Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
I. LATAR BELAKANG
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan
hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak
mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam
(tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi
pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali
lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral native element ini terdiri dari dua
bagian umum.
a) Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya :
1. Emas
2. Perak,
3. tembaga.
b) Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya :
1. antimony,
2. bismuth,
3. graphite dan
4. sulfur.

Sistem kristal pada native element dapat dibahgi menjadi tiga berdasarkan sifat
mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan tembaga, maka sistem kristalnya
adalah isometrik.Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem
kristalnya adalah hexagonal.Dan jika unsur mineral tersebut non-logam, sistem
kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan
sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal.Pada
umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
Oleh karena semua mineral yang dibahas pada pertemuan tiga ini, sangat penting
dikehidupan sehari-hari. Yaitu Mineral elemen native, mineral Sulfida, oksida dan
hidroksida serta mineral phosfat. Maka perlu adanya peranan lebih dari mahasiswa, dari
para kaum intelek pertambangan dan geologi untuk terus mempelajaribagaimana seluk
beluk mineral ini, pengembangannya bagaimana, mengatur ketersediaannya dilalam.,
pemakaian yang seimbang untuk memnuhi kebutuhan manusia. Semua itu harus diatur
oleh para kaum intelek, ilmuan, warga Negara dan semua manusia yang terlibat sebagai
khalifah dimuka bumi ini. Oleh sebab itu, kami sebagai mahasiswa mengadakan
praktikum seputar mineral mineral yang disebutkan diatas yang merupakan perwujudan
dari mahasiswa atau praktikan untuk senantiasa menggali ilmu sedalam-dalamya
mengenai topic diatas, dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia di dunia ini.

I. MAKSUD DAN TUJUAN


A. Maksud
Adapun maksud praktikan mengadakan praktikum ini adalah untuk mengetahui
semua ilmu seputar mineral elemen native, sulfide, oksida dan hidroksida beserta
RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO
093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
mineral phosfat yang diharapkan dengan ilmu yang didapatkan nantinya bisa di gunakan
untuk kemajuan umat manusia.

B. Tujuan
1. Praktikan mampu mengetahui pengertian mineral secara umum
2. Praktikan mengetahui dan dapat mengidentifikasi atau mendeskripsikan dari
mineral mineral yang menjadi bahan topik.
3. Praktikan Mampu membedakan mineral elemen native, sulfide, oksida dan
hidroksida, serta phosfat.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Alat Tulis Menulis
2. Mistar 30 cm
3. Lap kasar dan Lap Halus
4. Busur 360 derajat
5. Batu atau mineral peraga.
B. Bahan
1. Larutan HCL 0.1 Molar
2. Problem set

IV. TINJAUAN PUSTAKA


A. ELEMEN NATIVE
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan
hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak
mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam
(tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi
pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali
lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral native element ini terdiri dari dua
bagian umum.
1) Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan tembaga.
2) Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony, bismuth, graphite dan
sulfur.
Sistem kristal pada native element dapat dibahgi menjadi tiga berdasarkan sifat
mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan tembaga, maka sistem kristalnya
adalah isometrik.Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem
kristalnya adalah hexagonal.Dan jika unsur mineral tersebut non-logam, sistem
kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan
sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal.Pada
umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
Unsur-unsur native elements jarang terdapat di permukaan ataupun didalam
kerak bumi. Native elements ini bukan merupakan golongan pembentuk batuan (rock
RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO
093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
forming). Asal mula pembentukan mineral native element berkaitan dengan pengerasan
atau pembentukan magma dengan reaksi kimia yang sekunder atau dengan reaksi-reaksi
kimia yang bertemperatur dan memiliki tekanan yang tinggi.
Mineral golongan native elements ini biasanya terdiri hanya satu unsur saja,
tetapi kadang-kadang terdapat juga campuran dari mineral lain yang jumlahnya sangat
sedikit didalamnya. Unsur-unsur yang membentuk mineral golongan native element
merupakan satu jenis unsur kimia saja tanpa berasosiasi dengan unsur yang lainnya.
Mineral native elements ini sering dijumpai pada batuan beku dan sedimen atau juga
batuan metamorf.
Pada umumnya tenacity golongan mineral ini adalah malleable yang jika
ditempa dengan palu akan menjadi pipih. Dan juga dapat bertenacity ductile yang jika
ditarik akan dapat memanjang namun tidak akan kembali seperti semula jika dilepaskan.
Pada umumnya berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi yaitu berkisar antara 6 gr/cm3.
B. MINERAL SULFIDA
Golongan Sulfides merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan
Belerang (S), misalnya Galena (PbS), Pirit (FeS 2), Proustit (Ag3AsS3), dll. Golongan
Sulfida bukan merupakan pembentuk batuan akan tetapi merupakan golongan yang
penting yang unsur kimia pembentuk merupakan kombinasi berbagai bentuk Belerang
(S). Asal mula terbentuknya Sulfides sangat berkaitan erat dengan pengendapan dari
cairan panas atau aktifitas vulkanik atau gunung api.
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada umumnya unsure
utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah
gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi
pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan
sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada
disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat
terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral
dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores).
Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam,
mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari
sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang
bersifat logam. Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pyrite (FeS3),
Chalcocite (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS) dan proustite (Ag3AsS3). Dan
termasuk juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides
dan juga sulfosalt.
C. MINERAL OKSIDA DAN HIDROKSIDA
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil hidroksida
(OH atau H).
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen
dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida
umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat
kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan,
timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah es (H2O),
korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi pembentukannya
dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral
hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh
mineral hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan limonite (Fe2O3.H2O).

V. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan kita gunakan
2. Ambillah alat peraga atau mineral elemen native, sulfide, oksida dan hidroksida
beserta mineral fosfat yang akan kita amati
3. Deskripsikan peraga peraga tersebut dengan bantuan dari asisten
4. Tetesi Larutan HCL 0.1 M bila perlu.
5. Lakukan pengulangan 2-3 kali pendeskripsian guna medapatkan data yang valid

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR

VI. HASIL
A. ELEMEN NATIVE

NO. URUT : 01

WARNA SEGAR : BENING

WARNA LAPUK : COKELAT

CERAT : TIDAK BERWARNA

KILAP : ADAMANTIN

BELAHAN : SEMPURNA

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
PECAHAN : CHONCHOIDAL

KEKERASAN : 10 SKALA MOHRS

BERAT JENIS : 3,5

TENACITY : SECKTILE

KOMPOSISI KIMIA : C

SISTEM KRISTAL : ISOMETRIK

NAMA MINERAL : INTAN (C)

A. SULFIDA

NO. URUT : 02

WARNA SEGAR : HIJAU KEHITAMAN

WARNA LAPUK : COKELAT

CERAT : HITAM

KILAP : LOGAM

BELAHAN : SEMPURNA

PECAHAN : HACKLY

KEKERASAN : KACA (6 6.5)

BERAT JENIS : 5.01

TENACITY : SECKTILE

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
KOMPOSISI KIMIA : FeS2

SISTEM KRISTAL : ISOMETRIK

NAMA MINERAL : PYRITE (FeS2)

B. MINERAL OKSIDA

NO. URUT : 03

WARNA SEGAR : HITAM

WARNA LAPUK : HITAM KEABU-ABUAN

CERAT : HITAM

KILAP : LOGAM

BELAHAN : TIDAK ADA

PECAHAN : CHONCHOIDAL

KEKERASAN : 5,5 6,5 (KACA)

BERAT JENIS : 5,18

TENACITY : BRITTLE (MUDAH HANCUR)

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
KOMPOSISI KIMIA : Fe304

SISTEM KRISTAL : ISOMETRIK

NAMA MINERAL : MAGNETIT (Fe3O4)

C. MINERAL HIDROKSIDA

NO. URUT : 04

WARNA SEGAR : ABU-ABU

WARNA LAPUK : COKELAT

CERAT : PUTIH

KILAP : NON LOGAM (KILAP TANAH)

BELAHAN : TIDAK ADA

PECAHAN : TIDAK RATA

KEKERASAN : 3 KAWAT TEMBAGA

BERAT JENIS : 2.6

TENACITY : SECTILE

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
KOMPOSISI KIMIA : Al2O3.2H2O

SISTEM KRISTAL : OKTAHEDRAL

NAMA MINERAL : BAUKSIT (Al2O3.2H2O)

D. MINERAL PHOSFAT

NO. URUT : 05

WARNA SEGAR : HIJAU KECOKLATAN

WARNA LAPUK : COKELAT

CERAT : PUTIH

KILAP : NON LOGAM (VITROUES)

BELAHAN : TIDAK JELAS

PECAHAN : CHONCHOIDAL

KEKERASAN : 5 SKALA MOHRS

BERAT JENIS : 3. 3

TENACITY : BRITLE

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
KOMPOSISI KIMIA : Ca5(PO4)3 (F,Cl, OH)

SISTEM KRISTAL : HEKSAGONAL

NAMA MINERAL : APATIT { Ca5(PO4)3 (F,Cl, OH)}

VII. PEMBAHASAN
A. INTAN
Intan memiiki warna segar bening dan warna lapuk kecoklatan berdasarkan
hasil pengamatan secara kasak mata. Setelah kami menggoreskan porselen, yaitu tegel,
maka akan memberikan cerat tidak berwarna dan jika diletakkan oleh sinar matahari
memberikan kilap adamantin. Belahan dari mineral ini, yaitu sempurna dan pecahan
chonchoidal. Serta ketika diuji kekerasannya maka didapatkan kekerasan 10 skala
mohrs. Berat jenis dari intan ialah 3.5 gr/cm3. Karena kekerasannya tinggi maka tenacity
nya pun sectile. Komposisi kimia nya adalah C denagan system Kristal isometri.
Intan terbentuk pada pembentukkan batuan beku ultrabasa, yaitu porfri kaya
olivine dan porfri kaya flogofit. Intan terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan
ultrabasa misal: peridotit dan kimberlit Proses Kristalisasi intan pada kimberlite pipe
terbentuk pada kedalaman 60 mil ( 95 km) atau lebih dalam dibawah permukaan bumi
dan pada temperatur 15000 20000 C. intan mengalami Proses magmatisasi yang
berakumulasi dengan batuan sekitar atau mengisi rekahan rekahan batuan. Batuan ini
dikenal sebagai kimberlit. Dapat pula dijumpai dalam deposit alluvial, baik disungai-

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
sungai maupun pantai. Kegunaan inyan adalah sebagai mata bor, sebagai perhiasan, dan
lain lain. Cara penambangan intanb adalah dengan surface mining dengan metode open
pit. Intan berasosiasi dengan zircon, graphit, tembaga, dan lain lain.

B. PYRITE
Pyrite memiiki warna segar hijau kehitaman dan warna lapuk kecoklatan
berdasarkan hasil pengamatan secara kasak mata. Setelah kami menggoreskan porselen,
yaitu tegel, maka akan memberikan cerat hitam dan jika diletakkan oleh sinar matahari
memberikan kilap logam. Belahan dari mineral ini, yaitu sempurna dan pecahan hackly.
Serta ketika diuji kekerasannya maka didapatkan kekerasan 6 6.5 dengan
menggunakan kaca. Berat jenis dari pyrite ialah 5.01 gr/cm3.pyrite memiliki tenacity
sectile. Komposisi kimia nya adalah FeS2 denagan system Kristal isometri.
Pyrite terbentuk dari proses pembekuan magma yang mengalami hidrotermal
ataupun berasal dari reaksi mineral-mineral tertentu. Pirit Terbentuk dari kombinasi
antara sulfur (belerng) dan unsur tertentu. Pirit terbentuk di sekitar wilayah gunung api
yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Pada daerah yang terjadi intrusi air laut
yang membawa senyawa-senyawa belerang (S) dimana kandungan S dalam air laut
sangat tinggi kurang lebih 885 ppm (Rahutomo dan Sutarta, 2001). Terbentuk di
wilayah gunung api yang kandungan sulfurnya tinggi. Pirit biasanya berasosiasi dengan
kalsit, kuarsa, fluorit, emas maupun tembaga dan lainnya. Mineral pirit banyak
digunakan sebagai bahan produksi pembuatan asam sulfat. Selain itu dapat digunakan
sebagai bahan obat kulit (Subagio, 2012).

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR

C. MAGNETIT
Magnetit memiiki warna segar hitam dan warna lapuk hitam ke-abu-abuan
berdasarkan hasil pengamatan secara kasak mata. Setelah kami menggoreskan porselen,
yaitu tegel, maka akan memberikan cerat hitam dan jika diletakkan oleh sinar matahari
memberikan kilap logam. Belahan dari mineral ini, yaitu sempurna dan pecahan
chonchoidal. Serta ketika diuji kekerasannya maka didapatkan kekerasan5.5 6.5
dengan menggunakan kaca. Berat jenis dari magnetit ialah 5.18 gr/cm 3. pyrite memiliki
tenacity brittle. Komposisi kimia nya adalah Fe3O4 denagan system Kristal isometri.
Mineral ini terbentuk dari hasil sublimasi dalam hubungannya dengan gunung
api. Terjadi juga dalam endapan metamorfosa kontak dan sebagai mineral tambahan dan
terbentuk pada suhu yang tinggi sekitar 800 oC - 900oC, maka mineral ini mempunyai
bentuk yang sempurna dan idiomrf. Dijumpai pada batuan beku granit dan batu pasir
merah sebagai penyemen. Dapat terbentuk pada 1. lingkungan batuan beku sebagai
mineral asesori, atau sebagai deposit segregasi magmatik bersama apatit dan piroksen,
2. batugamping yang termetamorfisme kontak, berasosiasi dengan gamet, diopsit,
olivin, pirit, hematit dan kalkopirit, serta terdapat sebagai kristal dalam sekis khlorit, 3.
pegmatit, 4. hidrotermal temperatur tinggi, terdapat dalam urat-urat, dan 5. lingkungan
sedimen sebagai mineral rombakan dalam pasir sungai, atau pantai. Kegunaannya
sebagai bahan pembuat besi. Cara penambangannya dengan cara pengerukkan.

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR

D. BAUKSIT
Bauksit memiiki warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat berdasarkan hasil
pengamatan secara kasak mata. Setelah kami menggoreskan porselen, yaitu tegel, maka
akan memberikan cerat putih dan jika diletakkan oleh sinar matahari memberikan kilap
logam. Belahan dari mineral ini, yaitu tidak jelas dan pecahan tidak rata. Serta ketika
diuji kekerasannya maka didapatkan kekerasan 3 dengan menggunakan tembaga. Berat
jenis dari bauksit ialah 2.6 gr/cm3. Bauksit memiliki tenacity sectile. Komposisi kimia
nya adalah Al2O3.2H2O denagan system Kristal oktahedral.
Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar aluminium tinggi, kadar
Fe rendah dan sedikit kadar kuarsa bebas. Mineral silikat yang terubah akibat
pelapukan, mengakibatkan unsure silika terlepas dari ikatan Kristal dan sebagian unsure
besi juga terlepas. Genesa bijih bauksit, alumina dpat bersumber dari batuan primer
(magmatic dan hidrotermal) maupun dari batuan sekunder (pelapukan dan
metamorphosis). Namun, secara luas yang berada dipermukaan bumi ini berasal dari
batuan sekunder hasil proses pelapukan dan pelindian. Genesa dari bauksit sendiri dapt
terbentuk dari 4 proses yaitu : magamatik, Hidrotermal, metamorfosa, dan pelapukan.
Bauksit berasosiasi dengan kaolinit, geothit, dll. Bauksit digunakan sebagai bahan
industry keramik, logam dll. Tambang bauksit berupa surface mining. Endapan bauksit
di setiap lokasi mempunyai kadar yang berbeda-beda, sehingga penambangannya
dilakukan secara selektif dan pencampuran (blending) merupakan salah satu cara untuk
memenuhi persyaratan ekspor.

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR

E. APATIT.
Apatit. memiiki warna segar hijau kecoklatan dan warna lapuk coklat
berdasarkan hasil pengamatan secara kasak mata. Setelah kami menggoreskan porselen,
yaitu tegel, maka akan memberikan cerat putih dan jika diletakkan oleh sinar matahari
memberikan kilap Vitreus (Non-Logam). Belahan dari mineral ini, yaitu tidak jelas dan
pecahan chonchoidal. Serta ketika diuji kekerasannya maka didapatkan kekerasan 5
Skala Mohrs.. Berat jenis dari magnetit ialah 3.3 gr/cm 3. pyrite memiliki tenacity brittle.
Komposisi kimia nya adalah Ca5PO4 (F,Cl, OH) denagan system Kristal Heksagonal.
Mineral ini terbentuk dari proses kristalisasi magma yaitu proses utama dari
pembentukan batuan vulkanik dan plutonik. Mineral ini berasosiasi dengan. molibdenit,
ilmenit, kalsit dan magnetit. Mineral ini terdapat pada batuan beku.Mineral ini biasanya
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk fosfat dan pembuatan asam fosfat.
Sementara kristal yang transparan dan berwarna indah dipotong dan dibentuk menjadi
batu mulia walaupun cukup lunak. Cara penambangan batuan phospat umumnya
tergantung dari genesa endapan, luas operasi penambangan dan tempat keberadaan
endapan phospat. Metode penambangan batuan phospat dapat dilaksanakan dengan
metode Tambang Terbuka dan metode Tambang Bawah Tanah dengan Tunneling.
Peralatan untuk penambangan terbuka antara lain dragline dan bulldozer. Untuk
membongkar batuan phospat dapat digunakan bahan peledak.

VIII. KESIMPULAN
RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO
093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR
Adapun kesimpulan yang dapat praktikan ambil dari praktikum ini adalah bahwa
mineral adalah suatu zat padat homogen yang terbentuk secara alamiah yang
mempunyai pesenyawaan tertentu dan memiliki atom-atom yang beraturan. Adapun
jenis mineral yang praktikan identifikasi ialah mineral elemen native, mineral sulfide,
oksida, hidroksida dan phosfat.
Perbedaan dari mineral mineral tersebut adalah elemen native merupakan
mineral murni yang hanya memiliki satu jenis unsure dialam jika ditemukan. Mineral
sulfide merupakan mineral yang bersifat logam dan semi logam yang senantiasa
berikatan dengan unsure belerang (S). mineral oksida dan hidroksida adalah mineral
yang terbentuk oleh kombinasi gugus tertentu dengan gusgus anion oksida (O) dan
gugus Hidroksil (OH). Sedangkan mineral fosfat terbagi mineral fosfat primer,
sekunder, dan guano.
IX. SARAN
A. Untuk Asisten
Sebaiknya asisten ketika proses menjelaskan di laboratorium saat
praktikum sedang berlangsung, hendaknya memakai LCD, dan peraga 3 dimensi
berbasis computer agar praktikan lebih mudah memahami materi.

B. Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat alat yang digunakan di laboratorium lebih diperhatikan
lagi setiap minggu, karena sudah ada beberapa kursi yang rusak.

X. DAFTAR PUSTAKA
Guide to, Schuster and simon. 1988. Rocks and Minerals. Reside. New York.
Korps. Asisten 2015. Penuntun praktikum. Kristalografi dan Mineralogi.
Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Noer Aziz Megatsari. 2001. Geologi Fisik. ITB.
Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Nova. Bandung

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINERAL NATIVE ELEMEN, SULFIDA, OKSIDA, HIDROKSIDA DAN
FOSFAR

Asisten Praktikan

(Jumadil Baco) (Rahmat Rosadi)

RAHMAT ROSADI JUMADIL BACO


093 2014 0066 093 2013 0076

Anda mungkin juga menyukai