Bahan yang digunakan dalam kajian ini diantaranya: 1. Peta Topografi Kota Bandung Skala 1: 50.000 2. Peta Penggunaan Lahan Skala 1: 50.000 3. Peta Jenis Tanah skala 1: 50.000 4. Peta RBI Skala 1: 50.000 5. Data kondisi fisik lingkungan 6. Literatur-literatur pendukung Peralatan yang digunakan terdiri dari: 1. Laptop 2. Software Arc GIS Versi 10.1 untuk pemetaan 3. Blanko isian untuk mencatat pengamatan lapangan 4. Soil Munsell Color Chart untuk melihat warna tanah 5. Bor tanah (auger/core) tipe belgi untuk mengambil contoh tanah pada tiap SPL 6. pH meter untuk mengukur derajat kemasaman tanah
3.2. Desain Penelitian dan Teknik Penentuan Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yaitu
menggambarkan keadaan di tempat penelitian dan pendekatan variabelnya dengan analisis citra menggunakan Sistem Informasi Geografis dan didukung dengan pengamatan di lapangan. Penentuan kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan menyepadankan (matching) antara kualitas dan karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Penentuan kelas kesesuaian lahan ini mengacu pada sistem kesesuaian lahan yang disusun oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak) Tahun 1994. Untuk pembuatan satuan peta lahan (SPL) dilakukan dengan Observation Cluster terhadap data hasil pengamatan atribut tanah pada setiap transek. Satu SPL diasumsikan mempunyai karakteristik tanah terpilih yang mirip dalam satu satuan fisiografi lahan (bentang lahan, drainase, topografi, erosi, bentuk lahan). 3.3. Prosedur dan Tahapan Penelitian
Penentuan peta lahan pertanian berkelanjutan Kota Bandung dilakukan dengan
cara analisis kesesuian lahan. Proses evaluasi lahan dan arahan penggunaannya dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1. Penyusunan karakteristik lahan Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan diuraikan pada setiap satuan peta lahan (SPL) dari peta tanah, yang meliputi: bentuk wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah bulan kering, serta suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim. Data iklim juga dapat diperoleh dari peta iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola curah hujan, peta zona agroklimat atau peta isohyet. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan dalam skala kecil, sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaannya untuk pemetaan atau evaluasi lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi detail (1:25.000-1:50.000). Suhu udara didapatkan dari stasiun pengamat iklim di lokasi yang akan dievaluasi.
Gambar III.1. Metode Evaluasi Lahan Pertanian Berkelanjutan
2. Penyusunan persyaratan tumbuh tanaman/penggunaan lahan
Persyaratan tumbuh dapat diperoleh dari berbagai referensi, seperti pada Djaenudin et al. (2003) dan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 79 Tahun 2013 Tentang Pedoman Kesesuaian Lahan Pada Komoditas Tanaman Pangan. 3. Proses pencocokan (matching) Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses selanjutnya adalah evaluasi lahan yang dilakukan dengan cara matching (mencocokan) antara karakteristik lahan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dengan persyaratan tumbuh/penggunaan lahan. Proses evaluasinya dapat dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program ALES ataupun secara manual. Evaluasi dengan cara komputer akan memberikan hasil yang sangat cepat, walaupun tanaman yang dievaluasi cukup banyak. Sedangkan dengan cara manual memerlukan waktu yang lebih lama, karena evaluasi dilakukan satu persatu pada setiap SPT untuk setiap tanaman. Hasil penilaian berupa kelas dan subkelas kesesuaian lahan dari tanaman yang dinilai ditentukan oleh faktor pembatas terberat. Faktor pembatas tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih tergantung dari karakteristik lahannya. 4. Kesesuaian lahan terpilih/penentuan arahan penggunaan lahan untuk tanaman Untuk menyusun arahan penggunaan lahan pertanian yang berkelanjutan perlu dipertimbangkan prioritas daerah dan penggunaan lahan aktual. Dalam penyusunan kesesuaian lahan pertanian berkelanjutan terpilih ini, digunakan struktur klassifikasi menurut kerangka FAO (1976) sebagai berikut:
Kelas S1 Sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. Kelas S2 Cukup sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri Kelas S3 Sesuai marginal: Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. Kelas N Tidak sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.