Anda di halaman 1dari 4

BAB III.

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam kajian ini diantaranya:
1. Peta Topografi Kota Bandung Skala 1: 50.000
2. Peta Penggunaan Lahan Skala 1: 50.000
3. Peta Jenis Tanah skala 1: 50.000
4. Peta RBI Skala 1: 50.000
5. Data kondisi fisik lingkungan
6. Literatur-literatur pendukung
Peralatan yang digunakan terdiri dari:
1. Laptop
2. Software Arc GIS Versi 10.1 untuk pemetaan
3. Blanko isian untuk mencatat pengamatan lapangan
4. Soil Munsell Color Chart untuk melihat warna tanah
5. Bor tanah (auger/core) tipe belgi untuk mengambil contoh tanah pada tiap SPL
6. pH meter untuk mengukur derajat kemasaman tanah

3.2. Desain Penelitian dan Teknik Penentuan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yaitu


menggambarkan keadaan di tempat penelitian dan pendekatan variabelnya
dengan analisis citra menggunakan Sistem Informasi Geografis dan didukung dengan
pengamatan di lapangan.
Penentuan kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan menyepadankan
(matching) antara kualitas dan karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria
kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman.
Penentuan kelas kesesuaian lahan ini mengacu pada sistem kesesuaian lahan yang
disusun oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak) Tahun 1994. Untuk
pembuatan satuan peta lahan (SPL) dilakukan dengan Observation Cluster terhadap
data hasil pengamatan atribut tanah pada setiap transek. Satu SPL diasumsikan
mempunyai karakteristik tanah terpilih yang mirip dalam satu satuan fisiografi lahan
(bentang lahan, drainase, topografi, erosi, bentuk lahan).
3.3. Prosedur dan Tahapan Penelitian

Penentuan peta lahan pertanian berkelanjutan Kota Bandung dilakukan dengan


cara analisis kesesuian lahan. Proses evaluasi lahan dan arahan penggunaannya
dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Penyusunan karakteristik lahan
Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan
lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan
uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan
diuraikan pada setiap satuan peta lahan (SPL) dari peta tanah, yang meliputi:
bentuk wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan
atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, Data iklim terdiri dari
curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah bulan kering, serta suhu udara
diperoleh dari stasiun pengamat iklim. Data iklim juga dapat diperoleh dari peta
iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola curah hujan, peta zona agroklimat
atau peta isohyet. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan dalam skala kecil,
sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaannya untuk pemetaan atau evaluasi
lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi detail (1:25.000-1:50.000).
Suhu udara didapatkan dari stasiun pengamat iklim di lokasi yang akan
dievaluasi.

Gambar III.1. Metode Evaluasi Lahan Pertanian Berkelanjutan

2. Penyusunan persyaratan tumbuh tanaman/penggunaan lahan


Persyaratan tumbuh dapat diperoleh dari berbagai referensi, seperti pada
Djaenudin et al. (2003) dan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 79
Tahun 2013 Tentang Pedoman Kesesuaian Lahan Pada Komoditas Tanaman
Pangan.
3. Proses pencocokan (matching)
Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses selanjutnya adalah
evaluasi lahan yang dilakukan dengan cara matching (mencocokan) antara
karakteristik lahan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dengan persyaratan
tumbuh/penggunaan lahan. Proses evaluasinya dapat dilakukan dengan
bantuan komputer menggunakan program ALES ataupun secara manual.
Evaluasi dengan cara komputer akan memberikan hasil yang sangat cepat,
walaupun tanaman yang dievaluasi cukup banyak. Sedangkan dengan cara
manual memerlukan waktu yang lebih lama, karena evaluasi dilakukan satu
persatu pada setiap SPT untuk setiap tanaman. Hasil penilaian berupa kelas dan
subkelas kesesuaian lahan dari tanaman yang dinilai ditentukan oleh faktor
pembatas terberat. Faktor pembatas tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih
tergantung dari karakteristik lahannya.
4. Kesesuaian lahan terpilih/penentuan arahan penggunaan lahan untuk tanaman
Untuk menyusun arahan penggunaan lahan pertanian yang berkelanjutan perlu
dipertimbangkan prioritas daerah dan penggunaan lahan aktual. Dalam
penyusunan kesesuaian lahan pertanian berkelanjutan terpilih ini, digunakan
struktur klassifikasi menurut kerangka FAO (1976) sebagai berikut:

Kelas S1 Sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang


berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan,
atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh
terhadap produktivitas lahan secara nyata.
Kelas S2 Cukup sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan
faktor
pembatas ini akan berpengaruh terhadap
produktivitasnya,
memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas
tersebut biasanya
dapat diatasi oleh petani sendiri
Kelas S3 Sesuai marginal: Lahan mempunyai faktor pembatas
yang berat,
dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh
terhadap
produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan
yang lebih
banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk
mengatasi faktor
pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga
perlu adanya
bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah
atau pihak
swasta.
Kelas N Tidak sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas yang
sangat berat dan/atau sulit diatasi.

Anda mungkin juga menyukai