PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1
1. Mengetahui bahan baku utama dan bahan baku pembantu dari pupuk
ammonium sulfat ( ZA )
2. Mengetahui proses yang terjadi dan kondisi operasi pada proses yang
terjadi.
3. Mengetahui produk yang dihasilkan dari pembuatan pupuk ammonium
sulfat.
BAB II
ISI
2
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk
memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA
adalah singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang
berarti amonium sulfat (NH4)2SO4. Pupuk ZA diperlukan tanaman untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara nitrogen (N) dan belerang (S). Unsur
nitrogennya sebesar 21 % dan sulfur (belerang) sebesar 24 % (Ihsan,
2012). Pupuk ZA aman digunakan untuk semua jenis tanaman. Manfaat
dari pupuk ZA adalah dapat meningkatkan produksi dan kualitas panen,
menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit, dan
kekeringan, serta memperbaiki rasa dan warna hasil panen (Horties, 2011).
Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis
yang mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal dari Urea dan
ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K dan
seringkali menjadi factor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut
Gardner dkk, (1991), definisi N membatasi pembesaran sel dan
pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam
amino, pembentukan protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan
komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar
serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Aditya et al,
2012).
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin
di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak
sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat larut secara kuat, sedangkan ion
amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang
terkena aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan
pemberiannya.
Pupuk ZA mengandung belerang 24 % dan nitrogen 21 %.
Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya
pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada
tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini menjadi
pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu
karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea.
3
2.2 Karakteristik Amonium Sulfat (ZA)
2.2.1 Sifat Fisik Ammonium Sulfat
Menurut Perry RH (1997), ammonium sulfat mempunyai sifat fisik
sebagai berikut :
2.3 Bahan
2.3.1 Bahan Baku
4
1. Ammonia (NH3)
Ammonia (gas) terdiri dari hidrogen dan nitrogen yang
mempunyai perbandingan koefisien 3 : 1. Ammonia disintesis
menggunakan reaksi reversibel antara hidrogen dengan nitrogen.
5
sulfur trioksida kedalam asam sulfat hingga kepekatannya menjadi
98,5% sampai 99%.
Reaksi pembentukan asam sulfat :
SO3 (g) + H2SO4 (aq) H2S2O7 (aq)
sulfur trioksida as.sulfat oleum
2.4 Proses
2.4.1 Persiapan Bahan
6
Pada departemen produksi I PT. Petrokimia Gresik, pembuatan
amonia sulfat menggunakan bahan baku asam sulfat dan amonia,
berdasarkana pada rekasi irreversible. Reaksi yang terjadi adalah:
7
Apabila diambil dari tangki ammonia cair,ammonia cair
tersebut di jadikan uap terlebih dahulu di dalam Vapourizer (E
304) dengan media pemanas adalah Low Pressure Steam (LPS ,
10 kg/cm2) dengan suhu 180-195o C dari unit utilitas. Uap yang
dihasilkan mempunyai suhu 1o C an bertekanan 3,5-4,5 kg/cm2.
Uap ammonia tersebut kemudian dialirkan ke dalam saturator.
2. Asam Sulfat
Asam Sulfat cair yang diambil dari plant Asam Sulfat pabrik III
akan ditampung dalam tangki (TK 200) kemudian dipompa
dengan pompa P 305 AB pada suhu kamar menuju Saturator.
8
suhunya menjadi 50 C media pending yang digunakan adalah
colling water yang masuk lewat tube side dan udara lewat shell
side.
9
perlu diikat terlebih dahulu dengan cara menambahkan larutan
Asam Phospat (H3PO4) ke dalam tangki mother liquor. Larutan
induk ini kemudian direcycle ke saturator dengan bantuan
pompa (P 301 AB).
Reaksi pengikatan Fe :
105-110oC, 1 atm
H2SO4 (l) + 2NH3(g) (NH4)2SO4(s) H = - 66, 64 kkal/mol
10
a) Pembentukan Larutan Amonium Sulfat Jenuh
Mother liquor atau kondensat dimasukkan ke dalam reaktor,
kemudian asam sulfat dan uap amonia dimasukkan secara
kontinyu ke dalam reaktor melalui sparger sehingga terjadi
reaksi dan membentuk amonium sulfat. Gas amonia dan
asam sulfat cair dimasukkan secara terus menerus sehingga
tercapai kondisi larutan jenuh.
b) Pembentukan Kristal Amonium Sulfat
Larutan amonium sulfat yang telah mencapai kondisi jenuh,
dialiri gas amonia dan asam sulfat secara terus menerus,
sehingga akan diperoleh kondisi lewat jenuh (super saturasi)
dari larutan amonium sulfat, yang pada akhirnya akan
membentuk kristal amonium sulfat.
c) Keasaman
Larutan amonium sulfat di saturator dijaga dalam
kondisi asam (H2SO4 bebas = 2 - 4 gr/l) dengan pH netral
sedikit asam. Hal ini dimaksudkan agar semua gas NH3
dapat bereaksi dengan H2SO4 cair sehingga tidak terjadi
kehilangan gas NH3. Larutan Amonium Sulfat tidak boleh
terlalu asam karena akan mengganggu pembentukan kristal.
Hal yang perlu diperhatikan adalah keasaman larutan tidak
boleh lebih dari konsentrasi normal 1%, karena pada posisi
ini, larutan amonium sulfat bersifat sangat korosif.
d) Suhu Reaksi
Suhu reaksi dalam saturator pada kondisi normal
operasi dipertahankan pada suhu 1050C 1060C. Sebagian
uap yang terbentuk diembunkan dan dikembalikan kembali
ke saturator sebagai kondensat untuk mengatur konsentrasi
dan menyerap panas reaksi.
e) Level
Level dalam saturator harus dijaga antara 70 80 %
tinggi saturator. Apabila level larutan terlalu tinggi maka
akan banyak uap NH3 yang lepas ke udara sehingga akan
terjadi pengkristalan pada kondensor. Apabila level terlalu
rendah, maka saluran H2SO4 tidak akan terendam dalam
11
larutan di saturator yang menyebabkan jatuhnya H2SO4
akan memercik pada dinding saturator dan sparger yang
mengakibatkan korosi. Untuk menjaga level ditambahkan
mother liquor atau larutan induk berupa larutan amonium
sulfat yang pekat.
f) Jumlah Kristal
Jumlah kristal didasar saturator tidak boleh lebih
dari 50 % volume. Apabila jumlah kristal terlalu banyak
akan terjadi gumpalan gumpalan kristal yang akan
menyumbat saluran saluran dalam saturator.
3. Tahap Pemisahan Kristal
12
direcycle ke saturator perlu diendakpan dulu impuritasnya. Cara
untuk mengendapkan impuritas Fe dengan ditambahkan Asam
Phospat (H3PO4) kedalam tangki Mother Liquor. Larutan induk
ini direcycle ke saturator dengan bantuan pompa (P 301 AB).
13
dilarutkan kembali dan dialirkan ke tangki (D 301). Udara dari
wet cyclone cukup bersih dan dihisap oleh exhaust fan (C 302)
untuk di buang ke atmosfer.
14
2.6 Flowsheet Pembuatan Ammonium Sulfat (ZA)
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Fatmalasari, Ira. 2010. Laporan Kerja Praktek PT. Petro Kimia Gresik Amonium
Sulfat plan III. Semarang
17