Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

MENARIK DIRI

1. Masalah Utama
Isolasi sosial : menarik diri
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian
Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal

yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku

maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,

2000)
Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
Menghindar dari orang lain (menyendiri).
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien

lain/perawat.
Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau

pergi jika diajak bercakap-cakap.


Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
Posisi janin saat tidur.

b. Penyebab
Menurut Budi Anna Keliat (2009), salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga

diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri

dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan

diri, merasa gagal mencapai keinginan.


Tanda dan Gejala :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit

(rambut botak karena terapi).


Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).

1
Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,

mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.


c. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan

sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang

maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus

yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa

stimulus/rangsangan eksternal.
Tanda dan gejala ;
Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
Tidak dapat memusatkan perhatian.
Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.
Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
3. Pohon masalah:

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri Core Problem

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
a. Masalah keperawatan:
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji
Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata.
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.

2
Klien merasa makan sesuatu.
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
Data Objektif:
Klien berbicara dan tertawa sendiri.
Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
Disorientasi
Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif:
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.


Data Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,

ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.


Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.


Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,

ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.


5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
6. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan

interaksi seanjutnya

Tindakan :

3
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Tindakan :

2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan

tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada

teman bicara

2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya

a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar

b. Apa yang dikatakan halusinasinya

c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu ,

namun perawat sendiri tidak mendengarnya.

d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu

e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien

2.4 Diskusikan dengan klien :

4
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi

b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)

2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi

(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi

( tidur, marah, menyibukkan diri dll)

3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian

3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:

a. Katakan saya tidak mau dengar

b. Menemui orang lain

c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari

d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara

sendiri

3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih

3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya

Tindakan :

4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi

4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):

5
a. Gejala halusinasi yang dialami klien

b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi

c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi

kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama

d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :

halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik

Tindakan :

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat

minum obat

5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya

5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping

minum obat yang dirasakan

5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi

5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri


Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

6
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang

muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain.


Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,

marah, menyibukkan diri dll)


3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan

berhubungan dengan prang lain


b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan orang lain


3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain


4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
Klien Perawat
Klien Perawat Perawat lain
Klien Perawat Perawat lain Klien lain
K Keluarga atau kelompok masyarakat
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain

7
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat

berhubungan dengan oranglain


6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
Salam, perkenalan diri
Jelaskan tujuan
Buat kontrak
Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi

dengan orang lain.

6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu
kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
Diagnosa 2 : harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.2 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
2.3 Utamakan memberikan pujian yang realistik

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

8
Tindakan:
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Tindakan:
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan bantuan sebagian
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Tindakan:
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri

rendah.
6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL MENRAIK DIRI

1. Kondisi Klien
Klien dengan isolasi sosial menarik diri jarang bahkan tidak mampu melakukan interaksi

dengan orang lain (Rawlins, 1993). Klien sering menunjukan tanda dan gejala seperti kurang

spontan, apatis, akspresi wajah kurang berseri, afek datar, kontak mata kurang, komunikasi

verbal menurun, mengisolasi diri (menyendiri), posisi a(ceritakan kondisi klien , gambaraan

pasienny seperti apa)


2. Diagnosa keperawatan: Isolasi Sosial Menarik Diri
3. Tujuan
Mampu membina hubungan saling percaya dengan klien
Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial menarik diri
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.


Klien mampu berkenalan dengan orang lain.

9
4. Strategi pelaksanaan:
Orientasi :

Orientasi (Perkenalan):

Selamat pagi

Saya Agung Nugroho Saya senang dipanggil Agung Saya mahasiswa keperawatan USKW

salatiga, saya yang akan membantu merawat ibu dari sekarang sampai 2 minggu kedepan

Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?

Apa keluhan S... hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-

teman ibu S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa

lama S...? Bagaimana kalau 15 menit

Kerja:

(Jika pasien baru)

Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang jarang

bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap dengannya?

(Jika pasien sudah lama dirawat)

Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? Apakah S merasa sendirian? Siapa saja yang S

kenal di ruangan ini

Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?

Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?

Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman

bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya

tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien

dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu

inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?

10
Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain

Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama

panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal

saya dari Bireun, hobi memasak

Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama

Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?

Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!

Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali

Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang

menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan

dan sebagainya.

Terminasi:

Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?

S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali

Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga

S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam

berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.

Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan dengan teman saya,

perawat N. Bagaimana, S mau kan?

Baiklah, sampai jumpa.

DAFTAR PUSTAKA

11
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino

Gondoutomo. 2003

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice.

Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.

1998

Stuart, G.W and Sundeen. Principle and practice of psychiatric nursing. 5thed.

St Louis Mosby Year Book.1995

Stuart. G.W and Laraia. Principle and practice of psychiatric nursing.7thed. St

Louis Mosby Year Book. 2001

Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan

Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga.

Alih Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta. EGC. Jakarta1998.

Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.

Bandung : RSJP Bandung. 2000

Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECG

Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG

12

Anda mungkin juga menyukai