Anda di halaman 1dari 15

12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menyimak berbagai kerusuhan yang terjadi selama ini kita melihat betapa beragam
bentuk perwujudannya dan betapa pula kompleksitas faktor penyebabnya. Kerusuhan-
kerusuhan yang terjadi di berbagai tempat itu terwujud dalam berbagai bentuk kekerasan,
penjarahan, dan perusakan, tidak hanya terhadap milik pribadi akan tetapi juga milik
pemerintah atau negara bahkan simbol-simbol keagamaan. Kita ragu menyatakan bahwa
kerusuhan itu merupakan konflik agama (semata) namun sulit untuk menafikannya sama
sekali sebab perusakan sejumlah rumah-rumah ibadah yang dianggap sakral dan
merupakan simbol kehadiran sebuah agama dan komunitas para pemeluknya terjadi.
Kemungkinan faktor-faktor lain berperan sebagai sumber penyebabnya juga sukar
dibantah. Misalnya masalah kaum pendatang dan penduduk asli tampak kentara dalam
kasus Sambas, Kupang, Ambon, Poso di Indonesia, beberapa negara di Asia dan di belahan
dunia ini. Kalau dalam semua kasus ini ada bias perbedaan agama kasus yang terjadi di
beberapa tempat justru terjadi antara dua suku yang seagama. Mungkin saja kasus- kasus
ini sedikit banyak mengandung nuansa kesenjangan ekonomi karena kaum pendatang
biasanya bekerja lebih ulet dan lebih berhasil sehingga menguasai sektor perekonomian
lokal. Lalu ada juga yang berkaitan dengan konflik antara rakyat dan penguasa yang
mengisyaratkan gejala ketidakpercayaan terhadap aparat keamanan dan pemerintahan.
Perusakan markas-markas Polisi dan Kantor- kantor Pemerintah dari Tingkat Desa hingga
Kabupaten/Kota (exekutif) dan juga Dewan Perwakilan Rakyat (legislatif) memperlihatkan
kecenderungan itu. Kasus-kasus kerusuhan di atas memperlihatkan bahwa salah satu
tantangan serius yang dihadapi dunia saat ini adalah fenomena munculnya budaya
kekerasan. Fenomena ini sungguh sangat mencemaskan. Ironisnya adalah bahwa gejala
sadisme ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang mudah main hakim sendiri
dengan melakukan bukan hanya sekedar tindakan-tindakan kekerasan akan tetapi juga
tindakan kekejaman dan kebengisan yang dilakukan oleh aparat negara seperti sering
diungkapkan oleh mereka yang mengalami siksaan ketika diinterogasi. Bahkan kasus yang
dapat dikatakan sebagai kekerasan yang dilakukan oleh negara. Budaya kekerasan ini
ikut mewarnai berbagai kerusuhan akhir-akhir ini sebagaimana terlihat dari korban-korban
yang terbunuh bahkan secara sangat mengenaskan. Berbagai kerusuhan sosial apalagi
budaya kekerasan mengisyaratkan bahwa kemampuan rakyat untuk menangani pluralitas
masyarakat dunia sudah sangat menyusut. Gejala ini sangat berbahaya karena pluralitas
masyarakat dunia kita cukup kompleks dan sering tumpang tindih sehingga satu insiden
kecil bisa berkembang atau dikembangkan menjadi sebuah kerusuhan sosial yang tidak
relevan dan tidak masuk akal seperti telah kita alami akhir-akhir ini. Hal ini bisa terjadi
karena pluralitas masyarakat kita dihadapkan pada situasi krisis sosial, politik dan ekonomi
yang sangat serius dan kompleks yang membuat masyarakat kita bagaikan jerami kering di
musim kemarau.
12

1.2 Rumusan Masalah


a. bagaimana pandangan kerukunan menurut agama hindu?
b. bagaimana cara menjaga kerukunan antar umat beragama?
c. apa kendala yang menjadi permasalahan dalam mencapai kerukunan
beragama?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah agama kami,
dan untuk menambah wawasan para pembaca tentang kerukunan antar umat beragama
serta permasalahan yang dihadapi.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah umat beragama diharapkan memperkuat
kerukunan jika agama dapat dikembangkan sebagai factor pemersatu maka ia akan
memberikan stabilitas dan kemajuan Negara sehingga dapat menciptakan suasana rukun
antar umat beragama dilingkungan masyarakat yaitu rasa aman, nyaman, dan sejahtera.
12

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pandangan kerukunan menurut ajaran Hindu


Kerukunan umat beragama berarti antara pemeluk-pemeluk agama yang berbeda
bersedia secara sadar hidup rukun dan damai. Hidup rukun dan damai dilandasi oleh
toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan dan
bekerjasama dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hidup rukun artinya hidup bersama
dalam masyarakat secara damai, saling menghormati dan saling bergotong
royong/bekerjasama.
Manusia ditakdirkan Hyang Widdhi sebagai makhluk sosial yang membutuhkan
hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia
memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
kebutuhan material, kebutuhan spiritual, maupun kebutuhan akan rasa aman.
Kitab Weda (Kitab suci Umat Hindu) memerintahkan manusia untuk selalu
menjalankan Tri Hita Karana Yaitu : selalu berbakti kepada Hyang Widdhi, hidup rukun
dengan alam lingkungan, serta hidup rukun dengan sesama umat manusia. Dalam
menjalin hubungan dengan umat manusia, diperinthkan untuk selalu rukun tanpa
memandang: ras, kebangsaan, suku, agama, orang asing, pribumi maupun pendatang, dan
lain sebagainya. Sehingga umat Hindu selalu berdoa sebagai berikut :

Samjnanam nah svebhih, Samjnanam aranebhih, Samjnanam asvina yunam, ihasmasu ni


acchalam.(Atharvaveda VII.52.1)
Artinya :

Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang yang dikenal dengan
akrab, Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang asing, semoga
Engkau memberkahi kami dengan keserasian (kerukunan/keharmonisan)

Janam bibhrati bahudha vivacasam, nanadharmanam prthivi yathaukasam, sahasram


dhara dravinasya me duham, dhruveva dhenur anapasphuranti ( Atharvaveda XII.I.45)

Artinya :
Semua orang berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda, dan memeluk Agama
(kepercayaan) yang berbeda-beda, Sehingga Bumi Pertiwi bagaikan sebuah keluarga yang
memikul beban. Semoga Ia melimpahkan kemakmuran kepada kita dan menumbuhkan
penghormatan diantara kita, seperti seekor sapi betina kepada anak-anaknya

Bahkan umat Hindu selalu berdoa untuk keselamatan seluruh mahluk hidup, seperti
bait ke 5 (lima) Puja Trisandya yang wajib dilantunkan 3 (tiga) kali dalam sehari oleh
umat Hindu yang taat :
12

Om Ksamasva mam mahadewa, sarwaprani hitangkara, mam moca sarwa papebyah,


palayaswa Sadasiwa
artinya :

Hyang Widdhi ampunilah hamba, semoga semua mahluk hidup (Sarwaprani) memperoleh
keselamatan ( hitangkara ),bebaskan hamba dari segala dosa dan lindungilan hamba.
(Keterangan. : Mahadewa dan Sadasiwa adalah nama-nama ke-Maha Kuasa-an Hyang
Widdhi Wasa/Tuhan YME).

Umat Hindu menurut pengertian Veda pada hakikatnya merupakan bagian dari
manusia lainnya, tak terpisahkan dari seluruh ciptaan Tuhan ( Sang Hyang Widi Wasa ),
penguasa dan penakdir segala ciptaan-Nya di alam semesta ini. Manusia Hindu tidak dapat
memisahkan dirinya untuk sebuah perbedaan, karena ia berasal dari yang satu, serta pada
akhirnya akan kembali kepada yang satu jua. Dalam kitab suci Veda masalah kerukunan
dijelaskan dalam beberapa ajaran, yaitu:

2.1.1 Tat Twam Asi


Demikianlah di dalam pustaka suci Veda dinyatakan sebuah kalimat: TAT TVAM
ASI yang bermakna: Itu adalah Engkau, Dia adalah Kamu, Aku adalah Dia, Engkau
adalah Aku, dan seterusnya bahwa setiap manusia adalah saudara dari manusia lainnya
dan teman dari insan ciptaan-Nya. Sesanti Tat Tvam Asi ini menjadi landasan etik dan
moral bagi umat Hindu di dalam menjalani hidupnya sehingga ia dapat melaksanakan
kewajibannya di dunia ini dengan harmonis. Tat tvam asi mengajarkan agar kita senantiasa
mengasihi orang lain atau menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita sendiri tidak merasa
senang disakiti apa bedanya dengan orang lain. Maka dari itu janganlah sekali-kali
menyakiti hati orang lain. Dan sebaliknya bantulah orang lain sedapat mungkin kamu
membantunya, karena sebenarnya semua tindakkan kita juga untuk diri kita sendiri. Bila
dihayati dan diamalkan dengan baik, maka akan terwujud suatu kerukunan. Dalam
upanisad dikatakan: Brahma Atma Aikhyam, yang artinya Brahman (Tuhan) dan Atman
sama. Dalalm upaya membina terwujudnya kerukunan hidup beragama yang berlandaskan
prinsip ajaran Tat Tvam Asi. Oleh karena itu tiada alasan untuk menjelek-jelekkan atau
menyakiti orang lain. Maka dari itu berbuat baiklah kepada orang lain atau agama lain
bahkan kepada semua makhluk hidup lainnya di muka bumi ini, tanpa terkecuali. Ajaran
Tat Tvam Asi mengajak setiap orang penganut agama untuk turut merasakan apa yang
sedang di rasakan orang lain. Tat Tvam Asi merupakan kata kunci untuk dapat membina
agar terjalinnya hubungan yang serasi atas dasar Asah, asih, asuh diantara sesama hidup.
Orang arif bijaksana melihat semuanya sama, baik kepada Brahmana Budiman yang
rendah hati, maupun terhadap makhluk hidup lainnya, orang yang hina papa sekalipun
walaupun perbuatan jahat yang dilakukan orang terhadap dirimu, perbuatan seperti orang
sadhu hendaknya sebagai balasanmu. Janganlah sekali-kali membalas dengan perbuatan
jahat sebab orang yang berhasrat berbuat kejahatan itu pada hakikatnya akan
12

Berpedoman pada filsafat Tat Tvam Asi maka umat Hindu sebagai bagian dari warga
Bangsa Indonesia wajib mengamalkan ajaran agamanya menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab. Umat Hindu harus mengabdi bagi kepentingan bangsa dan negara, serta
demi keluhuran harkat dan martabat umat manusia di dunia ini. Apa saja yang menjadi
masalah bangsa kita adalah masalah yang harus dihadapi bersama oleh umat Hindu,
dengan bekerja sama bahu membahu dalam suasana kerukunan sejati dengan sesama umat
beragama dan sesama warga negara Indonesia lainnya. Umat Hindu tidak boleh
melepaskan keterkaitan dirinya, baik secara pribadi maupun kelompok sebagai warga
negara Kesatuan Republik Indonesia, karena agama Hindu mengajarkan kewajiban moral
pengabdian terhadap Negara yang disebut Dharma Negara dan kewajiban moral
mengamalkan ajaran agamanya disebut Dharma Agama .
Sebagai warga negara, umat Hindu harus tunduk dan patuh kepada konstitusi serta
berupaya membudayakan nilai-nilai Pancasila pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari secara nyata. Oleh karena itu dalam rangka sosialisasi dan
inkulturasi nilai-nilai luhur agama dalam proses pembangunan nasional maka umat Hindu
harus mengamalkan ajaran agamanya secara benar dengan mengupayakan revitalisasi
terhadap mantra-mantra/ayat-ayat suci Veda sehingga mampu memberikan kontribusinya
terhadap kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional menuju masyarakat
madani.
Dengan demikian maka umat Hindu akan dapat berjalan seiring, selaras, serasi dan
seimbang dengan umat lain karena memiliki dasar pandangan yang sama di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam pada itu maka suasana
kebersamaan dan kerukunan umat beragama, maupun sinergi suku, ras, antar golongan
yang penuh perdamaian dan didorong oleh rasa kesadaran nasional niscaya akan terwujud
dengan harmonis. Kesadaran nasional sebagai esensi bangsa, yang memiliki kehendak
untuk bersatu harus mempunyai sikap mental, jiwa dan semangat kebangsaan
( nasionalisme ) sebagaimana disitir oleh Hans Kohn sebagai tekad suatu masyarakat
untuk secara sadar membangun masa depan bersama, terlepas dari perbedaan ras, suku
ataupun agama warganya .
Svami Chinmayananda dalam bukunya The Art of Living menyatakan bahwa
sekelompok manusia yang tinggal di suatu bagian geografis tertentu tidak dapat disebut
bangsa, tetapi hanya merupakan sekelompok manusia. Apabila kelompok semacam itu
hidup bersama dalam kerukunan dan berupaya untuk mencapai suatu tujuan yang sama,
barulah ia dapat disebut bangsa . Kualitas suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas
individu warga negaranya yang memiliki rasa persaudaraan, kasih sayang dan pengertian
yang integratif. Selanjutnya dikatakan bahwa suatu Negara Kesatuan, dimana setiap warga
negaranya berupaya untuk mengabdi dan melayani tanpa motif pribadi maka akan menjadi
bangsa yang besar, kuat dan berprestasi.
Bagi kita bangsa Indonesia cita-cita masa depan yang akan dibangun adalah suatu
masyarakat madani yang adil dan makmur materiil dan spiritual dalam satu wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dalam suasana peri
12

kehidupan yang aman, tentram, tertib dan dinamis, serta dalam suasana pergaulan dunia
yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Hal ini sejalan dengan tujuan agama Hindu
yaitu Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharmah .
Sehubungan dengan itu, maka filsafat Tat Tvam Asi, Dharma Agama, Dharma
Negara yang mewujud ke dalam pengamalan ajaran Tri Hita Karana adalah merupakan
konsep pemikiran Hindu yang menjadi dasar etik dan moral dalam menjalankan kewajiban
hidup baik sebagai manusia pribadi, sebagai warga negara maupun sebagai umat beragama
yang dharmika yaitu umat yang sadar akan hak dan kewajibannya.
Konsep pemikiran Hindu dalam rangka mendukung terwujudnya kerukunan dan
perdamaian dalam kehidupan bernegara kesatuan harus dilandasi etik dan moral ajaran
Veda yang diaktualisasikan dalam sikap sebagai berikut :
Menyadari dirinya sebagai sahabat dari sesama umat manusia, baik intern umat Hindu,
antar SARA, maupun dengan pemerintah. Mereka juga sebagai teman dari semua ciptaan
Tuhan, karena berasal dari pencipta yang sama serta diisi dan digerakkan oleh sumber
hidup yang sama.
Senantiasa berupaya melaksanakan Dharma Agama melalui pengamalan ajaran
agamanya secara benar dan utuh tanpa kepentingan yang bersifat eksklusif.
a. Setiap umat Hindu hendaknya menghayati dan meyakini kebenaran ajaran Sradha dan
mengamalkannya secara nyata dalam kehidupan sehari hari.
b. Agar tidak terjadi benturan ( disharmoni ) didalam pelaksanaannya, baik dalam
kehidupan pribadi maupun ditengah kehidupan masyarakat yang heterogen (bhineka)
ini, maka ajaran Dharma Siddhyarta sebagai landasan pertimbangan dalam
menuangkan konsep/gagasan yang akan diputuskan hendaknya benar benar
dipedomani.
Dharma Siddhyarta tersebut terdiri atas lima aspek yang dijadikan dasar pertimbangan,
yaitu :
1) Iksa : hakikat tujuan dari suatu kegiatan yang akan dilaksanakan.
2) Sakti : kesadaran kemampuan fikir dan fisik materiil untuk mendukung suatu
kegiatan.
3) Desa : tempat kegiatan atau lingkungan kondusif yang dapat memperlancar suatu
kegiatan.
4) Kala : waktu atau masa di dalam melaksanakan suatu kegiatan.
5) Tattva : dasar keyakinan atau falsafah yang bersumber dari nilai suci Veda.
c. Sebagai warga bangsa yang Sradha dan Bhakti, umat Hindu hendaknya percaya
bahwa setiap agama mengandung nilai suci dan jalan menuju Kebenaran Tuhan.

2.1.2 Karma Phala


Karma phala merupakan suatu hukum sebab akibat atau kausalitas atau aksi reaksi
umat Hindu.mengingat meyakini akan kebenaran hukum ini apapun yang dilakukan
tentunya dengan tidak sengaja akan menimbulkan dampak. Setiap dampak akan membawa
akibat. Segala sebab yang dilakukan akan membawa akibat hasil perbuatan. Segala karma
atau perbuatan akan mengakibatkan karmaphala ( hasil/phala perbuatan). Hukum rantai
12

sebab akibat perbuatan (karma) dan Phala perbuatan (Karma Phala) ini disebut hukum
karma. Jadi setiap akibat yang timbul tentu ada penyebabnya tidak mungkin ada akibat
tanpa sebab. Demikian juga sebaliknya setiap perbuatan yang dilakukan sudah pasti akan
menerima akibat, baik atau buruk. Cepat maupun lambat mau tidak mau hasil akan selalu
mengikutinya. Ini merupakan dalil yang logis yaitu setiap sebab pasti menimbulkan akibat
dan setiap akibat yang ada pasti ada penyebabnya. Antara sebab dan akibat tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya diibaratkan diri kita dengan bayangannya. Bayangan akan
selalu mengikuti kemanapun kita akan pergi. Karma phala adalah merupakan sradha atau
keimanan ketiga panca sradha. Karma berarti perbuatan dan phala berarti hasil atau buah.
Perbuatan yang baik yang dilakukan akan mendatangkan hasil yang baik demikian juga
perbuatan yang buruk pasti akan mendatangkan hasil yang buruk pula. Batu dengan batu
atau kayu dengan kayu bila digosok-gosok menimbulkan akibat yaitu panas. Hukum ini
berlaku pada semua makhluk hidup lebih-lebih pada kehidupan manusia sebagai makhluk
utama tidak perlu disangsikan lagi dampak yang akan ditimbulkannya Cuma waktu untuk
menerima hasil perbuatan berbeda-beda ada yang cepat dan ada pula yang lambat dan
bahkan bisa pula diterima dalam penjelmaan berikutnya. Oleh karena itu berlandaskan
pada keyakinan tersebut dalam memupuk kerukunan hidup beragama senantiasa berbuat
baik berlandaskan dharma. Yang dipuji adalah karma. Sesungguhnya yang menjadikan
orang itu berkeadaan baik adalah perbuatannya yang baik dan sebaliknya yang menjadikan
orang itu berkeadaan buruk adalah perbuatannya yang buruk. Seseorang akan menjadi baik
hanya dengan berbuat kebaikan seseorang menjadi dosa karena perbuatan jahatnya. Subha
asubha prawerti yaitu baik buruk atau amal dosa dari suatu perbuatan yang merupakan
dasar daripada karmaphala dharma yang juga disebut subha karma akan membuahkan
kebahagiaan hidup lahir bathin dan karma yang jahat hina dan adharma yang juga
dinamakan asubha karma akan mendapatkan pahala berupa penderitaan dan kesengsaraan
lahir bathin.
12

2.1.3 Ahimsa
Ahimsa merupakan landasan penerapan kerukunan hidup beragama. Ahimsa berarti
tanpa kekerasan. Secara etimologi ahimsa berarti tidak membunuh, tidak menyakiti
makhluk hidup lainnya. Ahimsa parama dharmah adalah sebuah kalimat sederhana
namun mengandung makna mendalam. Tidak menyakiti adalah kebajikan yang utama atau
dharma tertinggi. Hendaknya setiap perjuangan membela kebenaran tidak dengan
perusakan-perusakan karena sifat merusak, menjarah, memaksakan, mengancam, meneror,
membakar dan lain sebagainya sangat bertentangan dengan ahimsa karma termasuk
menyakiti umat lain dengan niat yang tidak baik atau dengan berkata-kata kasar pedas dan
mengumpat. Ahimsa adalah perjuangan tanpa kekerasan termasuk tanpa menentang hukum
alam. Jika melanggar hukum alam akan mengundang reaksi keras. Mereka harus belajar
memelihara dan melindungi lingkungan sendiri agar tercipta kehidupan yang harmonis dan
selaras dengan lingkungannya sendiri. Jadi ahimsa mengandung pengertian tidak
melakukan kekerasan tidak membunuh makhluk hidup apapun. Ahimsa juga dimaksudkan
tidak melakukan kekerasan agar tidak menyakiti hati orang lain. Bertentangan dengan
ahimsa karma perbuatan membunuh adalah adharma bertentangan dengan agama.
Bersahabat adalah merupakan suatu kebutuhan sosiologis bagi manusia. Tidak ada manusia
normal yang tidak membutuhkan persahabatan. Cirri-ciri kemanusiaan seseoarang baru
akan Nampak apabila dia berada ditengah-tengah manusia lainnya. Jiwa manusia
membutuhkan untuk diterima minimal oleh lingkungannya terdekat. Ada semacam anjuran
yang perlu mendapatkan perhatian dalam membina hubungan erat dalam pergaulan hidup.
Kalau merasa diri kurang kuat bersahabatlah dengan yang kuat dengan demikian tidak
akan ada rasa cemas. Jika ajaran brata ahimsa tidak dipelihara maka ia akan menyebabkan
berkembangnya sifat-sifat kemarahan, kebingungan, iri hati, dan bahkan dapat menumbuh
suburnya hawa nafsu yang menggebu-gebu, sebagai musuh di dalam diri kita yang paling
sulit diatasi.

2.1.4 Tri Hita Karana


Tri hita karana mempunyai pengertian tiga penyebab keharmonisan, yaitu:
a) Parahyangan
Parahyangan adalah hubugan harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Brahman sang pncipta/Tuhan Yang Maha Esa. sebagai umat beragama atas dasar
konsep theology yang diyakininya khususnya umat hindu yang pertama harus dilakukan
adalah bagaimana berusaha berhubungan dengan sang pencipta melalui kerja keras sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Untuk hal ini di tempuh dengan catur marga yaitu
empat jalam menuju sang pncipta yakni:
1. Karma Marga merupakan suatu ajaran yang mandorong umat untuk berbuat
semaksimal mungkin untuk kepentingan orang banyak atau dirinya sendiri berada di
dalam lingkungan itu. Apa yang dikerjakan tersebut dilandasi dengan rasa tulus ikhlas
dan tanpa pamrih. Yang dapat diperbuat dan mempunyai nilai spiritual yang tinggi
adalah membangun dan membantu pembangunan tempat-tempat ibadah baik melalui
12

memberikan dana punya (memberikan sumbangan berupa uang atau bahan-bahan


bangunan), sehungga dapat memperlancar kegiatan pembangunan tempat-tempat ibadah
tersebut dan terwujud dengan baik serta dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya olah
uamat beragama untuk kegiatan keagamaan.
2. Bhakti Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk tulus ikhlas
mengabdi atas dasar kesadaran pengabdian, yang dimaksudkan disini adalah selain
berbakti kepada Hyang Widhi Wasa (tuhan) juga mengabdi untuk kepentingan
masyarakat, bangsa, dan Negara.
3. Jnana Marga mrupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk yang mempunyai
kemampuan pemikiran-pemikiran yang cemerlang dan positif untuk disumbangkan
secara sukarela dan tanpa imbalan untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.
4. Raja Yoga Marga merupakan suatu ajran yang medorong umat untuk selalu
menhubungkan diri dengan tuhan melalui kegiatan sembahyang, tapa (mengikuti untuk
tidak melanggar larangan/pantangan), brata (megendalikan diri) dan samadi (selalu
menghubungkan diri dengan berpasrah diri kepada Tuhan melalui berjapa/jikir).
b) Pawongan
Pawongan adalah hubungan harmonis antara sesame umat manusia. Dalam hal ini
ditekankan agar sesame umat beragama untuk selalu mengadakan komunikasi dan
hubungan yang harmonis melalui kegiatan Sima Krama Dharma Santhi/silahturahmi. Dan
kegiatan ini dipandang penting dan strategis mengingat bahwa umat manusia selalu hidup
berdampingan dan tidak bisa hidup sendirian. Oleh karena itu tali persahabatan dan
persaudaraan harus tetap terjalin dengan baik.
c) Pelemahan
Pelemahan adalah hubungan yang harmonis antara umat manusia dengan
lingkungannya. Ajaran ini menekankan kepada umat manusia untuk tetap menjaga
kelestarian lingkungan alam sekitar, sehingga terwujud keharmonisan alam dan tetap
terjaganya keseimbangan ekosistem. Untuk mewujudkan keharmonisan dengan alam
lingkungan, bentuk-bentuk nyata yang dapat dipedomi dan dilakanakan khususnya bagi
umat hindu adalah melalui pengalaman makna tumpek uduh, tumpek kandang dan caru
(butha yajna) dengan berbagai tingkatnya. Semuanya itu merupakan suatu tatanan yang
mendasar serta mengandung konsep-konsep keseimbangan yang pada intinya memberikan
dorongan untuk menumbuh kembangkan rasa cinta kasih kepada sesama dan alam
lingkungan.
12

2.2 Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Bergama


Untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
1. Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. Baik yang merupakan
pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang berbeda Agama. Rasa toleransi bisa
berbentuk dalam macam-macam hal. Misalnya seperti, pembangunan tempat ibadah
oleh pemerintah, tidak saling mengejek dan mengganggu umat lain dalam interaksi
sehari harinya, atau memberi waktu pada umat lain untuk beribadah bila memang
sudah waktunya mereka melakukan ibadah. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk
menunjukkan sikap toleransi. Hal ini sangat penting demi menjaga tali kerukunan
umat beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi antar umat beragama di
Indonesia sudah tinggi, maka konflik konflik yang mengatasnamakan Agama di
Indonesia dengan sendirinya akan berkurang ataupun hilang sama sekali.
2. Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang
tersebut. Jangan melakukan perlakuan diskriminasi terhadap suatu agama, terutama
saat mereka membutuhkan bantuan. Misalnya, di suatu daerah di Indonesia mengalami
bencana alam. Mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Kristen. Bagi Anda
yang memeluk agama lain, jangan lantas malas dan enggan untuk membantu saudara
sebangsa yang sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama. Justru dengan
membantu mereka yang kesusahan, kita akan mempererat tali persaudaraan sebangsa
dan setanah air kita, sehingga secara tidak langsung akan memperkokoh persatuan
Indonesia.
3. Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut.
Misalnya dengan selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun. Biasakan pula
untuk menomor satukan sopan santun dalam beraktivitas sehari harinya, terlebih lagi
menghormati orang lain tanpa memandang perbedaan yang ada. Hal ini tentu akan
mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.
4. Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan kepala
dingin dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Para pemuka agama,
tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian
solusi yang baik dan tidak merugikan pihak pihak manapun, atau mungkin malah
menguntungkan semua pihak. Hal ini diperlukan karena di Indonesia ini
masyarakatnya sangat beraneka ragam.
12

2.3 Kendala-Kendala Dalam Mencapai Kerukunan Beragama


Kendala kendala dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama
1. Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar agama
sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan
(lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari
pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut
persoalan teologi yang sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan
mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak
terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu
sama lain. Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian
membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak.
Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya.
Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda
agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik.
2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala
dalammncapai tujuan sebuah kerukunan anta umat beragama khususnya di Indonesia, jika
bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar
agama telah dibangun dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin
berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun hampir memetik buahnya. Namun tiba-
tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan antaragama dan
bahkan memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya
merontokkan bangunan dialog yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di
negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi
lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita,
yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya.
Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu
membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita seringkali menunggangi
agama dan memanfaatkannya.
3. Sikap Fanatisme
Di Indonesia telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang dapat
dikategorikan sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang
menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya
diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih berpandangan bahwa
Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat menjamin keselamatan menusia.
Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk Islam. Segala perbuatan orang-orang non-
Muslim, menurut perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi Allah.
12

Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing aliran


dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya
sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak
aliran dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki
pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja,
dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis,
misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya
untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada di luar untuk masuk dan
bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang akan
dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan pandangan-
pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang
berlebihan.
Solusi solusi dari kendala kendala tersebut yaitu
1. Dialog Antar Pemeluk Agama
2. Bersikap Optimis
Dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama perlu dilakukan suatu upaya-
upaya yang mendorong terjadinya kerukunan hidup umat beragama secara lebih baik dalam
bentuk :
1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta
antar umat beragama dengan pemerintah.
2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya
mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun
dalam bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan
dan sikap toleransi.
3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka
memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan
agama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern dan antar
umat beragama.
4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari
seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman
bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu
sama lainnya dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang
mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara
menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan
tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu.
12

7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat,


oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah
fenomena kehidupan beragama.
Adapun langkah-langkah yang harus diambil dalam memantapkan kerukunan hidup
umat beragama, diarahkan kepada 4 (empat) strategi yang mendasar yakni :
1. Para pembina formal termasuk aparatur pemerintah dan para pembina non formal
yakni tokoh agama dan tokoh masyarakat merupakan komponen penting dalam
pembinaan kerukunan antar umat beragama.
2. Masyarakat umat beragama di Indonesia yang sangat heterogen perlu
ditingkatkan sikap mental dan pemahaman terhadap ajaran agama serta tingkat
kedewasaan berfikir agar tidak menjurus ke sikap primordial.
3. Peraturan pelaksanaan yang mengatur kerukunan hidup umat beragama perlu
dijabarkan dan disosialisasikan agar bisa dimengerti oleh seluruh lapisan
masyarakat, dengan demikian diharapkan tidak terjadi kesalahpahaman dalam
penerapan baik oleh aparat maupun oleh masyarakat, akibat adanya kurang
informasi atau saling pengertian diantara sesama umat beragama.
4. Perlu adanya pemantapan fungsi terhadap wadah-wadah musyawarah antar
umat beragama untuk menjembatani kerukunan antar umat beragama.
12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat
bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran
agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. berbagai macam
bahasan mengenai kerukunan antar umat beragama, yaitu : Kendala-kendala yang dihadapi
dalam mencapai kerukunan umat beragama di Indonesia ada beberapa sebab, antara lain;
rendahnya sikap toleransi, kepentingan politik dan sikap fanatisme. Adapun solusi untuk
menghadapinya, adalah dengan melakukan dialog antar pemeluk agama dan menanamkan
sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama.

3.2 Saran
Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari atau yang kita bicarakan, tapi
persamaanlah yang seharusnya kita cari karena dari persamaanlah hidup ini akan saling
menghargai, menghormati dan selaras. Lewat persamaan kita bisa jalin persaudaraan dan
mempererat tali silahturahi, denga begitu aka tercpta kerukunan dengan sendirinya.
12

DAFTAR PUSTAKA

sumber dari alamat:

https://elsietelibertador76.wordpress.com/2013/01/22/kerukunan-umat-beragama/
https://arieksync.blogspot.com/2008/10/perspektif-kerukunan-hidup-umat.html
https://dharmagupta.blogspot.com/2012/12/kerukunan-dan-toleransi-umat-
beragama.html
https://pusporenanjoyoblog.wordpress.com/2013/02/14/hindu-pluralitas-dan-
kerukunan-beragama/
http://ikanurj.blogspot.com/2013/01/kerukunan-umat-beragama.html?m=0

Anda mungkin juga menyukai