Anda di halaman 1dari 11

http://news.detik.

com/tokoh/407/0/prof-dr-hc-ing-dr-sc-mult-bacharuddin-jusuf-
habibie

PROFILE
Nama Asli Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ. Habibie)
Nama Panggilan Nama Populer BJ. Habibie Tempat/Tanggal Lahir Parepare, Sulawesi
Selatan, Indonesia, 25 Juni 1936

BIOGRAFI
Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal dengan nama BJ. Habibie merupakan Presiden
Republik Indonesia yang ketiga. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober
1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet
Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto. Sehingga, ia menggantikan Soeharto yang
mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998.

Pada pemilu 1999, jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih
sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR. Dengan demikian, ia menjabat selama 2
bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie
merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.

Sebelum menjadi Presiden, beliau pernah bekerja di Messerschmitt-Blkow-Blohm, sebuah


perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Puncak karier di perusahaan
tersebut sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi.

Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.
Kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai
Maret 1998.

Saat menjabat sebagai menteri, Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia).

Organisasi

Pendiri dan Ketua Dewan Pembina The Habibie Center

Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.1990 - 1998

Tanda Jasa/Kehormatannya :

Gelar Doktor Kehormatan (Doctor of Honoris Causa) dari Cranfield Institute of


Technology dan Chungbuk University
Ganesha Prajamanggala Bakti Kencana dari ITB

Theodore van Karman Award

Karya proyek pembuatan pesawat terbang :

VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31

Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130

Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif )

Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )

CN \u2013 235N-250

dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:

Helikopter BO-105

Multi Role Combat Aircraft (MRCA)

Beberapa proyek rudal dan satelit

Karya Habibie :

Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology


of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and
Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft fr Luft- und Raumfahrt 1986

Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter


beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen,
Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971

Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di


RWTH Aachen, 1965

Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal


of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd,
1990

Einfhrung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH,


1968
Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rifortschritts in
Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Blkow-Blohm
GmbH, 1970

Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der


Rifortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und
Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Blkow-Blohm GmbH,
1969

Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006


(memoir mengenai peristiwa tahun 1998)

Karier
Karier Politik Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar. (1993)

Karier Kerja Mantan Presiden Republik Indonesia ketiga (1998)

Karier Kerja Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung
(1967)

Karier Kerja Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap
sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) (1978)

Karier Kerja Wakil Presiden RI ke-7 (1998)

Karier Kerja Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat
Terbang di Messerschmitt-B\u00f6lkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965)

Karier Kerja Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang
komersial dan militer di MBB (1969)

Karier Kerja Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB (1973)

Karier Kerja Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978)

Karier Kerja Ketua Dewan Riset Nasional (0)

Karier Kerja Vice President sekaligus Senior Advicer di perusahaan high-tech Jerman
(0)

Karier Kerja Pendiri PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjadi industri
pesawat terbang pertama di Kawasan Asia Tenggara. Berganti naman menjadi Industri
Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) (1985)

Karier Kerja Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN (1976)
Karier Kerja Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero) (1978)

Karier Kerja Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip
Batam. (1978)

Karier Kerja Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (1980)

Karier Kerja Direktur Utama, PT Pindad (Persero) (1983)

Karier Kerja Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis. (1988)

Karier Kerja Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS. (1989)

Karier Kerja memimpin Divisi Advanced Technology Pertamina (1974)

Karier Kerja Penasehat Pemerintah Indonesia di Bidang Pengembangan Teknologi


dan Pesawat Terbang (1974)

http://id.wikipedia.org/wiki/Bacharuddin_Jusuf_Habibie

Prof. Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie FREng[1] (lahir di Parepare,


Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936; umur 78 tahun) adalah Presiden Republik
Indonesia yang ketiga. Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari
jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober
1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari
sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie
merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan
terpendek. Saat ini namanya diabadikan sebagai nama salah satu universitas di
Gorontalo, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo.[2]

Daftar isi
1 Keluarga dan pendidikan

2 Pekerjaan dan karier

3 Masa Kepresidenan

4 Masa Pascakepresidenan

5 Publikasi

o 5.1 Karya Habibie

o 5.2 Mengenai Habibie

6 Lihat pula

7 Referensi

8 Pranala luar

Keluarga dan pendidikan

Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul
Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Ayahnya yang berprofesi
sebagai ahli pertanian berasal dari etnis Gorontalo dan memiliki keturunan Bugis,
sedangkan ibunya beretnis Jawa. R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak
seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo
bertugas sebagai pemilik sekolah.[3]

B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan
dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal
Habibie.[4]

Ia pernah berilmu di SMAK Dago.[5] Ia belajar teknik mesin di Universitas


Indonesia Bandung (Sekarang Institut Teknologi Bandung) tahun 1954. Pada
1955-1965 ia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi
pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom
ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat
summa cum laude.

Pekerjaan dan karier

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Blkow-Blohm, sebuah perusahaan


penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak
karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia
kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto.
Habibie saat bertemu Helmut Kohl di Jerman.

Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun
1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998 - 20
Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei
1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto. Ia diangkat
menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa
jabatannya sebagai menteri.

Masa Kepresidenan

Pelantikan Presiden B.J. Habibie pada tanggal 21 Mei 1998

Foto Resmi Presiden B.J. Habibie 1998.


Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri
Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan
disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh
kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas
pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter
Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan
ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol
pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.

Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh


bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan
Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi
daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintegrasi yang
diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era
presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa
dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan
Yugoslavia.

Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam


kontroversi bagi masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap
pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketentuan
pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila Presiden mangkat, berhenti,
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti
oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Sedangkan pihak yang kontra
menganggap bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional.
Hal ini bertentangan dengan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan
bahwa "sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan
sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".

Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di bidang politik adalah:

Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga


banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai
politik

Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas


(mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden
Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman
karena dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994)

Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen

Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :

1. UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik

2. UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu


3. UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR

Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan


jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :

1. Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983


tentang Referendum

2. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978
tentang Pancasila sebagai azas tunggal

3. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978
tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan
Kebijakan di luar batas perundang-undangan

4. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden


dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.

12 Ketetapan MPR antara lain :

1. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan


dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai
haluan negara

2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih


dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme

3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden


dan wakil presiden Republik Indonesia

4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah

5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka


demokrasi ekonomi

6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)

7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap
MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR

8. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum

9. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum

10.Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN

11.Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang


khusus kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan
dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

12.Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan


dan Pengamalan Pancasila (P4)
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar
masih berkisar antara Rp 10.000 Rp 15.000. Namun pada akhir
pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai
tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan
pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai
menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi
perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi
Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui


pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara

Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah

Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp.


10.000,00

Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar


negeri

Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF

Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli


dan Persaingan yang Tidak Sehat

Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Menurut pihak oposisi, salah satu kesalahan terbesar yang ia lakukan saat
menjabat sebagai Presiden ialah memperbolehkan diadakannya referendum
provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste). Ia mengajukan hal yang cukup
menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga
Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari
Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30
Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian
warga negara Indonesia, namun di sisi lain membersihkan nama Indonesia yang
sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.

Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar
belakang Habibie semakin giat menjatuhkannya. Upaya ini akhirnya berhasil saat
Sidang Umum 1999, ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah
laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.

Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung


bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu banyak yang menilai
positif pemerintahan Habibie. Salah satu pandangan positif itu dikemukan oleh L.
Misbah Hidayat dalam bukunya Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif
Pemerintahan Tiga Presiden.[6]

Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie


dalam menjalankan agenda reformasi
memang tidak bisa dilepaskan dari
pengalaman hidupnya. Setiap keputusan
yang diambil didasarkan pada faktor-faktor
yang bisa diukur. Maka tidak heran tiap
kebijakan yang diambil kadangkala membuat
orang terkaget-kaget dan tidak mengerti.
Bahkan sebagian kalangan menganggap
Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola
kepemimpinan Habibie seperti itu dapat
dimaklumi mengingat latar belakang
pendidikannya sebagai doktor di bidang
konstruksi pesawat terbang. Berkaitan
dengan semangat demokratisasi, Habibie
telah melakukan perubahan dengan
membangun pemerintahan yang transparan
dan dialogis. Prinsip demokrasi juga
diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang
disertai penegakan hukum dan ditujukan
untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola
kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie
melakukan perubahan besar. Ia meningkatkan
koordinasi dan menghapus egosentisme
sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah
kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan
Habibie dalam menangani masalah bangsa. [7]
Untuk mengatasi persoalan ekonomi,
misalnya, ia mengangkat pengusaha menjadi
utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri
yang menanggung biayanya. Tugas tersebut
sangat penting, karena salah satu kelemahan
pemerintah adalah kurang menjelaskan
keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada
masyarakat internasional. Sementara itu pers,
khususnya pers asing, terkesan hanya
mengekspos berita-berita negatif tentang
Indonesia sehingga tidak seimbang dalam
pemberitaan.
Masa Pascakepresidenan
Setelah ia turun dari jabatannya sebagai presiden, ia lebih banyak tinggal di
Jerman daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang
Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasihat presiden untuk mengawal proses
demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center.

B.J. Habibie juga menjabat sebagai Komisaris Utama dari PT. Regio Aviasi
Industri, perusahaan perancang pesawat terbang R-80.[8]

Publikasi

Karya Habibie

Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and


Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian
Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft fr Luft-
und Raumfahrt 1986

Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen


unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden
Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-
Baden,11-13 Oktober 1971

Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe,


Disertasi di RWTH Aachen, 1965

Sophisticated technologies : taking root in developing countries,


International journal of technology management : IJTM. - Geneva-
Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990

Einfhrung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau


GmbH, 1968

Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rifortschritts in


Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-
Blkow-Blohm GmbH, 1970

Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der


Rifortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen
und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Blkow-
Blohm GmbH, 1969

Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi,


2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)

Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang
Ainun Habibie)

Pesawat N-250 Gatot Kaca.

Anda mungkin juga menyukai