DEPARTEMEN EMERGENCY
Oleh :
Eriska Pratiwi
150070300011126
Kelompok 11
1. Definisi Nefrolitiasis
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di
ginjal. Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi
pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa
sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal
(penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu
saluran kemih. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan poinefrosis,
urosepsis, abses ginjal ataupun pielonefritis (Muttaqin dan Sari: 108, 2011)
Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk didalam
saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi
didalam urine. Sebanyak 60% kandungan batu ginjal terdiri dari kalsium oksalat, asam urat,
magnesium, ammonium, dan fosfat atau gelembung asam amino (Nursalam: 65, 2008).
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000).
2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang memungkinkan terbentuknya batu pada saluran kemih, yaitu
sebagai berikut;
a. Penyebab dan faktor predisposisi:
1) Hiperkalemia dan hiperkalsiuria disebabkan oleh bebrapa kelebihan terkait reabsorpsi
kalsium dari tulang (hiperparatiroidisme), asidosis tubulus ginjal, dan kelebihan
asupan vitamin D, susu, dan alkali.
2) Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas.
3) Diet tinggi purin dan abnormalitas metabolisme purin (hiperuremia dan gout)
4) Infeksi kronis dengan urea mengandung bakteri (proteus vulgaris)
5) Sumbatan kronis dimana urine tertahan akibat benda asing dalam saluran kemih.
6) Kelebihan absorpsi oksalat dalam penyakit inflamasi usus
b. Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan, dan pH urin.
c. Lamanya kristal terbentuk didalam urin dipengaruhi oleh mobilisasi rutin
d. Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urin
e. Infeksi saluran kemih
f. Kurangnya asupan air dan diet tinggi purin mengandung zat penghasil batu
g. Idiopatik (Muttaqin dan Sari; 108, 2011)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu:
a. Faktor intrinsik, meliputi:
1) Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2) Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3) Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita. Lelaki
dikatakan memiliki risiko dua hingga empat kali lebih besar dibandingkan perempuan. Dari
penelitian Chen, hal ini dipengaruhi oleh reseptor hormon androgen yang ada pada lelaki.
3. Patofisiologi
Zat pembentuk batu dapat mengendap di urine jika ambang kelarutannya terlampaui.
Pada rentang yang disebut rentang metastabil, pembentukan kristal mungkin tidak terjadi
sama sekali atau hanya berjalan dengan sangat lambat, meskipun larutan sangat jenuh.
Namun, jika konsentrasinya meningkat melebihi rentang metastabil, maka terjadilah
kristalisasi.
Pada peningkatan filtrasi dan ekskresi zat penghasil batu akan membuat peningkatan
konsentrasi didalam plasma. Jadi, hiperkalsiuria dan fosfaturia terjadi akibat peningkatan
absorpsi di usus dan mobilisasi dari tulang. Hiperkalsemia dapat disebabkan oleh kelainan
metabolik pada pemecahan asam amino atau melalui peningkatan absropsinya di usus.
Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang berlebihan, sintesis baru yang meningkat, atau
peningkatan pemecahan purin. Batu xantin dapat terjadi jika pemebentukan purin sangat
meningkat dari pemecahan purin xantin menjadi asam urat dihambat.
Gangguan reabsorpsi ginjal merupakan penyebab yang sering dari peningkatan
eksresi ginjal pada hiperkalsiuria dan merupakan penyebab tetap pada sistinuria.
Pelepasan ADH menyebabkan peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu melalui
peningkatan konsentrasi urine. Kelarutan beberapa zat bergantung pada pH urine. Fosfat
mudah larut dalam urine yang asam, tetapi sukar larut dalam urine yang alkalis.
Faktor lain yang juga penting adalah berapa lama sebenarnya kristal yang telah
terbentuk tetap berada di dalam urine yang sangat jenuh.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis, serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi
pielum dan lebih dari dua kali kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa
sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal
mempengaruhi timbulnya batu ginjal.
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem pelvikalises
dan turun ke ureter menjadi batu ureter.
Batu yang terletak pada ureter maupun sistem pelvikalises mampu menimbulkan
obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelaianan struktur saluran kemih sebelah atas.
Obstruksi diureter menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di pielum kaliekstasis
pada kaliks yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan
pionefrosis, urosespsis, abses ginjal, abses perinefritik, abses paranefritik ataupun
pielonefritis. Pada keadaan yang lanjut terjadi kerusakan ginjal dan jika mengenai kedua sisi
dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen.
(Muttaqin dan Sari;110, 2011)
c. Batu Sistin
Sistin bersifat relatif tidak larut, terutama pada pH asam. defek resesif autosomal pada
transporter asam amino dibasic menurunkan reabsorpsi sistin di tubulus, sehingga
menyebabkan sistinuria.
6. Manifestasi Klinik
a. Nyeri pinggang yang berat, seringkali menyebar ke selangkangan
b. Gejala gastrointestinal: meliputi mual, muntah, diare, dan perasaan tidak nyaman di perut
berhubungan dengan refluks renointestinal dan penyebaran saraf antara ureter dan intestin.
c. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta
ureter proksimal yang menyebabkan kolik;
1) Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan seperti saat turun ke ureter (kolik
uretra)
2) Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitits.
d. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih: suhu
tubuh naik dan menggigil.
e. Obstruksi meregangkan kapsul ginjal, menyebabkan nyeri hebat dengan peningkatan
produksi prostaglandin ginjal.
f. Aliran urine tiba-tiba terhenti, dengan nyeri pada penis atau perineum.
(Nursalam; 66, 2008)
7. Komplikasi
a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut
kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini terjadi
akibat sumbatan yang lama menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan
gagal ginjal (Nursalam; 67, 2008).
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangan
mikroorganisme akibat adanya obstruksi. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada
peritoneal (Nursalam; 67, 2008).
c. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan
lama-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin.
d. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan penunjang dasar mencakup urinalisis, kalsium, fosfat, asam urat, kreatinin, dan
ureum serta serum,
b. Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya: leukosituria, henaturia, dan dijumpai
kristal-kristal pembentuk batu
c. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea
d. Pemeriksaan fungsi ginjal untuk memonitor penurunan fungsi
e. Pemeriksaan elektrolit untuk keterlibatan peningkatan kalsium dalam darah
f. Pemeriksaan foto polos abdomen, IVP USG, urogram, untuk menilai posisi, besar, bentuk
batu pada saluran kemih serta mengevaluasi derajat sumbatan
g. Analisa material batu jika memungkinkan kristal dapat diidentifikasi melalui mokroskop
polarisasi , difraksi sinar-X, dan spektroskopi infra merah
(Muttaqin dan Sari; 113, 2011)
9. Penatalaksaan Keperawatan
Penatalaksanaan menurut klasifikasi pembentukan batu ginjal:
a. Batu Kalsium: asupan cairan ditingkatkan dan asupan kalsium, natrium, dan protein hewani
dikurangi.
b. Batu Asam Urat: mengurangi asupan purin dan diet, meningkatkan volume urin dan
alkalinisasi urin dengan natrium bikarbonat atau kalium sitrat.
c. Batu Sistin: meningkatkan asupan cairan yang baik dan alkalinisasi dengan natrium
bikarbonat.
d. Batu Infekai: pengangkatan batu, antibiotik, dan skrining predisposisi pembentukan batu.
(OCallaghan; 105, 2007)
c. Pilih makanan yang kaya vitamin A. Asupan vitamin A sebesar 5000 IU per hari (setara 60
gram wortel) menyehatkan fungsi sistem urin dan mencegah pembentukan batu ginjal.
Makanan yang kaya vitamin A adalah brokoli, melon, ikan, dan hati. Namun, berhati-hatilah
jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan bervitamin A dari sumber hewani, karena
kelebihan vitamin A justru menyebabkan masalah kesehatan lain.
d. Kurangi garam dalam makanan. Dengan mengurangi garam maka akan mengurangi kadar
kalsium dalam urin.
e. Jangan berlebihan mengkonsumsi susu dan produk susu (keju, yogurt, es krim, dll) yang
berkalsium tinggi. Kelebihan kalsium akan dibuang oleh tubuh melalui urin sehingga
meningkatkan risiko batu ginjal.
f. Jangan berlebihan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium oksalat tinggi seperti
cokelat, kacang, bayam, anggur, merica, teh dll.
i. Mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan
meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
j. Kembangkan pola hidup aktif. Kalsium adalah unsur pembentuk tulang. Dengan hidup aktif
maka akan membantu pembentukan kalsium menjadi tulang. Sebaliknya, gaya hidup kurang
gerak mendukung kalsium untuk beredar dalam darah dan berisiko menjadi kristal.
k. Kurangi juga makanan mengandung asam urat terlalu tinggi seperti kangkung, bayam,
kembang kol dan olahan melinjo.
l. Konsumsi buah semangka, karena buah ini memiliki manfaat yang sangat bagus bagi tubuh
khususnya ginjal. Bahkan buah ini sering disebut sebagai pencuci darah alami.
m. Jangan mengkonsumsi vitamin C secara berlebihan. Untuk orang dewasa, batas vitamin C
yang disarankan maksimal 2.000 mg per hari
n. Jangan memanaskan olahan sayur bayam, sebab ini termasuk salah satu pembentuk batu
ginjal.
(http://www.dokterku-online.com/index.php/article/72-waspadai-batu-ginjal-dan-saluran-
kemih diakses pada tanggal 25 Februari 2013)
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama
antara perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang
optimal (Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk, 2000):
A. Pengkajian
1. Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang
menggangu saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.
4. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.
3. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus), penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih.
4. Makan dan Minum
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau fosfat,
ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal, penurunan atau takadanya bising usus, dan muntah
5. Nyeri / rasa tidak nyaman
Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran
nyeri,skala nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya
nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Apakah
nyeri sampai menimbulkan kokik atau tidak.
6. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
7. Respon emosi : cemas
8. Pengetahuan tentang penyakitnya
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: klien biasanya lemah, kesadaran komposmetis, adanya perubahan TTV
sejunder dari nyeri kolik.
2. Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat dingin, dan
nausea.
3. Inspeksi: pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuria, retensi urine,
dan sering miksi. Adanya kolik menyebabkan pasien terlihat mula dan muntah
4. Palpasi: palpasi ginjal dilakukan untuk mengindentifikasi massa. Dapat teraba ginjal pada
sisi sakit pada beberapa kasus, seperti pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan
hidronefrosis.
5. Perkusi: perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada
sudut kostovertebra dan didapatkan respon nyeri, tanda gagal ginjal dan retensi urin.
6. Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan urosepsis
(Muttaqin dan Sari; 112, 2011).
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan penunjang dasar mencakup urinalisis, kalsium, fosfat, asam urat, kreatinin, dan
ureum serta serum, pemeriksaan ini diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan
penyebab batu.
2. Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya: leukosituria, henaturia, dan dijumpai
kristal-kristal pembentuk batu
3. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea
4. Pemeriksaan fungsi ginjal untuk memonitor penurunan fungsi
5. Pemeriksaan elektrolit untuk keterlibatan peningkatan kalsium dalam darah
6. Pemeriksaan foto polos abdomen, IVP USG, urogram, untuk menilai posisi, besar, dan
bentuk batu pada saluran kemih serta mengevaluasi derajat sumbatan
7. Analisa material batu jika memungkinkan kristal dapat diidentifikasi melalui mokroskop
polarisasi, difraksi sinar-X, dan spektroskopi infra merah
E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kolik b/d aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal saraf
sekunder dari adanya batu pada ginjal
2. Perubahan pola miksi b/d retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran
kemih.
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah efek
sekunder dari nyeri kolik.
4. Kecemasan b/d prognosis pembedahan, tindakan invasive diagnostic.
5. Kurang informasi b/d rencana pembedahan, tindakan diagnostik invasif (ESWL),
perencanaan pasien pulang.
Pemantauan Cairan
Intrevensi yang akan dilakukan :