Repro Duks I
Repro Duks I
PENDAHULUAN
penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi dan
Insidens lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Mortalitas dan prognosis anak
dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak,
kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan. Sindrom nefrotik jarang
menyerang anak dibawah usia 1 tahun. Sindrom nefrotik perubahan minimal ( SNPM )
menacakup 60 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak. Angka mortalitas dari
SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid.
Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan
transplantasi ginjal.
sindrom nefrotik berada pada kelompok umur 2 6 tahun sebanyak 25 pasien (54,3%), dan
terbanyak pada laki-laki dengan jumlah 29 pasien dengan rasio 1,71 : 1. Insiden sindrom nefrotik
pada anak di Hongkong dilaporkan 2 - 4 kasus per 100.000 anak per tahun ( Chiu and Yap,
2005 ). Insiden sindrom nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris
adalah 2 - 4 kasus baru per 100.000 anak per tahun. Di negara berkembang, insidennya lebih
tinggi. Dilaporkan, insiden sindrom nefrotik pada anak di Indonesia adalah 6 kasus per 100.000
anak per tahun. (Tika Putri, http://one.indoskripsi.com ) Dengan adanya insiden ini, diharapkan
perawat lebih mengenali tentang penyakit nefrotik dan mengaplikasikan rencana keperawatan
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal-hal:
keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomelurus dan menyebabkan
penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi dan
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak retroperitoneal dengan
panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan
lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh.
Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang
berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolumna
bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol
ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2
atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubuli, sedangkan pada medula hanya terdapat
tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari
glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula
duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih
yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
1. Faal glomerolus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke tubulus
akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler
dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut
glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan
tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak.
2. Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang ada dalam
a) Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan reabsorbsi yaitu
60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein,
asam amino dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl,
Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang
b) Loop of henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending thick limb itu
c) Tubulus distalis
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara reabsorbsi Na dan
d) Duktus koligentis
Mereabsorbsi dan menyekresi kalium. Ekskresi aktif kalium dilakukan pada duktus koligen
2.1.3 Etiologi
Penyebab nefrotik sindrom dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
1. Primer, berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti berikut ini.
a. Glomerulonefritis
b. Nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, akibat infeksi, penggunaan obat, dan penyakitsistemik lain, seperti berikut ini.
a. Dibetes militus
b. Sistema lupus eritematosus
c. Amyloidosis
2.1.4 Patofisiologi
Glomeruli adalah bagian dari ginjal yang berfungsi untuk menyaring darah. Pada nefrotik
inflamasi dan hialinisasi sehingga hilangnya plasma protein, terutama albumin ke dalam urine.
Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini tidak mampu untuk
terus mempertahankannya. Jika albumin terus menerus hilang maka akan terjadi
hipoalbuminemia.
generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler ke dalam ruang cairan
reabsorbsi natrium (Na) dan air sehingga mengalami peningkatan dan akhirnya menambah
volume intravaskuler.
Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis LDL ( Low Density Lipoprotein)
dalam hati dan peningkatan kosentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia). Adanya
hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin ( lipiduria ). (Toto
Suharyanto, 2009).
Menurunya respon immun karena sel immun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
1. Tanda paling umum adalah peningkatan cairan di dalam tubuh, diantaranya adalah:
menurunnya tekanan perfusi renal yang mengaktifkan sistem renin angiotensin yang akan
3. Beberapa pasien mungkin mengalami dimana urin berbusa, akibat penumpukan tekanan
4. Hematuri
5. Oliguri (tidak umum terjadi pada nefrotik sindrom), terjadi karena penurunan volume cairan
6. Malaise
7. Sakit kepala
8. Mual, anoreksia
9. Irritabilitas
10. Keletihan
1. Laboratorium
Pemeriksaan sampel urin menunjukkan adanya proteinuri (adanya protein di dalam urin).
b) Pemeriksaan darah
Hipoalbuminemia dimana kadar albumin kurang dari 30 gram/liter.
Hiperkolesterolemia (kadar kolesterol darah meningkat), khususnya peningkatan Low Density
2. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan apabila penyebabnya belum diketahui secara jelas,
yaitu:
2.1.7 Komplikasi
1. Trombosis vena, akibat kehilangan anti-thrombin 3, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
trombosis vena ini sering terjadi pada vena renalis. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya
immunoglobulin.
3. Gagal ginjal akut akibat hipovolemia. Disamping terjadinya penumpukan cairan di dalam
4. Edema pulmonal, akibat kebocoran cairan, kadang-kadang masuk kedalam paru-paru yang
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung menggunakan
LFG (ml/menit/1,73m2)=
c. Mencegah komplikasi
d. Pemberian transfusi albumin secara umum tidak dipergunakan Karena efek kehilangan hanya
bersifat sementara.
B. Tindakan khusus
7. Antibiotik profilaktik spektrum luas untuk menurunkan resiko infeksi sampai anak mendapat
8. Irigasi mata/krim oftalmik untuk mengatasi iritasi mata pada edema yang berat
terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering dikeluhkan adalah adanya bengkak pada wajah atau kaki.
3. Riwayat Penyakit Sekarang ( RPS )
Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat menanyakan hal berikut: Kaji berapa
lama keluhan adanya perubahan urine output, kaji onset keluhan bengkak pada wajah dan kaki
apakah disertai dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah, kaji adanya anoreksia pada klien,
menderita penyakit edema, apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya. Penting dikaji tentang riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
5. Riwayat Pada pengkajian psikososiokultural
Adanya kelemahan fisik, wajah, dan kaki yang bengkak akan memberikan dampak rasa
mengalami peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan adanya
gangguan pola napas dan jalan napas yang merupakan respons terhadap edema pulmoner dan
efusi pleura.
b. B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respon sekunder dari peningkatan beban volume.
c. B3 (Brain)
Didapatkan edema wajah terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status neurologis mengalami
komplikasi. Untuk mencapai tujuan terapi, maka penatalaksanaan tersebut, meliputi hal-hal
berikut
a. Tirah baring
b. Diuretik
c. Adenokortikosteroid, golongan prednison
d. Diet rendah natrium tinggi protein
e. Terapi cairan. Jika klien dirawat dirumah sakt , maka intake dan output diukur secara cermat dan
dicatat. Cairan diberikan untk mengatasi kehilangan cairan dan berat badan harian.
B. Diagnosa
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan di dalam jaringan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
(anoreksia).
c. Resiko kehilangan volume cairan intravaskuler berhubungan dengan kehilangan protein, cairan
dan edema.
d. Ansietas Berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
Hari/
Dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Tgl
1 Setelah dilakukan tindakana. Pantau asupan dana. Pemantauan
selama 3x24 jam diharapkan haluaran cairan membantu
Kelebihan volume cairan setiap pergantian menentukan
terkontrol dengan Kriteria status cairan
Hasil: b. Timbang berat pasien.
a. Pasien tidak menunjukan badan tiap hari b. Penimbangan
tanda-tanda akumulasi cairan. berat badan
b. Pasien mendapatkan volume harian adalah
cairan yang tepat. pengawasan
status cairan
terbaik.
Peningkatan berat
badan lebih dari
0,5 kg/hari diduga
ada retensi cairan.
c. Suatu diet rendah
c. Programkan pasien natrium dapat
pada diet rendah mencegah retensi
natrium selama fase cairan
edema
d. Edema terjadi
d. Kaji kulit, wajah,
terutama pada
area tergantung
jaringan yang
untuk edema.
tergantung pada
Evaluasi derajat
tubuh.
edema (pada skala
+1 sampai +4).
e. Awasi pemerikasaan
e. Mengkaji
laboratorium,
berlanjutnya dan
contoh: BUN,
penanganan
kreatinin, natrium, disfungsi/gagal
kalium, Hb/ht, foto ginjal. Meskipun
dada kedua nilai
mungkin
meningkat,
kreatinin adalah
indikator yang
lebih baik untuk
fungsi ginjal
karena tidak
dipengaruhi oleh
hidrasi, diet, dan
katabolisme
jaringan.
f. Berikan obat sesuai f. Diberikan dini
indikasi Diuretik, pada fase
contoh furosemid oliguria untuk me
(lasix), mannitol ngubah ke fase
(Os-mitol; nonoliguria, untu
k melebarkan
lumen tubular
dari
debris, menurunk
an hiperkalimea,
dan
meningkatkan
volume urine
adekuat
2 Setelah dilakukan tindakana. Kaji / catata. Membantu dan
selama 3x24 jam diharapkan pemasukan diet. mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi terpenuhi defisiensii dan
dengan Kriteria hasil: Klien kebutuhan diet.
dapat Mempertahankan beratb. Timbang BB tiapb. Perubahan
badan yang diharapkan hari. kelebihan 0,5 kg
dapat
menunjukkan
perpindahan
keseimbangan
cairan.
c. Meningkatkan
c. Tawarkan perawatan
nafsu makan
mulut sebelum dan
sesudah makan .
d. Berikan makanand. meminimalkan
sedikit tapi sering. anoreksia dan
mual sehubungan
dengan status
uremik
f. Awasi pemerikasaan
laboratorium,
contoh protein
(albumin)
4 Setelah dilakukan tindakan a. Berikan motivasi a. Deteksi dini
selama 3x24 jam diharapkan pada keluarga untuk terhadap
Rasa cemas berkurang setelah ikut secara aktif perkembangan
mendapat penjelasan dengan dalam kegiatan klien.
kriteria: Klien mengungkapkan perawatan klien.
sudah tidak takut terhadap b. Jelaskan pada klien
tindakan perawatan, klien setiap tindakan yang b. Peran serta
tampak tenang, klien akan dilakukan. keluarga secara
kooperatif. aktif dapat
c. Observasi tingkat mengurangi rasa
kecemasan klien dan cemas klien.
respon klien c. Penjelasan yang
terhadap tindakan memadai
yang telah dilakukan memungkinkan
klien kooperatif
terhadap tindakan
yang akan
dilakukan.
2.2.4 Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik diharapkan
sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan teratasi
2. Meningkatnya asupan nutrisi
3. Peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari
4. Penurunan kecemasan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal-hal:
albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi dan
sindrom perubahan minimal), sekunder (Diabetes Mellitus, Sistema Lupus Erimatosis, dan
peningkatan cairan di dalam tubuh. Sehingga masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah
kelebihan volume cairan berhubungan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko
Demikian makalah yang kami sampaikan. Kami berharap agar makalah yang kami buat ini
Tambahkan komentar
Riza Munandar
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Mar
PENDAHULUAN
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di
luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur
satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh.
Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan
kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi
darah dan reflek-reflek primitif seperti menghisap dan mencari puting susu. Bila tidak
ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat
dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali
dengan spontan dalam 10 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
3. Mahasiswa mampu mengimplementasi pada klien dengan masalah asfiksia
neonatorum.
4. Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien dengan masalah asfiksia
neonatorum.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah yang membahas mengenai materi asfeksia diharapkan
pencegahannya agar terhindar dari asfeksia baik untuk dirinya sendiri maupun
keluarga
1.3.2 Bagi Masyarakat
Dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi refrensi
menyebabkan kematian
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Asfiksia Neonatorum
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
(Saiffudin, 2009).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 2008).
2.1.2 Etiologi
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan
plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
mengalami gangguan.
Gejala klinis :
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat
dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
primer.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain meliputi
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat.
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2
dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
istimewa.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang
disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan
otak.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostic
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari
hipoksia janin. Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian
yaitu :
1. Denyut jantung janin
Frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan/menit, selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan
artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai di bawah 100 kali
permenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh (sampel) darah
pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru
secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi.
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif.
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat
dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti
oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi
dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara
cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong
diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali
dengan adekuat.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Biodata
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan tekanan darah
reflexs sedikit.
2. Riwayat keluhan utama
Seorang ibu prepartum masuk rumah sakit diantar oleh suaminya pada
berupa pemberian tablet zat besi namun ibu tersebut kurang menunjukkan
tepat pukul. 19.00 WITA ibu tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki
darah menurun, bayi nampak sianosis dan gerakan ekstremitas fleksi sedikit
lelah
C. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2.400 gram, PB: 40 cm
b. Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi menurun
c. Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat.
d. Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun
c. Riwayat Tumbih Kembang
Pertumbuhan Fisik
1. Berat Badan Lahir : 2400 gr
2. Tinggi Badan : 40 cm
3. Lingkar kepala : 30 cm
4. Lingkar dada : 28 cm
5. Lingkar lengan atas : 12 cm
6. Lingkar perut : 50 cm
d. Reaksi Hospitalisasi
Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1. Orang tua mengatakan merasa cemas dan kawatir mengenai keadaan
bayinya.
2. Orang tua selalu menanyakan apakah sakit bayinya dapat sembuh.
3. Orang tua berharap agar anaknya cepat sembuh.
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Klien : klien nampak bradipneu, denyut jantung dan
sedikit.
1. Sistem Pernapasan
a. Hidung: Simetris kiri kanan,
b. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor
c. Dada :
- Bentuk dada : tidak simetris
- Gerakan dada : dada dan abdomen tidak bergerak secara bersamaan,
- Ekspansi dada berkurang
- Suara napas melemah
2. Sistem Cardio Vaskuler
a. Capillary Refilling Time: >2deti
b. Denyut jantung : 110x/m
c. Tekanan darah menurun: 70/40mmHg
3. System Syaraf
a. Bayi mengalami penurunan kesadaran
4. System Muskulo Skeletal
a. Terjadi penurunan tonus otot bayi
b. Gerakan ekstremitas fleksi pada bayi sedikit
c. Bayi nampak lemas dan lemah
5. System Integumen
a. Bayi mengalami sianosis pada kulit dan kuku
b. CRT: > 3 detik
c. Bayi nampak pucat
6. System Endokrim
a. Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
7. System Perkemihan
a. Tidak ada edema
b. Tidak ada bendungan kandung kemih
8. System Reproduksi
a. Penis : Bersih
b. Tidak ada kelainan pada area genetalia
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem b. Rumusan
DS : Paralisis pusat Bersihan jalan tidak
Diagnosa
DO : efektif 1. Bersihan jalan
- Bayi tampak sesak pernafasan
nafas tidak
Asfiksia
efektif b.d
banyak.
cairan
DJJ dan TD
menurun
Kekurangan O2 dan
kadar CO2 meningkat
Suplai O2 ke
paru
Kerusakan Otak
Resiko cedera
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak
No
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Klien memperlihatkan 1.Kaji tanda vital 1.Sebagai
bersihan jalan nafasnya pernafasan, nadi, indicator adanya
efektif, dengan kriteria : tekanan darah. gangguan dlm
1.Nafas Bayi kembali system pernafasan
normal
2.Bayi aktif.
3.Pada pemeriksaan 2.Kaji frekwensi, 2.Berguna dalam
auskultasi tidak kedalaman evaluasi derajat
ditemukan lagi bunyi pernafasan dan distress
tambahan pernafasan tanda-tanda sianosis pernafasan
setiap 2 jam. adan/atau
kronisnya proses
penyakit. Sianosis
mungkin perifer
(terlihat pada
kuku) atau sentral
3.Dorong (terlihat sekitar
pengeluaran bibir dan atau
sputum, pengisapan telinga). Keabu-
(suction) bila abuan dan
diindikasikan. sianosis sentral
mengindikasikan
beratnya
hipoksemia.
4.Lakukan palpasi 3.Kental, tebal
fokal fremitus dan banyaknya
sekresi adalah
5.Observasi tingkat sumber utama
kesadaran, selidiki gangguan
adanya perubahan pertukaran gas
pada jalan nafas
kecil, pengisapan
dibutuhkan bila
batuk tidak
efektif.
6.Kolaborasi 4.Penurunan
dengan tim medis getaran vibrasi
pemberian O2 diduga ada
sesuai dengan pengumpulan
indikasi cairan atau udara
terjebak.
5.Gelisah dan
ansietas adalah
manifestasi umum
pada hipoksia,
GDA memburuk
disertai
bingung/somnole
n menunjukkan
disfungsi serebral
yang berhubungan
dengan
hipoksemia.
6.Dapat
memperbaiki
/mencegah
memburuknya
hipoksia.
2.2.4 Implementasi
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan
meninjau kembali dari apa yang telah direncanakana atau intervensi sebelumnya,
dengan tujuan utama pada pasien dapat mencakup pola napas yang efektif,
BAB 3
PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat, Pengantar Ilmu Keperawatan 1, Jakarta, 2009, Salemba Medika
Anik Maryunani, Asuhan Bayi Baru Lahir Normal, Jakarta, 2008, Trans Info Media, Jakarta
Ai Yeyeh Rukiah dan Lia Yulianti, Am. Keb,MKM, Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita,
Jakarta, 2007, Trans Info Media Jakarta
Kedokteran ECG.
Wong Donna L, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Edisi 6 vol 2; Jakarta, 2009.
Tambahkan komentar
2.
Mar
PENDAHULUAN
Insidens lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Mortalitas dan
prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas
kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap
pengobatan. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun. Sindrom
sindrom nefrotik pada anak. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 %
menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid. Bayi dengan sindrom
nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi
ginjal.
pasien (54,3%), dan terbanyak pada laki-laki dengan jumlah 29 pasien dengan rasio
1,71 : 1. Insiden sindrom nefrotik pada anak di Hongkong dilaporkan 2 - 4 kasus per
100.000 anak per tahun ( Chiu and Yap, 2005 ). Insiden sindrom nefrotik pada anak
dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2 - 4 kasus baru per
100.000 anak per tahun. Di negara berkembang, insidennya lebih tinggi. Dilaporkan,
insiden sindrom nefrotik pada anak di Indonesia adalah 6 kasus per 100.000 anak per
nefrotik.
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler
retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan
vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena
adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi
batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas
piramid dipisahkan oleh kolumna bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks,
kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal.
Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah
keluar ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubuli, sedangkan pada medula
hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit
nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal
lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli.
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting
sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh
cardiac output.
1. Faal glomerolus
Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula
2. Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-
a) Tubulus Proksimal
H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa organik.
b) Loop of henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan
lebih hipotonik.
c) Tubulus distalis
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan
cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion
hidrogen.
d) Duktus koligentis
2.1.3 Etiologi
Penyebab nefrotik sindrom dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
1. Primer, berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti berikut ini.
a. Glomerulonefritis
b. Nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, akibat infeksi, penggunaan obat, dan penyakitsistemik lain, seperti
berikut ini.
a. Dibetes militus
b. Sistema lupus eritematosus
c. Amyloidosis
2.1.4 Patofisiologi
meningkatkan produksi albumin, namun organ ini tidak mampu untuk terus
hipoalbuminemia.
Hilangnya protein menyebabkan penurunan tekanan onkotik yang
anti diuretik (ADH) dan aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium (Na) dan air
lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan
adalah:
4. Hematuri
5. Oliguri (tidak umum terjadi pada nefrotik sindrom), terjadi karena penurunan
6. Malaise
7. Sakit kepala
8. Mual, anoreksia
9. Irritabilitas
10. Keletihan
di dalam urin).
b) Pemeriksaan darah
Hipoalbuminemia dimana kadar albumin kurang dari 30 gram/liter.
Hiperkolesterolemia (kadar kolesterol darah meningkat), khususnya
2. Pemeriksaan lain
serum electrophoresis).
2.1.7 Komplikasi
mencegah terjadinya trombosis vena ini sering terjadi pada vena renalis.
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pemberian
heparin.
kehilangan immunoglobulin.
intravaskuler.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang
LFG (ml/menit/1,73m2)=
c. Mencegah komplikasi
B. Tindakan khusus
cyclosporin)
8. Irigasi mata/krim oftalmik untuk mengatasi iritasi mata pada edema yang
berat
100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering dikeluhkan adalah adanya bengkak pada wajah atau
kaki.
3. Riwayat Penyakit Sekarang ( RPS )
Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat menanyakan hal
berikut: Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output, kaji onset
keluhan bengkak pada wajah dan kaki apakah disertai dengan adanya keluhan
pusing dan cepat lelah, kaji adanya anoreksia pada klien, kaji adanya keluhan
klien pernah menderita penyakit edema, apakah ada riwayat dirawat dengan
Penting dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu adanya riwayat
biasanya compos mentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya perubahan.
a. Sistem pernapasan.
b. Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 100/60 mmHg, hipertensi ringan
bisa dijumpai.
c. Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d. Sistem perkemihan.
e. Sistem pencernaan.
f. Sistem muskuloskeletal.
g. Sistem integumen.
h. Sistem endokrin
i. Sistem reproduksi
a. B1 (breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan napas
Pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan
napas yang merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b. B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respon sekunder dari
glomerulus.
8. Pengkajian penatalaksanaan medis
Tujuan terapi adalah menceah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut dan
B. Diagnosa
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan di dalam
jaringan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
Hari/
Dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Tgl
1 Setelah dilakukan tindakana. Pantau asupan dana. Pemantauan
selama 3x24 jam diharapkan haluaran cairan membantu
Kelebihan volume cairan setiap pergantian menentukan
terkontrol dengan Kriteria status cairan
Hasil: b. Timbang berat pasien.
a. Pasien tidak menunjukan badan tiap hari b. Penimbangan
tanda-tanda akumulasi cairan. berat badan
b. Pasien mendapatkan volume harian adalah
cairan yang tepat. pengawasan
status cairan
terbaik.
Peningkatan berat
badan lebih dari
0,5 kg/hari diduga
ada retensi cairan.
c. Suatu diet rendah
c. Programkan pasien natrium dapat
pada diet rendah mencegah retensi
natrium selama fase cairan
edema
f. Awasi pemerikasaan
laboratorium,
contoh protein
(albumin)
4 Setelah dilakukan tindakan a. Berikan motivasi a. Deteksi dini
selama 3x24 jam diharapkan pada keluarga untuk terhadap
Rasa cemas berkurang setelah ikut secara aktif perkembangan
mendapat penjelasan dengan dalam kegiatan klien.
kriteria: Klien mengungkapkan perawatan klien.
sudah tidak takut terhadap b. Jelaskan pada klien
tindakan perawatan, klien setiap tindakan yang b. Peran serta
tampak tenang, klien akan dilakukan. keluarga secara
kooperatif. aktif dapat
c. Observasi tingkat mengurangi rasa
kecemasan klien dan cemas klien.
respon klien c. Penjelasan yang
terhadap tindakan memadai
yang telah dilakukan memungkinkan
klien kooperatif
terhadap tindakan
yang akan
dilakukan.
2.2.4 Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal-
Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler
kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). (Brunner &
Suddarth, 2001).
Etiologi nefrotik sindrom dibagi menjadi 3, yaitu primer (Glomerulonefritis
kami buat ini dapat bermanfaat bagi para dosen, teman-teman dan pembaca sekalian.
Tambahkan komentar
3.
Mar
dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred
pain)
Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena
suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan
metabolisme miokard.
Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena
lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan
menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai lengan kiri bagian ulna)
2) Sifat nyeri
Perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas, menusuk, mencekik/rasa
terbakar, dll.
3) Ciri rasa nyeri
Derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam jangka waktu tertentu.
4) Kronologis nyeri
Awal timbul nyeri serta perkembangannya secara berurutan
5) Keadaan pada waktu serangan
Apakah timbul pada saat-saat / kondisi tertentu
6) Faktor yang memperkuat / meringankan rasa nyeri misalnya sikap/posisi tubuh,
metabolisme jaringan
7. Intervensi Keperawatan
Prinsip-prinsip Tindakan :
a. Tirah baring (bedrest) dengan posisi fowler / semi fowler
b. Melakukan EKG 12 lead kalau perlu 24 lead
c. Mengobservasi tanda-tanda vital
d. Kolaborasi pemberian O2 dan pemberian obat-obat analgesik, penenang,
Tambahkan komentar
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.