Pendahuluan
Costa merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang memiliki fungsi
untuk memberikan perlindungan terhadap organ didalamnya dan yang lebih penting adalah
mempertahankan fungsi ventilasi paru.
Fraktur costa terutama disebabkan karena trauma tumpul dada. Perlu ketelitian untuk
membedakan apakah kontusio dinding dada atau fraktur kosta. Fraktur ini sebagian terbesar
disebabkan kecelakaan lalu lintas diikuti jatuh dari tempat yang tinggi.
Costa merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang memiliki fungsi
untuk memberikan perlindungan terhadap organ didalamnya dan yang lebih penting adalah
mempertahankan fungsi ventilasi paru. Fraktur costa akan menimbulkan rasa nyeri, yang
mengganggu proses respirasi, disamping itu adanya komplikasi dan gangguan lain yang
menyertai memerlukan perhatian khusus dalam penanganan terhadap fraktur ini. Pada anak
fraktur costa sangat jarang dijumpai oleh karena costa pada anak masih sangat lentur.
Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan, samping
ataupun dari arah belakang. Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan trauma
costa, tetapi dengan adanya otot yang melindungi costa pada dinding dada, maka tidak semua
trauma dada akan terjadi fraktur costa.
Sebanyak 25% dari kasus fraktur costa tidak terdiagnosis, dan baru terdiagnosis setelah
timbul komplikasi, seperti hematotoraks dan pneumotoraks. Hal ini dapat terjadi pada
olahragawan yang memiliki otot dada yang kuat dan dapat mempertahankan posisi frakmen
tulangnya.
BABII
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Fraktur pada iga (costae) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang / tulang rawan
yang disebabkan oleh ruda paksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa. Trauma tajam lebih
jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma yang sempit, sehingga
gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga terutama pada iga IV-X (mayoritas terkena).
Perlu diperiksa adanya kerusakan pada organ-organ intra-toraks dan intra abdomen.
Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen (hepar atau spleen) bila terdapat
fraktur pada iga VIII-XII. Kecurigaan adanya trauma traktus neurovaskular utama ekstremitas
atas dan kepala (pleksus brakhialis, subklavia),bila terdapat fraktur pada iga I-III atau fraktur
klavikula.
2. KLASIFIKASI FRAKTUR
Penampilkan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi
1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara
1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
2). Fraktrul Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya
1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan
2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi.
4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang
yang sama.
2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
overlapping).
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman
sindroma kompartement.
3. KLASIFIKASI FRAKTUR IGA
4. ETIOLOGI
Secara garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi dalam 2 kelompok :
1. Disebabkan trauma
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain:
Kecelakaan lalulintas,kecelakaan pada pejalan kaki ,jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada dasar
yang keras atau akibat perkelahian.
b. Trauma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa :Luka tusuk dan luka
tembak
2. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa ,terutama akibat gerakan yang menimbulkan
putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan yang berlebihan dan
stress fraktur,seperti pada gerakan olahraga : Lempar martil, soft ball, tennis, golf.
5. PATOFISIOLOGI
Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,samping
ataupun dari arah belakang.Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan trauma
costa,tetapi dengan adanya otot yang melindungi costa pada dinding dada,maka tidak semua
trauma dada akan terjadi fraktur costa.
Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costa pada tempat
traumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur costa dapat terjadi apabila energi yang
diterimanya melebihi batas tolerasi dari kelenturan costa tersebut.Seperti pada kasus kecelakaan
dimana dada terhimpit dari depan dan belakang,maka akan terjadi fraktur pada sebelah depan
dari angulus costa,dimana pada tempat tersebut merupakan bagian yang paling lemah.
Fraktur costa yang displace akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan
organ dibawahnya.Fraktur pada costa ke 4-9 dapat mencederai a.intercostalis ,pleura
visceralis,paru maupun jantung ,sehingga dapat mengakibatkan timbulnya
hematotoraks,pneumotoraks ataupun laserasi jantung.
7. TEST DIAGNOSTIK
Rontgen standar
Rontgen thorax anteroposterior dan lateral dapat membantu diagnosis hematothoraks
dan pneumothoraks ataupun contusio pulmonum, mengetahui jenis dan letak fraktur
costae.
Foto oblique membantu diagnosis fraktur multiple pada orang dewasa.
Pemeriksaan Rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera toraks lain,
namun tidak perlu untuk identifikasi fraktur iga.
EKG
Monitor laju nafas, analisis gas darah
Pulse oksimetri
8. KOMPLIKASI
a. Atelektasis
b. Pneumonia
c. hematotoraks
d. pneumotoraks
e. cidera intercostalis, pleura visceralis, paru maupun jantung
f. laserasi jantung.
9. PENATALAKSANAAN
2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks, pneumotoraks)
3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks, hematotoraks, atau
kerusakan organ intratoraks lain, adalah:
Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun relaksan otot merupakan
pengobatan yang adekuat. Pada cedera yang lebih hebat, perawatan rumah sakit diperlukan untuk
menghilangkan nyeri, penanganan batuk, dan pengisapan endotrakeal.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera
vaskuler, edema, pembentukan trombus)
c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,
taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada
(Doengoes, 2000)
2. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan: Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan santai,
mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan penggunaan
keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual
3. Lindungi kulit dan gips pada daerah Mencegah gangguan integritas kulit
perianal dan jaringan akibat kontaminasi
fekal.
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
Tujuan : klien akan menunjukkan pengetahuan meningkat dengan kriteria klien mengerti dan
memahami tentang penyakitnya
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji kesiapan klien mengikuti Efektivitas proses pemeblajaran
program pembelajaran. dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
mental klien untuk mengikuti
program pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA