TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Hidrolik
Hidrolik didefenisikan sebagai suatu sistem yang mendaya gunakan zat cair
sebagai sarana untuk pemindahan energi, pengaturan, gaya-gaya dan gerakan. Dalam hal
ini minyak mineral adalah cairan yang sering digunakan, akan tetapi air atau emulsi
minyak air juga dapat digunakan.
Dalam hydraulika sebagai cabang dari ilmu mekanika fluida yang mempelajari
sifat-sifat dan hukum-hukum yang berlaku pada zat cair, kita mengenal istilah
hidrostatika (mekanika fluida diam) yang mempelajari teori-teori keseimbangan zat cair
dan hidrodinamika (mekanika fluida gerak) yang mempelajari sifat-sifat dan bentuk-
bentuk aliran zat cair sebagai pemindah energi. Bentuk-bentuk pengubahan energi pada
suatu unit hidrolik dapat dilihat dalam skema konversi energi pada gambar 2.1.
m
V
m = massa (kg)
V = volume (m3)
W V g
g
V V
W = berat (N)
Kohesi pada zat cair akan turun dengan meningkatkan suhu, sehingga
viskositasnya juga turun. Sedangkan pada gas kohesinya sangat kecil, sehingga sebagian
besar dari tahanan terhadap tegangan geser merupakan akibat perpindahan momentum
molekularnya. Kegiatan molekular pada gas meningkat dengan naiknya suhu, sehingga
viskositasnya juga meningkat. Viskositas yang telah didefinisikan diatas adalah viskositas
1Viktor L. Streeter,E. Benjamin Wylie, MEKANIKA FLUIDA (Jakarta: Erlangga, 1993), hal 14.
absolute (), sedangkan viskositas kinematik () merupakan perbandingan viskositas
absolute terhadap kerapatan massanya.
dp
K
dV
v
V = volume zat
dp = perubahan tekanan
dv = perubahan volume
2. 3. Hidrostatika
2. 3.1.
Tekanan hidrostatis
Setiap benda atau bidang baik besar Maupun kecil dalam zat cair yang diam akan
mengalami tekanan hidrostatis. Tekanan hidrostatis ini dipengaruhi oleh:
P=gh
dimana : h = Tinggi kolom zat cair
= Kerapatan massa
g = Percepatan grafitasi
Dengan bentuk bejana yang berbeda-beda jika diisi dengan zat cair yang sama,
maka tekanan pada titik tertentu hanya dipengaruhi oleh tinggi kolom zat cair. Tekanan
hidrostatis juga menghasilkan gaya-gaya tekan pada dasar bejana, dengan luas
penampang dasar bejana yang sama (A1 = A2 = A3) akan menghasilkan gaya F1, F2 dan F3
yang sama pula.
a. Tekanan dapat diteruskan secara utuh melalui fluida dan dengan mengabaikan berat
dan gesekan fluida itu sendiri, tekanan di setiap titik dalam fluida adalah sama,
b. Tekanan bekerja ke semua arah dan serentak, jadi tekanan di setiap tempat adalah
sama,
c. Tekanan dalam fluida menghasilkan gaya normal pada tiap permukaan atau tiap
bidang yang dilalui fluida.
Jika gaya F bekerja pada fluida tertutup melalui suatu luas penampang A, maka akan
terjadi tekanan pada fluida. Tekanan tergantung dari gaya yang bekerja tegak lurus
terhadap permukaan. Tekanan bekerja dengan serentak ke semua arah. Jadi tekanan di
semua titik adalah sama.
F
P
A
F1 F2
P
A1 A2
Sehingga :
F2 A2
F1 A1
Dari sini akan terlihat bahwa; perbandigan gaya akan sebanding dengan
perbandingan luas penampangnya. Tekanan untuk sistem semacam ini selalu tergantung
dari besarnya beban dan luas penampang efektifnya. Artinya tekanan dalam sistem akan
meningkat sampai dapat dalam mengalahkan hambatan yang arah gerakannya
berlawanan dengan gerakan fluida.
Jika gaya F1 dan luas penampang A1 dapat menghasilkan tekanan yang diperlukan
untuk mengalahkan gaya F2 atas luas penampang A2, maka beban F2 dapat dinaikan
(kehilangan akibat gesekan dapat diabaikan disini).
S1 A2
S 2 A1
W1 F1 S1
W2 F2 S 2
F1 = F2 = Fatau P1 A1 = P2 A2
P1 A2
P2 A1
2. 4. Hidrodinamika
2. 4.1. Hukum aliran (persamaan kontinuitas)
2Robert L. Daugherty, Joseph B. Franzini, E. John Finnemore.,FLUID MECHANICS With Engineering Applications
(Singapore : Singapore National Printers (Pte) Ltd.,1985), hal 22
Jika suatu fluida mengalir dalam suatu saluran pipa yang diameternya berubah-
ubah, volume fluida yang sama akan mengalir dalam waktu yang sama pula. Dengan kata
lain; debit Q (laju aliran volumetrik) pada tiap penampang adalah sama (lihat gambar
2.6).
V
Q
t
V = A s (Pers. 1)
A .s
Q
t
(Pers. 2)
v s
t
Q Av
Q1 Q2 Q3
Atau A1 v1 = A2 v2 = A3 v3
v2 P
g h
2
konstan
untuk menyederhanakannya, masing-masing suku dari persamaan diatas kita bagi dengan
kecepatan grafitasi (g), maka diperoleh :
v2 P
h
2 g
konstan
v2
Ptotal Pst g h
2
g h
= tekanan dari tinggi kolom zat cair
v2
2
= energi kinetik
dengan kata lain bahwa; kecepatan bertambah karena pengurangan diameter, maka energi
kinetik akan bertambah. Karena energi seluruhnya adalah konstan, maka energi tekanan
atau energi potensial, atau keduanya haruslah berubah, artinya akan berkurang. Namun
perubahan energi potensial akibat pengurangan diameter hampir tidak dapat diukur.
Gambar 2.7. Perubahan energi pada posisi cekik
Gambar 2.8. Kerugian tekanan pada fluida yang mengalir dalam pipa.
3Viktor L. Streeter,E. Benjamin Wylie., Arko Prijono. MEKANIKA FLUIDA (Jakarta: Erlangga, 1993), hal 109.
P1 v2 P v2
h1 1 h2 2 2 hL
2 g 2 g
L v2
hL f
d 2 g
Untuk aliran laminar, disemua pipa untuk semua fluida, faktor gesekan f adalah :
64 64 L v 2
f hL1
Re Re d 2 g
Sehingga
Untuk aliran turbulen, faktor gesekan f ditentukan berdasarkan diagram Moody yang
memberikan hubungan antara factor gesekan f, bilangan Reynolds (Re) dan kekasaran
relative pipanya. (lampiran 4).
b. Kerugian penurunan head akibat sambungan, belokan dan katup-katup
kerugian ini dinyatakan dengan rumus :
v2
hL 2 K
2 g
dimana K adalah koefisien hambatan yang harganya bergantung pada jenis komponen
tertentu .
a. Aliran laminar
Dalam aliran laminar, fluida pada kecepatan tertentu bergerak dalam lapisan-lapisan atau
lamina-lamina yang seragam, dimana satu lapisan berluncur tanpa hambatan pada lapisan
yang bersebelahan dan hampir tidak saling mengganggu (lihat gambar 2.9).
b. Aliran turbulen
Jika kecepatan bertambah sedangkan diameter pipa sama, maka perilaku aliran fluida
pada kecepatan tertentu (kecepatan kritis) akan berubah. Aliran terjadi berolak dan
turbulen. Masing-masing partikel bergerak tidak teratur pada satu arah, tetapi saling
mempengaruhi satu sama lain dan saling merintangi. Hambatan aliran dan kerugian
hidrolik semakin bertambah. Karena itu aliran turbulen ini tidak diinginkan terjadi pada
unit-unit hidrolik (lihat gambar 2.10).
Gambar 2.10. Aliran Turbulen Dalam Pipa
vd vd
Re Re
atau
Nilai ini berlaku untuk pipa bundar, halus (dari segi teknik) dan lurus. Pada Re kritis
bentuk aliran berubah dari laminar ke turbulen dan sebaliknya.
Jika bebannya konstan, maka tekanan tidak akan mengikat. Akibatnya tekanan
tersebut bekerja sesuai dengan tahanan/resistensi, yang arahnya berlawanan dengan aliran
fluida. Oleh karena itu beban dapat diangkat jika tekanan yang diperlukan dapat tercapai.
Kecepatan gerak beban hanya dipengaruhi oleh volume fluida yang masuk kedalam
silinder. Dengan mengacu pada gambar diatas, hal ini berarti bahwa makin cepat piston
diturunkan kebawah, makin banyak volume fluida persatuan waktu yang dialirkan
kedalam silinder. Sehingga beban akan terangkat lebih cepat.
2. 8. Pesawat Pengangkat
Pesawat Pengangkat adalah kelompok mesin yang bekerja secara teratur dan berulang-
ulang dimana didesain sebagai peralatan untuk mengangkat dan memindahkan muatan
yang dapat digantungkan secara bebas seperti Crane, atau pengangkut muatan pada jalur
pandu seperti halnya pada Pengangkat (lift).
B. Crane
Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk
mengangkat sekaligus memindahkan muatan yang dapat di gantungkan secara bebas atau
dikaitkan pada crane . Dan ini dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa golongan
yaitu : Crane putar yang diam, crane yang bergerak pada rel, crane tanpa lintasan , crane
yang dipasang diatas traktor rantai, dan crane tipe jembatan. Oleh karena itu Crane putar
yang diam dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa bagian lagi yaitu :
a. Crane kentilever
b. Kerekan
Gambar 2.13 Crane kentilever
d. Crane