Disusun Oleh:
Surya Dharma
11 2015 405
Pembimbing:
Pendahuluan
Pengkajian kesehatan menyeluruh seorang individu terdiri dari tiga komponen: (1)
wawancara dan riwayat kesehatan; (2) pengamatan umum dan pengukuran tanda-tanda vital;
dan (3) pemeriksaan fisik, yang meliputi evaluasi diagnostik, interpretasi temuan klinis,
diagnosis, terapi dan tindak-lanjut. Biasanya, farmasis tidak melakukan pemeriksaan fisik
menyeluruh, tidak seperti profesional kesehatan lainnya (yaitu dokter, asisten dokter,
perawat). Walaupun demikian, sangatlah penting bagi farmasis untuk mengenal pemeriksaan
fisik terutama prinsipprinsipnya, metode, dan data yang diperoleh karena farmasis secara
rutin menggunakan data pasien selama melaksanakan pekerjaan asuhan kefarmasian yang
berorientasi pada pasien.
Makalah ini membahas pemeriksaan fisik, yang merupakan komponen pengkajian
kesehatan yang bersifat obyektif. Karena tidak perlu bagi seorang farmasis untuk menjadi
sangat terampil secara teknis melakukan pemeriksaan fisik, pembahasan pada bab ini akan
menfokuskan pada prinsip-prinsip dasar pemeriksaan, situasi, metode umum, dan peralatan.
Pertimbanganpertimbangan khusus pada pemeriksaan fisik seorang individu dari suatu
populasi khusus (misalnya pediatrik, geriatrik, dan pasien hamil) juga akan didikusikan.
Pembahasan
Cara Pendekatan dan Pemeriksaan
Berbeda dengan cara pendekatan pada orang dewasa, pada pemeriksaan fisik
anakdiperlukan cara pendekatan tertentu agar pemeriksa dapat memperoleh informasi
keadaan fisik anak secara lengkap dan akurat. Cara tersebut dimaksudkan agar anak tidak
merasa takut,tidak menangis dan tidak menolak untuk diperiksa.1
Pendekatan dalam pemeriksaan fisik tersebut tergantung kepada usia dan keadaan
anak. Pada umumnya bayi dan anak akan merasa lebih aman dan berkurang rasa takutnya
dengan kehadiran orang tua, terutama ibu. Pada bayi yang masih kecil misalnya kurang dari
empat bulan lebig mudah sedangkan pada bayi yang lebih besarsudah mulai takut kepada
orang yang belum dikenalnya sehingga pedekatan menjadi lebih sulit. Pemeriksaan dimulai
pada waktu bayi dalam pangkuan ibu. Lambat laun dipindahkan ke meja periksa sambil
dipegang-pegang pipi atau dagunya, diajak bicara dengan kata-kata manis, sementara ibunya
memegang tungkainya. Pada anak yang lebih besar pendekatan dapat dimulai dengan
memberikan salam, menanyakan nama,usia, sekolahnya, kelasnya dan lain sebagainya. Dapat
pula dipuji penampilannya misalnya baju, topi atau gelangnya.pada waktu pemeriksaan dapat
diceritakan sesuatu yang menyenangkan sesuai dengan usia anak atau ditanyakan sesuatu
agar anak tidak merasa tegang. Pada anak yang sakit berat terutama kesadarannya menurun
tidak perlu dilakukan pendekatan.1
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki
namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti
pemeriksaan tenggorokkan, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain lain sebaiknya
dilakukan paling akhir, oleh karena itu dengan melihat dan memakai alat anak menjadi takut
dan merasa tidak nyaman sehingga menolak untuk diperiksa.
Cara Pemeriksaan
Inspeksi
Inspeksi dapat dibagi menjadi inspeksi umum dan inspeksi local. Pada inspeksi umum
pemeriksa melihat perubahan yang terjadi selama umum, sehingga dapat diperoleh kesan
keadaan umum pasien. Pada inspkesi local, dilihat perubahan-perubahan local sampai yang
sekecil-kecilnya. Untuk bahan pembanding perlu perhatikan keadaan sisi lainnya.2
Palpasi
Permukaan organ dinyatakan apakah rata atau berbenjol, konsitensi organ dinyatakan
dengan lunak, keras, kenyal, kistik atau berfluktuasi sedangkan tepi organ dinyatakan sebagai
tajam atau tumpul. Pada palpasi abdomen untuk mengurangi ketegangan dinding abdomen
dilakukan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut, abdomen diraba dengan telapak
mendatar dengan jari II, III dan IV yang merapat. Bila ada bagian yang sakit perabaan selalu
dimulai dari yang tidak sakit terlebih dahulu, baru kemudian ke bagian yang tidak sakit.
Palpasi dapat pula dilakukan dengan 2 tangan, terutama bila pemeriksa hendak mengetahui
adanya cairan atau ballottement.
Perkusi
Setelah palpasi, pemeriksaan dilanjutkan dengan perkusi. Tujuan perkusi adalah untuk
mengetahui perbedaan suara ketuk, sehingga dapat ditentukan batas-batas suatu organ misal
paru, jantung dan hati atau mengetahui batas-batas massa yang abnormal di rongga abdomen.
Secara garis besar suara perkusi dibagi menjadi 3 macam yaitu sonor (suara yang
terdengar pada perkusi paru normal), pekak (seperti suara yang terdengar pada perkusi otot
misalnya otot pada atau bahu), dan timpani seperti suara yang terdengar pada perkusi
abdomen bagian lambung. Tentu terdapat suara yang terdapat diantara suara tersebut
misalnya redup (antara sonor dan pekak) dan hipersonor (antara sonor dan timpani).
Auskultasi
Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran umum
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien yang
mencakup kesan keadaan sakit, termasuk fasies dan posisi pasien, kesadaran, kesan
status gizi. Dengan penilaian keadaan umum ini akan dapat diperoleh kesan apakah
pasien dalam keadaan distress akut yang memerlukan pertolongan segera atau dalam
keadaan relative stabil sehingga pertolongan dapat dilakukan setelah pemeriksaan
fisik.
2. Tanda tanda vital
Setelah itu, hal kedua yang dinilai adalah tanda vital yang mencakup nadi, tekanan
darah, pernafasan dan suhu.3
a. Nadi harus dilakukan pada keempat ekstremitas. Penilaian nadi meliputi frekuensi
atau laju nadi (takicardia,bradicardia), irama nadi (regular, irregular), kualitas nadi
(pulsus seler, pulsus parvus et tardus, pulsus alternans, pulsus paradoksus) dan
ekualitas nadi (isi nadi pada keempat ekstremitas).
b. Tekanan darah idealnya dilakukan pengukuran pada keempat ekstremitas dan
dicatat pengukuran pada saat keadaan pasien (duduk, berbaring, tidur, menangis)
oleh karena keadaan pasien dapat mempengahuri pengukuran.
c. Pernafasan adalah tanda ketiga yang perlu dinilai. Pemeriksaan harus mencakup
laju nafas (takipneu, bradipneu), irama pernafasan (teratur, tidak teratur),
kedalaman (hiperpneu, hipopneu, epneu, dispneu, ortopneu) dan tipe pernafasan
(abdominal atau diafragmatik, torakoabdominal).
d. Suhu dapat dilakukan pada daerah axilla, lipat paha, mulut ataupun rectum.
3. Data antropometrik4
Yang diukur adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas yang diukur dengan
cara yang benar. Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian harus diplot ke kurva
pertumbuhan untuk menentukan status antropometrik pasien. Acuan saat ini
digunakan kuva pertumbuhan WHO 2006 untuk bayi dan anak usia 0-5 tahun dan
CDC-NCHS 2000 untuk anak berusia >5tahun sampai 18 tahun.
1. Lakukan inpeksi rambut dan rasakan keadaan rambut, serta kulit dan tulang
kepala
2. Inspeksi keadaan muka pasien secara sistematis.
b. Mata
Bola mata: Inspeksi keadaan bola mata, catat adanya kelainan : endo/eksoptalmus,
strabismus.5
Kelopak Mata: Amati kelopak mata, catat adanya kelainan : ptosis,
entro/ekstropion, alismata rontok, lesi, xantelasma. Palpasi adanya nyeri tekan dan
keadaan benjolan kelopak mata
Konjungtiva, sclera dan kornea tekan di bawah kelopak mata ke bawah, amati
konjungtiva dan catat adanya kelainan : anemia / pucat. ( normal : tidak anemis ).
Kemudian amati sclera, catat adanya kelainan : icterus, vaskularisasi, lesi /
benjolan ( norma : putih )
Pemeriksaan pupil: perubahan pupil : lebar pupil, reflek pupil menurun,
bandingkan kanan dan kiri. Pada normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3 mm
c. Telinga
o Pemeriksaan daun telinga, lubang telinga dan membrane tympani
Daun telinga: bentuk, adanya lesi atau bejolan. Lubang telinga luar adanya :
lesi, cerumen, dan cairan yang keluar. Gerakkan daun telinga, tekan tragus dan
catat adanya nyeri telinga.catat adanya nyeri telinga. Masukkan spikulum
telinga, dengan lampu kepala / othoskop amati lubang telinga dan catat
adanya: cerumen atau cairan, adanya benjolan dan tanda radang. Kemudian
perhatikan membrane tympani, catat : warna, bentuk, dan keutuhannya.
( normal : warna putih mengkilat/transparan kebiruan, datar dan utuh ).6
o Pemeriksaan fungsi pendengaran : menentukan adanya penurunan
pendengaran dan menentukan jenis tuli persepsi atau konduksi.
d. Hidung dan sinus
- Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan sinus-sinus. Bentuk dan kulit
hidung, catat : kesimetrisan, adanya benjolan, tanda radang, dan bentuk khusus
hidung. Palpasi hidung, catat : kelenturan dan adanya nyeri Palpasi 4 sinus
hidung ( frontalis, etmoidalis, spenoidalis, maksilaris ) catat : adanya nyeri
tekan
- Inspeksi hidung bagian dalam pakai lampu kepala dan elevasikan ujung
hidung dengan jari. Lubang hidung luar, catat : benjolan, tanda radang pada
batas lubang hidung, keadaan septum nasi. Lubang hidung bagian dalam, catat
: benjolan, tanda radang pada batas lubang hidung, keadaan septum nasi.
8 = hypogastrium
i. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaaan Refleks
- Refleks Patologis7
Reflek Babinski :Gores dengan benda lancip tapi tumpul pada telapak kaki :
dari bawah lateral, keatas menuju ibu jari kaki. Amati gerakan jari-jari kaki.
(Normal : gerakan dorsofleksi ibu jari, jari yang lain meregang)
- Pemeriksaan Refleks Meningeal
1. Kaku Kuduk
Pasien posisi berbaring lalu fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat.
Hasil : + terdapat tahanan kuat
2. Tanda kernig
Posisi pasien berbaring lalu angkat kaki, dan luruskan kaki pada lututnya. Hasil :
Normal : kaki dapat lurus, atau tahanan dengan sudut minimal 120 derajat
3. Buzinsky 1
Posisi pasien berbaring dan fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat.
Perhatikan gerakan tungkai kaki. Hasil : + bila terjadi fleksi tungkai, bersamaan
dengan fleksi kepala
Buzinsky 2
Posisi pasien berbaring dan lakukan fleksi pada lutut kaki. Amati kaki sebelahnya.
Hasil : + bila kaki sebelahnya mengikuti gerakan fleksi
- Pemeriksaan Saraf Cranial8
I ( olfaktorius )
pemeriksaan fungsi penghidu
II ( Optikus )
periksa fungsi penglihatan dan lapang pandang
II, III ( Optikus dan Okulomotoris )
periksa reaksi pupil terhadap cahaya
III, IV, VI ( Okulomotoris, trokleal, abdusen )
periksa gerakan bola mata
V ( trigeminal )
Raba kontraksi temporal, Periksa gerakan mengunyah otot maseter, Periksa
reflek kornea, Uji sentuhan dan nyeri pada wajah
VII ( fasialis )
Periksa gerakan otot wajah tersenyum, mengkerutkan dahi, cemberut
VIII ( akustik )
Periksa fungsi pendengaran
IX, X ( Glusofaringius dan vagus )
Amati kesulitan menelan, Dengarkan suara, Amati naiknya langit-langit dg bunyi
ah
XI ( Aksesoris )
Kaji kemampuan mengangkat bahu, Kaji gerakan berputar wajah
XII ( Hipoglosal )
Dengarkan artikulasi pasien, Julurkan lidah, amati adanya atropi, asimetris.
Daftar Pustaka
1. Iskandar wahidiyat. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. Sagung Seto: Jakarta;
2014.
2. Gomella TL, Douglas M, Eyal F. Neonatology. 7th Edition. United States of America:
Mc-Graw Hills, 2013.
3. Lynn S Bickley. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. EGC: Jakarta;
2009.
4. Behrman, arvin, kliegman. Nelson ilmu kesehatan anak Ed 15. EGC: Jakarta; 2010.
H. 535-39.
5. Gleadle, J. Anemia. Dalam: At a Glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2005. h. 41-2.
6. Adam Boeis Highler. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan, ed 6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta, 2006: 78 - 80.
7. Lumbantobing SM. Neurologi klinik : pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: penerbit
FKUI; 2008.h.87-111.
8. Sidharta P. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta: Dian Rakyat;
1995.h.291-471.