Tugas DR - Ss 2
Tugas DR - Ss 2
2.1 Definisi
anatomi rektum terbentang dari vertebra sakrum ke-3 sampai garis anorektal.
Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan
muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang
dari sakrum ke-3 ke diafragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang
rektum berkisar 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada rectosigmoid junction dan
35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum
4
5
tidak mengikuti aturan baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh (proliferasi
c. Metaplasia adalah perubahan dari satu jenis tipe sel yang membelah
sel abnormal pada jumlah besar dan tendensi untuk tidak teratur.
2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2005 di Amerika Serikat, diperkirakan ada 145.290 kasus baru
berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus karsinoma kolon dan 8.600 kasus
6
Merujuk data WHO tahun 2003, di seluruh dunia dilaporkan lebih dari
940.000 kasus baru dan terjadi kematian pada hampir 500.000 kasus tiap
dunia selain jenis karsinoma lainnya. Namun, perkembangan teknologi dan juga
Dari seluruh pasien karsinoma rektum, 90% berumur lebih dari 50 tahun.
Hanya 5% pasien berusia kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki laki
2.3.1 Polip
sebuah proses yang bertahap, dimana proses dimulai dari hiperplasia sel mukosa,
dan invasifkarsinoma. Aktivasi onkogen, inaktivasi tumor supresi gen, dan delesi
7
Kolitis ulseratif merupakan faktor risiko yang jelas untuk karsinoma kolon
sekitar 1% dari pasien yang memiliki riwayat kronik kolitis ulseratif. Risiko
perkembangan karsinoma pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena
kolitis dan berbanding lurus dengan keterlibatan dan keaktifan dari kolitis
dengan kolitis yang durasinya lebih dari 8 tahun. Sebuah studi prospektif
untuk semua pasien yang didiagnosa dengan displasia yang berhubungan dengan
massa atau lesi, yang paling penting dari analisa mendemonstrasikan bahwa
kolitis ulseratif. Keseluruhan insiden dari karsinoma yang muncul pada penyakit
Crohns sekitar 20%. Telah dilaporkan juga bahwa karsinoma sel skuamous dan
Sekitar 15% dari seluruh karsinoma kolon muncul pada pasien dengan
menderita karsinoma kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan
menuju mukosa kolon yang maligna. Sekitar setengah dari seluruh karsinoma dan
riwayat karsinoma pada keluarga. Mutasi sangat jarang terlihat pada adenoma
yang lebih kecil dari 1 cm. Dua sindrom yang utama dan beberapa varian yang
Gen yang bertanggung jawab untuk FAP yaitu gen APC, yang berlokasi
pada kromosom 5q21. Adanya defek pada APC tumor supresor gen dapat
40 sampai 50 tahun. Pada FAP yang telah berlangsung cukup lama, didapatkan
9
yang aman dan adekuat; ketika hal ini terjadi, direkomendasikan untuk melakukan
tersisa. Screening untuk polip harus dimulai pada saat usia muda. Pasien dengan
FAP yang diberi 400 mg celecoxib, dua kali sehari selama enam bulan
pada umur yang muda (45 tahun), dengan predominan lokasi karsinoma pada
keadaan ini adenoma kolon yang berukuran kecil dapat menjadi karsinoma dalam
2-3 tahun, bila dibandingkan dengan proses pada rata-rata karsinoma kolorektal
karsinoma kolorektal pada umur yang sangat muda, dan screening harus dimulai
pada umur 20 tahun atau lebih dini 5 tahun dari umur anggota keluarga yang
Prognosis dari pasien HNPCC terlihat lebih baik daripada pasien dengan
2.3.4 Diet
10
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah
menunjukkan adanya hubungan antara serat dan karsinoma kolorektal. Ada dua
untuk asosiasi antara resistensi insulin dengan adenoma dan karsinoma kolorektal.
trigliserida dan asam lemak tak jenuh pada sirkulasi. Faktor sirkulasi ini mengarah
pada sel epitel kolon untuk menstimulus proliferasi dan juga memperlihatkan
disebabkan kegagalan diferensiasi dari daerah yang lemah akibat terpapar toksin
yang tak dapat dikenali dan adanya respon inflamasi fokal, karakteristik ini
didapat dari bukti teraktifasinya enzim COX-2 dan stres oksidatif dengan lepasnya
mediator oksigen reaktif. Hasil dari proliferasi fokal dan mutagenesis dapat
meningkatkan resiko terjadinya adenoma dan aberrant crypt foci. Proses ini dapat
dihambat dengan (a) demulsi yang dapat memperbaiki permukaan lumen kolon;
misalnya resistensi insulin yang berperan melalui tubuh dan kegagalan pertahanan
fokal epitel yang berperan secara lokal, dapat menjelaskan hubungan antara diet
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga
kali untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar.
Sedangkan merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah
obesitas dan asupan energi dengan karsinoma kolorektal. Interaksi antara obesitas
yang berhubungan dengan risiko karsinoma kolorektal. The Nurses Health Study
terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan
2.3.6 Usia
Proporsi dari semua karsinoma pada orang usia lanjut ( 65 tahun) pria
dan wanita adalah 61% dan 56%. Frekuensi karsinoma pada pria berusia lanjut
hampir 7 kali (2158 per 100.000 orang per tahun) dan pada wanita berusia lanjut
sekitar 4 kali (1192 per 100.000 orang per tahun) bila dibandingkan dengan orang
12
yang berusia lebih muda (30-64 thn). Sekitar setengah dari karsinoma yang
terdiagnosa pada pria yang berusia lanjut adalah karsinoma prostat (451 per
100.000), karsinoma paru-paru (118 per 100.000) dan karsinoma kolon (176 per
tahun sebesar 0,9%, 35-44 tahun sebesar 3,5%, 45-54 tahun sebesar 10,9%, 55-64
tahun sebesar 17,6%, 65-74 tahun sebesar 25,9%, 75-84 tahun sebesar 28,8%, dan
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada karsinoma rektum antara
lain ialah:
Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah
Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat
BAB
Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.
2.4.2 Histologi
mempunyai derajat diferensiasi yang berbeda-beda, tidak hanya dari tumor yang
satu dengan tumor yang lain tetapi juga dari area ke area pada tumor yang sama,
adenokarsinoma musinosa (17%), signet ring cell carcinoma (2-4%), dan sarkoma
(0,1-3%).
2.4.3 Metastasis
saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.
ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik
dan vena dari rektum menuju vena cava inferior, maka metastase karsinoma
rektum lebih sering muncul pertama kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon
dimana jalur limfatik dan vena menuju vena porta, maka metastase karsinoma
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada karsinoma rektal antara lain
ialah:
Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah
Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat
BAB
Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi karsinoma
Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan
a. suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu
suatu plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
c. suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol
cincin
16
Antigen) dan Uji faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di
jaringan.3,4
1) Dapat pula dengan Barium Enema, yaitu Cairan yang mengandung barium
dimasukkan melalui rektum kemudian dilakukan seri foto Rontgen pada traktus
gastrointestinal bawah.3,4
2) Sigmoidoskopi, yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan
sigmoid apakah terdapat polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoskop
dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan
3) Kolonoskopi yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan
4) Biopsi. Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus
paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari karsinoma usus besar. Jenis
pasien dengan mejanya yang tidak digerakkan. Hasilnya adalah sama dengan
Tumor rektum terlihat sebagai massa fokal dengan densitas seperti soft
tissue di samping lumen rectum yang berisi gas atau zat kontras larut air
opasitas lumen.
dibedakan antara batas rektum dengan jaringan lemak antara rektum dan
atau low anterior resection, sedangkan tumor yang lebih lanjut (T3)
dilakukan.
20
6) MRI
menggunakan sinar x.
Keuntungan MRI:
jantung, sedangkan pasien dengan wire dan sten maupun pen boleh
diperiksa.
- Pasien claustrofobi ( takut ruang sempit ), perlu anestesi umum.
2.5.2 Staging
(Stadium I-IV).
22
Stadium Deskripsi
rectal cancer.
cancer.
karsinoma rektum
Organ yang paling sering menjadi lokasi metastasis jauh karsinoma rektum
adalah hepar. Metastasis hepar terlihat pada CT Scan sebagai daerah hipodens
berbatas tegas (dibandingkan dengan parenkim hepar normal) pada fase vena
portal, setelah injeksi kontras intravena. Pada fase arterial yang lebih awal,
metastasis hepar dapat terlihat sebagai rim enhancement atau hiperdens atau
Gambar 15.CT scan potongan aksial hepar dengan kontras, terlihat lesi hipodens
pada lobus kanan hepar yang merupakan metastasis adenokarsinoma rektum.
Metastasis hepar dapat dioperasi reseksi jika ukurannya kecil (<3 cm),
berjumlah <3, dan lokasi yang dapat dijangkau. Jika tidak sesuai untuk dilakukan
bawah daripada letak atas atau karsinoma kolon. Hal ini terjadi karena tumor
26
rektum letak bawah didrainase menuju vena sistemik (melalui vena iliaca interna)
dan tidak menuju sistem vena porta (melalui vena mesenterica inferior atau
superior), yang terjadi pada tumor kolon dan rektum letak atas. Oleh karena itu,
pada tumor rektum letak rendah sering ditemukan metastasis ke pulmo tetapi tidak
ke hepar.
termasuk jarang.
2.6 PENATALAKSANAAN
adalah terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga
terapi standar untuk karsinoma rektum yang digunakan antara lain ialah :
2.6.1 Pembedahan
untuk stadium I dan II karsinoma rektum, bahkan pada pasien suspek dalam
stadium III juga dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu
stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan,
1. Indikasi
Tumor bebas, berada 8 cm dari linea dentata
T1 atau T2 yang dipastikan dengan pemeriksaan ultrasound
Termasuk well-differentiated atau moderately well differentiated secara
histologi
Ukuran kurang dari 3-4 cm
2. Kontraindikasi
Tumor tidak jelas
Termasuk T3 yang dipastikan dengan ultrasound
Termasuk Poorly differentiated secara histologi
2.6.2 Radiasi
stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum
untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat melalui
pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%.Pada penanganan metastasis
28
jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut,
Dosis Radiasi
a. Preoperatif
Kasus T3N0-1 PTV (standard risk) 45 Gy dengan 1,8 Gy/fraksi, PTV (high-
b. Pascaoperatif
Pada kasus dengan batas margin positif/ gross residual disease, dosis
2.6.3 Kemoterapi
29
menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut
dikombinasikan dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas
substitusi bagi leucovorin. Menurunkan angka kekambuhan kira kira 15% dan
2.7 PROGNOSIS
sebagai berikut :
a. Stadium I - 72%
b. Stadium II - 54%
d. Stadium IV - 7%
Lima puluh persen dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat
sering terjadi pada.Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun
rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan kemapuan
TUMOR COLON
1 Definisi
Karsinoma kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di
dalam permukaan usus besar atau rektum Karsinoma kolon adalah pertumbuhan
sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan
sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
karsinoma kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan
merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).
3.2 Insidens
Adenokarsinoma kolon dan rektum merupakan keganasan yang paling
umum ditemukan pada traktus GI. Lebih dari 150.000 kasus baru di Amerika dan
lebih dari 52.000 pasien meninggal tiap tahunnya, hal ini membuat kanker
kolorektal menjadi pembunuh kedua pada penyakit kanker di Amerika. (American
Cancer Society, 2009). Insidensinya terbagi rata antara pria dan wanita dan tetap
berada pada angka yang konstan selama 20 tahun terakhir. Deteksi dini dengan
pengembangan peralatan kedokteran yang mutakhir dianggap dapat membantu
untuk mortalitas kanker kolorektal dala beberapa tahun terakhir.
31
I. Patogenesis
APC gen terdeteksi pada 80% penderita kanker kolorektal. Mutasi gen ini hanya
ditemukan pada adenoma atau karsinoma saja, tetapi tidak pada jaringan
disekitarnya. Hal ini menandakan bahwa mutasinya adalah mutasi somatik.
Karena APC adalah gen penekan tumor, pada kehilangan kedua alelnya dapat
menghilangkan aktifitas penekan tumornya. Mutasi yang terjadi, disebabkan oleh
pembentukan kodon stop yang terlalu awal, yang menghasilkan protein APC yang
terpotong. Pada FAP, tempat mutasi berkaitan dengan gambaran klinis penyakit.
Contohnya, mutasi pada ujung lengan 3 atau 5 menyebabkan pembentukan
bentuk FAP yang lemah, sedangkan pusat mutasi pada gen memperparah
penyakit. Sehingga, pengetahuan tentang mutasi spesifik pada keluarga dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan keputusan klinis.
Inaktifasi hanya pada APC tidak mampu menyebabkan karsinoma. Mutasi
pada APC akan mencetuskan akumulasi kerusakan-kerusakan genetik yang
akhirnya menyebabkan keganasan lewat jalur loss of heterozygosity (LOH).
Mutasi tambahan pada jalur ini termasuk aktivasi K-ras onkogen, dan hilangnya
tumor-suppressor gene DCC dan p53.
K-ras diklasifikasikan sebagai proto-onkogen karena mutasi hanya pada
satu alel saja dapat merusak seluruh siklus sel. Gen K-ras merupakan produk
protein G yang ikut dalam transduksi sinyal intrasel. Ketika K-ras yang aktif
berikatan dengan guanosin triphosphate (GTP); terjadi hidrolisis GTP menjadi
guanine diphosphate (GDP) sehingga menonaktifkan protein G. Mutasi pada K-
ras akan menyebabkan ketidakmampuan untuk menghidrolisis GTP, sehingga
34
Mutasi gen APC atau hilangnya kromosom 5q (mutasi didapat pada sindroma poliposis
adenomatosa)
Hiperproliferasi sel kripta dan proliferasi klonal sel batang yang menyebabkan
timbulnya adenoma kecil
Aktivasi onkogen K-ras dalam adenoma kecil dan proliferasi penggandaan sel yang
bermutasi
Adenoma intermediet
Karsinoma invasif
Jalur LOH sampai ke perkembangan kanker kolorektal. (Sumber: Allen Jl. Molecular Biology of
colorectal cancer: a clinicians view. Perspect Colon Rectal Surg 1995;8:181-202)
dengan delesi kromosom dan aneuploiditas tumor dan sedikitnya ada tujuh buah
gen yang terlibat dalam jalur LOH ini. Delapan puluh persen karsinoma muncul
dari mutasi pada jalur LOH. Sisanya yang 20% muncul dari jalur RER, yang
dicirikan dengan kesalahan dalam perbaikan mismatch (kesalahan pasangan) pada
replikasi DNA. Beberapa gen telah terdeteksi dalam kesalahan perbaikan DNA
RER, yaitu hMSH2, hMLH1, hPMS1, hPMS2, dan hMSH6/GTBP. Mutasi hanya
pada salah satu gen ini, cukup untuk membuat mutasi sel, yang mungkin dapat
timbul pada proto-onkogen atau tumor suppressor gen. Mismatch ini membuat
terus meningkatnya kesalahan eplikasi, sehingga terjadi instabilitas mikrosatelit
(pertumbuhan sel kanker ditempat lain yang berdekatan) dan malfungsi gen. Jika
telah terbentuk mikrosatelit yang tidakstabil, maka akan mudahnya terjadi
mikrometastasis di tempat lain akibat struktur sel-sel mikrosatelit yang mudah
lepas.
37
Mutasi atau mismatch pada gen-gen yang bertugas memperbaiki kerusakan gen
Gangguan fungsi gen yang mengandung atau diregulasi oleh mikosatelit (Gen reseptor TGR-Beta tipe-II)
Sekuens adenoma-karsinoma
(umumnya tidak melibatkan APC, MCC, K-ras, DCC, p53)
Jalur RER sampai ke perkembangan kanker kolorektal. (Sumber: Allen Jl. Molecular Biology of
colorectal cancer: a clinicians view. Perspect Colon Rectal Surg 1995;8:181-202)
38
Mutasi Inisial
Meningkatnya
kecepatan mutasi
Mutasi (inaktifasi)
kedua
Pertumbuhan
klonal
Karsinoma
Metastasis
II. Diagnosis
Gejala
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan
dengan suplai darah yang diterima. Arteri mesenterika superior memperdarahi
belahan bagian kanan (caecum, kolon ascendens dan duapertiga proksimal kolon
transversum), dan arteri mesenterika inferior yang memperdarahi belahan kiri
(sepertiga distal kolon transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian
proksimal rektum). Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak
spesifik. Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan
besar dan lokasi dari tumor. Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi
kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga lanjut sekali. Sedikit
kecenderungan menyebabkan obstruksi karena lumen usus lebih besar dan feses
masih encer. Gejala klinis sering berupa rasa penuh, nyeri abdomen, perdarahan
dan symptomatic anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan berat
badan). Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan
pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan, mengecilnya
40
ukuran feses, dan konstipasi karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar
mengakibatkan obstruksi.
A. Gejala Subakut
Tumor yang berada di kolon kanan seringkali tidak menyebabkan
perubahan pada pola buang air besar (meskipun besar). Tumor yang memproduksi
mukus dapat menyebabkan diare. Pasien mungkin memperhatikan perubahan
warna feses menjadi gelap, tetapi tumor seringkali menyebabkan perdarahan
samar yang tidak disadari oleh pasien. Kehilangan darah dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Ketika seorang wanita post
menopouse atau seorang pria dewasa mengalami anemia defisiensi besi, maka
kemungkinan kanker kolon harus dipikirkan dan pemeriksaan yang tepat harus
dilakukan. Karena perdarahan yang disebabkan oleh tumor biasanya bersifat
intermitten, hasil negatif dari tes occult blood tidak dapat menyingkirkan
kemungkinan adanya kanker kolon. Sakit perut bagian bawah biasanya
berhubungan dengan tumor yang berada pada kolon kiri, yang mereda setelah
buang air besar. Pasien ini biasanya menyadari adanya perubahan pada pola buang
air besar serta adanya darah yang berwarna merah keluar bersamaan dengan
buang air besar. Gejala lain yang jarang adalah penurunan berat badan dan
demam. Meskipun kemungkinannya kecil tetapi kanker kolon dapat menjadi
tempat utama intususepsi, sehingga jika ditemukan orang dewasa yang
mempunyai gejala obstruksi total atau parsial dengan intususepsi, kolonoskopi
dan double kontras barium enema harus dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan kanker kolon.
B. Gejala akut
Gejala akut dari pasien biasanya adalah obstruksi atau perforasi, sehingga
jika ditemukan pasien usia lanjut dengan gejala obstruksi, maka kemungkinan
besar penyebabnya adalah kanker. Obstruksi total muncul pada < 10% pasien
dengan kanker kolon, tetapi hal ini adalah sebuah keadaan darurat yang
41
a. Stadium
Sistem stadium penting untuk memprediksi hasil, memilih terapi yang
akan dilakukan, dan perbandingan terapi pada tiap pasien berbeda. Tumor yang
dianggap invasif berarti harus menembus muskularis mukosa. Sel maligna yang
berada tidak menembus muskularis mukosa tidak dianggap dapat invasif karena
tidak adanya linfonodus dan dianggap sebagai carcinoma in situ.
Banyak system stadium keganasan kolorektal yang ada, contohnya
stadium TNM (tumor/nodus/metastasis) yang diklasifikasikan oleh American
College of Surgeons Commission on Cancer.
Stadium Kedalaman Status Limfonodus Metastasis Jauh
Stadium 1 T1, T2 N0 M0
Stadium 2 T3, T4 N0 M0
Stadium 3 Seluruh T Setiap N (Kecuali N0) M0
Stadium 4 Seluruh T Setiap N M1
TX tumor primer, tidak dapat dinilai
T0 tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis carcinoma in situ
T1 tumor menginvasi ke submukosa
T2 tumor menginvasi muskularis propria
T3 tumor menginvasi menembus muskularis propria ke tunika subserosa atau ke perikolika atau ke
perirektal
43
b. Teknik pemeriksaan
b.1 Tahap pengisian
Di sini terjadi pengisian larutan barium ke dalam lumen kolon. Sampai
bagian kolon manakah pengisian tersebut sangat bergantung pada panjang
pendeknya kolon itu sendiri. Umumnya dapat dikatakan cukup bila sudah
mencapai fleksura lienalis atau pertengahan kolon transversum. Bagian kolon
yang belum terisi dapat diisi dengan merubah posisi penderita dari telentang
(supine) menjadi miring kanan (right decubitus).
b.2 Tahap pelapisan
Dengan menunggu 1-2 menit dapat diberikan kesempatan pada larutan
barium untuk melapisi (coating) mukosa kolon.
b.3 Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa kolon terlapisi sempurna, maka sisa larutan
barium dalam lumen kolon perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan
kembali. Caranya dengan memiringkan penderita ke kiri (left decubitus) dan
menegakkan meja pemeriksaan (upright).
b4 Tahap pengembangan
Di sini dilakukan pemompaan udara ke dalam lumen kolon. Usahakan
jangan sampai terjadi pengembangan yang berlebihan (overdistention) karena
akan timbul hal-hal yang tidak diingini.
b.5 Tahap pemotretan
47
c. Lama pemeriksaan
Dianjurkan lama pemeriksaan tidak melebihi 5 menit. Makin lama
pemeriksaan itu berlangsung, kemungkinan terjadinya kerak-kerak barium di
sepanjang kolon makin besar.
d. Alat-alat yang dipakai
Irigator plastic dengan balon dan pompa udara terpasang sangat disukai
untuk dipakai karena sifatnya yang fleksibel sehingga penderita tidak perlu
meninggalkan meja pemeriksaan pada tahap pengosongan.
e. Gambaran Karsinoma Kolon dengan Colon in Loop
Karsinoma kolon secara radiologi member gambaran :
- Penonjolan ke dalam lumen (protruded lession)
Bentuk klasik tipe ini adalah polip. Polip dapat bertangkai (pedunculated) dan
tidak bertangkai (sessile). Dinding kolon seringkali masih baik.
- Kerancuan dinding kolon (colonic wall deformity)
Dapat bersifat simetris (napkin ring) atau asimetris (apple core). Lumen kolon
sempit dan irregular. Kerap kali hal ini sulit dibedakan dengan colitis Crohn
- Kekakuan dinding kolon (rigidity colonic wall)
Bersifat segmental, terkadang mukosa masih baik. Lumen kolon dapat tidak
menyempit. Bentuk ini sukar dibedakan dengan colitis ulseratif.
5. Endoskopi
Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari
pasien mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai
polip premaligna.
48
6. Proktosigmoidoskopi
Pemeriksaan ini dapat menjangkau 20-25 cm dari linea dentata, tapi akut
angulasi dari rektosigmoid junction akan dapat menghalangi masuknya instrumen.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 20-25% dari kanker kolon. Rigid
proctosigmoidoskopi aman dan efektif untuk digunakan sebagai evaluasi
seseorang dengan risiko rendah dibawah usia 40 tahun jika digunakan bersama
sama dengan occult blood test.
49
7. Flexible Sigmoidoskopi
Flexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 60 cm kedalam lumen kolon
dan dapat mencapai bagian proksimal dari kolon kiri. Lima puluh persen dari
kanker kolon dapat terdeteksi dengan menggunakan alat ini. Flexible
sigmoidoscopi tidak dianjurkan digunakan untuk indikasi terapeutik polipektomi,
kauterisasi dan semacamnya; kecuali pada keadaan khusus, seperti pada ileorektal
anastomosis. Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada umur 50 tahun
merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening seseorang yang
asimptomatik yang berada pada tingkatan risiko menengah untuk menderita
kanker kolon. Sebuah polip adenomatous yang ditemukan pada flexible
sigmoidoscopi merupakan indikasi untuk dilakukannya kolonoskopi, karena
meskipun kecil (<10 mm), adenoma yang berada di distal kolon biasanya
berhubungan dengan neoplasma yang letaknya proksimal pada 6-10% pasien.
8. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh
mukosa kolon dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat
mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat
menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari
pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada barium enema yang
50
II.5Imaging Tehnik
MRI, CT scan, transrectal ultrasound merupakan bagian dari tehnik
imaging yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan
kanker kolon, tetapi tehnik ini bukan merupakan screening tes.
a. CT scan
CT scan dapat mengevaluasi abdominal cavity dari pasien kanker kolon
pre operatif. CT scan bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal,
51
ovarium, kelenjar limfa dan organ lainnya di pelvis. CT scan sangat berguna untuk
mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai CEA yang meningkat setelah
pembedahan kanker kolon. Sensitifitas CT scan mencapai 55%. CT scan
memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon karena sulitnya
dalam menentukan stage dari lesi sebelum tindakan operasi. Pelvic CT scan dapat
mengidentifikasi invasi tumor ke dinding usus dengan akurasi mencapai 90 %,
dan mendeteksi pembesaran kelanjar getah bening >1 cm pada 75% pasien. 19
Penggunaan CT dengan kontras dari abdomen dan pelvis dapat mengidentifikasi
metastase pada hepar dan daerah intraperitoneal.
b. MRI
MRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar daripada CT scan dan sering
digunakan pada klarifikasi lesi yang tak teridentifikasi dengan menggunakan CT
scan. Karena sensifitasnya yang lebih tinggi daripada CT scan, MRI dipergunakan
untuk mengidentifikasikan metastasis ke hepar.
52
VI. Penatalaksanaan
Prinsip Reseksi
Tujuan penatalaksanaan karsinoma kolon adalah untuk mengangkat tumor
primer beserta dengan suplai limfovaskularnya. Karena pembuluh limfe pada
kolon bersamaan dengan suplai arteri, panjang kolon yang direseksi bergantung
pada pembuluh darah yang terlibat dalam menyuplai sel kanker. Setiap jaringan
yang menempel pada sel kanker, seperti omentum, yang telah terinvasi, harus
dilakukan reseksi en bloc. Jika seluruh tumor tidak dapat diangkat, maka terapi
paliatif menjadi pilihannya.
Adanya sel-sel kanker atau adenoma yang saling berhubungan, atau
adanya riwayat keluarga dengan neoplasma kolorektal, menandakanbahwa
seluruh kolon berisiko terkena karsinoma (biasanya disebut juga field defect) dan
dipertimbangkan dilakukan kolektomi total atau subtotal. Jika terjadi
metachronous tumors (tumor kedua daritumor primerkolon) maka dilakukan juga
dengan penatalaksanaan yang sama.
Jumlah limfonodus yang diambil pada pembedahan mampu menentukan
kualitas reseksi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebanyak minimal 12
limfonodus yang terangkat memiliki tingkat kesembuhan yang adekuat. Namun
pada penelitian lain menunjukkan bahwa jumlah limfonodus yang terambil tidak
menentukan tingkat kesembuhan.
Jika ditemukan metastasis tumor pada saat laparotomi, maka reseksi tumor
primer tetap dilakukan jika kondisi pasien stabil. Dipertimbangkan agar dilakukan
anastomosis primer jika kolon terlihat sehat, tidak terlibat karsinomatosis, dan
keadaan pasien stabil.
55
56
Gambar panjang reseksi pada karsinoma kolon. A. Karsinoma sekum. B. Karsinoma felksura
hepatika. C. Karsinoma kolon transversum. D. Karsinomafleksura splenika. E. Karsinoma kolon
desenden. F. Karsinoma kolon sigmoid. (Sumber: Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR, Dunn
DL, Hunter JG, Metthews JB, Pollock RE: Schwartzs Principles of Surgery, 9th Edition).
Gambar letak karsinoma invasif pada polip yang bertangkai dan polip sessile. (Sumber: Brunicardi
FC, Anderson DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Metthews JB, Pollock RE: Schwartzs
Principles of Surgery, 9th Edition).
VI.3 Stadium I dan II: Karsinoma Kolon Terlokalisir (T1-T3, N0, M0)
Kebanyakan pasien pada karsinoma kolon stadium I dan II dapat
disembuhkan dengan reseksi. Hanya beberapa pasien yang kembali timbul kanker
setelah dilakukan reseksi, pengobatan kemoterapi ajuvan tidak dapat mengurangi
rekurensi kanker ini. Namun sebanyak 46% pasien setelah reseksi komplit
stadium II akan meninggal akibat kanker kolon. Akibat hal tersebut, dilakukanlah
pengobatan ajuvan pada beberapa pasien dengan karsinoma kolon stadium II
(pasien yang masih muda dengan gambaran radiologi dengan displasia yang
tinggi). Data yang ada masih kontroversial apakah dengan terapi ajuvan setelah
bedah mampu meningkatkan survival rate.
Mayo Clinic Bolus: 5-FU 425 mg/m2 + leucovorin 20 mg/m2 pada hari 15 tiap 4 minggu.
Total 6 minggu.
Roswell Park: 5-FU 500 mg/m2 + leucovorin 500 mg/m2 per minggu untuk 6 minggu dengan
2 minggu waktu istirahat (tidak minum obat). Total 3 siklus.
Capecitabine: 2000 mg/m2 dalam dua dosis dua kali per hariselama 14 hari, 7 hari istirahat.
Total 8 siklus.
FOLFOX 4: Oxaliplatin 85 mg/m2 IV hari 1; leucovorin 200 mg/m2 IV; fluorouracil 400
mg/m2 IV bolus, diikuti oleh fluorouracil 600 mg/m2 untuk 22 jam selama hari ke-1 dan 2,
diberika tiap 14 hari. Total 12 siklus.
59
Mayo Clinic Bolus: 5-FU 425 mg/m2 + leucovorin 20 mg/m2 pada hari 15 tiap 4 minggu.
Roswell Park: 5-FU 500 mg/m2 + leucovorin 500 mg/m2 per minggu selama 6 minggu
dengan 2 minggu waktu istirahat.
IFL (Saltz Regimen, Triple Therapy): CPT-11 100125 mg/m2 IV tiap 90 min, 5-FU 500
mg/m2, semua diberikan selama 4 minggu dan 2 minggu waktu istirahat.
FOLFOX 4: Oxaliplatin 85 mg/m2 IV hari ke-1; leucovorin 200 mg/m2 IV; fluorouracil 400
mg/m2 IV bolus, diikuti oleh fluorouracil 600 mg/m2 untuk 22 jam selama hari ke-1 dan 2
diberikan selama 14 hari.
XELIRI: Irinotecan 200250 mg/m2 day 1; capecitabine 7501000 mg/m2 PO dua kali
perhari hari ke-114, tiap 21 hari.
XELOX: Oxaliplatin 100 mg/m2 hari ke- 1; capecitabine 7501000 mg/m2 PO BID dua kali
perhari hari ke-114, tiap 21 hari.
Bevacizumab: (Avastin) 5 mg/kg IV tiap 14 hari diselingi dengan 5-FU-based chemotherapy.
Cetuximab: (Erbitux) 400 mg/m2 loading dose mencapai 120 menit (minggu ke-1); 250
mg/m2 selama 60 menit per minggu dosis maintenance, dengan irinotecan atau sebagai
single agent pada pasien yang tintoleransi irinotecan.
VII. Prognosis
Tabel stadium karsinoma kolorektal dan angka keselamatan selama 5 tahun. (Sumber: Greene et al.
AJCC Cancer Staging Manual, Sixth Edition (2002) published by Springer Science and Business
Media LLC, www.springerlink.com)
Tabel stadium kanker menurut AJCC. (Sumber: Greene et al. AJCC Cancer Staging Manual, Sixth
Edition (2002) published by Springer Science and Business Media LLC, www.springerlink.com)
VIII. Komplikasi
Komplikasi yang paling timbul pada kanker adalah metastasis kanker ke
organ lain. Tempat yang paling sering terjadi metastase adalah pada hepar dan
20% diantara pasien yang memiliki metastasis dapat direseksi. Angka keselamatan
pada pasien ini meningkat (20 40% dalam 5 tahun). Tempat kedua yang paling
sering terkena metastasis adalah paru, muncul sebanyak 20% pasien dengan
karsinoma kolorektal. Meski hanya beberapa pasien yang mampu menjalani
reseksi (sekitar 1 2%), angka keselamatan jangka panjang mencapai 30 40%.