CTL Konvensional
Pemilihan informasi kebutuhan Pemilihan informasi ditentukan oleh
individu siswa; guru;
Cenderung mengintegrasikan beberapa Cenderung terfokus pada satu bidang
bidang (disiplin); (disiplin) tertentu;
Selalu mengkaitkan informasi dengan Memberikan tumpukan informasi
pengetahuan awal yang telah dimiliki kepada siswa sampai pada saatnya
siswa; diperlukan;
Menerapkan penilaian autentik melalui Penilaian hasil belajar hanya melalui
melalui penerapan praktis dalam kegiatan akademik berupa ujian/ulang
pemecahan masalah;
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Setiap individu dapat membuat struktur kognitif atau mental berdasarkan
pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini
dikatakan sebagai konstruktivisme. Fungsi guru disini membantu membentuk konsep
tersebut melalui metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa
berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru.
Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti,
yaitu :
1) Mengandung pengalaman nyata (Experience);
2) Adanya interaksi sosial (Social interaction);
3) Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);
4) Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).
1. Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.
2. Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau
dalam bentuk gambar
3. Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan
menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur
pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun
yang baru diterima (Depdiknas, 2003).
Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir
pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi
yang realisasinya dapat berupa:
Permasalah terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah
mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana
pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah
informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa
membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis
(seperti konsep-konsep matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang
selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di
sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi
kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di
tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa
memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan
siswa dalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL)
Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika
siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya
dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan
linkungan sekitarnya. Hal ini mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar
memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan
kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta
lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel
untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna
antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep
diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai
contoh, kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan
mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam dan pengaruhnya
terhadap lingkungan.
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip
ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu:
1) Prinsip Kesaling-bergantungan, 2) Prinsip Diferensiasi, dan 3) Prinsip
Pengaturan Diri.
Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta
untuk menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip
diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan
cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri.
Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat.
Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur,
dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk
mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan
dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana,
menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti.
Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan
baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka
dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.
Kelebihan Kekurangan
Pembelajaran menjadi lebih bermakna Guru lebih intensif dalam membimbing.
dan riil, siswa dapat mengorelasikan Karena dalam metode CTL. Guru tidak
materi yang ditemukan dengan lagi berperan sebagai pusat informasi.
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa Tugas guru adalah mengelola kelas
materi itu akan berfungsi secara sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
fungsional untuk menemukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baru bagi siswa
Pembelajaran lebih produktif dan Guru memberikan kesempatan kepada
mampu menumbuhkan penguatan siswa untuk menemukan atau
konsep kepada siswa, siswa dituntun menerapkan sendiri ideide dan
untuk menemukan pengetahuannya mengajak siswa agar dengan menyadari
sendiri. Melalui landasan filosofis dan dengan sadar menggunakan strategi
konstruktivisme siswa diharapkan strategi mereka sendiri untuk belajar.
belajar melalui mengalami bukan Namun dalam konteks ini tentunya guru
menghafal. memerlukan perhatian dan bimbingan
yang ekstra terhadap siswa agar tujuan
pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula.
Daftar Rujukan
Joyce, Bruce, Maarsha, well ,and Beverly Shower.1992. Models of Theacing. Boston:
Allyn and Bacor