Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan
air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman, namun demikian
kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal ini terbukti
dengan pemakaian tanah yang terus menerus secara intensif tanpa
penambahan unsur hara mengakibatkan merosotnya produktifitas tanah,
menurunkan hasil panenan dan rusaknya sifat fisik, kimia dan biologi tanah
dan kesuburan tanah.
Pengambilan sisa tanaman serta bahan-bahan buangan turut membantu
suplai nitrogen. Suplai alami demikian ditambah pula dengan pemberian
pupuk nitrogen misalnya Za yang mengandung nitrogen dan belerang.
Meningkatnya perkembangan populasi manusia yang mendorong
meningkatkan kebutuhan pangan dunia akan berarti pula peningkatan suplai
nitrogen pada tanah.
Penggunaan pupuk Za merupakan pupuk yang marak digunakan di
kalangan para petani karena kegunaan dari pupuk ini adalah membantu proses
perumbuhan tanaman para petani, menambah daya tahan tanaman terhadap
gangguan hama, penyakit dan kekeringan, memperbaiki rasa dan warna hasil
panen. Untuk itu tidak heran jika para petani beralih pupuk ke pupuk Za ini
karena macam manfaat tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Pada makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, seperti :
1. Apa saja bahan baku utama dan bahan baku tambahan untuk pembuatan
pupuk ammonium sulfat ?
2. Bagaimana proses yang terjadi dalam pembuatan pupuk ammonium
sulfat?
3. Bagaimana kondisi produk yang dihasilkan dalam pembuatan pupuk
ammonium sulfat?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1
1. Mengetahui bahan baku utama dan bahan baku pembantu dari pupuk
ammonium sulfat ( ZA )
2. Mengetahui proses yang terjadi dan kondisi operasi pada proses yang
terjadi.
3. Mengetahui produk yang dihasilkan dari pembuatan pupuk ammonium
sulfat.

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Amonium Sulfat (ZA)

2
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk
memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA
adalah singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang
berarti amonium sulfat (NH4)2SO4. Pupuk ZA diperlukan tanaman untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara nitrogen (N) dan belerang (S). Unsur
nitrogennya sebesar 21 % dan sulfur (belerang) sebesar 24 % (Ihsan,
2012). Pupuk ZA aman digunakan untuk semua jenis tanaman. Manfaat
dari pupuk ZA adalah dapat meningkatkan produksi dan kualitas panen,
menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit, dan
kekeringan, serta memperbaiki rasa dan warna hasil panen (Horties, 2011).
Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis
yang mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal dari Urea dan
ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K dan
seringkali menjadi factor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut
Gardner dkk, (1991), definisi N membatasi pembesaran sel dan
pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam
amino, pembentukan protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan
komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar
serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Aditya et al,
2012).
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin
di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak
sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat larut secara kuat, sedangkan ion
amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang
terkena aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan
pemberiannya.
Pupuk ZA mengandung belerang 24 % dan nitrogen 21 %.
Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya
pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada
tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini menjadi
pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu
karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea.

3
2.2 Karakteristik Amonium Sulfat (ZA)
2.2.1 Sifat Fisik Ammonium Sulfat
Menurut Perry RH (1997), ammonium sulfat mempunyai sifat fisik
sebagai berikut :

Berat Molekul : 132,14 g/mol

Berat Jenis : 1,77 g/lt

Warna : Dalam keadaan murni bewarna putih

Sifat : Mudah larut dalam air dan mudah


menyerap panas

Rumus molekul : (NH4)2SO4

Bentuk : Kristal, higroskopik

Titik lebur : 235oC-280oC

Kelarutan dalam air : 70,6 g/100 mL ( 0oC) 103,8 g/100 mL


(100oC)

2.2.2 Sifat Kimia Ammonium Sulfat

Ammonium sulfat mempunyai sifat kimia sebagai berikut :

1. Mudah larut dalam air

2. Digunakan sebagai pupuk dasar dan susulan

3. Senyawa kimianya stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu


lama

4. Dapat dicampur dengan pupuk lain

2.3 Bahan
2.3.1 Bahan Baku

4
1. Ammonia (NH3)
Ammonia (gas) terdiri dari hidrogen dan nitrogen yang
mempunyai perbandingan koefisien 3 : 1. Ammonia disintesis
menggunakan reaksi reversibel antara hidrogen dengan nitrogen.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :


N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) H0 = -92.0 KJ
Komposisi Amonia (NH3) :
Kadar NH3 = 99,97 %
Kadar H2O = 0.03 %
Sifat fisik ammonia (NH3)
Rumus molekul : NH3
Berat molekul : 17,04 gr/mol
Sifat fisik : gas tak berwarna, berbau
menyengat, dapat dicairkan
melalui kompresi
Titik leleh : -77,70C
Titik didih : -33,350C
Densitas
Pada 00C : 0,771 gr/ml
Pada -790C : 0,817 gr/ml
Tekanan uap : 10 atm pada 25,70C
Densitas uap : 0,6 gr/ml
(Perry RH,1997)
Sifat kimia Ammonia ( NH3)
Sangat larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol
Senyawa NH3 dalam air akan bereaksi menjadi basa yang
dapat ditunjukkan dengan cara mencelupkan kertas lakmus
merah ke dalamnya, dimana kertas lakmus merah tersebut
akan berubah warna menjadi biru. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut :
NH3(g) + H2O(l) NH4OH(l)
ammonia ammonium hidroksida
(vogel,1985)
2. Asam Sulfat ( H2SO4)
Menurut GT. Austin (1984), asam sulfat adalah asam kuat yang
bervalensi dua, disamping itu asam sulfat merupakan bahan
pengoksidasi dan pendehidrasi berlebih terhadap senyawa organik.
Larutan asam pekat dapat dipekatkan secara ekonomis sekitar 93%
berat H2SO4. Asam yang lebih pekat lagi dibuat dengan melarutkan

5
sulfur trioksida kedalam asam sulfat hingga kepekatannya menjadi
98,5% sampai 99%.
Reaksi pembentukan asam sulfat :
SO3 (g) + H2SO4 (aq) H2S2O7 (aq)
sulfur trioksida as.sulfat oleum

H2S2O7 (aq) + H2O (l) 2 H SO4 (aq)


2
oleum air as.sulfat

Komposisi Asam Sulfat ( H2SO4) :


Kadar H2SO4 = 98,71 %
Kadar H2O = 1,29 %
Kadar Fe 3+ = 6, 242 ppm
Sifat Fisik Asam Sulfat ( H2SO4)
Sifat fisik asam sulfat menurut Perry RH,1986 :
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,08 gr/mol
Sifat fisik : cairan tak berwarna, tak berbau dan bersifat
seperti minyak
Titik leleh : 10,490C
Densitas : 1,834 gr/ml
Tekanan uap : 1mm pada 145,80C
Titik didih : 2900C, terdekomposisi pada 3400C
Sifat kimia Asam Sulfat ( H2SO4)
Sifat kimia asam sulfat menurut Vogel,1985 :
Merupakan asam polibasa ( asam berbasa banyak ), yaitu
menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen per molekul. Asam
sulfat merupakan berbasa dua.
H2SO4 H+ + HSO4-
HSO4- H+ + SO42-
Mudah menguap
Sering digunakan sebagai katalis
Akan membentuk endapan PbSO4 nila bereaksi dengan Pb2+
Pb 2+ + SO42- PbSO4
trimbel sulfat timbel sulfat

2.3.2 Bahan Pembantu


Bahan pembantu yang digunakan adalah petrocoat, yaitu
larutan anti caking (petrocoat) 5%. Larutan petrocoat ini kemudoan
di injeksikan dengan konsentrasi 150 ppm/ton. Larutan petrocoat
ini digunakan sebagai zat anticaking dalam dryer, dimana larutan
ini akan melapisi tiap tiap molekul kristal sehingga kristal
ammonium sulfat tidak akan menggumpal.

2.4 Proses
2.4.1 Persiapan Bahan

6
Pada departemen produksi I PT. Petrokimia Gresik, pembuatan
amonia sulfat menggunakan bahan baku asam sulfat dan amonia,
berdasarkana pada rekasi irreversible. Reaksi yang terjadi adalah:

H2SO4 + 2NH3 (NH 4)2SO4 H= - 66, 64


kkal/mol

Reaksi yang terjadi di dalam rekasi tersebut bersifat


eksotermis karena menghasilkan panas sebesar 66, 64 kkal/mol.
Panas yang dilepas dari reaksi akan menaikkan suhu campuran
dalam reaktor sehingga terjadi pemekatan dan pengkristalan hasil
reaksi. Berdasarkan hasil tersebut reaktor ini disebut juga saturator
atau crystalizer.

Panas yang dihasilkan oleh reaksi sebagian besar akan


menguapkan air dari larutan dalam saturator, dan sebagian kecil
panas hilang melalui dinding saturator. Reaksi pembentukan
amonium sulfat dari asam sulfat dan amonia merupakan reaksi gas-
cair yang dioperasikan pada suhu 105-1100C, tekanan atmosfer,
level larutan 3,5-4,3 meter, dengan perbandingan mol reaktan
H2SO4 dan NH3 sebesar 1:2. Kandungan nitrogen dalam amonium
sulfat minimal 20,8% berat, asam sulfat bebas maksimal 0,1% berat
dan H2O maksimal 0,15% berat.

1. Persiapan Ammonia (NH3)

Gas ammonia yang digunakan sebagai bahan baku di ambil


dari plant ammonia dengan cara mengalirkan langsung ke
saturator, tetapi jika plant ammonia tidak berproduksi, ammonia
diambil dari tangki ammonia cair (TK 801). Amonia cair yang
digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

NH3 : minimal 99, 97%

H2O : maksimal 0, 03%

7
Apabila diambil dari tangki ammonia cair,ammonia cair
tersebut di jadikan uap terlebih dahulu di dalam Vapourizer (E
304) dengan media pemanas adalah Low Pressure Steam (LPS ,
10 kg/cm2) dengan suhu 180-195o C dari unit utilitas. Uap yang
dihasilkan mempunyai suhu 1o C an bertekanan 3,5-4,5 kg/cm2.
Uap ammonia tersebut kemudian dialirkan ke dalam saturator.

2. Asam Sulfat

Asam Sulfat cair yang digunakan memiliki spesifikasi


sebagai berikut:

H2SO4 : minimal 98, 71%

Fe 3+ : maksimal 6, 242 ppm

Kadar Air : minimal 1,29 %

Asam Sulfat cair yang diambil dari plant Asam Sulfat pabrik III
akan ditampung dalam tangki (TK 200) kemudian dipompa
dengan pompa P 305 AB pada suhu kamar menuju Saturator.

3. Persiapan Udara Pengaduk

Udara dalam proses pembuatan ammonium sulfat yaitu


berfungsi sebagai homogenizing tau pengaduk larutan dalam
saturator. Udara tersebut juga berfungsi untuk mencegah
terjadinya endapan Kristal ammonium sulfat pada dasar
saturator (bottom cone saturator).

Udara dimbil dari atmosfer (ambient) dan ditekan hingga


tekanannya mencapai 1,55 kg/cm2 dan suhunya 60 C dengan
Air Compressor (C 303AB), kemudian suhu udara di turunkan
dengan didinginkan pada Air after cooler (E 303) sehingga

8
suhunya menjadi 50 C media pending yang digunakan adalah
colling water yang masuk lewat tube side dan udara lewat shell
side.

Udara kemudian masuk ke oil separator (D 310) untuk


dipisahkan kandungan minyak pelumas yang terbawa dalam
udara saat udara ditekan. Udara yang keluar dari oil separator
kemudian menuju ke Oil Filter Drum (D 308 ABC) untuk
dimurnikan kembali. Udara yang telah murni kemudian masuk
ke dalam Compressed Air Drum (D 304) untuk memisahkan
airnya yang masih terbawa udara kemudian udara keluar pada
suhu 50 C dengan tekanan 1,55 kg/cm2 kemudian masuk
saturator.

4. Persiapan Larutan Induk (Mother Liquor)

Pada proses pembetukan kristal amonium sulfat


penambahan larutan induk (Mother Liquor) sangat diperlukan
untuk mempercepat pembentukan kristal. Larutan induk (Mother
Liquor) tersebut diperoleh dari sisa proses pembentukan kristal
amonium sulfat yang dimanfaatkan kembali untuk mempercepat
pembentukan kristal. Proses Pembentukan Mother Liquor adalah
sebagai berikut :

Kristal Amonium Sulfat bersama larutan induknya (mother


liquor) yang dihasilkan dari saturator masuk secara gravitasi ke
separator hopper (D 302 AB). Separator hopper (D 302 AB)
tersebut akan mendistribusikan ke centriguge separataor (M 301
AB). Centrifuge separator ini akan memisahkan antara kristal
amonium sulfat dengan mother liquor, kristal amonium sulfat
yang masih bersifat basah akan dibawa ke unit pengeringan dan
mother liquornya akan ditampung didalam tangki Mother Liquor
(D 301 AB). Mother Liquor ini mengandung impuritas berupa
Fe maka sebelum direcycle ke saturator Fe dalam mother liquor

9
perlu diikat terlebih dahulu dengan cara menambahkan larutan
Asam Phospat (H3PO4) ke dalam tangki mother liquor. Larutan
induk ini kemudian direcycle ke saturator dengan bantuan
pompa (P 301 AB).

Reaksi pengikatan Fe :

Fe2O3 + 2H3PO4 2FePO4 + 3H2O

2.4.2 Tahapan Proses

Proses pembuatan pupuk ammonium sulfat (ZA) di Departemen


Produksi I PT Petrokimia Gresik dapat digolongkan menjadi 5 tahapan
proses,yaitu :

1. Tahapan Penyiapan Bahan


2. Tahapan Reaksi Pembentukan Kristal Amonium Sulfat
3. Tahap Pemisahan Kristal
4. Tahap Pengeringan Produk Kristal
5. Tahap Penyimpanan dan Pengantongan Produk

1. Tahap Penyiapan Bahan Baku

Tahap penyiapan bahan telah dijelaskan diatas. Setelah


persiapan bahan adalah tahap reaksi pembentukan ammonium
sulfat.

2. Tahap Reaksi Pembentukan Kristal Amonium Sulfat

Pada reaktor R 301 ABCD terjadi reaksi antara asam


sulfat cair dan gas amonia yang masuk secara kontinyu dengan
perbandingan mol reaktan 1:2. Reaksi yang terjadi bersifat
eksotermis pada suhu 105-110oC. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :

105-110oC, 1 atm
H2SO4 (l) + 2NH3(g) (NH4)2SO4(s) H = - 66, 64 kkal/mol

Pembentukan kristal amonium sulfat di dalam reaktor


melalui beberapa tahapan berikut:

10
a) Pembentukan Larutan Amonium Sulfat Jenuh
Mother liquor atau kondensat dimasukkan ke dalam reaktor,
kemudian asam sulfat dan uap amonia dimasukkan secara
kontinyu ke dalam reaktor melalui sparger sehingga terjadi
reaksi dan membentuk amonium sulfat. Gas amonia dan
asam sulfat cair dimasukkan secara terus menerus sehingga
tercapai kondisi larutan jenuh.
b) Pembentukan Kristal Amonium Sulfat
Larutan amonium sulfat yang telah mencapai kondisi jenuh,
dialiri gas amonia dan asam sulfat secara terus menerus,
sehingga akan diperoleh kondisi lewat jenuh (super saturasi)
dari larutan amonium sulfat, yang pada akhirnya akan
membentuk kristal amonium sulfat.
c) Keasaman
Larutan amonium sulfat di saturator dijaga dalam
kondisi asam (H2SO4 bebas = 2 - 4 gr/l) dengan pH netral
sedikit asam. Hal ini dimaksudkan agar semua gas NH3
dapat bereaksi dengan H2SO4 cair sehingga tidak terjadi
kehilangan gas NH3. Larutan Amonium Sulfat tidak boleh
terlalu asam karena akan mengganggu pembentukan kristal.
Hal yang perlu diperhatikan adalah keasaman larutan tidak
boleh lebih dari konsentrasi normal 1%, karena pada posisi
ini, larutan amonium sulfat bersifat sangat korosif.
d) Suhu Reaksi
Suhu reaksi dalam saturator pada kondisi normal
operasi dipertahankan pada suhu 1050C 1060C. Sebagian
uap yang terbentuk diembunkan dan dikembalikan kembali
ke saturator sebagai kondensat untuk mengatur konsentrasi
dan menyerap panas reaksi.
e) Level
Level dalam saturator harus dijaga antara 70 80 %
tinggi saturator. Apabila level larutan terlalu tinggi maka
akan banyak uap NH3 yang lepas ke udara sehingga akan
terjadi pengkristalan pada kondensor. Apabila level terlalu
rendah, maka saluran H2SO4 tidak akan terendam dalam

11
larutan di saturator yang menyebabkan jatuhnya H2SO4
akan memercik pada dinding saturator dan sparger yang
mengakibatkan korosi. Untuk menjaga level ditambahkan
mother liquor atau larutan induk berupa larutan amonium
sulfat yang pekat.
f) Jumlah Kristal
Jumlah kristal didasar saturator tidak boleh lebih
dari 50 % volume. Apabila jumlah kristal terlalu banyak
akan terjadi gumpalan gumpalan kristal yang akan
menyumbat saluran saluran dalam saturator.
3. Tahap Pemisahan Kristal

Produk keluar reactor berupa campuran Kristal dan mother


liquor dengan perbandingan 50:50. Kristal ammonium sulfat
bersama larutan induknya (mother liquor) masuk secara
gravitasi ke separator hopper (D 302 AB). Separator hopper
akan menampung slurry dari 4 buat saturator dan kemudian
mendistribusikan pada 2 buah centrifuge separator (M 301 AB).
Penggunaan separator hopper tergantung dari rate produksi
ataupun jumlah saturator yang digunakan. Secara gravitasi,
slurry masuk kedalam centrifuge separator (M 301 AB) yang
sedang berputar dengan kecepatan 1200-1500 rpm. Slurry
masuk melalui pipa stasioner yang merupakan corong
pengumpan. Adanya putaran basket yang sangat cepat,
menyebabkan terjadinya gaya centrifugal yang melempar slurry
ke dinding basket yang dilapisi dengan filter tang berukuran 30
mesh. Cairan akan mengalir keluar dinding basket dan Kristal
yang berukuran rata-rata 25 mesh akan tertahan dan membentuk
lapisan Kristal setebal 11-30 in.

Kristal ammonium sulfat yang masih bersifat basah akan


dibawa ke unit pengeringan dan mother liquornya akan
ditampung di dalam tangki Mother Liquor (D 301 AB). Mother
liquor ini mengandung impuritas berupa Fe maka sebelum

12
direcycle ke saturator perlu diendakpan dulu impuritasnya. Cara
untuk mengendapkan impuritas Fe dengan ditambahkan Asam
Phospat (H3PO4) kedalam tangki Mother Liquor. Larutan induk
ini direcycle ke saturator dengan bantuan pompa (P 301 AB).

4. Tahap Pengeringan Produk Kristal

Pengeringan produk dilakukan untuk mengurangi


kandungan air dalam kristal amonium sulfat sehingga
kandungan air dalam kristal amonium sulfat maksimal 0,15%
berat. Alat yang digunakan dalam pengeringan ini adalah rotary
dryer (M302) yang bertipe Co-Current denga kapasitas 34.430
kg/jam.

Kristal basah diangkut belt conveyor (M 303) kemudian


melalui screw conveyor (M 307) dimasukan dalam rotary dryer
(M 302). Pada belt conveyor tersebut diinjeksikan larutan anti
caking Petrocoat dengan konsentrasi 150 ppm/ton di peroleh
dengan melarutkan cairan Petrocoat yang dilakukan dalam
tangki pelarutan (TK 303) dengan perbandingan Petrocoat
dengan air adalah 1:50. Larutan ini dengan cara gravitasi
dialirkan menuju belt conveyor dengan konsentrasi 150
ppm/ton. Larutan Petrocoat tersebut digunakan sebagai zat anti
caking dalam drying, karena larutan ini akan melapisi tiap-tiap
molekul kristal sehingga kristal amonium sulfat tidak akan
menggumpal. Pengeringan dilakukan dengan penambahan udara
panas yang telah dilewatkan filter. Udara panas dan uap air
ditarik ke udara dengan bantuan exhaust fan (C 302). Adanya
debu amonium sulfat yang terikut dalam udara, maka exhaust
fan (C 302) dilengkapi dengan wet cyclone (D 303) dan wet
cyclone (D 309) untuk menangkap debu tersebut. Pada wet
cyclone tersebut debu panas dari rotary dryer disemprot dengan
H2O sehingga debu amonium sulfat tersebut menjadi basah.
Debu basah tersebut dialirkan ke tangki (D 307) untuk

13
dilarutkan kembali dan dialirkan ke tangki (D 301). Udara dari
wet cyclone cukup bersih dan dihisap oleh exhaust fan (C 302)
untuk di buang ke atmosfer.

5. Tahap Penampungan dan Pengantongan Produk

Kristal amonium sulfat yang telah keluar dari drying


kemudian dilewatkan ke vibrating feeder (M 308) menuju
bucket elevator (M 306). Pada pengangkutan kristal amonium
sulfat di bucket elevator tersebut, debu yang dihasilkan karena
proses pengangkutan akan terhisap masuk wet cyclone bersama-
sama dengan debu dari rotary dryer. Kristal amonium sulfat
diteruskan ke belt conveyor (M 309) dan ditampung dalam
hopper (D 306 A) dan dilewatkan kembali dalam belt conveyor
(M 309) kemudian ditampung kembali kedalam hopper (D 306
A) dan kemudian dialirkan ke dalam sebuah bin melalui belt
conveyor (M 662 AB). Proses selanjutnya dari bin ini adalah
kristal amonium sulfat akan masuk ke proses pengantongan
(bagging).

2.5 Blok Diagram

14
2.6 Flowsheet Pembuatan Ammonium Sulfat (ZA)

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk


Ammonium Sulfat III atau ZA III adalah ammonia dalam wujud gas dan
asam sulfat dalam wujud cair. Ammonia (gas) terdiri dari hidrogen dan
nitrogen yang mempunyai perbandingan koefisien 3 : 1. Ammonia
disintesis menggunakan reaksi reversibel antara hidrogen dengan nitrogen.
Asam sulfat adalah asam kuat yang bervalensi dua, disamping itu asam
sulfat merupakan bahan pengoksidasi dan pendehidrasi berlebih terhadap
senyawa organik. Proses pembuatan pupuk ammonium sulfat (ZA) terbagi
menjadi 5 tahapan proses, yaitu : tahapan penyiapan bahan, tahapan reaksi
pembentukan kristal amonium sulfat, tahap pemisahan kristal, tahap
pengeringan produk kristal, tahap penyimpanan dan pengantongan produk.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Proses Kimia Industri. https://www.scribd.com/doc/115626175/Under-


Process-Kimia-Industri. diakses pada 2 Maret 2015

Fatmalasari, Ira. 2010. Laporan Kerja Praktek PT. Petro Kimia Gresik Amonium
Sulfat plan III. Semarang

17

Anda mungkin juga menyukai