Anda di halaman 1dari 52

Buku Petunjuk

Praktikum Kimia Organik

PERCOBAAN 1
IDENTIFIKASI GUGUS ALDEHID, KETON DAN KARBOKSILAT

A. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus aldehid
2. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus keton
3. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat
4. Membedakan antara gugus aldehid, keton dan karbksilat yang terdapat di dalam
senyawa organik

B. DASAR TEORI
Aldehid dan keton kedua-duanya mempunyai gugus fungsi yang sama, yakni
gugus karbonil, C = 0. Oleh karena itu aldehid dan keton menjalankan reaksi-reaksi
yang sama pula.

O O O

R C H R C R C
Aldehid Keton Gugus karbonil

Aldehid umumnya dapat bereaksi lebih cepat dari pada keton terhadap suatu reagen
yang sama. Ini disebabkan karena atom karbon karbonil dari aldehid lebih kurang
terlindung dibandingkan dengan atom karbon karbonil dari keton. Di dalam
percobaan ini akan diperiksa persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara
reaksi aldehid dan keton.
Aldehid (R-HC=O) sangat mudah mengalami oksidasi hingga menghasilkan
asam karboksilat (R-COOH) yang mengandung jumlah atom karbon yang sama.
Sementara itu keton tidak mengalami reaksi yang serupa seperti gugus aldehid, pada
proses oksidasi akan terjadi pemutusan ikatan karbon-karbon menghasilkan dua
asam karboksilat, dimana tiap-tiap senyawa mengandung atom karbon yang
jumahnya lebih sedikit dari pada keton semula (keton siklik menghasilkan suatu asam
dikarboksilat yang mengandung atom karbon yang sama banyaknya sebagai akibat
putusnya ikatan karbon). Persamaan reaksinya dapat dilihat pada penjelasan di
bawah ini.
1
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

O O
Oksidator
R C H R C OH
Aldehid Asam karboksilat

O O O

H2 Oksidator kuat
R C C R' R C OH + HO C R'

Keton Asam karboksilat I Asam karboksilat II

Perbedaan keaktifan terhadap oksidator antara aldehid dapat digunakan untuk


membedakan kedua senyawa karbonil tersebut.
Reagen Tollens, yakni larutan ion perak beramoniak, direduksi oleh aldehida
menjadi logam perak, sedangkan aldehida dioksidasi menjadi asam yang bertalian.
Keton tidak dioksidasi oleh reagen Tollens merupakan oksidator lemah. Persamaan
reaksinya:

O O

R C H + 2Ag(NH3)2OH R C ONH4 + 2Ag + 2NH3 + H2O

Reagen Tollens Cermin perak

Reagen Feliling atau Benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator
lemah. Ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid tetapi tidak dapat
mengoksidasi gugus keton seperti hanya reagen Tollens. Persamaan reaksinya:
5. O O
6. 2+ -
R C H + 2Cu + 5OH- R C O + Cu2O + 3H2O
7.
Endapan merah bata
8.
Reaksi yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil ialah reaksi adisi kepada ikatan
rangkap karbonil. Reagen biasanya adalah suatu nukleofil. Aklehid dan beberapa
keton yang tidak mengandung gugus yang besar disekeliling atom karbon karbonil
bereaksi dengan larutan pekat natrium bisulfit menghasilkan adisi yang berwujud
hablur berwarna putih. Hasil adisi ini bila beraksi dengan asam akan membebaskan

2
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

kembali senyawa karbonil, sehingga reaksi ini kadang-kadang berguna untuk


memisahkan senyawa karbonil dari campurannya dengan senyawa-senyawa lain.

O OH

- -
R C H + HSO3 Na+ R C SO3 Na+

Pasangan elektron bebas pada atom nitrogen amoniak dan senyawa-senyawa


lain yang sejenis menyebabkan senyawa-senyawa ini boleh bereaksi menghasilkan
fenil hidrazon setelah hasil reaksi yang mula-mula terbentuk membebaskan satu mol
air. Hasil ini sering kali berwujud hablur, sehingga ia dapat digunakan (melalui titik
lelehnya) untuk mengenal aldehid dan keton. Reaksi yang sama dengan 2,4-dinitro
fenilhidrazin menghasilkan 2,4-dinitro fenilhidrazon yang biasanya mempunyai titik
leleh yang lebih tinggi.

H OH H
C H2O
C O + H2N N H C N N
N N
H
Fenilhidrasin Fenilhidrazon

Hidroksil amin bil bereaksi dengan senyawa karbonil menghasilkan oksim,


yang dapat pula digunakan untuk pengenalan. Disamping itu, oksim digunakan pula
sebagai bahan perantara di dalam sintesis, misalnya pemanasan di dalam suasana basa
menghasilkan hidrokarbon yang sebanding.

OH
H2O
C O + H2NOH C C NOH

NHOH
Hidroksil amin Oksim

Atom hidrogen yang terikat pada atom karbon disebelah atom karbon karbonil
yang disebut atom karbon alfa, ialah bersifat asam lemah. Ini disebabkan karena
muatan dari anion yang bertalian (anion enolat) dapat diserahkan ke atom oksigen
yang elektronegatif.

3
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

H O O
O

C C R + B
- BH + C C R
C C R

anion enolat

Banyak dari reaksi-reaksi senyawa karbonil didasarkan kepada kenyataan tersebut.


Atom hidrogen yang terikat pada atom kabon alfa dari aldehid dan keton mudah diganti
oleh halogen di dalam larutan biasa. Reaksi ini, didasarkan pada reaksi yang cepat antara
ion enolat dengan halogen. Oleh karena pengaruh tarikan elektron dari halogen, maka
atom hidrogen yang masih ada pada atom karbon alfa akan lebih asam, dan lebih mudah
tertukar oleh halogen. Oleh karena itu, gugus metil yang terikat pada atom karbon
karbonil mudah sekali diubah menjadi senyawa trihakometil oleh halogen dari basa.

O O

R C CH2 + I I R C CH2I + I-

O O

-
R C CH3 + I2 + 3OH- R C CI3 + 3H2O + 3I

Senyawa trihalo yang dihasilkan ini mudah sekali diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform. Oleh karena itu, reaksi ini dapat digunakan untuk
menyediakan iodoform, bromoform atau kloroform.

O O

- + CHl3
R C CI3 + 3OH R C O
iodoform

Reaksi ini umumnya digunakan untuk menunjukkan adanya metil keton. R-CO-CH3.
Senyawa ini bila direaksikan dengan iodium dan basa, akan menghasilkan iodoform
yang mengendap sebagai hablur berwarna kuning dan berbau seperti obat. Oleh
karena reagen di dalam reaksi ini ialah suatu oksidator, maka suatu alkohol yang
mengandung suatu gugus CH(OH)3, sehingga akan menghasilkan pengujian yang
positif.

4
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

Oleh karena anion enolat ialah suatu nukleofil, maka ia dapat ditambah kepada
gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang baru,
sehingga sangat berguna di dalam sintesis. Bila aldehid direaksikan dengan larutan
basa yang encer, ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol yang bila
dipanaskan akan menyingkirkan air menghasilkan aldehid tak jenuh, yakni
krotonaldehid.

O O
OH-
H3C C H H2C C H

O O
O
H2
+ H2C C H H3C C C C H
H3C C H
H
H+
H-
OH O O

H2
panas
H3C C C C H H3C C C C H
- H2O H H
H
Krotonaldehida

Kedua molekul yang berkondensasi di dalam kondensasi aktif tidak perlu kedua-
duanya mempunyai atom hidrogen alfa, mudah berkondensasi dengan benzaklehid
yang tidak mempunyai atom hidrogen alfa karena benzaldehid sendiri tidak bisa
menjalankan reaksi aldol.

O
O
O HO-
2 C H + H3C C CH3 C C C C C
H H H H
-2H2O
Dibenzal aseton

Asam karboksilat merupakan golongan senyawa organik yang mengandung gugus


fungsional karboksil (-COOH). Dengan demikian rumus umumnya adalah RCOOH.
Asam karboksilat yang paling sederhana adalah asam formiat (asam semut), HCOOH.
Senyawa tersebut dapat dibuat dari hasil reaksi dekarboksilasi asam oksalat. Persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut :
O O
C
OH HC OH + CO2
C
O
O H

5
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

Asam formiat mudah mengalami reaksi oksidasi menghasilkan CO2 jika direaksikan
dengan oksidasi seperti KMnO4. Persamaan reaksinya adalah :

CH3COOH + 2MnO4- 3CO2 + 2MnO2 + 2OH- + 2H2O


Coklat
Asam asetat (asam cuka) merupakan asam karboksilat dengan dua karbon. Seperti
halnya asam karboksilat lainnya, zat ini dapat mengalami reaksi asterifikasi jika
direaksikan dengan alkohol menggunakan asam sebagai katalisator, menghasilkan ester
yang berbau harum. Reaksinya secara umum ialah :
RCOOH + ROH RCOOR + H 2O
Asam karboksilat Alkohol Ester
Ion-ion karboksilat dapat bereaksi dengan ion-ion logam tertentu menghasilkan endapan.

C. ALAT DAN BAHAN (Uji aldehid dan Keton)


1. Alat-alat
a. Tabung reaksi
b. Termometer
c. Erlenmeyer 50 mL
d. Corong Hirsch
e. Corong Buchner
f. Labu penyaring + kertas saring
g. Pembakar Bunsen
h. Labu dasar bulat 50 mL
i. Pendingin refluks
2. Bahan
a. Asetaldehid
b. Sikloheksanon
c. n-Heptaldehida
d. 2-Pentanon
e. Formalin
f. Isopropil alkohol
g. Etanol
h. Reagen Benedict (atau reagen Felilling)

6
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

i. Larutan 10% natrium hidroksida


j. Larutan 5% natrium hidroksida
k. Larutan perak nitrat 5%
l. Larutan 2% amonium hidroksida
m. Larutan jenuh natrium bisulfit
n. Asam klorida
o Reagen fenilhidrasin
p. Hidroksiamin hidroklorida
q. Natrium asetat trihidrat
r. Larutan iodium
s. Es
t. Pipa kapiler
u. Larutan CH3COONa 10%
v. Larutan KMnO4 1 N
x. Larutan FeCl3 5%
y. Larutan K4FeCN6 1 M
z. Asam sulfat pekat

D. ALUR KERJA
1. Uji Tollens
Siapkan reagen sebagai berikut : cuci satu tabung reaksi dengan sabun dan
air, dan cuci dengan air suling. Ke dalam 2 mL larutan perak nitrat 5% tambahkan 2
tetes larutan 5% natrium hidroksida dan campur dengan baik. Kemudian tambahkan
tetes demi tetes sambil dikocok larutan 2% ammonium hidroksida hanya secukupnya
untuk melarutkan endapan. Pengujian akan gagal apabila terlalu banyak amoniak
ditambahkan.
Siapkan empat tabung reaksi yang berisi 1 mL reagen Tollens. Tambahkan
masing-masing dua tetes benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin (5 tetes
formaldehid dalam 5 mL air) ke dalam tabung uji. Kocoklah campuran dan diamkan
selama sepuluh menit. Bila reaksi tidak terjadi tempatkan tabung reaksi di dalam air
panas (35-50) selama lima menit. Catatlah hasil pengamatanya!

7
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

2. Uji Fehling dan Benedict


Ke dalam masing-masing dari empat tabung reaksi tambahkan 5 mL reagen
Benedict atau 5 mL reagen Fehling yang baru dibuat (disediakan dengan jalan
mencampur 10 mL fehling A dan 10 mL larutan Fehling B) ke dalam masing-masing
tabung reaksi tambahkan beberapa tetes bahan yang akan diuji. Tempatkan tabung
reaksi di dalam air mendidih dan amatilah perubahan yang terjadi sesudah 10-15
menit. Ujilah formaldehid, n-heptaldehid, aseton, dan sikloheksanon.

3. Adisi Bisulfit
Masukkan 5 mL larutan jenuh natrium bisulfit ke dalam Erlenmeyer 50 mL dan
dinginkan larutan di dalam air es. Tambahkan 2,5 mL aseton setetes demi setetes
sambil dikocok. Setelah lima menit tambahkan 10 mL etanol untuk memulai
penghabluran. Saring hasil reaksi dengan corong penyaring dan catatlah apa yang
terjadi terhadap hablur bila ia direaksikan (di dalam tabung reaksi) dengan beberapa
tetes asam klorida pekat.

4. Pengujian dengan Fenilhidrasin


Dalam 5 mL fenil hidrazin di dalam tabung reaksi tambahkan sepuluh tetes
bahan yang akan diuji. Tutup tabung reaksi dan guncangkan dengan kuat selama 1-2
menit hingga hasilnya menghablur. Saring fenilhidrason yang menghablur dengan
corong penyaring cuci hablur dengan sedikit air dingin, dan hamblurkan kembali
dengan sedikit metanol atau etanol. Biarkan hablur menjadi kering dan lentukan titik
lelehnya. Ujilah benzaldehid dan sikloheksanon, dan catatlah hasilnya. Dengan cara
yang sama, menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin, buatlah turunan benzaldehid dan
sikloheksanon, dan tentukan titik lelehnya.

5. Pembuatan Oksim
Larutkan 1 gram hidroksilamin hidroklorida dan 1,5 gram hablur natrium asetat
trihidrat di dalam 4 mL air di dalam satu Erlenmeyer 50 mL. panaskah larutan sampai
35C kemudian tambahkan sikloheksanon. Tutuplah tabung dan goncang selama satu
sampai dua menit, pada saat mana zat padat sikloheksanon oksim akan terbentuk.
Diinginkan labu di dalam air es, kemudian sering hablur dengan corong penyaring

8
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

siram dengan 2 mL air es dan sebutkan di atas sehelai kertas saring yang kering.
Tentukan titik lelehnya dan catat hasilnya.
6. Reaksi Haloform
Teteskan sebanyak lima tetes aseton di dalam 3 mL larutan 5% natrium
hidroksida, tambahkan larutan iodium sambil digoncang-goncang sampai warna
iodium tidak hilang lagi (diperlukan kira-kira 10 mL, larutan iodium). Iodoform yang
berwarna kuning akan mengendap, dan catat baunya. Ulangi pengujian dengan
menggunakan isopropil alkohol, 2-pentanon, dan 3-pentanon.

7. Kondensasi Aldol
a. Tambahkan 0,5 mL asetaldehid pada 4 mL larutan 1% natrium hidroksida, goncang
dengan baik, dan catatlah baunya (dari asetaklehid yang tidak bereaksi). Kemudian
didihkan campuran selama tiga menit dan hati-hati. Catatlah bau tengik dari hasil
kondensasi, yakni krotonaldehid.
b. Susunlah alat untuk merefluks, menggunakan labu 50 mL. tempatkan 10 mL etanol,
1 mL aseton, 2 mL benzaldehid dan 5 mL larutan 5% natrium hidroksida di dalam
labu. Kemudian, sambunglah labu kepada kondensor dan refluks campuran selama
lima menit. Dinginkan labu dan kumpulkan hablur yang dihasilkan dengan
penyaring Buchner. Hasil reaksi boleh dihablurkan kembali dari etanol. Catatlah
titik lelehnya.

8. Identifikasi karboksilat
a. Masukkan 5 mL asam cuka t ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 3 mL larutan
KMnO4 1 N, amati perubahan yang terjadi.

b. Ke dalam tabung reaksi masukan 5 mL larutan natrium asetat encer (10%).


Tambahkan 3 mL larutan FeCl3 5% sampai terjadi warna merah. Panaskan larutan
sampai terjadi endapan bergumpal berwarna merah coklat, kemudian saring.
Tunjukkan bahwa filtrat yang didapat tidak lagi mengandung ion ferri dengan pereaksi
K4FeCN6. Bandingkan warna hasil dari percobaan di atas dengan warna ferri klorida
dalam jumlah yang sama.

9
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

PERTANYAAN

1. Buatlah pertanyaan penelitian praktikum di atas


2. Jelaskan perbedaan cara menguji secara kualitatif antara senyawa yang memiliki
gugus aldehid, keton dan karboksilat
3. Jelaskan untuk menguji perbedaan gugus fungsi antara aldehid dan keton digunakan
uji Uji Fehling dan Benedict

10
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

PERCOBAAN 2
ALKOHOL DAN FENOL

A. TUJUAN PERCOBAAN
Pada siklus percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Membedakan sifat-sifat antara alkohol dan fenol
2. Mengetahui jenis-jenis reaksi dan pereaksi yang dapat digunakan untuk membedakan
antara senyawa alkohol dan fenol

B. KAJIAN TEORI
Adanya suatu gugus hidroksil dalam alkohol dan fenol memungkinkan terjadinya
ikatan hidrogen antara molekul-molekul tersebut dengan senyawa lain yang sejenis air,
H-OH. Hal ini menyebabkan golongan-golongan senyawa ini mempunyai kelarutan
yang besar dalam air, terutama senyawa-senyawa homolog yang rendah dari golongan
tersebut.
Fenol lebih asam dari pada alkohol dan dapat diubah menjadi garam natrium bila
direaksikan dengan larutan natrium hidroksida. Garam natrium itu biasanya larut dalam
air. Seperti air, atom hidrogen dari gugus hidroksil dalam alkohol dan fenol dapat
diganti oleh natrium.
2 R-OH + 2Na 2R-ONa + H2
Alkohol Natrium alkoksida
Alkoksida yang dihasilkan adalah basa kuat, yang berguna sebagai katalis dalam reaksi-
reaksi organik.
Senyawa alkohol dapat digolongkan menjadi alkohol primer, sekunder dan tersier
bergantung pada apakah gugus hidroksil terikat pada suatu atom karbon yang terikat
pada satu, dua atau tiga atom karbon.
H R"
H

R C OH R C OH R C OH

R' R'
H

alkohol primer akohol sekunder alkohol tersier

11
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

Alkohol dapat mempunyai kecepatan reaksi yang berbeda terhadap suatu reagen
tertentu, bahkan dapat berbeda dalam hal hasil yang diperoleh, bergantung pada
golongan alkoholnya. Pengujian-pengujiannya yang dapat membedakan antara ketiga
golongan tersebut sangat berguna dalam menentukan struktur suatu alkohol yang belum
dikenal.
Pengujian Lucas didasarkan pada perbedaan kecepatan dari alkohol-alkohol
primer, sekunder, dan tersier untuk diubah menjadi alkil klorida.

Z
R-OH + HCl n R-Cl + H2O
C
Reagen dalam pengujian ini ialah larutan seng klorida dalam asam klorida pekat.
l
Alkohol tersier bereaksi dengan segera menghasilkan
2 alkil klorida yang tidak larut yang
timbul sebagai suspensi keruh atau sebagai lapisan yang terpisah. Alkohol sekunder
akan larut menghasilkan suatu larutan bening, asalkan gugus R tidak mempunyai banyak
atom karbon di dalam rantai, kemudian terbentuk alkil klorida (larutan keruh) dalam
waktu lima menit. Alkohol primer tidak diubah menjadi alkil klorida selama beberapa
jam pada suhu kamar oleh reagen ini.
Alkohol-alkohol primer dan sekunder sangat mudah dioksidasi oleh asam hormat,
sedangkan alkohol tersier tidak. Pengujian ini biasa dilakukan di dalam suatu larutan
aseton dengan suatu larutan anhidrida kromat (Cr4+) di dalam asam sulfat. Alkohol yang
dioksidasi mereduksi kromium menjadi Cr3+ yang mengakibatkan larutan menjadi kabur
dan berwarna kehijau-hijauan.
Alkohol dan fenol bereaksi dengan asam karboksilat membentuk ester yang
mudah dikenal karena baunya yang segar.

H
+
R-OH + CH3COOH CH3COOR + H2O
Asam Ester
karboksilat
Gugus hidroksil dari fenol mengakibatkan cincin benzena reaktif terhadap
substitusi elektrofilik, sehingga reaksi berlangsung pada keadaan yang sangat lemah.
dengan air brom fenol diubah menjadi 2,4,6-tribromo fenol yang kelarutannya di dalam
air sangat rendah sehingga sering kali digunakan tidak hanya sebagai penguji kualitatif
untuk fenol tetapi juga sebagai pengukur banyaknya fenol yang ada secara kuantitatif.
Fenol dan senyawa yang mengandung gugus hidroksil terikat pada suatu atom
karbon tak jenuh (enol), memberi warna merah jambu, ungu atau hijau bergantung pada

12
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

struktur dari fenol atau enol, dengan besi (III) klorida. Hal ini disebabkan karena
terbentuknya senyawa kompleks dengan besi. Alkohol-alkohol biasa tidak bereaksi.
Oleh karena itu pengujian ini dapat digunakan untuk membedakan kebanyakan fenol
dari alkohol.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-alat
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
2. Bahan
a. Etanol
b. 1-propanol
c. 2-propanol
d. n-butil alkohol
e. Sek butil alkohol
f. Ter-butil alkohol
g. Sikloheksanol
h. Etilen glikol
i. Fenol
j. Resorsinol
k. Kolesterol
l. o-kresol
m. 2-naflol
n. Larutan NaOH 10%
o. Logam natrium
p. Indikator fenolftalein
q. Reagen Lucas
r. Reagen Bordwell-Wellman
s. Aselon
t. Asam sulfat pekat
u. Larutan brom dalam air
v. Trifenil karbinol
w. Larutan besi (III) klorida 1%

13
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

D. CARA KERJA
1. Kelarutan
Ke dalam enam tabung reaksi, masukan 0,5 mL atau 0,2-0,5 gram dari masing-
masing senyawa berikut : etanol, n-butil alkohol, ter-butil alkohol, sikloheksanol,
etilen glikol dan fenol (hati-hati fenol jangan mengenai kulit, bila terbakar oleh fenol
cuci dengan air dan beritahukan pada pengawas lab.) tambahkan 2 mL air ke dalam
tiap-tiap tabung reaksi, kocok dan catat hasil pengamatannya.

2. Reaksi dengan alkali


Ke dalam empat tabung reaksi yang berlainan, masukkan 0,5 mL atau 0,2-0,5
gram dari masing-masing senyawa berikut: n-butil alkohol, sikloheksanol, fenol, dan
naftol. Tambahkan 5 mL larutan 10% natrium hidroksida ke dalam tiap-tiap tabung
reaksi. Kocok, amati, dan catat hasil pengamatannya

3. Reaksi dengan natrium


Ke dalam empat tabung reaksi masukkan 2 mL masing-masing senyawa berikut
: etanol, 1-propanol, 2-propanol dan o-kresol (bila o-kresol berbentuk kristal,
panaskan sedikit agar melebur). Tambahkan sepotong kecil logam natrium ke dalam
larutan yang diperoleh beberapa tetes indikator fenoliftalin, dan catat hasilnya (hati-
hati jangan buang isi dari tabung reaksi yang berisi natrium yang belum bereaksi ke
dalam tempat pembuangan).
Natrium bereaksi dengan kuat dengan air. Tambakan etanol secukupnya untuk
menghilangkan semua natrium yang belum bereaksi, kemudian buanglah.

4. Pengujian Lucas
Masukkan 2 mL reagen Lucas ke dalam masing-masing empat tabung reaksi.
Tambahkan kira-kira 5 tetes alkohol yang hendak diuji, kocok dan catatlah waktu
yang diperlukan oleh campuran untuk menjadi keruh, atau memisahkan menjadi dua
lapisan. Ujilah 1-butanol, 2-butanol, sikloheksanol, dan tersier butil alkohol, lalu catat
hasilnya.
Catatan Reagen Lucas :
Larutan 68 gram seng klorida anhidrous dalam 52,5 gram HCl pekat.

14
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

5. Oksidasi dengan asam kromat (pengujian Bordwell-Wellman)


Masukkan masing-masing 1 mL aseton ke dalam lima tabung reaksi. Kemudian
tambahkan kedalam tabung reaksi masing-masing 1 tetes cairan alkohol yang hendak
diuji dan kocoklah hingga larutan menjadi jernih.
Kemudian tambahkan masing-masing satu tetes reagen Bordwell-Wellman. Alkohol
yang diuji antara lain : 1-butanol, 2-butanol, ter-butil alkohol, trifenil karbinol,
resorsinol.
Catatan reagen Bordwell-Wellman : larutkan 25 gram kromat anhidrida (CrO3) di
dalam 25 mL asam sulfat pekat dan hati-hati encerkan dengan 75 mL air suling.

6. Reaksi fenol dengan air brom


Ke dalam larutan 0,1 gram fenol di dalam 3 mL air tambahkan air brom
diguncang-guncang sampai warna kuning tidak berubah lagi. Catat hasil
pengamannya!

7. Reaksi fenol dengan besi (III) klorida


Di dalam tiga buah tabung reaksi yang berlainan larutkan satu atau dua kristal,
atau satu atau dua tetes senyawa yang hendak diuji di dalam 5 mL air ke dalam
masing-masing tabung reaksi, tambahkan satu atau dua tetes larutan besi (III),
klorida, kocok dan amati hasilnya. Ujilah fenol resorsinol dan 2-propanol. Catat hasil
pengamatannya.
C. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Buatlah pertanyaan penelitian dari praktikum di atas
2. Kesimpulan umum apakah yang dapat diambil mengenai kelarutan alkohol di dalam
air, berdasarkan hasil percobaan di atas ? Manakah dari 1-pentanol dan 1-heptanol
yang lebih sukar larut dalam air? Jelaskan!
3. Tuliskan persamaan reaksi yang menunjukkan kelarutan fenol dalam larutan 10%
natrium hidroksida!
4. Dari hasil percobaan di atas, manakah yang lebih bersifat asam, n-heksanol atau
fenol? Jelaskan alasannya!
5. Tulislah persamaan reaksi antara etanol dan natrium! Apakah petunjuk yang ada
yang mengatakan hasil dari reaksi ini?

15
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

6. Berdasarkan hasil percobaan di atas, bagaimanakah dapat dibedakan antara


sikloheksanol dan fenol ?
7. Bagaimanakah kiranya pengaruh dari reagen Lucas terhadap masing-masing
senyawa berikut : 1-butanol, sikloheksanol dan ter-butil alkohol ?
8. Diantara senyawa berikut : 1-butanol, trifenil karbinol, resorsinol, manakah yang
tidak mengalami oksidasi dalam pengujian Bordwell-Wellman?
9. Tulislah persamaan reaksi antara fenol dan air brom! Sebutkan jenis reaksi yang
terjadi!

16
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

PERCOBAAN 3
ISOLASI MINYAK JAHE DARI RIMPANG JAHE
(Zingiber Officinale)

A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan
2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan
3. Mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe dengan cara yang tepat

B. KAJIAN TEORI
Minyak jahe merupakan salah satu minyak atsiri yang dapat diisolasi dari rimpang
(akar) jahe sebanyak 1,5 - 3% dari berat jahe kering. Minyak jahe di negara maju
digunakan sebagai campuran pembuatan kosmetik, bahan penyedap masakan tertentu dan
sebagai obat. Senyawa penyusun minyak jahe terdiri dari -pinena, kamfena, 1,8-sineol,
borneol, neral, geranial, -kurkumina, -zingeberena, dan -saskuipellandrena.
Ada tiga cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan: distilasi,
ekstraksi dengan pelarut dan pengaliran udara atau aerasi (Robinson, 1995). Distilasi
(distilasi uap) pada suhu kamar dapat menimbulkan penguraian. Distilasi pada tekanan
rendah dan suhu rendah memungkinkan terjadinya peruraian oleh enzim, sehingga
menimbulkan perubahan kandungan jaringan. Jadi reaksi oksidasi menimbulkan masalah,
distilasi dapat dilakukan dalam lingkungan nitrogen. Cara ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan pada keadaan khusus terutama untuk senyawa yang tidak begitu polar.
Beberapa minyak atsiri yang berbobot molekul rendah terlalu mudah larut dalam air
untuk diekstraksi dengan pelarut organik secara efisien.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-alat : Satu set alat ekstraksi soxhlet, mortar, evaporator, corong pisah, gelas
piala, refraktometer, pembakar spiritus dan alat-alat gelas yang umum
digunakan.
2. Bahan : Natrium sulfat anhidrat, jahe kering, dan petroleum eter.
17
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

D. CARA KERJA
Jahe yang cukup tua dibersihkan dari kotoran yang melekat, kemudian dikeringkan.
Sampel yang telah kering selanjutnya digiling menjadi serbuk yang halus. (Untuk
memperoleh serbuk jahe kering bisa ditempuh dengan cara lain). Sebanyak 30-50 g (atau
sesuai kapasitas) serbuk jahe ini dimasukkan dalam alat ekstraksi soxhlet. Sisakan sedikit
untuk penentuan kadar air. Sementara itu masukkan pelarut petroleum eter sebanyak 100
mL (atau disesuaikan dengan kapasitas labu) ke dalam labu ekstraktor tersebut. Lakukan
ekstraksi sampai hasil ekstraksi sampai hasil ekstraksi tidak berwarna.
Hasil ekstraksi diuapkan pelarutnya menggunakan evaporator untuk memisahkan
minyak jahe dari pelarutnya. Hal ini bisa ditempuh dengan cara yang lebih praktis yaitu:
setelah cairan dalam alat soxhlet terlihat jernih tunggulah sampai cairan jatuh ke labu
ekstraktor, kemudian dengan hati-hati bukalah set alat soxhlet dan keluarkan sampelnya.
Kembalikan set alat seperti semula dan uapkan pelarut dalam labu ekstraktor hingga
memenuhi alat soxhlet. Jaga volume jangan sampai pelarut jatuh ke bawah. Pelarut yang
diperoleh bisa ditampung dan ekstrak yang didalam labu bisa dipekatkan lagi dengan cara
yang sama atau langsung diuapkan. Residu atau ekstrak yang berwarna kuning
ditambahkan Na2SO4 anhidrous, kemudian dipisahkan dengan cara penyaringan. Hitung
rendemen minyak yang dihasilkan serta tentukan indeks biasnya. Jangan lupa menghitung
kadar air serbuk jahe yang digunakan untuk menentukan berat keringnya. Penentuan
kadar air dilakukan dengan cara menimbang sampel serbuk jahe kering sebanyak 1 gram
(berat awal) kemudian dioven pada suhu 110C dan kembali ditimbang, catat beratnya.
Ulangi lagi pemanasan sampai diperoleh berat yang konstan.

E. TUGAS
1. Buatlah langkah kerja yang Anda lakukan dengan bentuk diagram alur!
2. Tulislah data pengamatan masing-masing percobaan yang telah Anda lakukan dalam
bentuk tabel yang disesuaikan dengan kebutuhan tabulasi data!
No. Jenis Kegiatan Hasil
1
2

3. Lakukan pembahasan dan/atau penjelasan terhadap hasil pengamatan di atas!


4. Buatlah simpulan dari percobaan yang telah anda lakukan!

18
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

F. PERTANYAAN

1. Buatlah pertanyaan penelitian dari praktikum tersebut?


2. Jelaskan secara singkat prinsip kerja ekstraksi soxhlet yang digunakan dalam
percobaan ini!
3. Bilamana pemisahan pelarut menggunakan alat evaporator? Berikan alasan!
4. Berdasarkan hasil rendemen minyak atsiri yang anda peroleh, apakah cara
pengeringan dan penghalusan serbuk jahe berpengaruh pada hasil? Jelaskan!
5. Apa fungsi Na2SO4 anhidrat dalam percobaan ini? Jelaskan!
6. Sebutkan minimal lima senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri jahe dan tuliskan
rumus strukturnya!

19
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

PERCOBAAN 4
PEMBUATAN SABUN

A. INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah melakukan kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa dapat:
1. Membuat langkah kerja pembuatan sabun.
2. Menentukan persamaan reaksi pada pembuatan sabun.
3. Menjelaskan perbedaan produk sabun yang dibuat menggunakan basa NaOH dan
KOH.
4. Membuat emulsi sabun.
5. Menjelaskan tentang proses pembentukan emulsi air sabun dengan minyak.
6. Menentukan kualitas minyak berdasarkan bilangan peroksida.

B. KAJIAN TEORI
Sabun merupakan salah satu produk yang diperoleh dari minyak. Reaksi
pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu senyawa yang
bersifat alkali, misalnya NaOH atau KOH dengan minyak. Reaksi ini dikenal dengan
reaksi penyabunan (saponifikasi). Persamaan reaksi penyabunan dapat dituliskan sebagai
berikut:

CH2OCOR1 R1COONa CH2OH


CHOCOR2 + 3 NaOH R2COONa + CHOH
CH2OCOR3 R3COONa CH2OH
Minyak basa Sabun Gliserol

Hasil reaksi ini berupa campuran antara sabun dan gliserol yang mudah larut dalam
air dan alkohol. Untuk memisahkan sabun dengan gliserol di atas dilakukan dengan
menambah garam NaCl ke dalam campuran tersebut, karena sabun di dalam air akan
membentuk koloid dan kemudian sabun akan mengendap, sedangkan gliserol dan alkohol
akan berada dalam larutan NaCl. Pada penyabunan dengan menggunakan KOH akan
diperoleh sabun lunak, sedangkan dengan NaOH akan diperoleh sabun keras.

20
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

Sabun merupakan bahan surfaktan. Bahan ini dapat mengurangi tegangan antara
permukaan larutan, sehingga dengan adanya proses ini pembentukan busa atau sifat
emulsinya akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh sifat struktur sabun yang mempunyai
dua kutub yaitu kutub yang satu bersifat sebagai hidrofilik dan kutub yang lain bersifat
hidrofobik. Bagian molekul yang bersifat hidrofilik akan menuju ke lapisan air sedangkan
bagian yang bersifat hidrofobik menuju ke lapisan udara (menjauhi molekul air). Dengan
adanya sifat tersebut, maka cairan minyak dalam air akan membentuk emulsi.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat : Tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, timbangan, gelas kimia,
pengaduk/mixer dan penangas air.
2. Bahan : Minyak goreng, etanol, larutan alkali pekat yaitu KOH dan NaOH pekat,
gliserin, minyak zaitun, larutan NaCl/KCl jenuh.

D. CARA KERJA
1. Pembuatan Sabun
a. Timbang 10 gram minyak sawit
b. Timbang NaOH 1,4 gram
c. NaOH selanjutnya dilarutkan dalam 3,3 mL air, reaksi akan menghasilkan panas,
biarkan sampai larutan NaOH dingin.
d. Timbang asam stearat 1 gram (asam lemak bebas yaitu tidak terikat dalam
gliserin, hal ini dimaksudkan untuk menambah kekerasan sabun). Masukkan asam
stearat ini ke dalam minyak atau lemak.
e. Panaskan campuran ini sampai suhu 70C sampai seluruh asam stearat mencair,
suhu yang terlalu panas akan mengoksidasi minyak sehingga warnanya jadi
kecoklatan.
f. Biarkan campuran ini sampai suhu 50C dan masukkan larutan NaOH dan aduk
terus. Tambahkan 12 gram alkohol dan 4 gram gliserin, panaskan dan aduk
hingga terbentuk larutan jernih. Biarkan campuran agak dingin. Kemudian
tambahkan 1 mL minyak zaitun. Tuangkan ke dalam cetakan sebelum campuran
memadat.

21
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

2. Sifat Emulsi Sabun


Ambil sekitar 3 mL aquades dan 5 tetes minyak, masukkan masing-masing ke
dalam dua tabung reaksi yakni tabung reaksi I dan tabung reaksi II. Selanjutnya
tabung reaksi I ditambahkan 2 mL larutan sabun (yang dibuat dengan melarutkan 0,1-
0,2 gram sabun hasil buatan diatas dalam 6-8 mL air panas), sedangkan tabung II
tidak ditambah larutan sabun. Kocok kuat-kuat kedua tabung reaksi tersebut untuk
mendapatkan emulsi. Kemudian diamkan kedua tabung reaksi tersebut dan amati
pemisahan lapisan minyak yang terjadi dari kedua tabung reaksi tersebut. Catat waktu
yang diperlukan untuk terjadinya pemisahan lapisan minyak dan air untuk masing-
masing tabung.

3. Bilangan Asam
Bilangan asam merupakan salah satu ukuran kualitas minyak atau lemak.
Bilangan asam suatu minyak atau lemak adalah bilangan yang menyatakan
banyaknya miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas
dalam 1 (satu) gram minyak atau lemak. Bilangan asam ditentukan dengan prosedur
sebagai berikut:
Sampel minyak atau lemak ditimbang dengan teliti seberat 5-10 gram di dalam
Erlenmeyer. Selanjutnya ke dalam sampel tersebut dimasukkan 25 mL etanol dan 5
tetes indikator fenolftalein (PP). Titrasi campuran tersebut dengan larutan standar
KOH 0,1 N. Lakukan prosedur tersebut sebanyak tiga kali (triplo). Bilangan asam
dapat dihitung dengan persamaan:

Dimana:
V : jumlah mL larutan KOH standar
N : normalitas larutan KOH standar
W : bobot sampel minyak atau lemak (gram)

E. TUGAS
1. Buatlah langkah kerja yang anda lakukan dengan bentuk diagram alur!
2. Tulislah data pengamatan masing-masing percobaan yang telah anda lakukan!
Penyelesaian Tugas 2

22
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

Tabel hasil
No. Jenis Kegiatan Hasil
1.
2.
3. Lakukan pembahasan dan/atau penjelasan terhadap hasil pengamatan di atas!
4. Buatlah simpulan dari percobaan yang telah anda lakukan!

F. PERTANYAAN
1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak (dalam bentuk alur kerja/diagram
alir)?
2. Tulislah secara lengkap reaksi pembuatan sabun?
3. Bagaimana diagram alur untuk membuat emulsi sabun?
4. Jelaskan bagaimana proses terjadinya emulsi sabun?
5. Buatlah rumusan masalahnya bila pembuatan sabun menggunakan alkali NaOH
dengan KOH dengan konsentrasi, prosedur praktikum dan alat dan bahan yang sama
6. Identifikasi variabel-variabel yang terlibat (variabel manipulasi, respon, dan control)
7. Buatlah prosedur praktikumnya

23
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

PERCOBAAN 5
PEMBUATAN n-BUTIL ASETAT

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan dapat memahami reaksi pembuatan n-butil asetat melalui reaksi
esterifikasi

B. KAJIAN TEORI
Senyawa n-butil asetat merupakan suatu ester dari asam asetat dengan n-butanol.
Senyawa tersebut dibuat melalui reaksi esterifikasi dengan katalis asam kuat, misalnya
asam sulfat pekat. Persamaan reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut:

O O
H2 H2
3HC C OH + 3HC C C CH2OH 3HC C O (CH2)3 CH3 + H2O

Asam asetat n-butil asetat n-butil asetat

Seperti ester yang lain, n-butil asetat memiliki aroma yang harum sehingga dapat
digunakan sebagai pemberi aroma (essence) pada bahan pangan.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat-alat
a. Elenmeyer
b. Gelas ukur
c. Corong pemisah
d. Gelas piala

2. Bahan
a. n-butanol d. Larutan NaHCO3 jenuh
b. Asam asetat glasial e. MgSO4 kristal anhidrat
24
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

c. Asam sulfat pekat 96-98%


D. CARA KERJA
1. Masukkan 20 mL n-butanol ke dalam labu labu dasar bulat dan 2 butir batu didih.
2. Tambahkan sedikit demi sedikit 3 tetes asam sulfat pekat, kemudian tambahkan 60
mL asam asetat glasial.
3. Pasang pendingin refluks dan panaskan campuran tersebut pada suhu 90-100 C
selama 3 jam.
4. Masukkan campuran reaksi ke dalam corong pemisah, kemudian tambahkan 60 mL
air dan kocok dengan kuat.
5. Pisahkan larutan tersebut, dimana lapisan ester terletak di atas
6. Lapisan atas ditambah dengan 50 mL air dan 14 mL NaHCO3 jenuh, lalu dikocok.
7. Lapisan ester dipisahkan dengan corong pemisah dan ditambahkan 5 gr MgSO4
kocok dan saring. Timbang massa ester yang dihasilkan.

E. PERTANYAAN
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan n-butil asetat!
2. Termasuk reaksi apakah reaksi di atas?
3. Apakah fungsi asam sulfat, dan dapatkah asam sulfat tersebut diganti dengan asam
lainnya? Jelaskan!
4. Jelaskan mengapa lapisan ester berada di atas
5. Jelaskan fungsi penambahan larutan NaHCO3 jenuh dan MgSO4 anhidrat!
6. Sebutkan bahan kimia lain yang dapat digunakan sebagai pengganti MgSO4!

25
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

PERCOBAAN 6
REKRISTALISASI DAN PEMBUATAN ASPIRIN

A. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan rekristalisasi dengan baik
2. Menentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
3. Menghilangkan pengotor melalui rekristalsiasi
4. Melakukan pembuatan aspirin dengan cara asetilasi terhadap gugus fenol
5. Melakukan rekristalisasi aspirin hasil sintesis dengan baik

B. KAJIAN TEORI
Rekristalisasi merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memurnikan
zat-zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin digunakan
untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil kolasi dari bahan alami, sebelum
dianalisa lebih lanjut, misalnya dengan cara spektrofotometri (UV, IR, NMR dan MS).
Ada lima tahap melakukan rekristalisasi zat-zat yaitu :
1. Memilih pelarut yang cocok
Pelarut yang umum digunakan jika diurutkan sesuai dengan kenaikan
kepolarannya adalah petroleum eter (n-heksana), toluene, kloroform, aseton, etil
asetat, etanol, metanol dan air. Pelarut yang cocok untuk merekristalisasi suatu
sampel zat tertentu adalah pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut
dalam keadaan panas, tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin.
Biasanya senyawa yang dalam keadaan polar direkristalisasi dalam pelarut
yang kurang polar dan sebaliknya. Kombinasi dua pelarut kadang-kadang digunakan
dalam rekristalisasi, misalnya kloroform-metanol, heksana-aseton, metanol air dan
lain-lain.
2. Melarutkan senyawa ke dalam pelarut panas sedikit mungkin
Zat yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan
volume sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar titik jenuhnya. Jika

26
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

larutkan terlalu encer, uapkan pelarutnya sehingga tepat jenuh. Apabila digunakan
kombinasi dua pelarut mula-mula zat itu dilarutkan dalam pelarut yang baik dalam
keadaan panas sampai larut, kemudian ditambahkan pelarut yang kurang baik tetes
demi tetes sampai timbul kekeruhan. Tambahkan beberapa tetes pelarut yang baik
agar kekeruhannya hilang, kemudian baru disaring.
3. Saring larutan dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang tidak larut.
Penyaring larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk memisahkan zat-
zat pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan, seperti debu pasir dan
lain-lain. Agar penyaringan berjalan cepat biasanya digunakan corong Buchner.
Jika larutannya mengandung zat warna pengotor maka sebelum disaring
ditambahkan sedikit ( 2% berat) arang aktif untuk mengadsorbsi zat warna tersebut.
Penambahan arang aktif tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengadsorbsi
senyawa yang dimurnikan.
Dinginkan filtrat
Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kadang-kadang
pendinginan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan (seed) yang berupa
kristal murni ke dalam larutan atau penggoresan dinding wadah dengan batang
pengaduk dapat mempercepat proses kristalisasi.
5. Menyaring dan mengeringkan kristal
Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, kristal yang diperoleh
perlu disaring dengan cepat menggunakan corong buchner. Keringkan kristal yang
diperoleh alam eksikator. Aspirin (asetosal) adalah suatu ester dari asam asetat
dengan asam salisilat (asam o-hidroksi benzoat). Oleh karena itu senyawa ini dapat
dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat anhidrida menggunakan
asam sulfat pekat sebagai katalisator.
Persamaan reaksinya :

O O
O
C C OH
O H H3C C O

O
+ O C CH3

H3C C

O
Asam salisilat Anhidrida Asam Asetat Aspirin

27
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

Aspirin berupa kristal tak berwarna dengan titik leleh 133,4C. Senyawa ini larut baik
dalam alkohol dan eter tetapi sedikit larut dalam air. Dalam bidang kedokteran zat ini
digunakan sebagai antipiritik (penurunan panas) dan analgesik (penghilang rasa nyeri).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-Alat
a. Erlenmeyer
b. Pengaduk gelas
c. Corong Buchner
d. Pipet tetes
e. Pembakar spiritus
f. Termometer

2. Bahan
a. Asam salisilat
b. Aquadest
c. Norit
d. Asam asetat anhidrida
e. Asam sulfat pekat
f. Etanol 96%
g. Larutan FeCl3

D. CARA KERJA
1. Rekristalisasi
a. Masukkan 1 gram asam saksilat dan 5 mL air dalam Erlenmeyer 125 mL
b. Campuran dipanaskan di atas pembakar spiritus sampai pelarut mulai mendidih,
sambil diguncang. Tambahkan setiap kali air sambil diguncang sampai kristal tepat
larut dan hitung volume air yang diperlukan.
c. Tambahkan beberapa tetes air lagi sehingga larutan benar-benar homogen (apabila
larutannya berwarna, tambahkan norit (arang aktif) sebanyak 1-2% berat asam
salisilat, didihkan sambil diaduk beberapa saat).
d. Sering larutan dalam keadaan panas dengan menggunakan corong buchner yang
dilengkapi dengan labu isap (perhatikan contoh penggunaannya oleh pembimbing).

28
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

e. Diinginkan filtratnya pada suhu kamar sampai terbentuk kristal, jika pada suhu
kamar sulit terbentuk, dinginkan dalam air es.
f. Apabila proses kristalisasi telah berjalan sempurna saring kembali kristal yang
terbentuk dengan corong buchner. Keringkan dalam eksikator dan timbang beratnya.
Bandingkan titik lelehnya dengan zat mula-mula.

2. Pembuatan Aspirin
Masukan 2,5 gram asam salisilat kering ke dalam Erlenmeyer 125 mL.
tambahkan 3,75 gr asam asetat anhidrida dan 3 tetes asam sulfat pekat. Campuran
diaduk sampai homogen. Panaskan air dalam gelas kimia (suhu 50-60C),setelah itu
angkat penangas air dari kompor lalu masukkan campuran kedalam penangas air
sambil diaduk perlahan selama 5 menit.
Dinginkan pada suhu kamar sambil tetap diaduk dan tambahkan 37,5 mL air.
Saring endapan yang terbentuk dengan penyaring buchner. Lakukan pemurnian
senyawa aspirin yang diperoleh dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut
campuran 7,5 mL etanol 96 dan 25 mL air (ingat teknik rekristalisasi).Setelah
dikeringkan, tentukan berat dan titik lelah aspirin yang didapat serta ujilah senyawa
ini dengan larutan ferri klorida.

E. TUGAS DAN PERTANYAAN


1. Rekristalisasi
a. Terangkan prinsip dasar rekristalisasi !
b. Sebutkan air dan kerja yang harus dilakukan dalam pekerjaan rekristalisasi !
c. Sifat-sifat apakah yang harus dipunyai oleh suatu pelarut agar dapat digunakan untuk
mengkristalisasi suatu senyawa organik tertentu ?
d. Sebutkan paling sedikit dua alasan mengapa penyaringan dengan labu isap (Buchner)
lebih disukai dalam memisahkan kristal dari induk lindinya !
e. Hitung persentase perolehan senyawa hasil rekristalisasi yang anda lakukan!

2. Pembuatan Aspirin
a. Tulis reaksi pembuatan aspirin secara lengkap !
b. Apakah yang disebut asetilasi dan apakah fungsi asam suflat ?

29
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

c. Apakah fungsi FeCl3 dalam reaksi tersebut dan jelaskan bagaimana membuktikan
terbentuknya aspirin ?
d. Hitung rendeman hasil percobaan yang diperoleh !

PERCOBAAN 7
PENGENALAN JENIS-JENIS KARBOHIDRAT

A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa dapat:
1. menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan karbohidrat
2. melakukan pengujian adanya monosakarida dan disakarida
3. melakukan pengujian adanya gula pereduksi
4. melakukan hidrolisis polisakarida dan disakarida
5. menguji hasil hidrolisis disakarida dan polisakarida

B. KAJIAN TEORI
Karbohidrat umumnya digolongkan ke dalam monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Oligosakarida mengandung paling sedikit dua dan
biasanya 8 sampai 10 satuan monosakarida, misalnya disakarida, trisakarida dan
seterusnya tergantung pada satuan monosakarida penyusunannya. Polisakarida
mengandung ratusan satuan monosakarida.
Jenis-jenis karbohidrat dapat dikenali dari beberapa reaksi pengujian dengan reagen
tertentu. Reaksi dengan pereaksi Molish, pereaksi Bial dan pereaksi Seliwanoff dapat
digunakan untuk mengidentifikasi jenis karbohidrat secara umum. Adanya asam
menyebabkan terjadinya hidrolisis beberapa polisakarida dan asam kuat juga dapat
bereaksi dengan larutan yang monosakarida menghasilkan fulfural dan turunannya.
Gugus aldehid pada semua jenis aldosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lemah
seperti Tollens, Fehling atau Benedict disebut sebagai gula pereduksi. Fruktosa juga
merupakan gula pereduksi karena dalam suasana basa fruktosa ada dalam kesetimbangan
dengan dua bentuk aldehid diastomerik melalui zat antara tautomeri enediol.

30
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat : Tabung dan rak, pipet tetes, gelas ukur, bekker glass, pembakar spiritus,
kaki tiga dan kasa
2. Bahan : Larutan 2% glukosa, sukrosa, amilum dan laktosa
Reagen: Molish, Benedict, Fehling A dan B, Barfoed, Seliwanof, Tolens
dan Amoniak encer, H2SO4 pekat, HCl 6M, NaOH 3M.
Reagen Tollens harus fresh dan bila disiapkan sebagai berikut: ke dalam
3 mL larutan 5% perak nitrat tambahkan dua tetes larutan 5% natrium
hidroksida dan campur dengan baik, kemudian tambahkan tetes demi
tetes (sambil dikocok) larutan 2% ammonium hidroksida hingga endapan
tepat larut (hati-hati tidak boleh kelebihan). Pengujian akan gagal bila
terlalu banyak amoniak ditambahkan.

D. CARA KERJA
1. Tes Molish
Masukkan cuplikan (sukrosa, glukosa dan amilum) sebanyak 2-5 tetes dan tambahan
5 tetes pereaksi Molish. Masukkan 7-8 tetes asam sulfat pekat ke dalam dasar tabung
dengan pipet tetes sedemikian rupa hingga asam sulfat membentuk lapisan yang
terpisah dari lapisan awal. Jika dalam cuplikan terdapat karbohidrat, akan terbentuk
cincin warna merah pada permukaan lapisan bawah. Warna merah akan segera
berubah menjadi warna ungu tua. Setelah didiamkan selama 2 menit, encerkan
campuran tersebut dengan 5 mL air. Jika di dalam terdapat karbohidrat maka akan
terbentuk warna ungu.

2. Tes Seliwanoff
Masukkan 5 tetes reagen Seliwanoff ke dalam tabung reaksiddan tambahkan 2-5 tetes
cuplikan (amilum, laktosa dan glukosa). Campuran dikocok dan dipanaskan di atas
penangas air. Hitung waktu yang diperlukan untuk terjadinya perubahan warna. Jika
perubahan warna memerlukan waktu di atas 0 menit, tes dinyatakan negatif.

3. Tes Barfoed
Panaskan air reaksikan 5 mL pereaksi dan 5 tetes cuplikan (amilum, glukosa dan
laktosa) di dalam penangas air. Jika terjadi endapan merah bata selama 2 menit, maka

31
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

di dalam cuplikan terdapat monosakarida. Disakarida dengan persamaan 10 menit


juga akan menunjukkan tes positif dengan reaksi ini.

4. Tes Tollens
Masukkan 2-5 tetes cuplikan (sukrosa, amilum, laktosa dan glukosa) ke dalam tabung
reaksi dan tambahkan 5 tetes reagen Tollens (untuk membuat reagen Tollens
campurkan 1 mL larutan AgNO31% (larutan A) dan 1 mL larutan NaOH 5% (larutan
B) ke dalam tabung reaksi dan tambahkan larutan NH4OH 2% tetes demi tetes sampai
semua endapan terlarut. Jika tidak terjadi cermin perak dapat dicoba dengan
memanaskan campuran tersebut. Terbentuknya cermin perak menunjukkan positif
adanya gugus aldehid.

5. Tes Fehling
Campurkan 2 tetes cuplikan (amilum, laktosa, sukrosa dan glukosa) dan 2-3 mL
larutan Fehling. Campuran dikocok dan dipanaskan di atas penangas air selama 3-4
menit. Jika terbentuk endapan merah bata, maka cuplikan mengandung gula
pereduksi.

6. Tes Benedict
Campur 5 tetes cuplikan (amilum, laktosa, sukrosa dan glukosa) dan 5 tetes larutan
Benedict. Campuran dikocok dan dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit.
Jika terbentuk endapan merah bata, maka cuplikan mengandung gula pereduksi.
7. Hidrolisis Sukrosa
Larutkan 0,5 mL sukrosa ke dalam 6 mL air. Masukkan larutan sukrosa ke dalam
tabung yang telah diberi label 1,2 dan 3 dengan volume yang sama ( 1 mL).
Tabung 1 ditambah dengan 1 mL larutan HCl 3M sedangkan tabung 2 dan 3 ditambah
1 mL air. Panaskan tabung 1 dan 2 diatas penangas air, sedangkan tabung 3 biarkan
pada suhu kamar. Dinginkan tabung 1 dan 2 pada suhu kamar dan ditambahkan 1,5
mL larutan NaOH 3 M. Tambahkan 1,5 mL air pada tabung 2 dan 3. Setiap tabung
menjadi dua bagian yang sama (terdapat tabung 1A 1B, 2A 2B, 3A 3B). Pada semua
tabung label A ditambah dengan pereaksi Benedict 5 mL sedang tabung B diberi
Seliwanoff 2 mL. Panaskan semua tabung diatas penangas air selama 5 menit. Amati
perubahan yang terjadi.

32
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

8. Hidrolisis Pati
Siapkan 3 tabung reaksi dan isilah masing-masing dengan 2 mL larutan pati. Tabung
1 ditambah dengan 2 mL larutan HCl 3M sedang tabung 2 dan 3 ditambah 2 mL air.
Letakkan tabung 1 dan 2 diatas penangas air, sedangkan tabung 3 biarkan pada suhu
kamar. Dinginkan tabung 1 dan 2 pada suhu kamar dan tambahkan 3 mL larutan 3M
NaOH pada tabung 1, tambahkan 3 mL air pada tabung 2 dan 3. Lakukan tes iodin
terhadap ketiga larutan di dalam tabung. Masukkan 5 mL pereaksi Benedict pada
ketiga larutan dan amati perubahan yang terjadi.

E. TUGAS
1. Buatlah langkah kerja yang anda lakukan dengan bentuk diagram alur!
2. Tulislah data pengamatan masing-masing percobaan yang telah anda lakukan!
No. Jenis Kegiatan Hasil
1
2

3. Lakukan pembahasan dan/atau penjelasan terhadap hasil pengamatan di atas!


4. Buatlah simpulan dari percobaan yang telah anda lakukan!

F. PERTANYAAN
1. Tulislah senyawa penyusun reagen-reagen yang digunakan dalam uji pengenalan
karbohidrat!
2. Jelaskan prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang diuji!
3. Glukosa yang berada dalam bentuk asiklik hanya 0,2%, selebihnya merupakan siklis.
Jelaskan mengapa terjadi reaksi oksidasi glukosa dengan pereaksi Tollens dan
Fehling!
4. Jelaskan beberapa fakta berikut:
a. Sukrosa bersifat bukan pereduksi dengan tes Benedict, sedangkan pada kondisis
tersebut laktosa menunjukkan sebagai gula pereduksi.
b. Monosakarida bereaksi dengan pereaksi Barfoed lebih cepat dibandingkan dengan
disakarida pereduksi.

33
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

PERCOBAAN 8
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI PROTEIN

A. TUJUAN PERCOBAAN
Selesai kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa dapat:
1. membedakan sifat kelarutan protein secara reversibel dan irreversibel.
2. membedakan reaksi denaturasi protein yang disebabkan oleh asam, garam dan garam
dari logam berat, serta pemanasan berdasarkan pengamatan.
3. memahami penyebab terjadinya pengendapan pada protein.
4. mengidentifikasi adanya protein melalui reaksi warna.

B. DASAR TEORI
1. Denaturasi Protein
Denaturasi merupakan perubahan fisik dan perubahan yang tidak diketahui dari
protein. Perubahan struktur yang diakibatkan proses denaturasi adalah perubahan
konfigurasi protein dari bentuk -heliks menjadi memanjang. Hal ini disebabkan
rusaknya ikatan hidrogen dan ikatan non polar yang terjadi pada struktur berlipat
protein.
Sifat denaturasi protein umumnya bersifat irreversibel yaitu pengendapan yang
tidak dapat diperoleh kembali protein asal, baik dengan melarutkan dalam air atau
dalam larutan garam. Dengan berubahnya struktur protein maka aktifitas protein akan
hilang. Perubahan struktur protein dapat juga terjadi pada proses hidrolisis sehingga
kecenderungan membentuk sifat koagulasi berkurang dan akhirnya hilang sama sekali
(larutan menjadi jernih).
Denaturasi akibat penambahan senyawa kimia dapat disebabkan terjadinya
reaksi kimia antara gugus-gugus yang ada dengan senyawa yang ditambahkan.
Sebagai contoh penambahan formaldehid akan terjadi reaksi pada gugus amino pada

34
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

protein dengan asam aminodimetil. Hasil reaksi ini memberikan endapan yang tidak
larut dalam air dan mengeras.
2. Pengendapan Protein
Adanya berbagai gugus fungsional (NH2, NH, OH, CO) dan bentuk ion ganda
(zwitter ion) yang terdapat dalam struktur protein dapat menyebabkan terjadinya
reaksi pengendapan protein. Gugus-gugus fungsional tersebut mampu mengikat
molekul air melalui pembentukan ikatan hidrogen. Reaksi pengendapan dapat terjadi
dikarenakan penambahan bahan-bahan kimia seperti garam-garam dan pelarut
organik yang dapat merubah sifat kelarutan protein dalam air.
a. Pengendapan dengan amonium sulfat
Pengendapan yang diakibatkan oleh penambahan amonium sulfat pekat
menyebabkan terjadinya dehidrasi protein (kehilangan air). Akibat proses
dehidratasi ini molekul protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan
mudah mengendap. Protein yang diendapkan dengan cara ini tidak mengalami
perubahan kimia sehingga dapat dengan mudah dilarutkan kembali melalui
penambahan air. Pengendapan dengan cara ini bersifat reversibel.
b. Pengendapan karena asam mineral pekat
Perlakuan asam mineral pekat pada protein dapat menyebabkan
terbentuknya senyawa garam dari reaksi asam dengan gugus amino protein.
Pengaruh lainnya dapat terjadi denaturasi irreversibel dan diperoleh endapan
protein. Namun pada umumnya pengendapan dengan penambahan asam mineral
kuat (kecuali HNO3 pekat) bersifat reversibel.
c. Pengendapan protein oleh logam berat
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang
bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi
reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat yang
mengendap. Endapan protein ini akan larut kembali pada penambahan alkali
(misalnya NH3 dan NaOH). Sifat pengendapan protein tersebut adalah
reversibel.
Dari dasar reaksi ini protein sering kali dipakai sebagai obat penawar
keracunan logam-logam berat seperti merkuri, tembaga, dan lain-lain.
3. Reaksi Warna Protein

35
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

a. Reaksi Biuret
Reaksi Biuret merupakan reaksi warna yang umum digunakan untuk gugus
peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya
warna ungu karena terbentuknya senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari
molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida
mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna
biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida serta peptida komplek memberikan warna
merah. Beberapa protein yang mempunyai gugus CS-NH, -CH-NH- dalam
molekulnya juga memberikan tes warna positif dari reaksi biuret ini membentuk
suatu senyawa kompleks yang digambarkan dibawah ini:

Gambar 1. struktur komplek Cu2+ senyawa peptida

b. Reaksi Ksanthoprotein
Reaksi warna ksanthoprotein dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada cincin
benzena dari asam amino penyusun protein. Test dikatakan positif ditunjukkan
dengan warna kuning yang disebabkan terbentuknya suatu senyawa
polinitrobenzena dari asam amino protein. Reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung asam amino dengan inti benzena misalnya tirosin, fenil alamin,
triptofan. Pada penambahan senyawa alkali warna kuning akan hilang dan
berubah menjadi kuning muda sampai jingga disebabkan sifat keasaman fenol
bereaksi dengan alkali. Warna jingga ini apabila diasamkan akan berubah kembali
menjadi kuning.
c. Reaksi Ninhidrin
Reaksi warna protein ninhidrin menunjukkan positif bila memberikan warna
biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino
dengan ninhidrin yang dituliskan dibawah ini:
36
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

Warna biru-ungu di atas juga dapat digunakan untuk menentukan asam


amino secara kuantitatif dengan mengukur absorbansinya pada 570 nm. Dasar
reaksi ini digunakan dalam alat untuk penentuan asam amino.
d. Reaksi Millon
Pereaksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg ke dalam protein
sehingga penambahan logam ini akan menghasilkan endapan putih dari senyawa
merkuri. Untuk protein yang mengandung tirosin atau triptofan penambahan
pereaksi Millon menghasilkan warna merah. Namun pereaksi ini tidak spesifik
karena juga memberikan test positif warna merah dengan adanya senyawa fenol.
e. Reaksi Hopkin-Cole
Reaksi warna protein ini menunjukkan positif apabila ditandai terbentuknya
cincin ungu pada bidang batas antara larutan protein dengan pereaksi.
Pembentukan cincin ini dikarenakan terbentuknya kondensasi 2 inti indol dari
triptofan dengan aldehid. Aldehid disinidiperoleh asam glikosalat yang digunakan
untuk test Adamkiewicz Hopkins.
4. Hidrolisis Protein
Adanya penambahan alkali pada protein dapat menyebabkan terjadinya
hidrolisis ikatan peptida dari polimer protein. Hidrolisis ini menghasilkan monomer-
monomer asam amino dan sebagian gugus amino yang berubah menjadi ammonia.
Akibat hidrolisis tersebut jumlah gugus amino berkurang. Jika dalam protein terdapat
asam amino yang mempunyai atom S seperti sistein dan sistin dalam molekulnya
maka asam amino ini dapat tereliminasi ke dalam bentuk senyawa H2S. penambahan
garam Pb dalam suasana basa menjadi endapan PbS yang mudah diamati.
Pb2+ + 4 OH- PbO22- + 2 H2 O
S2- + 2 H2O + PbO22- PbS + 4 OH-

C. PROSEDUR KERJA
1. Denaturasi Protein
a. Denaturasi karena penambahan asam asetat

37
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

Tempatkan 5 mL larutan protein ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 2


tetes asam asetat 1 N sambil dikocok. Protein akan mengendap atau terbentuk
flake. Panaskan tabung dalam pemanas air selama 5 menit. Amati perubahan pada
endapan.
b. Denaturasi karena pemanasan
Tempatkan 2-3 mL larutan protein ke dalam tabung reaksi dan panaskan
tabung tersebut selama 1 menit. Protein akan mengendap pada pemanasan (larutan
menjadi keruh atau terjadi endapan flake). Dinginkan larutan tersebut, larutan
kemudian dibagi menjadi dua, bagian pertama ditambah 1-2 tetes larutan
(NH4)2SO4. Panaskan kedua tabung tersebut dan terlihat diperoleh endapan
protein yang lebih banyak.
c. Denaturasi karena penambahan formaldehid
Ambil 1-15 mL formaldehid dan 2 mL aquades yang selanjutnya dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Tambahan larutan protein bertetes. Amati endapan yang
terjadi.

2. Sifat Amfoter Protein


Untuk keperluan uji sifat amfoter protein diperlukan protein dari telur. Ambil 3
mL aquades dan masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 1 tetes HCl 1 N.
Tambahkan beberapa tetes indikitor kongo ke dalam tabung reaksi tersebut.
Tambahkan ke dalam larutan yang berwarna biru ini 2-3 mL larutan protein. Catat
perubahan warna yang terjadi. Untuk uji dalam dalam suasana basa siapkan 3 mL
larutan NaOH 0,1 M dalam tabung reaksi. Tambahkan beberapa tetes indikator pp
hingga warna larutan menjadi merah jambu. Dalam tabung reaksi yang siapkan 2-3
mL larutan protein dan tambahkan bertetes-tetes larutan NaOH 0,1 M. Catat
perubahan warna yang terjadi. Untuk uji dalam suasana basa siapkan 3 mL larutan
NaOH encer dalam tabung reaksi. Tambahkan beberapa tetes indikator pp hingga
warna larutan menjadi merah jambu. Dalam tabung reaksi yang lain siapkan 2-3 mL
larutan protein dan tambahkan bertetes-tetes larutan NaOH 0,1 M. Catat perubahan
warna yang terjadi.
Makin banyak atau makin panjang ikatan peptida dalam protein, warna ungu
makin kuat intensitasnya begitu juga makin sedikit ikatan peptidanya warna makin
merah muda.

38
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

3. Pengendapan Protein
a. Pengendapan protein dengan ammonium sulfat
Ambil 3-4 mL larutan protein ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 3-4 mL
larutan jenuh ammonium sulfat. Kocok tabung ini pelan-pelan. Larutan protein
menjadi keruh. Pindahkan 1 mL larutan keruh tersebut ke dalam tabung reaksi
dan tambahkan 2-3 mL akuades. Kocok larutan dan akan diperoleh larutan jernih
kembali (endapan larut).

b. Pengendapan protein dengan asam mineral


Tempatkan masing-masing 1 mL HNO3 pekat dan 1-2 mL HCl pekat ke dalam
tabung reaksi. Miringkan tabung-tabung tersebut dan tambahkan 1-1,5 mL
larutan protein bertetes-tetes lewat dinding tabung. Tegakkan kembali tabung
tersebut dan diamkan sejenak agar diperoleh cincin putih sebagai endapan
protein. Kocok tabung reaksi kembali dan tambahkan kembali asam-asam
tersebut. Pada tabung asam nitrat diperoleh endapan yang lebih banyak sedang
pada asam klorida diperoleh larutan jernih, endapan larut pada asam klorida
berlebihan.
c. Pengendapan protein dengan logam berat
Ambil 1-1,5 mL larutan protein ke dalam dua tabung reaksi terpisah. Tambahkan
CuSO4 dan PbSO4 ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut. Penambahan
kedua garam tersebut tetes demi tetes dikocok. Protein akan mengendap karena
kelarutan protein dalam larutan logam tersebut terbatas. Pada larutan CuSO4
diperoleh endapan atau kekeruhan berwarna biru sedangkan PbSO4 diperoleh
warna putih. Tambahkan kedua garam tersebut sehingga endapan yang telah
diperoleh larut. Ulangi percobaan di atas dengan garam-garam dari seng, besi, air
raksa dan amati perubahan yang terjadi.
4. Reaksi Warna Protein
a. Reaksi Biuret

39
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

Ambil 3 mL larutan protein ditambah 1 mL 40% NaOH. Kemudian ditambah


bertetes-tetes larutan 0,5% CuSO4 sehingga terjadi warna merah atau ungu. Makin
banyak atau makin panjang ikatan peptida dalam protein warna ungu makin kuat
intensitasnya begitu juga makin sedikit ikatan peptidanya warna makin merah
muda.
b. Reaksi Ksanthoprotein
Ambil 3 mL larutan protein ditambah 1 mL HNO3 pekat. Panaskan campuran
tersebut dan larutan menjadi kuning. Dinginkan larutan tersebut kemudian
tambahkan amonia hingga warnanya berubah menjadi jingga.
c. Reaksi Ninhidrin
Atur pH dari larutan protein 0,5% sampai pH 7. Ambil 1 mL larutan in dan
tambahkan 10 tetes larutan ninhydrin 0,2%. Panaskan campuran tersebut pada
suhu 100% selama 10 menit. Amati perubahan warna yang terjadi.
d. Reaksi Millon
Pada 2 mL larutan protein ditambah 1 mL pereaksi merkurisulfat (1% HgSO4
dilarutkan dalam 10% asam sulfat). Panaskan campuran ini, mungkin terjadi
endapan kuning. Dinginkan dengan air lalu tambahkan 1 tetes larutan 1% NaNO2.
Panaskan lagi endapan atau larutannya akan menjadi merah.
e. Reaksi Hopkin-Cole
Pada 1 mL larutan protein ditambahkan 1 tetes larutan formaldehid encer,
kemudian ditambah 1 tetes pereaksi merkurisulfat. Campuran tersebut kemudian
ditambah 1 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi yang dimiringkan
sehingga terbentuk 2 lapisan. Pada bidang batas terlihat adanya cincin ungu. Jika
dikocok maka seluruh larutan menjadi ungu.
5. Hidrolisis Protein dan Test Adanya Belerang
Ambil 1 mL larutan protein dan tambahkan 1 mL larutan 40% NaOH. Panaskan
campuran tersebut selama 1 menit. Tambahkan 1 tetes Pb-asetat akan terjadi warna
hitam karena terjadinya endapan PbS.

D. TUGAS
1. Buatlah langkah kerja yang akan Anda lakukan!
2. Tulislah data pengamatan tiap-tiap percobaan yang telah Anda lakukan!
No Kegiatan Hasil

40
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

3. Lakukan pembahasan dan/atau penjelasan terhadap hasil pengamatan di atas!


4. Buatlah simpulan dari percobaan yang telah Anda lakukan!

E. PERTANYAAN
1. Jelaskan apa fungsi pengujian protein dengan masing-masing reagen uji (CuSO4,
HgCl2, HNO3, Pb-asetat)!
2. Bagaimana pengaruh pelarut organik (aseton dan etanol) terhadap sifat denaturasi
protein?
3. Sebutkan macam-macam ikatan yang menyebabkan polipeptida menjadi stabil dalam
bentuk -heliks!

41
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

PERCOBAAN 9
UJI FITOKIMIA PADA EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma
zanthorrhiza)

A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa:
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan.
2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan.
3. Mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid, steroid, fenolik
(antrakuinon, tannin, dan fenol), flavonoid, dan alkaloid yang terkandung dalam
ekstrak rimpang temulawak

B. KAJIAN TEORI
Uji fitokimia merupakan salah satu langkah penting dalam upaya mengungkap
potensi sumber daya tumbuhan. Hasil analisis fitokimia dapat memberikan petunjuk
tentang keberadaan komponen kimia (senyawa) jenis golongan alkaloid, flavonoid,
fenolik, steroid dan triterpenoid pada tumbuhan. Alkaloid merupakan senyawa organik
bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah maupun sebarannya.
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen di dalam
struktur dasarnya. Harborne dan Turner (1984, dalam Trengginas, F. (2012)
mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi
umumnya alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen dengan sepasang elektron bebasnya.
Lebih lanjut dilaporkan bahwa Steroid/triterpenoid adalah suatu kelompok
senyawa yang memiliki kerangka dasar siklopentanoperhidrofenantrena, dalam bentuk
empat cincin terpadu. Senyawa ini memiliki beberapa kegunaan bagi tumbuhan yaitu
sebagai pengatur pertumbuhan (misal dari kelompok seskuiterpenoid, abisin dan
giberelin), karotenoid sebagai pewarna dan memiliki peran dalam membantu proses
fotosintesis. Kegunaannya dalam bidang farmasi seringkali digunakan sebagai bahan
baku/simplisia pembuatan obat.

42
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

Flavonoidadalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan


di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan kuning
yang ditemukan banyak dalam tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang
terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk
campuran, serta jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Misalnya antosianin
dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu ditemukan mengandung
senywa flavon atau flavonol yang tak berwarna. Flavonoid dapat digunakan sebagai
obat karena mempunyai bermacam macam bioakitivitas seperti antiinflamasi,
membantu memaksimalkan fungsi vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai
antibiotik, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, dan diuretic.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks hasil kondensasi suatu gula
dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan
gula (glikon) dan non-gula (aglikon) serta busa. Saponin ini terdiri dari dua kelompok:
saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, misal untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo.
Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan yang memiliki
ciri dan karakter yang sama, yaitu memiliki cincin aromatik yang mengandung satu
atau dua gugus hidroksil. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor
kasar. Identifikasi hasil positif senyawa ini yaitu adanya perubahan warna larutan
menjadi merah, violet, atau merah-ungu (Harbourne, 1987).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat : Blender, pisau, neraca analitik O-hauss, gelas kimia 100 mL, gelas kimia
500 mL, tabung reaksi, pipet, pelat tetes, tripot/kaki tiga, batang
pengaduk, corong, dan lain-lain.
2. Bahan : Rimpang temulawak, asam klorida (HCl) pekat, asam sulfat pekat, asam
sulfat (H2SO4) 2N, ferriklorida (FeCl3) 1%, kloroform, amoniak, logam
Mg, metanol 60-80%, etanol 70%, aquadest, reagen Lieberman-
Burchard, reagen Mayer, reagen Dragendorff, dan reagen Wagner.

D. CARA KERJA
1. Penyiapan Ekstrak Metanol Rimpang Temulawak

43
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

a. Rimpang temulawak segar secukupnya dibersihkan dan dikuliti, lalu


dikeringanginkan dan digiling atau diblender untuk mendapatkan serbuk kering
sebanyak 5 g.
b. Sebanyak 5 g serbuk rimpang temulawak tersebut dimasukkan ke dalam gelas
kimia 100 mL untuk diekstraksi atau dimaserasi dengan cara merendam serbuk
tersebut ke dalam 15 mL metanol 60 - 80%, lalu panaskan secukupnya untuk
membantu mempercepat proses ekstraksi. Selanjutnya, disaring menggunakan
kertas saring dan filtrat yang dihasilkan dipekatkan dengan cara diuapkan dalam
penangas air untuk menghasilkan ekstrak kental. Ekstrak metanol rimpang
temulawak ini (yang selanjutnya disebut sebagai SAMPEL) kemudian dilakukan
uji fitokimia untuk mengetahui komponen kimianya.
2. Identifikasi Alkaloid Dengan Metode Culvenor-Fitzgerald (Harborne, 1987)
Sampel sebanyak 1 mL dicampur dengan 1 ml kloroform dan 1 ml amoniak
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan di atas penangas air, dikocok
dan disaring. Filtrat yang diperoleh dibagi tiga bagian yang sama, lalu masukkan ke
dalam tabung reaksi, dan tambahkan masing-masing 3 tetes asam sulfat 2 N, kocok
dan diamkan beberapa menit hingga terpisah. Bagian atas dari masing-masing filtrat
diambil dan diuji dengan pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf. Terbentuknya
endapan jingga, cokelat, dan putih pada masing-masing hasil uji menunjukkan
adanya alkaloid.
3. Identifikasi Flavonoid (Harborne, 1987)
Sampel sebanyak 1 mL dicampur dengan 3 mL etanol 70%, lalu dikocok,
dipanaskan, dan dikocok lagi kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh, kemudian
ditambah Mg 0,1 g dan 2 tetes HCl pekat. Terbentuknya warna merah pada lapisan
etanol menunjukkan adanya flavonoid.
4. Identifikasi Saponin (Harborne, 1987)
Sampel sebanyak 1 mL dididihkan dengan 10 ml air dalam penangas air. Filtrat
dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Terbentuknya busa yang stabil (bertahan
lama) berarti positif terdapat saponin.
5. Identifikasi Steroid (Harborne, 1987)
Sampel sebanyak 1 mL dicampur dengan 3 mL etanol 70% dan ditambah 2 mL
asam sulfat pekat dan 2 mL asam asetat anhidrat (reagen Liebermann-Burchard).
Perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan adanya steroid.

44
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

6. Identifikasi Triterpenoid (Harborne, 1987)


Sampel sebanyak 1 mL dicampur dengan 2 ml kloroform dan 3 ml asam sulfat
pekat. Terbentuknya warna merah kecoklatan pada antar permukaan menunjukkan
adanya triterpenoid.

7. Identifikasi Tanin (Edeoga et al., 2005)


Sampel sebanyak 1 mL didihkan dengan 20 ml air di atas penangas air, lalu
disaring. Filtrat yang diperoleh, ditambahkan beberapa tetes (2-3 tetes) FeCl3 1%
dan terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru kehitaman menunjukkan adanya
tanin.

E. TUGAS
1. Buatlah langkah kerja yang Anda lakukan dalam bentuk diagram alur!
2. Tulislah data pengamatan masing-masing percobaan yang telah Anda lakukan!
Penyelesaian Tugas 2, buat seperti tabel berikut:
Tabel. Kandungan Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang Temulawak
Uji Hasil Kesimpulan
Peraksi
Fitokimia (Terbentuknya) (+)/(-)
Mayer
Alkaloid Wagner
Dragendorf
Flavonoid Mg+HCl pekat+etanol
Saponin
Steroid
Liebermann-Burchad
Triterpenoid
Tanin FeCl 1%

3. Lakukan pembahasan dan/atau penjelasan terhadap hasil pengamatan disertai


foto/dokumentasi dari setiap hasil percobaan.

45
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

4. Buatlah kesimpulan dari percobaan yang telah Anda lakukan! Sesuaikan dengan
tujuan percobaan di atas.

F. PERTANYAAN
1. Tulis secara lengkap reaksi setiap uji fitokimia di atas!
2. Tulis struktur dasar dari masing-masing kelompok senyawa steroid, triterpenoid,
tanin, saponin, flavonoid, dan alkaloid.
3. Sebutkan senyawa-senyawa flavonoid apa saja yang terdapat pada rimpang
temulawak berdasarkan literatur yang ada.
4. Sebutkan fungsi dan manfaat rimpang temulawak bagi kehidupan manusia!

46
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

PERCOBAAN 10
PEMBUATAN JAMU HERBAL TANAMAN OBAT

A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat membuat
1. Bubuk Instan Jahe
2. Pembuatan Bubuk Instan Secang
3. Sirup empon-empon

B. Pembuatan Jahe Bubuk Instan


1. Bahan yang digunakan:
rimpang jahe segar (0,5 kg), gula pasir (1 kg), dan air bersih (1 L = 5 gelas).
2. Alat yang dipakai:
pisau, telenan, blender, saringan, panci, wajan, kompor gas, pengaduk kayu, toples,
gelas, gayung, dan ember.
3. Prosedur Pembuatan:
a) Bersihkan jahe dari kotoran yang melekat dengan cara direndam dan disikat.
b) Potong rimpang jahe menjadi potongan-potongan yang kecil, lalu blender
sampai lembut.
c) Saring dan peras hasil blender jahe di atas menggunakan saringan yang halus
dan diamkan hasil saringan jahe selama 30 menit agar patinya mengendap.
Kemudian, tuangkan hasil saringan yang telah diendapkan patinya, ke dalam
wajan.
d) Masak air parutan jahe dengan api kompor hingga mendidih dan selanjutnya
tambahkan 1 kg gula pasir, dan aduk sampai larut.
e) Aduk terus campuran sampai menggumpal, apabila air jahe menggumpal dan
berbuih terus, aduk terus sehingga air tidak meluap. Kalau tetap meluap, api
dikecilkan sedikit dan aduk terus hingga air mengental dan lama - lama menjadi
keras (menjadi seperti pasir).
f) Jahe yang telah menjadi pasir (serbuk) kemudian diblender dan disaring, lalu
simpan dalam toples, dan jahe bubuk instan ini siap digunakan atau disajikan

47
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

sewaktu waktu sesuai dengan selera. Gambaran tahapan proses pengolahan


jamu herbal jahe bubuk instan secara lengkap dapat disimak pada gambar di
bawah ini

C. Pembuatan Secang Bubuk Instan


1. Bahan yang digunakan:
Serutan kayu secang (50 g), gula pasir (500 g), kayu manis (3-4 potong), dan air
bersih (1 L = 5 gelas).
2. Alat yang dipakai:
Pisau, telenan, blender, saringan, panci, wajan, kompor gas, pengaduk kayu, toples,
gelas, gayung, dan ember.

48
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

3. Prosedur Pembuatan:
a) Cuci serutan kayu secang dengan cara direndam dalam air.
b) Masukkan serutan kayu secang bersih ke dalam panci dan tambahkan satu liter
air, lalu panaskan selama kurang lebih 25 menit, lalu saring ekstrak secang dan
masukkan ke dalam wajan, dan tambahkan 3-4 potong kecil kayu manis.
c) Panaskan ekstrak secang dengan api kompor hingga mendidih dan selanjutnya
tambahkan 1 kg gula pasir, aduk sampai larut. Aduk terus campuran sampai
menggumpal, apabila ekstrak secang menggumpal dan berbuih aduk terus
sehingga air tidak meluap. Kalau tetap mau meluap, api dikecilkan sedikit dan
aduk terus hingga air mengental dan lama - lama menjadi keras (menjadi seperti
pasir).
d) Ekstrak secang yang telah menjadi pasir kemudian diblender dan disaring pakai
saringan dan simpan dalam toples. Secang bubuk instan ini siap dihidangkan
atau disajikan sewaktu waktu sesuai dengan selera. Gambaran tahapan proses
pengolahan jamu herbal secang bubuk instan secara lengkap dapat disimak pada
gambar di bawah ini;

49
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

D. Pembuatan Sirup Empon Empon


1. Bahan yang digunakan:
Simplisia temulawak (25 g), jahe emprit (25 g), kunyit (25 g)kayu manis (2
potong),asam (4 g),sereh (4 ruas)rosella (12 biji),gula pasir (500 g) dan air bersih
(500 m L)
2.Alat yang dipakai:
Pisau, telenan, saringan, panci, gelas ukur, kompor gas, pengaduk kayu, toples,
gayung, dan ember.
3. Prosedur Pembuatan:
-Cuci semua bahan kecuali asam dan gula pasir.
-Panaskan air dalam panci sampai mendidih,lalu masukkan semua bahan.
-Aduk sampai gula larut dan mendidih lalu disaring.
-Sirup empon empon siap dinikmati dalam keadaan hangat maupun dingin.

D. PERTANYAAN
1. Sempurnakan prosedur percobaan dari tiap-tiap judul praktikum di atas
2. Buatlah diagram alur dari tiap-tiap judul praktikum di atas

50
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C., Purnomo, B., Pranowo, H.D., Wahyuningsih, T.D. 1996. Pengantar Praktikum
Kimia Organik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Casey, M, Leonard, J, Lygo, B, 1990. Advanced Practical Organic Chemistry. New York:
Chapman and Hall.
Edeoga, H.O., D.E. Okwu & B.O. Mbaebie. 2005. Phytochemical Constituents of Some
Nigerian Medicinal Plants. African Journal of Biotechnology. 4 (7), pp. 685- 688.
Furnis, B.S., Hannaford, A.J., Smith, P.W.G., Tatchell, A.R.. 1989. Vogels Textbook of
Practical Organic Chemistry. 5th ed. New York: Longman Scientific & Technical
Gunawan, A. dan Suhendar. 1990. Melati. Jakarta: Penebar Swadaya.
Harbone, J.B. 1980. Metode Fitokimia. Jakarta: UI Press.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Terjemahan K. Padmawinata & I. Soediro, Penerbit ITB, Bandung.
Kamilia Mustikasari, Dahlena Ariyani, (2010), Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Biji
Kalangkala (Litsea Angulata), Program Studi Kimia FMIPA Unlam Banjarbaru, Sains
dan Terapan Kimia, 4(2), pp. 131-136.
Matshjeh, S., dkk. 1994. Petunjuk Praktikum Kimia Organik Dasar 1. Jogjakarta: Lab. Kimia
Organik FMIPA UGM.
Pavia, D.L., Lampman, G.M., Kriz, G.S. 1982. Introduction to Organic Laboratory
Techniques. 2nd ed, New York : Saunders College Publishing.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah Kosasih P. Bandung:
ITB.Sastroawidjoyo, S. A. 1988. Obat Asli Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Shing, P.R.& Gupta, P.D.S. 1989. Experimental Organic Chemistry. New Delhi: TataMc
Graw Hill Publishing Company Limited.
Trengginas, F. (2012), Metode Ekstraksi dan Uji Fitokimia Pada Genjer (Limnocharis Flava),
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor

51
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik

52

Anda mungkin juga menyukai