Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ferida Eka Haryanti

NIM : J1C115020

ANALISIS PAUTAN LANJUT & PEMETAAN KROMOSOM PAUTAN

Pautan genetik (genetic linkage dalam bahasa Inggris) dalam genetika


adalah kecenderungan alel-alel pada dua atau lebih lokus pada satu berkas
kromosom yang sama (kromatid) untuk bersegregasi bersama-sama. Pada meiosis,
dua berkas kromatid homolog (sister chromatids) akan berpisah sewaktu anafase
I. Alel-alel yang terletak pada berkas kromatid yang sama akan sama-sama
bersegregasi. Segregasi bersama-sama ini terjadi karena adanya pautan genetik
pada alel-alel tersebut.
Pautan genetik pertama kali dikenali dan dijelaskan oleh ahli genetika
Inggris William Bateson dan Reginald Punnett, segera setelah penemuan kembali
karya-karya Mendel. Pautan genetik dapat dideteksi secara statistik dengan
korelasi atau analisis asosiasi antara dua atau lebih sifat yang menjadi ekspresi
gen pada lokus-lokus yang terlibat.
Terjadinya pautan (gen linkage) antargen ini ternyata disebabkan oleh
letak gen-gen tersebut masih berada dalam kromosom yang sama. Oleh sebab itu,
ketika kromosom memisah sewaktu meiosis dan membentuk gamet, kedua gen
tetap bersama. Salah satu contoh pautan terjadi pada penelitian oleh illiam
Bateson dan R.C. Punnet sekitar 1905. Mereka mengembangkan tanaman ercis
galur murni yang mengandung gen P untuk warna bunga ungu yang dominan
terhadap gen P untuk warna bunga merah. Tanaman tersebut juga mengandung
gen L untuk polen lonjong yang dominan terhadap gen l untuk polen bulat.
Pertama, mereka menyilangkan tanaman dengan alel homozigot. Hasilnya,
semua generasi F1menghasilkan tanaman bunga ungu dengan polen lonjong
(PpLl) seperti yang telah diduga sebelumnya. Ketika sesama F 1 disilangkan,
perbandingan fenotipe yang tidak biasa dihasilkan. Perhatikan diagram berikut.
Berdasarkan persilangan tersebut, terlihat bahwa terdapat pautan antara
gen P dengan L dan p dengan l. Oleh karena itu, meskipun genotipe F 1 adalah
PpLl, gamet yang dihasilkan tetap bergenotipe PL dan pl. Hal ini menghasilkan
generasi F2 dengan perbandingan 3:1 (bunga ungu, polen lonjong : bunga merah,
polen bulat).
Pindah Silang
Sebenarnya, sebelum didapat kesimpulan bahwa peristiwa persilangan
tanaman ercis oleh illiam Bateson dan R.C. Punnet adalah peristiwa pautan,
mereka dikejutkan oleh hasil perbandingan dari data asli yang didapat. Dari data
tersebut, terdapat sejumlah kecil hasil dengan fenotipe ungu bulat dan merah
lonjong yang seharusnya tidak ada jika terjadi pautan saja pada gen-gennya.

Perbandingan Hasil Persilangan Dihibrid Normal,


Hasil Asli Persilangan, dan Hasil Pautan

Melalui pengamatan lebih lanjut, para ahli genetika mengetahui bahwa


hasil tersebut dapat terjadi melalui mekanisme pindah silang (crossing over) yang
terjadi selama meiosis. Selama meiosis, kromosom homolog saling berpasangan
membentuk tetrad. Pada keadaan ini, terjadi pertukaran materi genetik antara
kromosom dan pasangan homolognya. Menyebabkan gen-gen dapat berpindah
dari satu kromosom ke kromosom homolognya.
Perpindahan ini dapat terjadi sepanjang pasangan kromosom. Proses ini
disebut juga pindah silang (crossing over). Pada proses meiosis, pindah silang
terjadi pada kiasma. Oleh karena materi serta susunan gen berubah akibat pindah
silang, proses ini disebut juga rekombinasi gen.
Peristiwa pindah silang

Jika dua gen berpautan, kedua gen ini akan bersama-sama diwariskan
dalam satu gamet. Akan tetapi, jika terjadi pindah silang dalam proses meiosis,
kedua gen tersebut dapat berpisah dan membentuk rekombinasi baru dalam
gametnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya hasil pada sifat bunga ungu-
polen bulat dan bunga merah-polen lonjong, meskipun nilai tersebut kecil.

Anda mungkin juga menyukai