Anda di halaman 1dari 12

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Program Studi Ners STIKes AISYAH Pringsewu


Lampung
2016

Kelompok 1 :
Ahmad Iswantoro
Baeti
Basir Setiadi
Desi Malasari
Nurfahmi Yusuf
Revita
Sri Hidayati

Komunikasi telah dilakukan manusia, sejak bayi berada dalam kandungan sampai
dengan kematian, sehingga bisa dikatakan komunikasi mempunyai umur yang sama tuanya
dengan umur kehidupan manusia.

Semua tingkah laku merupakan komunikasi (verbal maupun non verbal) dan semua
komunikasi akan mempengaruhi tingkah laku, sehingga komunikasi pada dasarnya dapat
menjadi suatu alat untuk memfasilitasi hubungan terapeutik atau malahan dapat berfungsi
sebagai penghalang terhadap tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Fasilitas komunikasi
bertujuan untuk memulai, membangun dan membina keterlibatan dan hubungan saling
percaya (Wilson & Kneist, 1983).

A. Hakekat komunikasi

1. Komunikasi merupakan alat untuk membangun hubungan terapeutik.


2. Komunikasi merupakan alat bagi perawat untuk mempengaruhi tingkah laku klien
dan kemudian untuk mendapatkan keberhasilan dalam intervensi keperawatan.
3. Komunikasi merupakan hubungan itu sendiri, dimana tanpa komunikasi tidak
mungkin terjadi hubungan terapeutik perawat-klien.

B. Pengertian Komunikasi

1. TAYLOR, dkk (1983)


Proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan
makna atau arti.
2. BURGESS (1988)
Proses penyampaiaan informasi, makna dan pemahaman dari pengirim pesan
kepada penerima pesan.
3. YUWONO (1985)
Kegiatan mengajukan pengertian yang didiinginkan dari pengirim informasi
kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku yang diinginkan dari
penerima informasi.

Profesi STIKes AISYAH 2016


4. ROGERS
Communication is the process by which massages are transffered from source to
receiver. The source transfer the ideas with an intent to modify behavior of
communication is to effect on the of the receiver.

C. Komponen Komunikasi

Media

Encoding Decoding

Komunikator Pesan Komunikan

Feedback

Komunikasi mempunyai 6 komponen yaitu (Potter & Perry, 1993):

1. Komunikator : penyampai informasi atau sumber informasi


2. Komunikan : penerima informasi, pemberi respon terhadap stimulus
3. Pesan : gagasan, pendapat, stimulus, fakta, informasi
4. Media : saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan
5. Kegiatan encoding : perumusan pesan oleh komunikator
6. Kegiatan decoding : penafsiran pesan oleh komunikan

D. Faktor faktor yang mempengaruhi Komunikasi

Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter & Perry, 1993):

1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan perawat harus mengerti pengaruh
perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir dari orang
tersebut. Cara berkomunikasi pada usia remaja dengan usia balita tentunya
berbeda, pada usia remaja Anda barangkali perlu belajar bahasa gaul mereka
sehingga remaja yang kita ajak bicara akan merasa kita mengerti mereka dan
komunikasi diharapkan akan lancar.

2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa. Persepsi ini. dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan
persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
Profesi STIKes AISYAH 2016
3. Nilai
Nilai adalah bandar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat
untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan
mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak
terpengaruh oleh nilai pribadinya.

4. Latar Belakang Sosial Budaya


Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi seseorang.

5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian, seperti marah,
sedih, seriang akan dapat mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan
orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga
perawat mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu
perawat juga perlu mengevaluasi emosi pada dirinya agar dalam memberikan
asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi dibawah sadarnya.

6. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda. Tanned
(1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya
komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita ketika bermain dalam kelompoknya
menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta
membangun dan mendukung keintiman, sedangkan laki-laki menggunakan
bahasa untuk mendapat kemandirian diri aktivitas bermainnya, di mana jika
mereka ingin berteman maka mereka melakukannya dengan bermain.

7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang
yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang
mengandung bahasa verbal dibanding dengan tingkat pengetahuan tinggi.
Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga perawat dapat
berinteraksi dengan baik dari akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat pada klien.

8. Peran dan hubungan


Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seseorang perawat dengan koleganya, dengan
cara komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda tergantung perannya.
Demikian juga antara guru dengan murid.

9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana
bising, tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan
dan ketidaknyamanan.

10. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman
dan kontrol. Dapat dimisalkan dengan individu yang merasa terancam ketika

Profesi STIKes AISYAH 2016


seseorang tidak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat dekat dengan
dirinya. Hal itu juga yang dialami oleh klien pada saat pertama kali berinteraksi
dengan perawat. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada
saat melakukan hubungan dengan klien.

E. Jenis Komunikasi
1. Komunikasi Verbal
Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi Verbal (Leddy, 1998) : a.
Masalah tehnik seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan symbol
dari komunikasi.
b. Masalah semantic seberapa tepat symbol dalam
mengirimkan pesan yang dimaksud
c. Masalah pengaruh seberapa efektif arti yang diterima
mempengaruhi tingkah laku

Menurut Ellis dan Nowlis (1994) hal yang diperhatikan dalam komunikasi
verbal : a. Penggunaan bahasa : kejelasan, keringkasan, dan sederhana.
b. Kecepatan
c. Voice tone : menunjukkan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara
dan dapat merubah arti dari kata.

2. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan bicara dan
tulisan. Sebesar 90% dari arti komunikasi berasal dari komunikasi non verbal
(Hunsaker cit.Leddy, 1998).
Adapun tujuan dari komunikasi non verbal (Stuart & Sundeen, 1995)
adalah : a. Mengekspresikan emosi
b. Mengekspresikan tingkah laku interpersonal
c. Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi social
d. Menunjukkan diri Terlibat dalam ritual
e. Mendukung komunikasi verbal

Komunikasi non verbal terdiri dari : Kinesics, Paralanguage, Proxemics ,


Sentuhan, Cultural artifact, Gaya berjalan, Penampilan fisik umum. a. Kinesics
Ekspresi muka, Gesture (gerak, isyarat, sikap), Gerakan tubuh dan posture,
Gerak mata atau kontak mata.

b. Paralanguage
Kualitas suara : irama, volume, kejernihan.
Vokal tanpa bahasa : suara tanpa adanya struktur linguistik, misalnya sedu sedan,
tertawa, mendengkur, mengerang, merintih, hembusan nafas, nafas panjang.

c. Proxemics

Profesi STIKes AISYAH 2016


Jarak intim (sampai dengan 18 inchi)
Jarak personal (18 inchi 4 kaki) untuk interaksi dengan seseorang yang dikenal.
Jarak social (4 kaki 12 kaki) untuk interaksi mengenai suatu urusan tetapi bukan
orang khusus/tertentu.
Jarak publik (lebih dari 12 kaki) untuk pembicaraan formal.

d. Sentuhan
Sentuhan penting dilakukan pada situasi emosional. Sentuhan dapat
menunjukkan arti saya peduli. Bentuk bentuk sentuhan :
Fungsional professional
Social sopan
Sahabat hangat
Cinta keintiman
Sexual arousal

e. Cultural artifact
Hal-hal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang lain yang mungkin
bertindak sebagai rangsang non verbal misalnya :baju, kosmetik, parfum/bau
badan, perhiasan, kacamata, dll.

f. Gaya berjalan
Beberapa gaya berjalan menunjukkan pesan tertentu, antara lain cara berjalan
yang bersemangat dan gembira akan menunjukkan seseorang tersebut dalam
keadaan sehat.

g. Penampilan fisik umum


Kulit kering, berkerut akan mengkomunikasikan pada kita bahwa orang
tersebut sedang mengalami kekurangan cairan/dehidrasi; pola napas cepat
menunjukkan seseorang sedang merasa cemas.

F. Prinsip Komunikasi Terapeutik


1. Klien harus menjadi focus utama interaksi
2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
3. Membuka diri digunakan dalam interaksi
4. Hubungan social dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang
tingkah laku klien dan memberi nasehat
9. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secara
rasional

Tingkat hubungan komunikasi dibagi menjadi tiga(Potter & Perry, cit.


Nurjannah,2001) :
10. Komunikasi intrapersonal
Profesi STIKes AISYAH 2016
Komunikasi intrapersonal ini terjadi dalam diri individu sendiri. Komunikasi ini
dapat membantu seseorang tetap sadar akan kejadian sekitarnya. Kalau Anda
melamun maka Anda sedang melakukan komunikasi intrapersonal.

11. Komunikasi interpersonal


Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau kelompok kecil.
Komunikasi interpersonal ini merupakan inti dari praktek keperawatan karena
dapat terjadi antara perawat dan klien serta keluarga, perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain.

12. Komunikasi Massa


Komunikasi massa adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok besar, seperti
ceramah yang diberikan pada mahasiswa, kampanye.

G. Komunikasi dalam hubungan terapeutik perawat klien


Analisa diri perawat
Pada dasarnya sebelum suatu hubungan terjalin perlu sekali melakukan analisa
diri, khususnya perawat di sini terdapat 4 fokus analisa diri: kesadaran diri, eksplorasi
perasaan, klarifikasi nilai role model dan rasa tanggung jawab Yang akan dibahas
hanya kesadaran diri saja, selebihnya akan dibahas pada hubungan terapeutik
perawat-klien. Seorang Perawat perlu menyadari tentang siapa dirinya atau
kesadaran diri, di mana pada tingkatan ini diperlukan komunikasi intrapersonal.
Untuk menuju kesadaran diri diperlukan: mempelajari diri sendiri, belajar dari orang
lain, dan membuka diri, ini secara tidak langsung akan mendorong seseorang untuk
melakukan komunikasi dengan orang lain/ komunikasi interpersonal. Untuk
meningkatkan kesadaran diri perlu dipahami tentang teori jendela Johari:

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

A B
1
2
1 2
3 4
3 4

Dengan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa:

Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran lain.


Profesi STIKes AISYAH 2016
Individu yang memiliki pemahaman diri rendah menunjukkan komunikasi yang
buruk (gambar b).
Individu yang memiliki pemahaman diri tinggi menunjukkan komunikasi yang baik
(gambar a).
Upaya meningkatkan kesadaran diri kadang menyakitkan dan tidak mudah,
khususnya jika ditemukan konflik dengan ideal diri seseorang. Untuk itulah kita
membutuhkan komunikasi sebagai alat.

Perawat disini perlu memahami 4 fokus analisa diri :


1. Kesadaran diri.
Kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri baik perilaku, perasaan
maupun pikirannya sendiri. Kesadaran diri dapat dilakukan dengan : a.
Mempelajari diri sendiri
b. Belajar dari orang lain
c. Membuka diri

2. Eksplorasi perasaan,
Eksplorasi perasaan dilakukan thd hubungan seseorang dengan lingkungan
luar/interaksinya dengan org lain. Dengan menyadari perasaan kita sebelum
bertemu dengan org lain kita akan menyadari bahwa kita mungkin merasa cemas,
bahwa nanti kecemasan itu akan membuat kita berkeringat sangat banyak,
sehingga kita perlu mengantisipasinya dengan membawa sapu tangan misalnya.
Bagi perawat, eksplorasi perasaan merupakan hal yang perlu dilakukan agar
perawat terbuka dan sadar terhadap perasaannya sehingga dia dapat mengontrol
perasaanya agar ia dapat menggunakan dirinya secara terapeutik

3. Klarifikasi nilai.
Nilai adalah konsep dimana seseorang memiliki standar mengenai hal-hal yg
pantas dilakukan (Stuart&Sundeen, 1995). Klarifikasi nilai perlu dilakukan
karena nilai itu bermacam-macam, dan dari sinilah seorang yang proaktif
mendasarkan pemilihan responnya. Pemilihan respon perlu didasarkan pada nilai,
nilai/standar perilaku yg pantas tersebut bila ditetapkan sebagai prinsip maka
nilai akan menjadi pusat kehidupan.

4. Role model dan rasa tanggung jawab.


Perawat dapat menjadi model apabila perawat tersebut dapat memenuhi dan
memuaskan kehidupan pribadi serta tidak didominasi oleh konflik, distress atau
pengingkaran & memperlihatkan perkembangan serta adaptasi yang sehat.
Perawat dituntut dapat bertanggung jawab dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan berdasarkan kode etik yang ditetapkan.

I. Tehnik Komunikasi Terapeutik


1. Mendengar aktif
Adalah konsentrasi aktif dan persepsi terhadap pesan orang lain yang
menggunakan semua indra. Menurut Ellis (1994) mendengarkan orang lain
dengan penuh perhatian akan menunjukkan pada orang lain bahwa apa yang
Profesi STIKes AISYAH 2016
dikatakannya adalah penting dan dia adalah orang penting. Mendengarkan juga
menunjukkan pesan anda bernilai untuk saya dan saya tertarik padamu.

2. Mendengar pasif
Adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk klien.
Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga keikutsertaan
secara verbal, misalnya uh huuh, mmhumm, yeah
.
3. Penerimaan
Adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti
persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa
menunjukkan keraguan atu ketidaksetujuan.
Dikarenakan hal tersebut, perawat harus sadar terhadap ekspresi non verbal.
Bagi perawat perlu menghindari : memutar mata keatas, menggelengkan kepala,
menurut/memandang dengan muka masam pada saat berinteraksi dengan klien.

Beberapa cara untuk menunjukkan penerimaan (Potter & Perry,1993)


: a. Mendengar tanpa memotong pembicaraan
b. Menyediakan umpan balik yang menunjukkan pengertian
c. Yakin bahwa tanda non verbal sesuai dengan verbal
d. Hindari mendebat, mengekspresikan keraguan atau usaha untuk merubah
pikiran klien.

Tujuh cara untuk memfasilitasi agar memperoleh kemampuan penerimaan


(Bolton cit.Rungapadiachy,1999) :
a. Tidak seorangpun dapat diterima secara sempurna
b. Beberapa orang cenderung lebih diterima daripada orang lain
c. Tingkat penerimaan seseorang terus menerus berganti
d. Adalah sangat alami untuk mempunyai sesuatu yang difavoritkan.
e. Setiap orang dapat lebih menerima
f. Penerimaan yang berpura-pura adalah suatu hal yang berbahaya untuk suatu
hubungan interpersonal.
g. Penerimaan tidak sama dengan persetujuan.
Contoh :
Klien :Saya telah melakukan beberapa kesalahan
Perawat :Saya ingin mendengar tentang itu. Tidak apa-apa jika anda ingin
mendiskusikan hal ini dengan saya.

4. Klarifikasi
Klarifikasi sama denga validasi yaitu menanyakan pada klien apa yang tidak
dimengerti perawat terhadap situasi yang ada.
Misalnya :
Klien :Saya seperti patung saja disini.
Perawat :Mari kita lihat apakah saya mengerti apa yang bapak maksud
dengan patung.
Profesi STIKes AISYAH 2016
5. Focusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi
sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti (Stuart & Sundeen,
1995).

6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien, kegiatan ini dilakukan
sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.

7. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon
lebih lanjut. Keuntungan dari tehnik ini adalah akan memfasilitasi komunikasi,
mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk mengambil
keputusan. Perawat sebaiknya menghindari pemberian nasehat pada saat
pemberian informasi.

8. Diam (memelihara ketenangan)


Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses
informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon.

9. Assertive
Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
Komunikasi assertive (Smith, 1992) :
a. Mampu menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan diri dengan tertentu yang secara terus menerus
melindungi hak diri dan orang lain.
b. Memiliki perilaku yang positif mengenai komunikasi dengan jujur/terus
terang dan adil.
c. Merasa nyaman dalam mengontrol perasaan negatif misalnya cemas, tegang,
malu atau takut.
d. Merasa yakin bahwa anda dapat melakukan sendiri dengan jalan tetap
menghormati diri dan orang lain.
e. Menjaga hak diri dan orang lain sama pentingnya. Tahap tahap menjadi
lebih assertive :
Menggunakan kata tidak sesuai kebutuhan
Mengkomunikasikan maksud dengan jelas
Mengembangkan kemampuan mendengar
Pengungkapan komunikasi disertai bahasa tubuh yang tepat
Meningkatkan kepercayaan diri dan gambaran diri
Menerima kritik dengan ramah
Belajar terus menerus

10. Menyimpulkan
a. Membawa poin poin penting dari diskusi untuk meningkatkann
pemahaman

Profesi STIKes AISYAH 2016


b. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama dengan
ide dalam pikiran (Varcarolis,1990)

11. Giving recognition (memberi pengakuan/penghargaan)


Memberi penghargaan merupakan tehnik untuk memberikan pengakuan dan
menandakan kesadaran (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya, Perawat :
Saya melihat anda sudah bisa memakai baju dengan rapi hari
ini, Saya melihat anda tampak segar dan bersih hari ini.

12. Offering self (menawarkan diri) adalah menyediakan diri tanpa respon bersyarat atau
respon yang diharapkan (Schult Videbeck,1998).
Misalnya, Perawat : Aku akan duduk menemanimu selama 15 menit.

13. Offering general leads (memberi petunjuk umum)


Mendukung klien untuk meneruskan (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya : Dan kemudian?, Teruskan.

14. Giving broad opening (memberi pertanyaan terbuka)


Memberikan inisiatif pada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topik yang
akan dibicarakan.
Misalnya : Darimana anda akan mulai?Apa yang anda pikirkan pagi
ini?.
Kegiatan ini akan bernilai apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari
inisiatif klien dan akan menjadi non terapeutik apabila perawat mendominasi
interaksi dan menolak respon klien.

15. Placing the time in time (menempatkan urutan/waktu)


Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dengan
kejadian lain (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya : Hal itu terjadi sebelum atau sesudah?Apa yang terjadi
sebelumnya?.

16. Encourage descrip. of perception (mendukung deskripsi dari persepsi)


Meminta pada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau
diterima (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya : Apa yang terjadi?Ceritakan apa yang anda alami?

17. Encourage comparison (mendukung perbandingan)


Menanyakan pada klien mengenai kesamaan atau perbedaan (Schult & Videbeck,
1998). Misalnya: Apakah hai ini pernah terjadi sebelumnya? Apakah hal ini
mengingatkanmu pada sesuatu hal?

18. Restating (mengulang)


Pengulangan pikiran utama yang diekspresikan klien (Stuart & Sundeen, 1995).
Misalnya: Anda berkata bahwa ibu Anda meninggalkan Anda saat Anda
berumur 5 tahun. Teknik ini bernilai terapeutik ditandai dengan perawat
Profesi STIKes AISYAH 2016
mendengar dan melakukan validasi, mendukung klien dan memberikan perhatian
terhadap apa yang baru saja dikatakan klien. Teknik ini juga bisa digunakan pada
saat kita akan klarifikasi, misalnya : Klien: Saya benci tempat ini. Saya tidak
betah di sini! Perawat: Anda tidak ingin ada di sini?

19. Reflecting (refleksi)


Mengembalikan pikiran dan perasaan klien (Schult & Videbeck, 1998).
Mengembalikan ide, perasaan dan pertanyaan kepada klien (Stuart & Sundeen,
1995). Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat tentang penilaian
atau persetujuan. Misalnya:

Klien: haruskah saya pulang akhir minggu ini?

Perawat: menurut Anda haruskah Anda pulang akhir minggu ini?

20. Exploring (eksplorasi)


Mempelajari suatu topik lebih mendalam. Misalnya: ceritakan pada tentang
apa yang telah Anda gambarkan tadi.

21. Presenting reality (menghadirkan realitas/ kenyataan)


Menyediakan informasi dengan perilaku yang tidak menilai. Misalnya: Saya
tidak mendengar seorang pun bicara, Saya adalah yang merawat Anda,
Ini adalah rumah sakit.

22. Voucing doubt (menyelipkan keraguan)


Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Misalnya: Saya melihat
bahwa hal itu sulit untuk dipercaya. Teknik ini digunakan pada saat perawat
ingin memberi petunjuk pada klien mengenai penjelasan lain.

Aplikasi Komunikasi dalam Praktik Keperawatan

Komunikasi dalam Praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi


perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang
optimal.

Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi


meliputi : a. Timbang terima/operan;
b. Interview/ anamnesa;
c. Komunikasi melalui komputer;
d. Komunikasi rahasia klien;
e. Komunikasi melalui sentuhan;
f. Komunikasi dalam pendokumentasian;
g. Komunikasi antara perawat dan profesi kesehatan lainnya;
h. Komunikasi antara perawat dan pasien, pada saat melakukan tindakan keperawatan
atau pendidikan kesehatan.

Prinsip yang harus diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah:

Profesi STIKes AISYAH 2016


a. Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan suasana
yang hangat, kekeluargaan
b. Hindari interupsi, atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang
gaduh
c. Hindari respon dengan kata hanya ya atau tidak. Respon tersebut akan
mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik, karena perawat
kelihatan kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan untuk
berkomunikasi.
d. Jangan memonopoli pembicaraan
e. Hindari hambatan personal. Jika perawat sebelum komunikasi menunjukkan
rasa tidak senang kepada klien, maka keadaan ini akan berdampak terhadap
hasil yang didapat selama proses komunikasi.

Profesi STIKes AISYAH 2016

Anda mungkin juga menyukai