Anda di halaman 1dari 10

Bimbingan

Pemeriksaan Fisik pada Anak

Disusun Oleh:

Surya Dharma

11 2015 405

Pembimbing:

Dr. Etty, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RSUD TARAKAN
2017

Pendahuluan
Pengkajian kesehatan menyeluruh seorang individu terdiri dari tiga komponen: (1)
wawancara dan riwayat kesehatan; (2) pengamatan umum dan pengukuran tanda-tanda vital;
dan (3) pemeriksaan fisik, yang meliputi evaluasi diagnostik, interpretasi temuan klinis,
diagnosis, terapi dan tindak-lanjut. Biasanya, farmasis tidak melakukan pemeriksaan fisik
menyeluruh, tidak seperti profesional kesehatan lainnya (yaitu dokter, asisten dokter,
perawat). Walaupun demikian, sangatlah penting bagi farmasis untuk mengenal pemeriksaan
fisik terutama prinsipprinsipnya, metode, dan data yang diperoleh karena farmasis secara
rutin menggunakan data pasien selama melaksanakan pekerjaan asuhan kefarmasian yang
berorientasi pada pasien.
Makalah ini membahas pemeriksaan fisik, yang merupakan komponen pengkajian
kesehatan yang bersifat obyektif. Karena tidak perlu bagi seorang farmasis untuk menjadi
sangat terampil secara teknis melakukan pemeriksaan fisik, pembahasan pada bab ini akan
menfokuskan pada prinsip-prinsip dasar pemeriksaan, situasi, metode umum, dan peralatan.
Pertimbanganpertimbangan khusus pada pemeriksaan fisik seorang individu dari suatu
populasi khusus (misalnya pediatrik, geriatrik, dan pasien hamil) juga akan didikusikan.

Pembahasan
Cara Pendekatan dan Pemeriksaan

Berbeda dengan cara pendekatan pada orang dewasa, pada pemeriksaan fisik
anakdiperlukan cara pendekatan tertentu agar pemeriksa dapat memperoleh informasi
keadaan fisik anak secara lengkap dan akurat. Cara tersebut dimaksudkan agar anak tidak
merasa takut,tidak menangis dan tidak menolak untuk diperiksa.1

Pendekatan dalam pemeriksaan fisik tersebut tergantung kepada usia dan keadaan
anak. Pada umumnya bayi dan anak akan merasa lebih aman dan berkurang rasa takutnya
dengan kehadiran orang tua, terutama ibu. Pada bayi yang masih kecil misalnya kurang dari
empat bulan lebig mudah sedangkan pada bayi yang lebih besarsudah mulai takut kepada
orang yang belum dikenalnya sehingga pedekatan menjadi lebih sulit. Pemeriksaan dimulai
pada waktu bayi dalam pangkuan ibu. Lambat laun dipindahkan ke meja periksa sambil
dipegang-pegang pipi atau dagunya, diajak bicara dengan kata-kata manis, sementara ibunya
memegang tungkainya. Pada anak yang lebih besar pendekatan dapat dimulai dengan
memberikan salam, menanyakan nama,usia, sekolahnya, kelasnya dan lain sebagainya. Dapat
pula dipuji penampilannya misalnya baju, topi atau gelangnya.pada waktu pemeriksaan dapat
diceritakan sesuatu yang menyenangkan sesuai dengan usia anak atau ditanyakan sesuatu
agar anak tidak merasa tegang. Pada anak yang sakit berat terutama kesadarannya menurun
tidak perlu dilakukan pendekatan.1

Usahakan tempat pemeriksaan nyaman bagi pasien pemeriksaan dilakukan dengan


cara menidurkan bayi atau anak pada meja periksa atau tempat tidur yang cukup tinggi agar
dokter dapat memeriksa tanpa cepat lelah. Ruang pemeriksaan sebaiknya tenang dengan
cahaya yang cukup terang, biasanya pemeriksa berada di kanan pasien yang tidur terlentang.
Posisi pasien dibuat senyaman mungkin misalnya pada pasien yang sesak napas lebih nyaman
bila ia dalam posisi setengah duduk.
Sebelum melakukan pemeriksaan,dokter hendaknya mencuci tangan dan demikian
dengan setelah pemeriksaan tangan dicuci kembali. Pada pasien neonates dan pasien dengan
penyakit infeksi tangan dokter dicuci dengan sabun atau cairan antiseptic kembali.

Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki
namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti
pemeriksaan tenggorokkan, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain lain sebaiknya
dilakukan paling akhir, oleh karena itu dengan melihat dan memakai alat anak menjadi takut
dan merasa tidak nyaman sehingga menolak untuk diperiksa.

Cara Pemeriksaan

Inspeksi

Inspeksi dapat dibagi menjadi inspeksi umum dan inspeksi local. Pada inspeksi umum
pemeriksa melihat perubahan yang terjadi selama umum, sehingga dapat diperoleh kesan
keadaan umum pasien. Pada inspkesi local, dilihat perubahan-perubahan local sampai yang
sekecil-kecilnya. Untuk bahan pembanding perlu perhatikan keadaan sisi lainnya.2

Palpasi

Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan papasi yakni pemeriksaan dengan


meraba, mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan peraba yang terdapat pada
telapak dan jari tangan. Dengan palpasi dapat ditentukan bentuk, besar, tepi, permukaan serta
konsistensi organ. Ukuran organ dapat dinyatakan dengan besaran yang sudah dikenal secara
umum misalanya bola pingpong atau telur aym tetapi lebih diajurkan untuk menyatakan
dalam ukuran misalnya centimeter.2

Permukaan organ dinyatakan apakah rata atau berbenjol, konsitensi organ dinyatakan
dengan lunak, keras, kenyal, kistik atau berfluktuasi sedangkan tepi organ dinyatakan sebagai
tajam atau tumpul. Pada palpasi abdomen untuk mengurangi ketegangan dinding abdomen
dilakukan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut, abdomen diraba dengan telapak
mendatar dengan jari II, III dan IV yang merapat. Bila ada bagian yang sakit perabaan selalu
dimulai dari yang tidak sakit terlebih dahulu, baru kemudian ke bagian yang tidak sakit.
Palpasi dapat pula dilakukan dengan 2 tangan, terutama bila pemeriksa hendak mengetahui
adanya cairan atau ballottement.

Perkusi

Setelah palpasi, pemeriksaan dilanjutkan dengan perkusi. Tujuan perkusi adalah untuk
mengetahui perbedaan suara ketuk, sehingga dapat ditentukan batas-batas suatu organ misal
paru, jantung dan hati atau mengetahui batas-batas massa yang abnormal di rongga abdomen.

Secara garis besar suara perkusi dibagi menjadi 3 macam yaitu sonor (suara yang
terdengar pada perkusi paru normal), pekak (seperti suara yang terdengar pada perkusi otot
misalnya otot pada atau bahu), dan timpani seperti suara yang terdengar pada perkusi
abdomen bagian lambung. Tentu terdapat suara yang terdapat diantara suara tersebut
misalnya redup (antara sonor dan pekak) dan hipersonor (antara sonor dan timpani).

Auskultasi

Aukultasi adalah pemeriksaan dengan mempergunkan stetoskop. Dengan cara


auskultasi dapat didengar suara napas, bunyi dan bising jantung, peristaltic usus dan aliran
darah dalam pembuluh darah.

Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran umum
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien yang
mencakup kesan keadaan sakit, termasuk fasies dan posisi pasien, kesadaran, kesan
status gizi. Dengan penilaian keadaan umum ini akan dapat diperoleh kesan apakah
pasien dalam keadaan distress akut yang memerlukan pertolongan segera atau dalam
keadaan relative stabil sehingga pertolongan dapat dilakukan setelah pemeriksaan
fisik.
2. Tanda tanda vital
Setelah itu, hal kedua yang dinilai adalah tanda vital yang mencakup nadi, tekanan
darah, pernafasan dan suhu.3
a. Nadi harus dilakukan pada keempat ekstremitas. Penilaian nadi meliputi frekuensi
atau laju nadi (takicardia,bradicardia), irama nadi (regular, irregular), kualitas nadi
(pulsus seler, pulsus parvus et tardus, pulsus alternans, pulsus paradoksus) dan
ekualitas nadi (isi nadi pada keempat ekstremitas).
b. Tekanan darah idealnya dilakukan pengukuran pada keempat ekstremitas dan
dicatat pengukuran pada saat keadaan pasien (duduk, berbaring, tidur, menangis)
oleh karena keadaan pasien dapat mempengahuri pengukuran.
c. Pernafasan adalah tanda ketiga yang perlu dinilai. Pemeriksaan harus mencakup
laju nafas (takipneu, bradipneu), irama pernafasan (teratur, tidak teratur),
kedalaman (hiperpneu, hipopneu, epneu, dispneu, ortopneu) dan tipe pernafasan
(abdominal atau diafragmatik, torakoabdominal).
d. Suhu dapat dilakukan pada daerah axilla, lipat paha, mulut ataupun rectum.
3. Data antropometrik4
Yang diukur adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas yang diukur dengan
cara yang benar. Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian harus diplot ke kurva
pertumbuhan untuk menentukan status antropometrik pasien. Acuan saat ini
digunakan kuva pertumbuhan WHO 2006 untuk bayi dan anak usia 0-5 tahun dan
CDC-NCHS 2000 untuk anak berusia >5tahun sampai 18 tahun.

Pemeriksaan Head to Toe


1. Pemeriksaan Kepala dan Leher
a. Kepala
Cara Kerja :

1. Lakukan inpeksi rambut dan rasakan keadaan rambut, serta kulit dan tulang
kepala
2. Inspeksi keadaan muka pasien secara sistematis.

b. Mata
Bola mata: Inspeksi keadaan bola mata, catat adanya kelainan : endo/eksoptalmus,
strabismus.5
Kelopak Mata: Amati kelopak mata, catat adanya kelainan : ptosis,
entro/ekstropion, alismata rontok, lesi, xantelasma. Palpasi adanya nyeri tekan dan
keadaan benjolan kelopak mata
Konjungtiva, sclera dan kornea tekan di bawah kelopak mata ke bawah, amati
konjungtiva dan catat adanya kelainan : anemia / pucat. ( normal : tidak anemis ).
Kemudian amati sclera, catat adanya kelainan : icterus, vaskularisasi, lesi /
benjolan ( norma : putih )
Pemeriksaan pupil: perubahan pupil : lebar pupil, reflek pupil menurun,
bandingkan kanan dan kiri. Pada normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3 mm
c. Telinga
o Pemeriksaan daun telinga, lubang telinga dan membrane tympani
Daun telinga: bentuk, adanya lesi atau bejolan. Lubang telinga luar adanya :
lesi, cerumen, dan cairan yang keluar. Gerakkan daun telinga, tekan tragus dan
catat adanya nyeri telinga.catat adanya nyeri telinga. Masukkan spikulum
telinga, dengan lampu kepala / othoskop amati lubang telinga dan catat
adanya: cerumen atau cairan, adanya benjolan dan tanda radang. Kemudian
perhatikan membrane tympani, catat : warna, bentuk, dan keutuhannya.
( normal : warna putih mengkilat/transparan kebiruan, datar dan utuh ).6
o Pemeriksaan fungsi pendengaran : menentukan adanya penurunan
pendengaran dan menentukan jenis tuli persepsi atau konduksi.
d. Hidung dan sinus
- Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan sinus-sinus. Bentuk dan kulit
hidung, catat : kesimetrisan, adanya benjolan, tanda radang, dan bentuk khusus
hidung. Palpasi hidung, catat : kelenturan dan adanya nyeri Palpasi 4 sinus
hidung ( frontalis, etmoidalis, spenoidalis, maksilaris ) catat : adanya nyeri
tekan
- Inspeksi hidung bagian dalam pakai lampu kepala dan elevasikan ujung
hidung dengan jari. Lubang hidung luar, catat : benjolan, tanda radang pada
batas lubang hidung, keadaan septum nasi. Lubang hidung bagian dalam, catat
: benjolan, tanda radang pada batas lubang hidung, keadaan septum nasi.

e. Mulut dan Tonsil


Amati bibir, catat : merah, cyanosis, lesi, kering, massa/benjolan, sumbing. Buka
mulut pasien, catat : kebersihan dan bau mulut, lesi mukosa. Amati gigi, catat :
kebersihan gisi, karies gigi, gigi berlubang, gigi palsu. Minta pasien menjuliurkan
lidah, catat : kesimetrisan, warna, lesi. Amati tonsil tampa dan dengan alat cermin,
catat : pembesaran dan tanda radang tonsil.6
f. Leher
- Kelenjar Tyroid
Inspeksi : bentuk dan kesimetrisan. Palpasi : adanya benjolan ;
konsidstensi, bentuk, ukuran. Auskultasi : Tempatkan sisi bell pada
kelenjar tyroid, catat : adanya bising ( normal : tidak terdapat )
- Kelenjar getah bening : apakah terjadi pembesaran.
g. Pemeriksaan Thorax dan Paru
Mengidentifikasi kelaian bentuk dada, simetris dalam inspirasi dan ekpirasi dan
retraksi sela iga. Lakukan palpasi daerah thorax, catat ; adanya nyeri, adanya
benjolan ( tentukan konsistensi, besar, mobilitas. Gunakan tehnik perkusi, dan
tentukan batas batas paru dengan mendengarkan perbedaan suara perkusi.
Dengan stetoskop, auskultasi paru secara sistematis pada trachea, bronkus dan
paru, catat : suara napas dan adanya suara tambahan.
h. Pemeriksaan Jantung
Hal hal yang perlu diperhatikan :Bentuk perkordial, denyut pada apeks kordis,
denyut nadi pada daerah lain. Lakukan auskultasi hal hal yang perlu
diperhatikan :Irama dan frekwensi jantung (Normal : reguler ( ritmis ) dengan
frekwensi 60 100 X/mnt), Intensitas bunyi jantung (Normal : di daerah mitral
dan trikuspidalis intensitas BJ1 akan lebih tinggi dari BJ 2, di daerah pulmonal
dan aorta intensitas BJ1 akan lebih rendah dari BJ 2), Sifat bunyi jantung
(Normal: bersifat tunggal, terbelah/terpisah dikondisikan ( Normal Splitting )
Splitting BJ 1 fisiologik , normal Splitting BJ1 yang terdengar saat Ekspirasi
maksimal, kemudian napas ditahan sebentar Splitting BJ 2 fisiologik. Adanya
Bising ( Murmur ) jantung adalah bunyi jantung ( bergemuruh ) yang
dibangkitkan oleh aliran turbulensi ( pusaran abnormal ) dari aliran darah dalam
jantung dan pembuluh darah (Normal : tidak terdapat murmur). Irama Gallop
( gallop ritme ) adalah irama diamana terdengar bunyi S3 atau S4 secara jelas pada
fase Dyastolik, yang disebabkan karena darah mengalir ke ventrikel yang lebih
lebar dari normal, sehingga terjadi pengisian
1, 3 = yang cepat pada ventrikel
hypokondrium ka/ki(Normal
: tidak terdapat gallop ritme). Dengan menggunakan 3 jari tangan dan dengan
2 = ephigastrium
tekanan ringan, palpasi daerah aorta, pulmo dan trikuspidalis. catat : adanya
pulsasi (Normal tidak ada pulsasi). Lakukan
4, 6 = perkusi
lumbal mulai
ka/kiintercota 2 kiri dari
lateral ( Ant. axial line ) menuju medial, catat perubahan perkusi redup
5 = umbilicus
menentukan batas-batas jantung.
7,9 = iliaka ka/ki

8 = hypogastrium

i. Pemeriksaan Abdomen

Abdomen dibagi menjadi 9 regio : Hati terdapat pada 1 dan 2


Lambung di daerah 2
Limfa di daerah 3
Kandung empedu pada batas 6
dan 2
1 2 3
Kandung kencing pada daerah 8
Apendik pada 7 dan bawah 6,5.
Bifurkasio aorta 2 cm bawah
- Lakukan inspeksi, dan perhatikan kedaan kulit dan permukaan perut
(Normalnya : datar, tidak tegang, Strie livide/gravidarum, tidak ada lesi).
Perhatikan bentuk perut (Normal : simetris). Perhatikan Gerakan dinding perut
(Normal : mengempis saat ekspirasi dan menggembung saat inspirasi, gerakan
peristaltic pada orang kurus). Perhatikan umbilicus, catat adanya tanda radang
dan hernia.
- Lakukan auskultasi pada satu tempat saja ( kwadaran kanan bawah ), cata
bising dan peristaltic usus (Normal : Bunyi Klikc Grugles , 5-35X/mnt).
Dengan merubah posisi/menggerakkan abdomen, catat gerakan air ( tanda
ascites normalnya : tidak ada). Letakkan stetoskop pada daerah ephigastrik,
catat bising aorta (normal : tidak ada)
- Lakukan perkusi dari kwadran kanan atas memutar searah jarum jam, catat
adanya perubahan suara perkusi (normalnya : tynpani, redup bila ada organ
dibawahnya ( misal hati ). Lakukan perkusi di daerah hepar untuk menentukan
batas dan tanda pembesaran hepar. Lakukan palpasi perlahan dengan tekanan
ringan, pada seluruh daerah perut tentukan ketegangan, adanya nyeri tekan,
dan adanya masa superficial atau masa feces yang mengeras. Lanjutkan
dengan pemeriksaan organ. Palpasi hati rasakan adanya masa hepar,
pembesaran, konsistensi dan bentuk permukaannya (normal : tidak teraba /
teraba kenyal, ujung tajam). Lien rasakan adanya masa hepar, pembesaran,
konsistensi dan bentuk permukaannya (normal : Sulit di raba, teraba bila ada
pembesaran)
j. Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal
- Otot: Hal hal yang perlu diperhatikan : Bentuk, ukuran dan kesimetrisan
otot, adanya atropi, kontraksi dan tremor, tonus dan spasme otot, kekuatan
otot.
- Tulang: Hal-hal yang perlu diperhatikan : Adanya kelainan bentuk /
deformitas, masa abnormal : besar, konsistensi, mobilitas. Tanda radang
dan fraktur.
- Persendian : Hal-hal Yang perlu diperhatikan : Tanda-tanda radang sendi,
bunyi gerak sendi ( krepitasi ), stiffnes dan pembatasan gerak sendi
( ROM)
k. Pemeriksaan Sistem Integumen
Kulit
Warna kulit (Normal : nampak lembab, Kemerahan), Tekstur kulit (Normal :
tegang dan elastis ( dewasa ), lembek dan kurang elastis ( orang tua). Kelainan
/ lesi kulit (Normal : tidak terdapat). Bentuk lesi yaitu lesi primer : bulla,
macula, papula, plaque, nodula, pigmentasi, hypopigmentasi, pustula. lesi
sekunder : tumor, crusta, fissura, erosi, vesikel, eskoriasi, lichenifikasi, scar,
ulceratif. Distribusi dan konfigurasinya: general, unilateral, soliter,
bergerombol. Pada palpasi tekstur dan konsistensi (normal : halus dan elastis).
Suhu normal : hangat. Turgor kulit normal : baik jika abnormal : menurun /
jelek orang tua, dehidrasi. Adanya hyponestesia/anesthesia.
l. Pemeriksaan Khusus
- Akral
Inspeksi dan palpasi jari-jari tangan, catat warna dan suhu.
(Normal : tidak pucat, hangat).
- CR ( capilari Refiil )
Tekan Ujung jari berarapa detik, kemudian lepas, catat
perubahan warna (Normal : warna berubah merah lagi < 3 detik)
- Edema
Tekan beberapa saat kulit tungkai, perut, dahi amati adanya
lekukan ( pitting ). (Normal : tidak ada pitting)
- Kuku
Observasi warna kuku, bentuk kuku, elastisitas kuku, lesi, tanda
radang
Rambut Tubuh: Inspeksi distribusi, warna dan pertumbuhan
rambut

Pemeriksaaan Refleks

- Refleks Patologis7
Reflek Babinski :Gores dengan benda lancip tapi tumpul pada telapak kaki :
dari bawah lateral, keatas menuju ibu jari kaki. Amati gerakan jari-jari kaki.
(Normal : gerakan dorsofleksi ibu jari, jari yang lain meregang)
- Pemeriksaan Refleks Meningeal
1. Kaku Kuduk
Pasien posisi berbaring lalu fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat.
Hasil : + terdapat tahanan kuat
2. Tanda kernig
Posisi pasien berbaring lalu angkat kaki, dan luruskan kaki pada lututnya. Hasil :
Normal : kaki dapat lurus, atau tahanan dengan sudut minimal 120 derajat
3. Buzinsky 1
Posisi pasien berbaring dan fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat.
Perhatikan gerakan tungkai kaki. Hasil : + bila terjadi fleksi tungkai, bersamaan
dengan fleksi kepala
Buzinsky 2
Posisi pasien berbaring dan lakukan fleksi pada lutut kaki. Amati kaki sebelahnya.
Hasil : + bila kaki sebelahnya mengikuti gerakan fleksi
- Pemeriksaan Saraf Cranial8
I ( olfaktorius )
pemeriksaan fungsi penghidu
II ( Optikus )
periksa fungsi penglihatan dan lapang pandang
II, III ( Optikus dan Okulomotoris )
periksa reaksi pupil terhadap cahaya
III, IV, VI ( Okulomotoris, trokleal, abdusen )
periksa gerakan bola mata
V ( trigeminal )
Raba kontraksi temporal, Periksa gerakan mengunyah otot maseter, Periksa
reflek kornea, Uji sentuhan dan nyeri pada wajah
VII ( fasialis )
Periksa gerakan otot wajah tersenyum, mengkerutkan dahi, cemberut
VIII ( akustik )
Periksa fungsi pendengaran
IX, X ( Glusofaringius dan vagus )
Amati kesulitan menelan, Dengarkan suara, Amati naiknya langit-langit dg bunyi
ah
XI ( Aksesoris )
Kaji kemampuan mengangkat bahu, Kaji gerakan berputar wajah
XII ( Hipoglosal )
Dengarkan artikulasi pasien, Julurkan lidah, amati adanya atropi, asimetris.

Daftar Pustaka
1. Iskandar wahidiyat. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. Sagung Seto: Jakarta;
2014.
2. Gomella TL, Douglas M, Eyal F. Neonatology. 7th Edition. United States of America:
Mc-Graw Hills, 2013.
3. Lynn S Bickley. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. EGC: Jakarta;
2009.
4. Behrman, arvin, kliegman. Nelson ilmu kesehatan anak Ed 15. EGC: Jakarta; 2010.
H. 535-39.
5. Gleadle, J. Anemia. Dalam: At a Glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2005. h. 41-2.
6. Adam Boeis Highler. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan, ed 6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta, 2006: 78 - 80.
7. Lumbantobing SM. Neurologi klinik : pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: penerbit
FKUI; 2008.h.87-111.
8. Sidharta P. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta: Dian Rakyat;
1995.h.291-471.

Anda mungkin juga menyukai