Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM PENGELOLAAN BARANG-BARANG

MILIK NEGARA

Dosen Pembimbing

Ratna Dewi, SH.MH

Disusun oleh:

ABDURRAHMAN

RRB 10014085

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JAMBI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terbitnya Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2014 yang mencabut PP No.06

tahun 2006 jo PP 38 tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Negara/Daerah

yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Keuangan No.78 tahun 2014

tentang tata cara pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Negara di

Kementerian/Lembaga dan Permendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah yang ruang lingkupnya mulai dari

Perencanaan kebutuhan sampai dengan Pelaporan sesungguhnya sudah dapat

memberikan guide/petunjuk pelaksanaan yang cukup memadai. Fakta di

lapangan masih membuktikan bahwa diserahi fungsi sebagai pengguna barang

tidak sesuai dengan harapan. Permasalahan klasik seperti: manajemen Sumber

Daya Manusia, ketidakpedulian dalam pemeliharaan aset dan penata usahaan

BMN/D yang karut marut, hal ini kita dapat ketahui catatan atas opini Badan

Pemeriksa Keuangan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

(disclaimer) hampir setiap tahun masih di dominasi masalah Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah. Ruang lingkup barang milik negara mengacu

pada pengertian barang milik negara berdasarkan rumusan dalam Pasal 1

angka 10 dan angka 11 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara. Atas dasar pengertian tersebut lingkup barang milik

negara disamping berasal dari pembelian atau perolehan atas beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari perolehan lainnya yang sah.

1
Barang milik negara yang berasal dari perolehan lainnya yang sah diperjelas

lingkupnya yang meliputi barang yang diperoleh dari

hibah/sumbangan/sejenisnya, diperoleh sebagai pelaksanaan

perjanjian/kontrak, diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang dan

diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap.

Penghitungan dan pencatatan penyusutan pada tingkat kuasa pengguna barang.

Penghitungan dan pencatatan penyusutan dilakukan oleh unit pembantu

penatausahaan, dalam hal dibentuk unit pembantu penata usahaan di

lingkungan kuasa pengguna barang. BMN meliputi unsur-unsur aset lancar,

aset tetap, aset lainnya dan aset bersejarah. Aset lancar adalah aset yang

diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual

dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.

Hasil penghitungan dan pencatatan penyusutan yang dilakukan oleh kuasa

pengguna barang dan hasil penghimpunan yang dilakukan oleh kuasa

pengguna barang sebagaimana dihimpun oleh pengguna barang. Seluruh

barang milik negara yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia mutlak harus

dilakukan agar terpotret secara jelas nilai aset/kekayaan negara yang saat ini

berada di penguasaan masing-masing kementerian/lembaga negara.

Selanjutnya setelah itu dilakukan tahap penilaian ulang (revaluasi)

aset/kekayaan negara, khususnya yang berupa tanah dan/atau bangunan oleh

pengelola barang guna mendapatkan nilai wajar atas aset tetap tersebut.

2
Inventarisasi dan reevaluasi barang milik negara/daerah merupakan bagian tak

terpisahkan dari proses manajemen aset negara itu sendiri,

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Barang-Barang Milik Negara?
2. Sebutkan Macam-Macam Barang-Barang Milik Negara?
3. Bagaimana Pengelolaan Barang-Barang Milik Negara?
4. Sebutkan Badan Usaha Milik Negara?
5. Apa Hak-hak Pengelola lahan Barang Milik Negara?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Barang-Barang Milik Negara
2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Barang-Barang Milik Negara
3. Untuk Mengetahui Pengelolaan Barang Milik Negara
4. Untuk Mengetahui Badan Usaha Milik Negara
5. Untuk Mengetahui Pengelolaan Barang Milik Negara.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Barang Milik Negara

Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah

3
(APBN/D) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. MN/D merupakan

aset negara yang harus dikelola dengan baik. Pengelolaan aset negara tersebut

tidak hanya berupa proses administratif semata, tetapi juga harus dipikirkan

bagaimana cara meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai

tambah dalam mengelola aset tersebut. Pengelolaan aset negara mencakup

lingkup perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaan; penggunaan;

pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian; penghapusan;

pemindah tanganan; penatausahaan; pembinaan, pengawasan, dan

pengendalian.

Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang syah. Barang dari

perolehan lainnya yang sah. BMN/D dapat dimanfaatkan atau

dipindahtangankan apabila tidak digunakan untuk penyelenggaraan

pemerintahan negara/daerah. Dalam konteks pemanfaatan tidak terjadi adanya

peralihan kepemilikan dari pemerintah kepada pihak lain. Sedangkan dalam

konteks pemindah tanganan akan terjadi peralihan kepemilikan atas BMN/D

dari pemerintah kepada pihak lain. Pemindah tanganan BMN/D merupakan

tindak lanjut atas penghapusan BMN/D itu sendiri.

Barang Milik Negara meliputi semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan lainnya

yang sah antara lain berupa transfer masuk, hiba, pembatalan penghapusan,

dan rampasan. Tidak termasuk dalam pengertian BMN adalah barang-barang

yang dikuasai dan atau dimilik oleh:

4
1. Pemerintahan Daerah
2. Badan Usaha Milik Negara / badan Usaha Milik Daerah.
3. Bank Pemerintahan dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintahan

Barang Milik Negara merupakan bagian dari aset pemerintahan, Unsur-unsur

aset tetap dan persediaan.

Barang milik negara memiliki sistem untuk mengatur pengelolaan dalam suatu

negara yaitu sistem akuntasi barang milik negara atau disebut SABMN yaitu

suatu subsistem dari sistem akuntansi instansi (SAI). Sistem ini

diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan

sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN serta pengelolaan

Barang Milik Negara yang dikuasai oleh suatu unit akuntansi barang.

B. Macam-Macam Barang Milik Negara

Pengelolaan BMN terkait pada kegiatan penggunaan sendiri, pemanfaatan atau

pendayagunaan melalui transaksi sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan,

Bangun Guna Serah (BOT), Bangun Serah Guna (BTO), kerjasama

penyediaan infrastruktur (prasarana), pemindah tanganan, penjualan, tukar

menukar, hibah, penyertaan modal, pemeliharaan, BMN tidak digunakan

(idle), pemusnahan, dan penghapusan BMN.

Jenis BMN yang ter tengarai pada PP tersebut adalah (1) tanah, (2) bangunan,

dan (3) BMN selain tanah dan bangunan. BMN selain tanah & bangunan

mencakupi BMN.

BMD tanah/bangunan untuk pemanfaatan dan pemindah tanganan berdasar

nilai wajar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai Ayat (3)

Pasal 51 dilakukan tim yang ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat

5
(2) Pasal 51 dengan/tanpa Penilai yang ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota

sesuai Ayat (2) Pasal 51. BMD bukan tanah/bangunan bernilai wajar diatas

Rp. 5 Miliar oleh Pemerintah Daerah dilakukan setelah mendapat persetujuan

DPRD. Pemindah tangan BMD selain tanah/bangunan bernilai wajar tepat

Rp.5 Miliar kebawah dilakukan oleh Pemerintah Daerah tanpa perlu

persetujuan DPRD.

Dengan demikian nilai buku aset tercantum di neraca Pemda tak dapat

digunakan untuk pengelolaan BMD, karena tak selalu merepresentasikan nilai

wajar. Dibutuhkan Permendagri khusus tentang (1) tata cara penetapan status

tidak diperlukan lagi Pasal 54 (1) dan (2) tatacara penetapan nilai wajar BMD

yang akan dipindahtangankan, agar tak menimbulkan berbagai masalah dalam

audit BPK. Disamping klasifikasi tersebut di atas, terdapat klasifikasi BMN

Bersifat Khusus, yaitu BMN ber spesifikasi khusus, mengandung

kompleksitas khusus (bandar, bandara, bendungan, kilang minyak bumi,

instalasi tenaga listrik), BMN dikerjasamakan sebagai investasi & kontrak

bilateral, barang lain bersifat khusus sesuai ketetapan

Gubernur/Bupati/Walikota.

C. Pengelolaan Barang Milik Negara

Pengelolaan Barang khususnya Milik Daerah yang baik tentunya akan

memudahkan penatausahaan asset daerah dan merupakan sumberdaya penting

bagi pemerintah daerah sebagai penopang utama pendapatan asli daerah. Oleh

karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk dapat mengelola aset secara

memadai dan akurat.

6
Dalam hal pengelolaan aset, pemerintah daerah harus menggunakan

pertimbangan aspek perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan,

pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,

penghapusan, pemindah tanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian,

pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah mampu memberikan

kontribusi optimal bagi pemerintah daerah yang bersangkutan.[8] Adapun

peraturan dari pengelolaan Barang Milik Negara:

1. PMK No. 123/PMK.06/2013 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara

Yang Berasal Dari Aset Lain-Lain[9]


2. Barang Milik Negara PMK No. 33/PMK.06/2012 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara dan PMK No. 271/KMK.06/2011

tentang Pedoman Pelaksanaan Tindak Lanjut Penertiban Barang.


3. tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan

dan Pemindah tangan Barang Milik Negara dan Lampiran

PMK No. 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,

Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindah tanganan Barang Milik Negara

PMK No. 13/PMK.04/2006tentang Penyelesaian terhadap Barang yang

Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara, dan Barang yang

Menjadi Milik Negara.

Pengelolaan barang milik negara/daerah sebagaimana diatur dalam peraturan

pemerintah ini dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut :

Azas fungsional, Azas kepastian hukum, Azas transparansi, Azas efisiensi,

7
Azas akuntabilitas dan Azas kepastian nilai. Barang milik negara/daerah

meliputi barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/APBD dan juga

barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Pengelolaan barang milik negara/daerah berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 2006

meliputi :

a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, penghapusan, pemindah

tanganan
b. Pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,

penilaian dan penatausahaan

Dalam pengelolaan Barang Milik Negara dapat pula memindah tangan yang

harus memiliki syarat tertentu. Adapun bentuk-bentuk pemindah tangan

BMN/D tersebut meliputi :

a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah;
d. Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah.

Pengelolaan Barang Milik Negara yang terdapat dalam UU Nomor 1 Tahun

2004, selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor

27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan

Pemerintah.

Peraturan Pemerintah tersebut menjabarkan bahwa pemanfaatan BMN berupa

tanah / dan atau bangunan dilaksanakan oleh Pengelola Barang. Selain itu

pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan

pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan Negara/Daerah dan

kepentingan umum. Bentuk pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa:

8
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna;
e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.

Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) telah dituntut untuk

meningkatkan komitmen dalam pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian

Pekerjaan Umum, baik dalam rangka penatausahaan, pengamanan, perkuatan,

maupun pengamanan terhadap seluruh BMN yang cukup besar. Namun tidak

bisa dipungkiri, bahwa dalam usahanya banyak ditemui berbagai macam

permasalahan seputar pengelolaan BMN.

Contoh dalam Kasus Pengelola lahan Barang Milik Negara yang Kurang baik

Masih teringat di benak kita musibah bendungan Situgintung di Ciputat yang

menelan korban 100 orang tewas dan 100 lainnya sampai dengan sekarang

belum ditemukan. Musibah tersebut tidak hanya menelan korban jiwa namun

juga kerugian material yang tidak sedikit akibat sapuan banjir bandang. Lalu

apa hubungannya manajemen aset dengan kejadian di atas? Hubungannya

adalah kalau saja bendungan Situgintung yang menjadi aset daerah di kelola

(terus dipelihara dan diaudit) dengan baik, kecil kemungkinan bobolnya

tanggul Situgintung terjadi dan kerugian yang diderita pun dapat diminimalkan.

Kalau bendungan/tanggul di Jakarta dan sekitarnya menjadi aset daerah dan

dipelihara dengan baik, kejadian situgintung-situgintung lainnya tidak akan

terulang. Kalau saja semua pihak, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah mau bersungguh-sungguh melaksanakan modernisasi manajemen aset,

9
maka seharusnya aset pemerintah dan daerah bisa memberikan nilai tambah

bagi semua pihak termasuk masyarakat sebagai stakeholder.

Manajemen asset di Indonesia telah memiliki dasar hukum yang jelas yaitu

UUNo.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara yang ditindaklanjuti PP

No.27/2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Pasal 85

menyebutkan agar dilakukan inventarisasi atas BMN/D (barang milik

negara/daerah), khusus berupa tanah dan/atau bangunan yang berada di

kementerian/lembaga minimal sekali dalam 5 tahun. Sedangkan untuk selain

tanah dan/atau bangunan hal itu merupakan kewenangan dan menjadi

domain/tanggungjawab masing-masing Menteri/Pimpinan Lembaga selaku

Pengguna Barang. Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Menteri Keuangan

selaku BUN (Pengelola Barang), menginstruksikan kepada Dirjen Kekayaan

Negara, sebagai unit organisasi yang vital dalam pengelolaan BMN, agar

menjadi terdepan mewujudkan best practices tata kelola barang milik/kekayaan

negara dengan langkah pencatatan, inventarisasi dan revaluasi aset/kekayaan

Negara yang diharapkan akan mampu memperbaiki/menyempurnakan

administrasi pengelolaan BMN yang ada saat ini.

Penatausahaan Kementerian Pekerjaan Umum juga mengatur penghapusan

BMN yang sudah tidak layak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum.

Usaha menata aset secara akurat dan akuntabel memang memerlukan

komitmen yang tinggi dari seluruh jajaran, Untuk itu perlu dilakukan usaha

peningkatan Sumber Daya Manusia secara terus-menerus terhadap seluruh

10
petugas terkait penatausahaan dan pengelola BMN, serta mengintensifkan

pembelajaran para petugas BMN di tingkat Satker dalam rangka

mengoptimalkan pemanfaatan BMN serta tercatat dan ditertibkannya seluruh

aset Kementerian Pekerjaan Umum.

D. Badan Usaha Milik Negara

Undang-Undang tentang BUMN yang terbaru adalah UU no. 19 tahun 2003

tentang BUMN (badan usaha milik Negara).[16] Secara umum wajah BUMN

di Indonesia lebih menampakkan citra birokrasi pemerintahan daripada sebuah

unit usaha. Dalam hal ini Fungsi BUMN terdapat pada pasal 66 UU No. 19

Tahun 2003. dengan menyusun seperangkat kebijakan yang tegas, jelas dan

pasti. Upaya tersebut sebenarnya telah dimulai melalui prinsip-prinsip Clean

Government dan Good Corporate Governance. Dengan hal ini akan tercipta

transparancy, accountability dan fairness yang selanjutnya membangun iklim

positif dalam berusaha dan meningkatkan nilai BUMN.[18] Kekayaan Negara

yang dipisahkan adalah: Kekayaan Negara yang berasal dari APBD untuk

dijadikan penyertaan modal Negara pada persero dan atau perum serta

perseroan terbatas lainnya pasal 1 ayat 10. Macam Badan Usaha Milik Negara

adalah persero dan Perusahaan umum.[19] Perusahaan Perseroan (Persero),

Perusahaan Umum (Perum) Perusahaan Jawatan (Perjan).[20] Maksud dan

tujuan dari pendirian suatu BUMN terdapat di dalam pasal 2 UU ini yaitu:

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada

umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya dan mengejar ke

untungan

11
b. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan lemah, koperasi dan masyarakat. Pengawasan BUMN dilakukan

oleh komisaris dan dewan pengawasan dan restrukturisas


E. Hak-Hak Pengelola lahan Barang Milik Negara

Peraturan Pemerintah No 17 dan No. 66 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan, yang didalamnya memuat pembatalan status PT

BHMN. Besarnya organisasi UGM membuat terbentuknya unit penatausahaan

BMN sebanyak 107 unit untuk menuju BMN yang tertib administrasi, tertib

hukum, dan tertib fisik.[22]

Badan-badan yang bersifat hukum publik yaitu : Negara, provinsi, kabupaten

dapat mempunyai hak-hak milik dan hak-hak lain sama seperti halnya badan-

badan hukum perdata atau perorangan, sehingga dapat melakukan perbuatan-

perbuatan seperti: menjual, menyewakan, memanfaatkan tanah pekarangan.

Pemerintah hanya dapat menetapkan aturan-aturan guna kepentingan

pemakaian yang baik dan aman namun tidak dapat menetapkan syarat-syarat

financial. Penggantian financial dan pengenaan pembatasan-pembatasan

dalam pemakaian biasa hanya dapat dilakukan berdasarkan hukum publik.

Contoh : pemungutan pajak, retribusi.

1. Hak Milik Negara/ pemerintah

Badan-badan pemerintah dapat memiliki kekayaan (vermogen), seperti

: tanah, gedung, mobil dinas, kapal, jembatan, instansi pelabuhan, stasiun

kereta api dan lain-lain.

a. Hak milik privat (domaine prive)

12
Menurut J.B.V Proudhon hak privat adalah: Benda-benda kepunyaan Negara

seperti : tanah, sawah, kebun kopi, kebun karet, rumah dinas pegawai, gedung

perusahaan Negara. Hukum yang mengaturnya adalah hukum yang mengatur

tentang hak milik perdata biasa, yaitu pasal 570 dan seterusnya yang di dalam

KUH perdata. Barang-barang pribadi Negara atau pemerintah memiliki status

yang kurang lebih sama dengan barang-barang milik pribadi seseorang atau

badan hukum perata. Artinya : barang-barang itu digunakan untuk pemakaian

sendiri dan tidak di tujukan bagi umum. Contoh gedung-gedung, kantor-

kantor, rumah-rumah dinas, mobil dinas dan barang-barang perabotan atau

peralatan kantor.

Kemampuan atau kesanggupan untuk berbuat sesuatu, kekuatan, wewenang ,

pengaruh, mampu sedangkan pengertian di miliki adalah : kepunyaan atau

hak. dimana di UUD 1945 pasal 33 ayat tiga menjelaskan hak kekayaan alam.

Hak menguasai dari Negara dimaksudkan untuk memberi wewenang:

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan , penggunaan, persediaan

dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.


2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi air dan ruang angkasa.


3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-

orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, ruang angkasa.

2. Pemerintah Sebagai Pemilik Kepunyaan Publik

Pemerintah atau Negara dapat menjadi egeiner atau pemilik dari kepunyaan

public, mengenai ini ada 2 pendapat :

1. Pendapat yang menyatakan tidak berhak.


2. Marcel waline :

13
Negara dapat menjadi egainaar dari benda-benda yang termasuk kepunyaan

publik, tetapi dalam menjalankan hak-hak yang oleh KUH perdata di beri

kepada suatu egainaar, kekuasaan negara itu terbatas saja. Mr. von Reeken

(1893) berpendapat bahwa: Benda-benda yang ditujukan kepada

penyelenggaraan kepentingan umum, bukan benda di luar perniagaan. Benda

diluar perniagaan berarti benda yang dikeluarkan dari pergaulan hukum biasa

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah

(APBN/D) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang milik negara

adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal

dari perolehan lainnya yang sah. Barang dari perolehan lainnya yang syah.

BMN/D dapat dimanfaatkan atau dipindahtangankan apabila tidak digunakan

untuk penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah. BMN Bersifat Khusus,

yaitu BMN ber spesifikasi khusus, mengandung kompleksitas khusus (bandar,

bandara, bendungan, kilang minyak bumi, instalasi tenaga listrik), BMN

dikerjasamakan sebagai investasi & kontrak bilateral, barang lain bersifat

khusus sesuai ketetapan Gubernur/Bupati/Walikota.

B. Saran

14
Sering kali segi pengelolaan barang milik Negara di anggap kurang penting

oleh sebagian lembaga atau instansi Negara. Kurang penting disini berarti

sering mengenyampingkan sumber daya manusianya yang memegang

wewenang atau fungsi sebagai pengelola barang milik Negara. Baik

pemberian wewenang, penempatan pegawai, sarana prasarana, pembinaan,

pengawasan, dan kesejahteraan, sehingga berpengaruh pada kinerja dan hasil

laporan. Maka sebaiknya para lembaga atau instansi Negara harus sadar akan

pentingnya pengelolaan Barang Milik Negara.

15
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Anggriani, Jum . 2012.Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu

Martosoewignjo dan Sri sumantri. 1993. Pengantar Hukum Administrasi

Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ramdhan, R. 2014.Bumn, Bums, Koperasi (Macam-Macam Badan Usaha Milik

Negara). Yogyakarta: Graha Ilmu

Subekti. 2010. Kitab Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita

Jurnal:

Adriati, Alicia. 2009.Sistem Akuntansi Barang Milik Negara. Dalam Jurnal

Analisis atas manajemen. Fakultas Ekonomi Universitas

Ahmadi, 2013. Laporan Barang Milik Negara Pengadilan Agama Wonosari Badan

Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dalam Jurnal Laporan

Barang Milik Negara.

Ayriza, Yulia. 2001.Peran BUMN dalam pembinaan dan pengembangan Usaha

Mikro kecil dan menengah. Dalam Jurnal Penelitian Humaniora. Vol. 13 No. 2

Oktober 2008)

16
Binbangkum, Ditama. 2012. HIBAH BARANG MILIK NEGARA/DAERAH. Sie

Infokum

Haryono, Dwi. Martoyo dan Hasfi, Nyemas. 2013. Pengelolaan Barang Milik

Daerah. Dalam jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2013

17

Anda mungkin juga menyukai