

Jenis tanah di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) yang termasuk dalam

kelompok Wilmar Group adalah Aluvial dan Organosol.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 31


4.3 Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) adalah salah satu perusahaan Swasta

Nasional. PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) berdiri 5 April 1994. PT. AMP

Plantation mempunyai luas kebun 9.226,42 Ha sesuai dengan SK HGU dari

Mentri Negara Agraria/Ka BPN Pusat dengan SK HGU Nomor: 102/HGU/BPN-

1997, SK HGU Nomor: 13/HGU/PBN-2000, Nomor: 29/HGU/BPN99/A/21 dan

Nomor 14-540. 1-23-2004. Yang dilengkapi dengan Sertifikat HGU Nomor:

09 Tanggal 29 Oktober 1997, Nomor: 10 Tanggal 29 Oktober 1997, Nomor:

15 Tanggal 23 Agustus 2000, Nomor: 11, Tanggal 31 Maret 2004, Nomor:

12 Tanggal Maret 2004, Nomor 01 Tanggal Maret 2004, dengan luas tertanam

7.362 Ha. Dan insfratruktur 1.435 Ha dengan total luas lahan keseluruhan 8.797

Ha.

PT. AMP Plantation memiliki pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di

atas tanah seluas 200.900 M2 yang berlokasi di Jorong Tapian Kandis Kecamatan

Palembayan Kabupaten Agam Sumatera Barat dengan SK Bupati Agam Nomor:

125/IMB/BA/1994 tertanggal 22 Desember 1994 dan Nomor: 11/IMB/2005

Tanggal 13 September 2005. Kapasitas PKS PT. AMP Plantation 80 Ton/jam.

PKS PT. AMP Plantation beroperasi sejak Bulan September 1996 untuk

pengolahan Buah Kelapa Sawit (CPO) dan dikembangkan untuk pengolahan inti

sawit dengan istilah Lain Kernel Crushing Plant (KCP) yang menghasilkan Palm

Kernel Oil (PKO) pada tahun 2005. Tata letak lahan pada AMP-1 adalah:

Perumahan staff : 5 Ha

Perumhan Karyawan, Mesjid, TK : 6 Ha

Kantor : 2 Ha

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 32


Gudang, Bengkel : 1,5 Ha

Perumahan Plasma : 2 Ha

Klinik, Gudang Master : 1,5 Ha


18 Ha

4.4 Keadaan Tanaman dan Produksi

Luas areal yang dikelola Kebun Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) adalah

1.964,9 Ha yang terdiri dari 12 Ha areal pembibitan, 618,84 Ha areal TBM dan

1.334,06 Ha areal TM.

Unit Kebun Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) ini terdiri dari 2 Phase yang

masing-masing luasnya yaitu:

Phase I : 618,84 Ha (tahun tanam 2013, 2014, 2015)

Phase II : 1.334,06 Ha (tahun tanam 1995, 1996, 1997)

Pada kebun ini dipimpin oleh seorang Manager/Pimpinan, setiap Phase

dipimpin oleh Kaphase yang dibantu oleh Asisten dan Mandor.

4.5. Manajemen Perusahaan

4.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan Dan Ketenagakerjaan

Jumlah karyawan kebun Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) adalah

sebanyak 2000.

4.5.2. Uraian Struktur Organisasi

1. Pimpinan Unit

a. Tugas Pokok

Memimpin satu unit aktifitas kebun seluas 2.000 - 4.000 Ha dengan

melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengorganisasian serta

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 33


melakukan evaluasi dan analisa hasil kerja baik operasional lapangan maupun

administrasi keuangan/pembukuan serta fungsi pelaporan manajemen sistem

manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya.

b. Tanggung Jawab

Merencanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan,

produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam

mewujudkan produktifitas kerja maksimal.

Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari

kerja yang berulang.

Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan

untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.

Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan

hasilnya ke atasan.

2. Ka. Phase

a. Tugas Pokok

Memimpin satu phase aktifitas kebun seluas 1.000-1.500 Ha dengan

melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengorganisasian serta

melakukan evaluasi dan analisa hasil kerja baik operasional lapangan maupun

administrasi untuk peningkatan produktifitas kerja sesuai dengan sistem

manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 34


b. Tanggung Jawab

Merencanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan,

produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam

mewujudkan produktifitas kerja maksimal.

Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari

kerja yang berulang.

Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan

untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.

Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan

hasilnya ke atasan.

Melakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai

upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.

Detail job description ditetapkan oleh atasan/ pimpinan sesuai dengan

struktur organisasi perusahaan

3. Field Conductor

a. Tugas Pokok

Bertugas dan bertanggung jawab serta memiliki wewenang dalam seluruh

kegiatan pengelolaan kebuan seluas 500 ha dan membantu Officer dan Adm

sesuai petunjuk teknis yang dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan

RSPO serta sistem manajemen lainnya

b. Tanggung Jawab

Melaksanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan,

produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam

mewujudkan produktifitas kerja maksimal.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 35


Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari

kerja yang berulang.

Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan

untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.

Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan

hasilnya ke atasan.

Melakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai

upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.

Detail job description ditetapkan oleh atasan/ pimpinan sesuai dengan

struktur organisasi perusahaan

4. Mandor

a. Tugas Pokok

Bertanggung jawab terhadap pengawasan secara efisien terhadap gang-nya

dalam hal tugas yang berhubungan dengan pembibitan, pembukaan lahan,

penanaman, perawatan kebun dan panen dengan sistem manajemen mutu dan

lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya.

b. Tanggung Jawab

Melakukan implementasi program kerja yang telah disepakati berdasarkan

pada keadaan fisik, waktu, mutu, dan efisiensi.

Melakukan pengawasan terhadap Karyawan panen untuk tercapainya

target sesuai dengan standar dengan menggunakan sumber daya manusia

dan fisik secara efektif.

Memimpin Karyawan panen dan memelihara hubungan kerja dan

semangat tim didalam Phase-nya ataupun dengan gang yang lain.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 36


Membuat laporan ke asisten berdasarkan pada produksi, produktifitas dan

parameter lainnya sesuai dengan kesepakatan.

Memberikan pelatihan dan pengembngan terhadap anak buahnya didalam

Karyawan panen.

Memastikan bahwa tenaga kerja mempunyai peralatan kerja yang sesuai

standar untuk mempermudah pelaksanaan tugasnya.

Memastikan bahwa Karyawan panen menjalankan tugasnya mengacu pada

kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku tentang lingkungan.

Memastikan bahwa Karyawan panen menjalankan tugasnya mengacu pada

kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku tentang kesehatan dan

keselamatan.

Melakukan pengembangan dan pemeliharaan secara terbuka terhadap

hubungan masyarakat sekitar.

5. Pemanen

a. Tugas Pokok

Memotong TBS yang masak dan mengutip brondolan yang tercecer mulai

dari pokok, piringan, pasar pikul sampai ke TPH dengan susuna yang rapi,

menyusun pelepah yang dipotong pada tempat yang ditetapkan dengan sistem

manjemen mutu dan lingkungan serta sistem manajemen sistem lainnya.

b. Tanggung Jawab

Memanen buah masak.

Memotong tangkai tandan semepet mungkin.

Tidak meninggalkan buah masak di pokok.

Pemanen bertanggung jawab dengan pruning.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 37


Pelepah disusun di gawang mati leter U.

Tidak ada pelepah gantung.

Tidak meninggalkan brondolan di pokok, piringan, dan pasar pikul.

Brondolan harus bersih dari sampah, pasir, batu dan kotoran

4.5.3. Fasilitas Dan Kesejahteraan Karyawan

A. Sistem Penggajian/upah

Pada dasarnya ada dua sistem penggajian yang bisa digunakan, dimana

tergantung pada masing masing sifat pekerjaan, kondisi medan kerja kualitas

mental dari tenaga kerja yaitu :

a) Sistem harian tetap, dipilih jika hasil kerja per hari dapat diukur dengan pasti

dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang bagus.

b) Sistem borongan, dipilih jika hasil kerja per hari tidak dapat diukur pasti dan

tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang rendah.

Sedangkan untuk kriteria pembayaran komponen upah karyawan harian

lepas dan borongan adalah sebagai berikut :

Upah Karyawan Penyemprotan dalam 1 hari kerja adalah Rp. 64.600

Upah pemanen adalah ditentukan harga per tandan

Upah knek/tukang muat 7.000/ton

Tidak dibayar jika tidak bekerja baik pada hari kerja maupun hari libur.

B. Fasilitas Umum Dan Khusus

Fasilitas umum yang diberikan kepada semua Karyawan berupa air,

rumah, listrik, mesjid, klinik, sekolah, bus untuk transportasi anak sekolah dan

sarana olah raga. Fasilitas khusus diberikan kepada staff berupa motor untuk

Asisten dan Kaphase dan mobil untuk Pimpinan/Manager.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 38


C. Cuti

Karyawan yang sudah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus menerus,

berhak atas istirahat tahunan/cuti selama 12 (dua belas) hari kerja.

1. Hak cuti/istirahat tahunan mulai timbul/ada, jika karyawan telah bekerja

terlebih dahulu selama 12 (dua belas) bulan terus menerus dan untuk itu

perusahaan wajib menyampaikan mulai berlakunya hak cuti kepada

karyawan.

2. Jatuhnya hak cuti tahunan bertepatan dengan tanggal masuk/mulai bekerjanya

pekerja pada perusahaan.

3. Pekerja yang akan mengambil hak cuti tahunan tersebut harus mengajukan

permohnan terlebih dahuu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum

melaksanakan cuti, kecuali dalam hal mendesak.

4. Pelaksanaan cuti dapat dilaksanakan setelah ada persetujuan dari pimpinan

perusahaan.

5. Bagi pekerja yang memperpanjang cutinya tanpa pemberitahuan dan seizin

perusahaan atau tanpa berita dianggap mangkir, kecuali dalam hal-hal yang

mendesak dan nyang bersangkutan harus dapat menunjukkan bukti-bukti atau

alasan-alasan yang tepat.

6. Pekerja yang menjalani cuti dan tidak kembali bekerja setelah lewat 5 (lima)

hari berturut-turut dari cutinya berakhir tanpa berita, dianggap mengundurkan

diri.

7. Istirahat/cuti tahunan pada dasarnya harus dijalani secara keseluruhan dan

dapat dipecah dalam beberapa bagian, namun mengingat kepentingan kedua

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 39


belah pihak cuti tahunan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang salah

satu bagiannya paling sedikit 6 (enam) hari.

8. Selama melaksanakan cuti maka, gaji/upah dibayar penuh.

9. Perusahaan dapat menunda permohonan cuti dengan alasan kepentingan kerja

yang ada. Penundaan yang dimaksud diberitahukan kepada karyawan secara

tertulis dalam waktu 3 (tiga) hari seteah permohonan cuti diterima.

10. Hak cuti tidak dapat diganti dalam bentuk uang.

11. Hak atas istirahat/cuti tahunan gugur bilamana dalam waktu 12 (dua belas)

bulan setelah lahirnya hak cuti tahunan itu pekerja ternyata tidak

mempergunakan haknya bukan karena alasan-alasan yang diberikan oleh

pengusaha atau karena alasan-alasan tertentu yang disampaikan oleh pekerja

kepada pengusaha.

12. Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada

pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya

(undang - undang ketenagakerjaan Nomor: 13 tahun 2003 pasal 80).

4.5.4. Keselamatan Kerja

1. Tiap karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya sendiri dan wajib

memakai peralatan/perlengkapan keselamatan kerja yang telah disiapakan

perusahaan, serta wajib mematuhi atau mengikuti dan melaksanakan

ketentuan serta syarat-syarat keselamatan dan perlindungan kerja yang

berlaku.

2. Peralatan dan perlengkapan kerja diberikan berdasarkan sifat dan jenis

pekerjaan dari karyawan yang bersangkutan sesuai ketentuan yang

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 40


dimaksud dalam program sistem manajemen kesehatan dan keselamatan

kerja dan mempertimbangkan kemampuan perusahaan.

3. Apabila karyawan melihat atau menemukan hal-hal yang dapat

menimbulkan bahaya/mengganggu kesehatan dan keamanan kerja, maka

karyawan wajib melaporkan ke pimpinan

4. Alat pelindung diri (APD) pada kegiatan penyemprotan gulma seperti

Apron, Masker, sarung tangan, dan sepatu boot.

5. Alat pelindung diri (APD) pada kegiatan panen seperti sepatu boot, helm,

dan kaca mata.

4.5.5. Prekrutan, Mutasi, Promosi, dan Transfer Karyawan

Perekrutan pekerja pada PT. Agra Masang Perkasa-1 saat ini dengan cara

melihat dan mengambil lamaran kerja yang masuk ke kantor pusat.

Mutasi, pemindahan Karyawan pada PT. Agra Masang Perkasa-1 semuanya

atas keputusan dan penilaian Manajemen pusat/Kantor pusat.

Promosi Karyawan pada PT. Agra Masang Perkasa-1 semuanya atas

keputusan dan penilaian Manajemen pusat/Kantor pusat.

Transfer Karyawan tidak ada dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa-1 ini.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 41


4.6. Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen Perusahaan

4.6.1. Planning/Perencanaan

Perencanaan disusun sebelum kegiatan di lapangan dilaksanakan, hal ini

berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan panen dan pasca panen

yang akan dilaksanakan. Perencanaan disusun dalam beberapa bagian berikut :

a. Melakukan sensus 4 bulan dan melakukan perencanaan awal dalam kegiatan

panen dan pasca panen untuk menentukan perencanaan berikutnya selama

empat bulan kemudian.

b. Rencana Kerja Harian (RKH) merupakan perencanaan panen yang dilakukan

untuk melihat blok rotasi yang akan dipanen selanjutnya dan merencanakan

jumlah tenaga kerja panen, jumlah tenaga kerja pemuat dan jumlah alat angkut

yang akan digunakan atau biaya yang dikeluarkan.

c. Budget per bulan merupakan hasil perkiraan produksi TBS yang akan dicapai

dalam satu bulan. Budget per bulan dijabarkan ke dalam perkiraan jumlah

tonase per hari.

d. Budget per tahun merupakan hasil perkiraan produksi TBS yang akan dicapai

dalam satu tahun yang dijabarkan ke dalam budget per bulan.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 42


4.6.2. Organization/Organisasi

Struktur organisasi panen dan pasca panen :


Divisional Manager
(EM)

Kepala Phase

Asisten Panen

` Mandor Transfort
Mandor Panen

Kerani Panen

Uraian tanggung jawab untuk setiap jabatan :

1. Estate Manager (EM)

Mengawasi dan memastikan pelaksanaan panen sesuai dengan rencana

kerja operasional kebun.

Memastikan semua buah yang sudah dipanen dapat diproses di pabrik

pada hari yang sama.

Menjaga kualitas mutu buah dan hancak panen.

2. Kepala Phase (Kaphase)

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan panen di lapangan telah berjalan sesuai

prosedur dan rencana kerja operasional ditingkat pashe.

Melakukan monitoring dan cross check terhadap kualitas mutu buah dan

hancak panen.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 43


3. Asisten Panen

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan panen ditingkat pashe

Melakukan monitoring terhadap kualitas mutu buah dan ancak panen.

Memastikan ketersediaan peralatan panen dan alat pelindung diri bagi

tenaga panen.

Membuat rencana panen dan mengatur kegiatan panen setiap hari.

Membina tenaga panen dengan keterampilan dan mental yang baik.

Menentukan jumlah tenaga pemanen yang bekerja dengan cara

membagikan luas keseluruhan blok yang akan dipanen kemudian dibagi

15 dan ditambah 10% sebagai tenaga pemanen cadangan.

Mengawasi pelaksanaan panen dan memeriksa hasilnya setiap hari

Mempunyai wewenang untuk menegur bawahannya langsung di lapangan

Melaporkan hasil panen ke pada kepala fashe

4. Mandor Panen

Mengawasi pelaksanaan panen yang dilakukan oleh tenaga pemanen

sesuai dengan ketentuan dan prosedur kerja.

Melakukan monitoring dan cross check terhadap kualitas mutu buah dan

ancak panen.

Memastikan seluruh tenaga panen membawa peralatan-nya dan alat

pelindung diri.

Mengatur pembagian ancak pemanen di lapangan

Bertanggungjawab terhadap karyawan panen untuk menyelesaikan


masing-masing ancak panen

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 44


5. Kerani Panen

Mencatat Buah yang sudah dipanen dimasing-masing ancak tersusun di

TPH dengan mengisi Oil Palm Harvesting (OPH) yang selanjutnya OPH

berwarna putih ditinggalkan di TPH untuk truck pengangkut, OPH

berwarna merah muda diantarkan ke kantor fhase dan OPH yang berwarna

kuning sebagai pertinggal untuk kerani panen sebagai bukti jika ada

pendataan kembali mengenai panen.

6. Mandor Transport

Menentukan berapa jumlah truk yang akan dibutuhkan dilokasi panen

untuk mengangkut TBS. Maksimal muatan 1 buah truck yaitu 6 ton TBS

dan pengiriman TBS ke pabrik dibutuhkan dua kali trip per hari, maka

total TBS yang diangkut ke pabrik sebanyak 12 ton/hari. Dari penjelasan

tersebut dapat ditentukan jumlah truck yang dibutuhkan yaitu dengan cara

sebagai berikut :

Memastikan tidak ada buah yang berserakan atau tertinggal di TPH.

Membuat surat pengantar buah berdasarkan blok yang dipanen.

7. Karyawan panen

Mengikuti master pagi oleh asisten harvesting

Memotong pelepah songgo tepat dibawah tandan buah sawit masak dan

menyusunnya digawangan mati

Memanen buah yang sudah termasuk kriteria buah masak

Mengangkut buah ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)

Memastikan buah tidak ada yang tertinggal dilapangan

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 45


Memotong tangkai buah yang panjang berbentuk V (Cangkem Kodok)

Membuang pelepah ke gawangan mati

Memastikan tidak ada buah masak yang tidak dipanen

Mengutip brondolan dan mengumpulkan di TPH

Bertanggung jawab dengan hancak masing-masing pemanen

4.6.3. Actuating/Pelaksanaan

Adapun teknik pengerjaan panen dan pasca panen yang dilakukan di PT.

Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1), terutama di phase 2A yaitu :

1. Pagi hari jam 05.30 wib Asisten panen dan Kepala phase memberikan arahan

kerja pada mandor panen dan kerani buah melalui master pagi.

2. Setelah mendapatkan arahan dari Asisten dan Kaphase, mandor panen dan

kerani buah menuju ke lapangan untuk memberikan instruksi kerja pada

pekerja panen dan pemuat pada jam 06.30 wib.

3. Jam 06.30 wib pekerja panen langsung menuju hancak panen masing-masing

untuk melakukan pekerjaannya dengan memerhatikan aturan panen.

4. Pekerjaan pemanen meliputi memperhatikan buah matang panen sesuai kriteria

panen, melakukan pemotongan pelepah songgoh, pemotongan tandan buah,

menyusun pelepah di gawangan mati, pengangkutan buah dan brondolan ke

TPH, buah disusun rapi di TPH dengan gagang buah menghadap ke jalan

sedangkan brondolan disebelah-nya serta memberi tanda nomor potong pada

tandan buah.

5. Buah yang telah terkumpul di TPH dilakukan grading dan perhitungan buah

yang dilakukan oleh kerani buah.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 46


6. Buah yang telah di grading dan dihitung dimuat ke atas truk untuk dibawa ke

pabrik kelapa sawit (PKS).

7. Sebelum memasuki loading ramp pabrik truck beserta buah ditimbang.

8. Buah yang telah ditimbang di bawa ke loading ramp untuk di tempatkan,

sebelum kembali ke lapangan truck ditimbang kosong.

9. Buah yang terkumpul di peron dilakukan sortasi oleh petugas sortasi buah di

pabrik.

Rotasi panen yang dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1)

yaitu 10 hari. Alat keselamatan kerja yang digunakan dalam pekerjaan panen dan

pasca panen diantaranya yaitu sepatu boot, sarung tangan dan helm.

4.6.4. Controlling/Pengawasan

Pengawasan kuantitas yang dilaksanakan yaitu perhitungan buah yang

dilakukan oleh kerani buah harus benar dan tepat, melakukan perhitungan tandan

dan memperediksi berat TBS yang akan dikirim ke pabrik dengan BJR rata-rata,

mandor transport memastikan buah sampai ke PKS dengan jumlah yang benar,

kerani melakukan perhitungan berat janjang rata-rata tiap blok yang di panen

secara up to date, kerani memastikan buah tidak ada yang restan, mandor panen

memastikan agar buah tidak ada yang tertinggal di pokok, mandor transport

memastikan tidak ada buah yang tertinggal di TPH. Mandor transport memberikan

OPH dari pabrik ke asisten panen berdasarkan jumlah tandan yang dikirim dan

jumlah berat atau tonase dan menghitung berapa harga TBS dengan menghitung

berdasarkan perhitungan harga TBS.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 47


Pengawasan kualitas (quality control) yang dilakukan dalam pelaksanaan

panen dan pasca panen diantaranya mandor memastikan buah matang dipanen

semua, brondolan dikutip bersih dan dimasukkan ke dalam karung goni dan buah

mentah 0 %, mandor memastikan buah yang dipanen merupakan fraksi 2 dengan

kriteria 2 brondolan per kilogram-nya, gagang TBS di potong rapat, TBS disusun

rapi di TPH, brondolan bebas dari sampah, tanah dan batu, pelepah disusun rapi di

gawangan mati, tidak dibenarkan pelepah sengkleh, kerani buah memastikan buah

yang dipanen di grading dengan baik dan benar.

Menghitung berapa harga TBS yang setiap hari dikirim berdasarkan blok

tanam untuk mendapatkan berapa harga TBS yang akan diberikan perusahaan

kepada pemanen dan menghitung berapa jumlah tandan masing-masing pemanen

untuk mendapatkan gaji tiap bulannya kepada pemanen.

Laporan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan 48

Anda mungkin juga menyukai