Anda di halaman 1dari 8

A.

LATAR BELAKANG TEORI DAN TUJUAN PENELITIAN


Perlu ada upaya atau usaha mengembang-kan melalui latihan dalam
meningkatkan pres-tasi. Tercapainya presatasi tinggi diperoleh de-ngan latihan
yang tepat dan benar, juga perlu ditunjang dari ber-bagai faktor, antara lain
kemampuan penguasa-an teknik, kondisi fisik yang prima, kualitas pelatih, dan
didukung dengan motivasi yang timbul dalam diri member. Di samping itu, fak-
tor lain yang memiliki pengaruh penting adalah disiplin ilmu yang erat
hubungannya dengan olahraga dan program latihan yang direncana-kan dengan
baik, terarah, dan bermutu.
Latihan beban (weight training) adalah aktivitas fisik yang dilakukan
secara sistematis dengan menggunakan beban sebagai alat untuk meningkatkan
kekuatan otot untuk mencapai tujuan seperti memperbaiki kondisi fisik members,
mencegah terjadinya cedera atau untuk tujuan kesehatan (Dreger, 2006, p.66). Di
dalam program latihan beban terdapat istilah repetisi. Repetisi adalah salah satu
gerak-an teknik mengangkat yang dilakukan secara berulang-ulang. Pada member
kurang sekali dilakukan sehingga metode yang diandalkan kurang berkembang.
Latihan beban yang sering digunakan oleh member hanya metode set block.
Menurut Irianto (2004, p.105) metode-metode latihan ditentukan oleh
isi/materi latih-an, karakteristik beban, sarana dan prasarana latihan serta
disesuaikan dengan keadaan paedagogis dan fisiologis atau kebutuhan-kebu-tuhan
kelompok penerima. Sesuai dengan kemampuan kondisi yang menentukan
prestasi suatu cabang olahraga, kemampuan motorik yang sesuai akan
dikembangkan melalui metode latihan yang tepat. Metode latihan merupakan
cara-cara yang terencana secara sistematis dan beroreintasi kepada tujuan.

B. METODE
Penelitian ini adalah penelitian eksperi-men yang bertujuan untuk
membandingkan dua perlakuan yang berbeda pada subjek penelitian. Adapun
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan
desain faktorial 2x2, dengan menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest). Menurut Sudjana (2002, p.148) eksperimen faktorial adalah eksperimen
yang hampir semua faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan tiap faktor
lainnya yang ada dalam eksperimen.

Penelitian ini dilaksanakan di Fitness Centre Club Arena yang ada di Jalan
Solo Km 8 Hotel Jayakarta dan Fitness Centre GOR FIK UNY yang beralamat di
Jalan Colombo 1, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada tang-gal, 4 November
s.d. 23 Desember 2013 selama sepuluh minggu. Pemberian treatment dilaku-kan
selama 8 minggu dengan frekuensi perte-muan 3 kali per minggu. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bompa & Haff (2009, p.207), mak-sudnya adalah agar tubuh
beradaptasi dengan beban latihan yang diterima.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini melibatkan 2 variabel bebas yang dimanipulasi, 1 variabel
bebas yang di-kendalikan (atribut), 1 variabel terikat dan 1 variabel moderator.
Variabel bebas yang dima-nipulasi terdiri atas: (1) metode compound set dan (2)
metode circuit training. Berdasarkan nilai signifikansi univariat test sebesar
sebesar 0,00 < 0,05 dan 0,001 < 0,05 yang berati bahwa lebih kecil dari
signifikan. ada perbedaan pengaruh antara metode compound set dan circuit
training terhadap hypertrophy otot dan ketebalan lemak yang baik, diterima. Dari
ana-lis lanjutan diperoleh bahwa ternyata metode compound set memiliki
peningkatan yang lebih baik daripada metode circuit training. Dengan demikian
metode compound set lebih bagus daripada metode circuit training pada masa
sebelum retensi, sebagai hasil fase latihan.

Berdasarkan hasil perhitungan tests of between-subjects effects didapat


bahwa taraf signifikansi hypertrophy otot sebesar 0,00 < 0,05 dan ketebalan lemak
sebesar 0,00 < 0,05, hal ini menunjukkan bah-wa tingkat signifikasi 5 % ada
pengaruh bersa-ma antara metode latihan beban dan kekuatan otot terhadap
hypertrophy otot dan ketebalan lemak members.

Metode compound set apabila ditinjau dari metode latihannya metode


compound set dapat melatih otot yang sama dan dua jenis alat yang berbeda hal
ini sangat berguna bagi setiap members yang tujuan latihannya hypertrophy otot.
Metode compound set dapat dilakukan setiap kali dalam latihan. Selain itu metode
compound set bisa menerapkan program variasi latihan baik repetisi maupun set
dalam melakukan latihan beban. Oleh karena itu, metode compound set dapat
meningkatkan hypertrophy otot juga dapat meningkatkan fisik members apabila
bentuk latihannya bervariasi.

Latihan dengan metode circuit training merupakan salah satu bentuk


variasi latihan dengan menggunakan beban antarpos. Pada saat melakukan metode
ini akan lebih membantu karena circuit training dapat meningkatkan ke-bugaran
dan fisik, dan menurunkan kadar lemak dalam tubuh karena melakukan latihan
beban antarpos.

REVIEW JURNAL I
Judul PENGARUH LATIHAN BEBAN DAN KEKUATAN
OTOT TERHADAP HYPERTROPHY OTOT DAN
KETEBALAN LEMAK
Jurnal Jurnal Keolahragaan
Download http://journal.uny.ac.id/index.php/jolahraga
Volume dan Halaman Volume 4 Nomor 1, Halaman (111-121)
Tahun April 2016
Penulis Eko Sucipto dan Widiyanto
Reviewer Siti Alya Khalda / 6161111056
Tanggal 3 Maret 2017

Tujuan Penelitian (1) perbedaan pengaruh antara latihan beban dengan


metode compound set dan circuit training, (2) perbedaan
pengaruh antara kekuatan otot tinggi dan rendah, dan (3)
interaksi antara metode latihan beban dan kekuatan otot
terhadap hasil hypertrophy otot dan ketebalan lemak.
Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah 56 members yang
programnya hypertrophy otot dari Fitness Centre GOR
FIK UNY dan Fitness Centre Club Arena Hotel Jayakarta
Yogyakarta.
Assesment Data (Hasil Review)
Metode penelitian Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis varian (anava).
Langkah Penelitian penelitian ini adalah eksperimen dengan desain faktorial
2x2, dengan menggunakan tes awal (pretest) dan tes
akhir (posttest).
Hasil Penelitian (1) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara
latihan beban dengan metode compound set dan circuit
training terhadap hypertrophy otot, (2) ada perbedaan
pengaruh kekuatan otot tinggi dan rendah terhadap
hypertrophy otot dan ketebalan lemak, dan ada interaksi
yang signifikan antara metode latihan beban dan
kekuatan otot terhadap hypertrophy otot.
Kekuatan Penelitian (Hasil Review)
Kelemahan Penelitian (Hasil Review)
Kesimpulan Dengan demikian, untuk mengoptimal-kan hypertrophy
dan ketebalan lemak members apabila members tersebut
memiliki kekuatan otot rendah, members tersebut lebih
cocok dilatih dengan metode compound set dan mem-
bers yang memiliki kekuatan otot tinggi lebih cocok
dilatih dengan circuit training. karena compound set
bersifat fokus melatih pada satu otot se-hingga members
akan terbantu untuk melakukan latihan beban.
Sebaliknya, members dengan kekuatan otot tinggi lebih
cocok dengan metode circuit training. Hal ini
dikarenakan sifat dari circuit training bersifat seperti
latihan daya tahan otot dan kecepatan sehingga cocok
untuk members yang mempunyai program penurunan
ketebalan lemak. Berdasarkan kajian teori dan hasil
penelitian dapat disimpulakan bahwa metode circuit
training lebih cocok bagi mem-bers yang ingin
menurunkan ketebalan lemak dan compound set akan
lebih baik untuk mem-bers yang mem-punyai program
hypertrophy otot.

1. LATAR BELAKANG TEORI DAN TUJUAN PENELITIAN


Menurut Purba (2012) Penerapan Ilmu Faal Olahraga untuk meningkatkan
prestasi atlet sangat penting untuk menentukan takaran latihan, keberhasilan
latihan atlet selama periodisasi latihan. Pengukuran takaran latihan dilakukan
dilaboratorium Ilmu Faal Olahraga dan hasilnya diberikan kepada pelatih untuk
diterapkan selama proses pelatihan berlangsung. Selanjutnya, menurut Saibene
(2003) IPTEK sangat diperlukan, terutama dengan peralatan-peralatan yang serba
canggih, sehingga dapat memberika informasi tentang efek fisiologis dari latihan
yang diterapkan.
Fisiologi Olahraga merinci dan menerangkan perubahan fungsi yang
disebabkan oleh latihan tunggal (acute exercise) atau latihan yang dilakukan
secara berulang-ulang
(chronic exercise) dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologis terhadap
intensitas, durasi, frekuensi latihan, keadaan lingkungan dan status fisiologis
individu. Fungsi dan mekanisme kerja organ-organ tubuh akan selalu bereaksi
dalam rangka penyesuaian diri demi terciptanya Homeostasis (kecenderungan
organisme hidup untuk mempertahankan lingkungan dalam Millieau Interieur
yang stabil bagi selnya. (Hammond, 2007).
Prestasi optimal hanya dapat dicapai, jika seorang atlet telah melalui
proses latihan yang sangat kompleks. Pada proses latihan tersebut, peran fisiologi
olahraga mutlak dijadikan
dasar dalam memodifikasi program latihan, seseorang dapat merancang suatu
program latihan olahraga untuk mendapatkan perubahan optimal sesuai dengan
yang diharapkan. Kesalahan dalam menerapkan manajemen beban latihan, akan
berakibat negative terhadap kondisi fisiologis atlet sehingga perlu memahami arti
sesungguhnya dari sfisiologi olahraga karena hal ini mempengaruhi kinerja atlet
untuk meraih prestasi optimal.
2. METODE

Menggunakan metode penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan dua


metode pelasanaan penelitian yaitu deskriptif dan evaluasi. Penelitian deskriptif
adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian
ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel bebas, tetapi
menggambarkan suatu kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka
(Sukmadinata, 2006:5).
Penelitian evaluasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk memeriksa
proses perjalanan suatu program sekaligus menguraikan fakta-fakta yang bersifat
kompleks, efisiensi dan kemenarikan suatu program (Mukhadis, 2013:61).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan Akibat Olahraga

Dengan berolahraga akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh menurut jenis,


lama, dan intensitas latihan yang dilakukan (Tommy Boone 2012). Secara umum
yang dikatakan Wara Kushartanti (2009) olahraga yang dilakukan secara teratur
dengan takaran yang cukup akan menyebabkan perubahan sebagai berikut:
1. Perubahan pada Jantung
2. Perubahan pada Pembuluh darah
3. Perubahan pada Paru
4. Perubahan pada Otot
5. Perubahan pada Tulang
6. Perubahan pada Ligamentum dan Tendo
7. Perubahan pada Persendian dan Tulang Rawan
8. Perubahan pada Aklimatisasi terhadap Panas.

Latihan Fisik

Latihan fisik yang tepat akan meningkatkan prestasi kerja dari faal tubuh.
Peningkatan prestasi kerja dimaksud sangat tergantung kepada tipe latihan,
intensitas latihan, frekuensi, lama latihan, dan prinsipprinsip dasar latihan fisik.
Selain itu, variasi dalam latihan juga sangat perlu diperhatikan. Apabila hal
tersebut sudah dapat dilaksanakan dengan baik, sudah dapat dikatakan latihan
yang dikuti berkualitas (; Bompa, 1990). Tipe latihan tertentu memberi dampak
pada faal tubuh tertentu. Tipe latihan aerobik lebih dominan meningkatkan
kapasitas aerobik, mioglobin, mitokondria sel (jumlah dan ukurannya), maupun
cadangan gikogen otot, serta meningkatkan konsentrasi enzim-enzim oksidatif
atlet. Sebaliknya tipe latihan anaerobik lebih dominan meningkatkan kapasitas
anaerobik, sitem energi ATP-PC dan glikolisis anaerobik atlet. Tipe latihan
aerobik juga dapat meningkatkan jumlah dan ukuran otot slow twitch fiber,
sedangkan tipe latihan anaerobik akan meningkatkan jumlah dan ukuran otot fast
twitch fiber (Fraga, 2010).
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kemampuan seseorang untuk
mempertahankan suatu intensitas latihan berbeda dengan orang lain. Perbedaan ini
sebagian besar disebabkan oleh perbedaan intensitas latihan dimana terjadi
akumulasi asam laktat (onset of blood lactate accumulation) (Mock, 1997).
Perbedaan ketahanan dalam menjalankan level intensitas latihan ini menjadi hal
yang harus diperhatikan dalam menyusun program latihan.
Menurut Andersen (1999) pada umumnya, intensitas latihan dimulai 40 sampai
dengan 85% kapasitas fungsional. Pada orang dengan dengan permasalahan
jantung, intensitas latihan dapat ditetapkan antara 40 sampai dengan 60%
kapasitas fungsional. Durasi Latihan Durasi latihan inti berkisar antara 15 sampai
dengan 60 menit. Durasi waktu ini dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas
fungsional tubuh. Durasi waktu yang diaksanakan berbanding terbalik dengan
intensitas latihan. Latihan dengan intensitas tinggi dan durasi latihan pendek
menimbulkan respons tubuh yang sama dengan latihan dengan intensitas yang
rendah dan durasi yang lama. Frekuensi Latihan Pada orang dengan kondisi fisik
yang rendah dapat dilakukan latihan dengan intensitas 3 METs selama 5 menit
yang dilakukan beberapa kali sehari. Sesorang dengan kapasitas fungsional 3-5
METs, latihan dapat dilakukan 1-2 kali sehari. Individu dengan kapasitas fisik
>5METs disarankan untuk berlatih 3 kali per minggu pada har yang berselingan.
REVIEW JURNAL II
Judul PERAN FISIOLOGI OLAHRAGA DALAM
MENUNJANG PRESTASI
Jurnal Jurnal Olahraga Prestasi
Download -
Volume dan Halaman Volume 11, Nomor 2, Halaman 8-18
Tahun Juli 2015
Penulis Nofa Anggriawan
Reviewer Siti Alya Khalda / 6161111056
Tanggal 3 Maret 2017

Tujuan Penelitian Dengan mengetahui perubahan yang terjadi di tubuh,


seseorang dapat merancang suatu program latihan
olahraga untuk mendapatkan perubahan optimal sesuai
dengan yang diharapkan.
Subjek Penelitian Atlet
Assesment Data Segala aspek di dalam dunia olahraga sebaiknya tetap
diperhatikan kemanan dan kenyamanan karena hal itu
juga mempengaruhi kinerja latihan para atlet kedepannya.
Cedera yang ditimbulkan oleh trauma dapat mengenai
jaringan lunak ataupun tulang sehingga dapat
mengakibatkan cedera.
Metode penelitian Menggunakan metode eksperimen dengan Pengumpulan
data dilakukan dengan mengambil data dari bukti yang
ada dari kejadian asli cedera di lapangan pada atlet dan
faktor lainnya seperti fasilitas, cuaca dan keadaan
lingkungan. Analisis data yang di jelaskan merupakan
fakta dari pengalaman penelitian terhadap faktor
timbulnya cedera olahraga.
Langkah Penelitian Mengidentifikasi Masalah, Merumuskan Hipotesis
, Menentukan Desain dan Metode Penelitian,
Menganalisis Data dan Menyajikan Hasil.
Hasil Penelitian (Hasil Review)
Kekuatan Penelitian (Hasil Review)
Kelemahan Penelitian (Hasil Review)
Kesimpulan Prestasi olahraga yang optimal tercapai, bila proses
latihan diterapkan secara sistematis. Manajemen beban
latihan harus menjadi fokus perhatian. Informasi dari
karakteristik faal atlet menjadi titik tolak dalam membuat
suatu program latihan. Untuk memperbaiki prestasi
olahraga sebaiknya kita memperhatikan energi yang kita
pakai untuk menjalankan latihan. Uraian-uraian di atas
terlihat jelas peran fisiologi olahraga dapat membantu
meningkatkan prestasi atlet.

Anda mungkin juga menyukai