PENDAHULUAN
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang
ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan
sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah
metode penelitian,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional,
empiris, dan sistematis.
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak
diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket,
wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan
salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.
Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka kita harus
mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian itu, sehingga data yang
kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.
Dan dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian
yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena instrumen
penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki
suatu masalah yang sedang diteliti. Instrumen itu alat, sehingga instrumen penelitian itu
merupakan alat yang digunakan dalam penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam
suatu penelitian guna membuktikan kebenaran atau menyanggah suatu hipotesa-hipotesa
tertentu.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.
Untuk memperoleh instrumen yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas
dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrumen. Menyusun
instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan
mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti. Oleh karena itu,
menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam prosedur penelitian yang tak dapat
dipisahkan antara yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk menjaga
1
kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang dibuat dalam
rangka pengujian terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat.
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan makalah ini akan diuraikan berbagai
hal terkait dengan metode pengumpulan data dan instrument penelitian.
1.3. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan
penulisan makalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan data dan informasi.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis data dan sumber data.
c. Untuk mengetahui metode pengumpulan data primer dan sekunder.
2
BAB II
ISI
3
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil
pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu melalui
wawancara, angket (kuisioner), dan observasi.
Wawancara juga dapat dibendakan menjadi wawancara terstruktur dan wawancara tidak
terstruktur.
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara bentuk ini sangat terkesan seperti interogasi karena sangat kaku, dan
pertukaran informasi antara peneliti dengan subyek yang diteliti sangat minim. Dalam
melakukan wawancara terstruktur, fungsi peneliti sebagian besar hanya mengajukan
pertanyaan dan subyek penelitian hanya bertugas menjawab pertanyaan saja. Terlihat adanya
garis yang tegas antara peneliti dengan subyek penelitian. Selama proses wawancara harus
sesuai dengan pedoman wawancara (guideline interview) yang telah dipersiapkan. Beberapa
ciri-ciri wawancara terstruktur adalah sebagai berikut:
4
wawancara. Peneliti hanya tinggal membacakan pertanyaan yang telah tertulis, sementara
subyek penelitian hanya tinggal menjawab sesuai dengan jawaban yang telah disediakan.
2. Kecepatan wawancara terkendali
Karena jumlah pertanyaan dan jumlah pilihan jawaban sudah tersedia,dan kemungkinan
jawaban yang akan diperoleh sudah dapat diperediksi, tentu saja waktu dan kecepatan
wawancara dapat terkendali dan telah diperhitungkan sebelumnya oleh peneliti. Peneliti dapat
melakukan simulasi terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara, dan mencatat waktu
yang dibutuhkan selama wawancara tersebut.
3. Tidak ada fleksibilitas (pertanyaan atau jawaban)
Fleksibilitas terhadap pertanyaan atau jawaban hampir tidak ada. Peneliti tidak perlu lagi
membuat pertanyaan lain dalam proses wawancara karena semua pertanyaan yang dibuat
sudah disimulasikan terlebih dahulu dan biasanya sudah fix ketika turun ke lapangan.
Begitu juga dengan jawaban.
4. Mengikuti Pedoman/Guideline Wawancara (dalam urutan pertanyaan, penggunaan kata
dan kalimat, pilihan jawaban dan tidak improvisasi)
Pedoman wawancara mencakup serangkaian pertanyaan beserta urutannya yang telah
diatur dan disesuaikan dengan alur pembicaraan. Tidak diperkenankan menggunakan Bahasa
atau kata-kata yang tidak tertulis dalam pedoman wawancara.
5. Tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu fenomena
Wawancara tersetruktur biasanya digunakan dalam rangka untuk mendapatkan penjelasan
saja dari suatu fenomena atau kejadian, dan bukan tujuan untuk memahami fenomena
tersebut. Karena alasan tersbut biasanya wawancara terstruktur lebih sering digunakan dalam
penelitian survey atau kuantitatif daripada penelitian kualitatif.
5
1. Pertanyaan yang diajukan bersifat sangat terbuka, jawaban subyek bersifat meluas dan
bervariasi
Peneleliti dapat berimprovisasi sebebas-bebasnya dalam bertanya dengan membentuk
pertanyaan yang sangat terbuka, hampir tidak ada pedoman yang digunakan sebagai kontrol.
Demikian pula pada halnya dengan jawaban dan subyek/interviewee, dapat sangat luas
bervariasi. Batasan pertanyaan pun tidak tegas sehingga sangat memungkinkan pembicaraan
akan meluas.
2. Kecepatan wawancara sulit diprediksi
Layaknya mengobrol santai, kecepatan waktu wawancara lebih sulit diprediksi karena
sangat tergantung dari alur pembicaraan yang kontrolnya sangat fleksibel. Akhir dari
wawancara tidak terstruktur juga terkadang tidak mendapatkan kesimpulan yang cukup jelas
dan mengrucut.
3. Sangat Fleksibel ( dalam hal pertanyaan maupun jawaban)
Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti/interviewer dan jawaban yang diperoleh dari
subyek penelitian/interviewee sangat fleksibel. Bahkan terkesan seperti ngobrol santai. Jika
peneliti yang memilih bentuk wawancara ini belum berpengalaman atau yang memiliki jam
terbang yang kurang, maka akan mengalami kedala dalam merumuskan tema serta menarik
kesimpulan wawancara. Maka dari itu jika peneliti masih belum cukup pengalaman
sebaiknya tidak menggunakan bentuk wawancara tidak terstruktur.
4. Pedoman wawancara (guideline interview) bersifat fleksibel
Hampir sama seperti wawancara semi tersetruktur, dalam wawancara tidak terstruktur
pedoman wawancara tetap masih diperlukan. Hanya saja, wawancara semi terstruktur, masih
terdapat tema-tema yang dibuat sebagai kontrol atau pembicaraan yang mengacu pada satu
tema sentral, pada pedoman wawancara tidak terstruktur tidak terdapat topik-topik yang
mengatur alur pembicaraan, tetapi hanya terdapat tema sentral saja yang digunakan
peneliti/interviewer sebagai kontrol alur pembicaraan selama wawancara berlangsung.
5. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui suatu fenomena
Dalam hal tujuan, terdapat kesamaan dengan wawancara semi terstruktur yaitu untuk
memahami suatu fenomena, hanya dalam kedalaman pembahasan dan pengendalian data
tidak seakurat wawancara semi terstruktur sehingga bentuk wawancara semi terstruktur
kurang sesuai untuk digunakan dalam penelitian kualitatif.
2.1.2.2. Kuesioner (Angket)
6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kuesioner merupakan alat riset atau survey
yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan mendapatkan tanggapan dari
kelompok orang terpilih melalui wawancara pribadi atau melalui daftar pertanyaan. Definisi
lainnya dari angket adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek
penelitian untuk dijawab sesuai dengan keadaan subjek yang sebenarnya.
Hal yang dapat dijaring dengan menggunakan kuesioner adalah hal-hal mengenai diri
responden, dengan asumsi bahwa respondenlah yang paling mengetahui tentang dirinya dan
pengalamannya sendiri, bahwa apa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti adalah
benar, bahwa penafsiran subjek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya
adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti. Justru anggapan-anggapan inilah yang
menjadi kelemahan dari metode angket. Karena dalam kenyataan responden dapat
memberikan keterangan-keterangan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Menurut Uma Sekaran sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono (2007:163), ada beberapa
prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data, yaitu prinsip penulisan,
pengukuran dan penampilan fisik.
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur, maka
harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
Pertanyaan tidak mendua artinya pertanyaan tidak mengandung dua arti yang akan
menyulitkan responden.
Tidak menanyakan yang sudah lupa atau tidak menanyakan pertanyaan yang
menyebabkan
responden berpikir keras.
Pertanyaan tidak boleh terlalu panjang atau terlalu banyak. Kalau terlalu panjang atau
banyak, akan menyebbkan responden merasa jenuh untuk mengisinya.
7
Urutan pertanyaan dimulai dari yang umum sampai ke spesifik, atau dari yang mudah
menuju ke yang sulit, atau di acak.
3. Penampilan fisik
Merupakan salah satu daya tarik dan keseriusan responden dalam mengisi angket. Namun
tentu saja, angket yang bagus terkesan resmi dan memerlukan biaya uang lebih besar
dibanding angket yang di cetak di atas kertas seadanya.
Observasi atau pengamatan adalah salah satu metode dalam pengumpulan data saat
membuat sebuah karya tulis ilmiah. Nawawi dan Martini mengungkapkan bahwa observasi
adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik atas unsur-unsur yang muncul dalam suatu
gejala atau gejala-gejala yang muncul dalam suatu objek penelitian. Hasil dari observasi
tersebut akan dilaporkan dalam suatu laporan yang tersusun secara sistematis mengikuti
aturan yang berlaku.
Alat bantu yang dipergunakan di dalam observasi antara lain, yaitu daftar riwayat
kelakuan (anecdotal record); catatan berkala; daftar catatan (check list); rating scale, yaitu
pencatatan gejala menurut tingkatannya; alat-alat optik elektronik.
Tingkat kecermatan observasi sangatlah dipengaruhi oleh faktor prasangka dan keinginan
observer; terbatasnya kemampuan panca indra dan ingatan; terbatasnya wilayah pandang,
yaitu kecenderungan observer menaruh perhatian dengan membandingkannya kepada
kejadian lainnya; kemampuan observer dalam menangkap hubungan sebab akibat;
kemampuan menggunakan alat bantu; ketelitian pencatatan; pengertian observer terhadap
gejala yang diukur.
9
Jenis-Jenis Observasi
Jenis jenis observasi, sebagai berikut :
1. Jenis Observasi Partisipasi
Pengertian Observasi Partisipasi adalah observasi yang dilakukan dengan observer
terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti. Keadaan yang sebaliknya disebut
nonobservasi partisipasi. Sedangkan kehadiran observer yang berpura-pura disebut kuasi
observasi partisipasi.
2. Jenis Observasi Sistematis atau Observasi Berkerangka
Pengertian Observasi Sistematis adalah observasi yang sudah ditentukan terlebih dahulu
kerangkanya. Kerangka tersebut memuat faktor-faktor yang akan diobservasi menurut
kategorinya.
3. Jenis Observasi Eksperimen
Pengertian Observasi Eksperimen adalah observasi yang dilakukan terhadap situasi yang
disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang diujikan.
10