BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah umat beragama diharapkan memperkuat
kerukunan jika agama dapat dikembangkan sebagai factor pemersatu maka ia akan
memberikan stabilitas dan kemajuan Negara sehingga dapat menciptakan suasana rukun
antar umat beragama dilingkungan masyarakat yaitu rasa aman, nyaman, dan sejahtera.
12
BAB II
PEMBAHASAN
Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang yang dikenal dengan
akrab, Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang asing, semoga
Engkau memberkahi kami dengan keserasian (kerukunan/keharmonisan)
Artinya :
Semua orang berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda, dan memeluk Agama
(kepercayaan) yang berbeda-beda, Sehingga Bumi Pertiwi bagaikan sebuah keluarga yang
memikul beban. Semoga Ia melimpahkan kemakmuran kepada kita dan menumbuhkan
penghormatan diantara kita, seperti seekor sapi betina kepada anak-anaknya
Bahkan umat Hindu selalu berdoa untuk keselamatan seluruh mahluk hidup, seperti
bait ke 5 (lima) Puja Trisandya yang wajib dilantunkan 3 (tiga) kali dalam sehari oleh
umat Hindu yang taat :
12
Hyang Widdhi ampunilah hamba, semoga semua mahluk hidup (Sarwaprani) memperoleh
keselamatan ( hitangkara ),bebaskan hamba dari segala dosa dan lindungilan hamba.
(Keterangan. : Mahadewa dan Sadasiwa adalah nama-nama ke-Maha Kuasa-an Hyang
Widdhi Wasa/Tuhan YME).
Umat Hindu menurut pengertian Veda pada hakikatnya merupakan bagian dari
manusia lainnya, tak terpisahkan dari seluruh ciptaan Tuhan ( Sang Hyang Widi Wasa ),
penguasa dan penakdir segala ciptaan-Nya di alam semesta ini. Manusia Hindu tidak dapat
memisahkan dirinya untuk sebuah perbedaan, karena ia berasal dari yang satu, serta pada
akhirnya akan kembali kepada yang satu jua. Dalam kitab suci Veda masalah kerukunan
dijelaskan dalam beberapa ajaran, yaitu:
Berpedoman pada filsafat Tat Tvam Asi maka umat Hindu sebagai bagian dari warga
Bangsa Indonesia wajib mengamalkan ajaran agamanya menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab. Umat Hindu harus mengabdi bagi kepentingan bangsa dan negara, serta
demi keluhuran harkat dan martabat umat manusia di dunia ini. Apa saja yang menjadi
masalah bangsa kita adalah masalah yang harus dihadapi bersama oleh umat Hindu,
dengan bekerja sama bahu membahu dalam suasana kerukunan sejati dengan sesama umat
beragama dan sesama warga negara Indonesia lainnya. Umat Hindu tidak boleh
melepaskan keterkaitan dirinya, baik secara pribadi maupun kelompok sebagai warga
negara Kesatuan Republik Indonesia, karena agama Hindu mengajarkan kewajiban moral
pengabdian terhadap Negara yang disebut Dharma Negara dan kewajiban moral
mengamalkan ajaran agamanya disebut Dharma Agama .
Sebagai warga negara, umat Hindu harus tunduk dan patuh kepada konstitusi serta
berupaya membudayakan nilai-nilai Pancasila pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari secara nyata. Oleh karena itu dalam rangka sosialisasi dan
inkulturasi nilai-nilai luhur agama dalam proses pembangunan nasional maka umat Hindu
harus mengamalkan ajaran agamanya secara benar dengan mengupayakan revitalisasi
terhadap mantra-mantra/ayat-ayat suci Veda sehingga mampu memberikan kontribusinya
terhadap kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional menuju masyarakat
madani.
Dengan demikian maka umat Hindu akan dapat berjalan seiring, selaras, serasi dan
seimbang dengan umat lain karena memiliki dasar pandangan yang sama di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam pada itu maka suasana
kebersamaan dan kerukunan umat beragama, maupun sinergi suku, ras, antar golongan
yang penuh perdamaian dan didorong oleh rasa kesadaran nasional niscaya akan terwujud
dengan harmonis. Kesadaran nasional sebagai esensi bangsa, yang memiliki kehendak
untuk bersatu harus mempunyai sikap mental, jiwa dan semangat kebangsaan
( nasionalisme ) sebagaimana disitir oleh Hans Kohn sebagai tekad suatu masyarakat
untuk secara sadar membangun masa depan bersama, terlepas dari perbedaan ras, suku
ataupun agama warganya .
Svami Chinmayananda dalam bukunya The Art of Living menyatakan bahwa
sekelompok manusia yang tinggal di suatu bagian geografis tertentu tidak dapat disebut
bangsa, tetapi hanya merupakan sekelompok manusia. Apabila kelompok semacam itu
hidup bersama dalam kerukunan dan berupaya untuk mencapai suatu tujuan yang sama,
barulah ia dapat disebut bangsa . Kualitas suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas
individu warga negaranya yang memiliki rasa persaudaraan, kasih sayang dan pengertian
yang integratif. Selanjutnya dikatakan bahwa suatu Negara Kesatuan, dimana setiap warga
negaranya berupaya untuk mengabdi dan melayani tanpa motif pribadi maka akan menjadi
bangsa yang besar, kuat dan berprestasi.
Bagi kita bangsa Indonesia cita-cita masa depan yang akan dibangun adalah suatu
masyarakat madani yang adil dan makmur materiil dan spiritual dalam satu wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dalam suasana peri
12
kehidupan yang aman, tentram, tertib dan dinamis, serta dalam suasana pergaulan dunia
yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Hal ini sejalan dengan tujuan agama Hindu
yaitu Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharmah .
Sehubungan dengan itu, maka filsafat Tat Tvam Asi, Dharma Agama, Dharma
Negara yang mewujud ke dalam pengamalan ajaran Tri Hita Karana adalah merupakan
konsep pemikiran Hindu yang menjadi dasar etik dan moral dalam menjalankan kewajiban
hidup baik sebagai manusia pribadi, sebagai warga negara maupun sebagai umat beragama
yang dharmika yaitu umat yang sadar akan hak dan kewajibannya.
Konsep pemikiran Hindu dalam rangka mendukung terwujudnya kerukunan dan
perdamaian dalam kehidupan bernegara kesatuan harus dilandasi etik dan moral ajaran
Veda yang diaktualisasikan dalam sikap sebagai berikut :
Menyadari dirinya sebagai sahabat dari sesama umat manusia, baik intern umat Hindu,
antar SARA, maupun dengan pemerintah. Mereka juga sebagai teman dari semua ciptaan
Tuhan, karena berasal dari pencipta yang sama serta diisi dan digerakkan oleh sumber
hidup yang sama.
Senantiasa berupaya melaksanakan Dharma Agama melalui pengamalan ajaran
agamanya secara benar dan utuh tanpa kepentingan yang bersifat eksklusif.
a. Setiap umat Hindu hendaknya menghayati dan meyakini kebenaran ajaran Sradha dan
mengamalkannya secara nyata dalam kehidupan sehari hari.
b. Agar tidak terjadi benturan ( disharmoni ) didalam pelaksanaannya, baik dalam
kehidupan pribadi maupun ditengah kehidupan masyarakat yang heterogen (bhineka)
ini, maka ajaran Dharma Siddhyarta sebagai landasan pertimbangan dalam
menuangkan konsep/gagasan yang akan diputuskan hendaknya benar benar
dipedomani.
Dharma Siddhyarta tersebut terdiri atas lima aspek yang dijadikan dasar pertimbangan,
yaitu :
1) Iksa : hakikat tujuan dari suatu kegiatan yang akan dilaksanakan.
2) Sakti : kesadaran kemampuan fikir dan fisik materiil untuk mendukung suatu
kegiatan.
3) Desa : tempat kegiatan atau lingkungan kondusif yang dapat memperlancar suatu
kegiatan.
4) Kala : waktu atau masa di dalam melaksanakan suatu kegiatan.
5) Tattva : dasar keyakinan atau falsafah yang bersumber dari nilai suci Veda.
c. Sebagai warga bangsa yang Sradha dan Bhakti, umat Hindu hendaknya percaya
bahwa setiap agama mengandung nilai suci dan jalan menuju Kebenaran Tuhan.
sebab akibat perbuatan (karma) dan Phala perbuatan (Karma Phala) ini disebut hukum
karma. Jadi setiap akibat yang timbul tentu ada penyebabnya tidak mungkin ada akibat
tanpa sebab. Demikian juga sebaliknya setiap perbuatan yang dilakukan sudah pasti akan
menerima akibat, baik atau buruk. Cepat maupun lambat mau tidak mau hasil akan selalu
mengikutinya. Ini merupakan dalil yang logis yaitu setiap sebab pasti menimbulkan akibat
dan setiap akibat yang ada pasti ada penyebabnya. Antara sebab dan akibat tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya diibaratkan diri kita dengan bayangannya. Bayangan akan
selalu mengikuti kemanapun kita akan pergi. Karma phala adalah merupakan sradha atau
keimanan ketiga panca sradha. Karma berarti perbuatan dan phala berarti hasil atau buah.
Perbuatan yang baik yang dilakukan akan mendatangkan hasil yang baik demikian juga
perbuatan yang buruk pasti akan mendatangkan hasil yang buruk pula. Batu dengan batu
atau kayu dengan kayu bila digosok-gosok menimbulkan akibat yaitu panas. Hukum ini
berlaku pada semua makhluk hidup lebih-lebih pada kehidupan manusia sebagai makhluk
utama tidak perlu disangsikan lagi dampak yang akan ditimbulkannya Cuma waktu untuk
menerima hasil perbuatan berbeda-beda ada yang cepat dan ada pula yang lambat dan
bahkan bisa pula diterima dalam penjelmaan berikutnya. Oleh karena itu berlandaskan
pada keyakinan tersebut dalam memupuk kerukunan hidup beragama senantiasa berbuat
baik berlandaskan dharma. Yang dipuji adalah karma. Sesungguhnya yang menjadikan
orang itu berkeadaan baik adalah perbuatannya yang baik dan sebaliknya yang menjadikan
orang itu berkeadaan buruk adalah perbuatannya yang buruk. Seseorang akan menjadi baik
hanya dengan berbuat kebaikan seseorang menjadi dosa karena perbuatan jahatnya. Subha
asubha prawerti yaitu baik buruk atau amal dosa dari suatu perbuatan yang merupakan
dasar daripada karmaphala dharma yang juga disebut subha karma akan membuahkan
kebahagiaan hidup lahir bathin dan karma yang jahat hina dan adharma yang juga
dinamakan asubha karma akan mendapatkan pahala berupa penderitaan dan kesengsaraan
lahir bathin.
12
2.1.3 Ahimsa
Ahimsa merupakan landasan penerapan kerukunan hidup beragama. Ahimsa berarti
tanpa kekerasan. Secara etimologi ahimsa berarti tidak membunuh, tidak menyakiti
makhluk hidup lainnya. Ahimsa parama dharmah adalah sebuah kalimat sederhana
namun mengandung makna mendalam. Tidak menyakiti adalah kebajikan yang utama atau
dharma tertinggi. Hendaknya setiap perjuangan membela kebenaran tidak dengan
perusakan-perusakan karena sifat merusak, menjarah, memaksakan, mengancam, meneror,
membakar dan lain sebagainya sangat bertentangan dengan ahimsa karma termasuk
menyakiti umat lain dengan niat yang tidak baik atau dengan berkata-kata kasar pedas dan
mengumpat. Ahimsa adalah perjuangan tanpa kekerasan termasuk tanpa menentang hukum
alam. Jika melanggar hukum alam akan mengundang reaksi keras. Mereka harus belajar
memelihara dan melindungi lingkungan sendiri agar tercipta kehidupan yang harmonis dan
selaras dengan lingkungannya sendiri. Jadi ahimsa mengandung pengertian tidak
melakukan kekerasan tidak membunuh makhluk hidup apapun. Ahimsa juga dimaksudkan
tidak melakukan kekerasan agar tidak menyakiti hati orang lain. Bertentangan dengan
ahimsa karma perbuatan membunuh adalah adharma bertentangan dengan agama.
Bersahabat adalah merupakan suatu kebutuhan sosiologis bagi manusia. Tidak ada manusia
normal yang tidak membutuhkan persahabatan. Cirri-ciri kemanusiaan seseoarang baru
akan Nampak apabila dia berada ditengah-tengah manusia lainnya. Jiwa manusia
membutuhkan untuk diterima minimal oleh lingkungannya terdekat. Ada semacam anjuran
yang perlu mendapatkan perhatian dalam membina hubungan erat dalam pergaulan hidup.
Kalau merasa diri kurang kuat bersahabatlah dengan yang kuat dengan demikian tidak
akan ada rasa cemas. Jika ajaran brata ahimsa tidak dipelihara maka ia akan menyebabkan
berkembangnya sifat-sifat kemarahan, kebingungan, iri hati, dan bahkan dapat menumbuh
suburnya hawa nafsu yang menggebu-gebu, sebagai musuh di dalam diri kita yang paling
sulit diatasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat
bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran
agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. berbagai macam
bahasan mengenai kerukunan antar umat beragama, yaitu : Kendala-kendala yang dihadapi
dalam mencapai kerukunan umat beragama di Indonesia ada beberapa sebab, antara lain;
rendahnya sikap toleransi, kepentingan politik dan sikap fanatisme. Adapun solusi untuk
menghadapinya, adalah dengan melakukan dialog antar pemeluk agama dan menanamkan
sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama.
3.2 Saran
Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari atau yang kita bicarakan, tapi
persamaanlah yang seharusnya kita cari karena dari persamaanlah hidup ini akan saling
menghargai, menghormati dan selaras. Lewat persamaan kita bisa jalin persaudaraan dan
mempererat tali silahturahi, denga begitu aka tercpta kerukunan dengan sendirinya.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://elsietelibertador76.wordpress.com/2013/01/22/kerukunan-umat-beragama/
https://arieksync.blogspot.com/2008/10/perspektif-kerukunan-hidup-umat.html
https://dharmagupta.blogspot.com/2012/12/kerukunan-dan-toleransi-umat-
beragama.html
https://pusporenanjoyoblog.wordpress.com/2013/02/14/hindu-pluralitas-dan-
kerukunan-beragama/
http://ikanurj.blogspot.com/2013/01/kerukunan-umat-beragama.html?m=0