Anda di halaman 1dari 33

BAB PERTANYAAN

1. Bagaimana menentukan kadar sedimen di sungai ?


2. Apa itu hidran umum ?
3. Tes tanah apa saja yang dilakukan pada Borrow Area ?
4. Tes apa yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan tubuh embung di lapangan
?
5. Bagaimana memperkecil Q outflow pada perhitungan Flood Routing ?
6. Jelaskan metode pelaksanaan timbunan pada embung!
BAB PEMBAHASAN

1. MENENTUKAN KADAR SEDIMEN DI SUNGAI


1.1 Tujuan
Untuk menentukan kadar sedimen yang ada pada aliran sungai.
Alat dan Bahan
1. Botol Sampel
2. Meteran
3. Mistar
4. Gelas ukur
5. Kertas saring yang berpori 0,45 m
6. Sampel air sungai
7. Alat grabber

Gambar kertas saringan

Gambar botol sampel


Gambar alat Grabber

1.2 Sedimen dapat dibagi 2 (dua) jenis, yaitu :


a. Suspended load, material yang terbawa dalam keadaan melayang di dalam
aliran air.
b. Bed load, material yang terbawa dengan cara bergeser, bergulir atau
melompat - lompat , hanya berasal dari material dasar sungai .

Pengambilan Sampel untuk sedimen melayang


1. Pemilihan lokasi pengukuran dilakukan pada bagian sungai yang lurus.
2. Mengukur lebar sungai dengan menggunakan meteran
3. Menentukan titik pengukuran/pengambilan sampel, lebar sungai dibagi
menjadi beberapa segmen pengukuran.
4. Mengukur kedalaman sungai pada setiap titik pengukuran.
5. Memasukan botol untuk mengambil sampel.
6. Sampel diambil sebanyak 500 ml tiap titik/segmen pengukuran.

Untuk menghitung kandungan sedimen, sampel air harus di saring terlebih


dahulu dengan menngunakan kertas saring sehingga sedimen yang ada pada
air akan tersaring di kertas. Kertas saring yang terdapat sedimen tersebut
kemudian dikeringkan menggunakan oven dan ditimbang beratnya.
Kandungan sedimen dapat dihitung dengan cara menghitung berat kertas
dengan sedimen dikurangi berat kertas saring baru.Kemudian kita dapat
menghitung konsentrasi sedimennya dengan rumus
konsentrasi = berat sedimen : volume sampel
Dengan mengetahui konsentrasi sedimen, kita dapat menghitung debit
sedimen dengan rumus :
Qs = 0,0864 . C . Qw ......................................................................... (2)
Dimana :
Qs = Suspended load transport (ton/hari)
C = Konsentrasi sedimen (mg/lt)
Qw = Debit aliran (m/dt)

Pengambilan sampel sedimen dasar sungai (bed load)


Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan alat grabber. Sampel diambil
sebesar 5 kg pada dasar sungai dengan grabber, kemudian sampel dibawa ke
lab untuk di analisa grain size dan menentukan berat jenis sedimen.

Untuk menghitung angkutan muatan dasar (bed load) digunakan metode


Meyer-Peter yaitu :

Keterangan:
Qb = Muatan dasar
V = Kecepatan aliran
R = Jari-jari hidrolis
I = Kemiringan dasar saluran
D90 = Diameter butiran lolos 90 %
D50 = Diameter butiran lolos 50 %
w = Berat jenis air
s = Berat jenis butiran
g = Percepatan gravitasi
Dari pengukuran dilapangan dan pemeriksaan di laboratorium, untuk analisis
bed load transport (Qb) dan dimasukkan kedalam persamaan, didapat data-
data sebagai berikut:

Besarnya muatan total dapat dihitung dengan rumus;


Qtotal = Qs +Qb

2. HIDRAN UMUM
Hidran umum (HU) adalah bak penampung yang dilengkapi dengan kran
yang digunakan untuk pengambilan air. HU diletakkan di area pelayanan yang
dianggap padat penduduknya. Dimensi/ukuran bak HU disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan yang tergantung pada jumlah Kepala Keluarga (KK) yang
dilayani. Ukuran minimal HU sedikitnya dapat melayani 10-15 KK dengan
jarak jangkauan yang relatif dekat.
Tipe bangunan HU bermacam-macam tergantung pada keinginan
masyarakat setempat. Bangunan HU dapat berupa bak penampung yang terbuat
dari cor beton, bak plastik, fiber glass, dan sebagainya.
Gambar: Hidran Umum
Manfaat hidran umum yaitu memberikan suplai air untuk cuci, mandi dan
aktifitas masyarakat lainnya.

3. TES TANAH YANG DILAKUKAN PADA BORROW AREA


3.1 Jenis Pengujian
Jenis pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Atteberg Limit
2. Pengujian pemadatan (proctor) standar dengan bervariasi kadar air
dan tumbukan
3. CBR laboratorium

3.2 Tahapan Penelitian


Penelitian ini di lakukan dengan metode sebagai berikut :
1. Pengambilan sampel tanah
Diambil sebanyak satu sampel tanah yang secara visual diklasifikasi,
sampel diambil dari satau lokasi yaitu sampel di ambil dari salah
satu Borrow Area di Banyumas, sampel tadi untuk mendapatkan
jenis kandungan tanah.

2. Analisa ukuran tanah


Pengujian analisa ukuran tanah yang dilakukan adalah pengujian
ukuran butir,indeks plastik, dan berat volume tanah.

3. Klasifikasi tanah ( pengelompokan jenis tanah )


Pengujian klasifikasi tanah yang di lakukan, agar dapat membagi
tanah tersebut kedalam kelompok kelompok yang mempunyai sifat
tingkah laku yang umum, setelah di peroleh keadaan yang paling
sesuai untuk contoh tanah bersangkutan, klasifikasinya dicari
dengan cara sebagai berikut :
menghitung keofisien keseragaman dan koefisien
kelengkungannya atau
menggunakan Attarberg limits

4. Pengujian pemadatan (proctor) standar dengan variasi kadar air


dilakukan agar dapat membandingkan energi kepadatan tanah
terhadap pengaruh kadar air.

5. Pengujian pemadatan (proctor) standar dengan variasi tumbukan


dilakukan agar dapat mengetahui perubahan kepadatan tanah akibat
pemberian energi yang berbeda.

6. CBR laboratorium dilakukan agar mendapat nilai daya dukung


tanah dalam keadaan padat maksimum.

3.3 Kebutuhan bahan dan alat pengujian


Alat yang diperlukan untuk pengujian (Atteberg Limit, Pengujian
pemadatan (proctor) standar, CBR laboratorium )
- Oven dengan pengtur suhu sampai ( 110 5 ) c
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
- Talam talam dan cawan cawan
- Ayakan : 75,0 mm (3); 63,0 mm (2 ); 50,0 mm (2),
37,5 mm (1 ); 25,0 mm (1,06); 20,0 mm ( );
12,5mm (), 10 mm (3/8);No. 4, No. 6, No. 16, No. 30,
No. 50, No. 100, No. 200, pan.
- Mangkok cassagrande
- Grooving tool
- Spatula
- Batang pembanding setebal 3 mm
- Plat kaca
- Tabung untuk pengukuran berat volume
Untuk pengujian pemadatan (proctor) digunakan peralatan :
- Cetakan 4 dengan tinggi 11,5 cm
- Penumbuk 50,8 mm berat 2,5 kg
- Pengeluar contoh (ekstruder)
- Timbangan dengan ketelitian 5 gr
- Oven dengan pengaturan suhu sampai ( 110 5)c
- Saringan no 4 (diameter 4,76 mm)
- Talam-talam, cawan cawan,dan alat pengaduk

3.4 Prosedur Pengujian


1. Pengujian pemadatan (proctor) standar
Pengambilan sampel tanah dari borrow area seberat 25 kg
Sampel dijemur di bawah sinar matahari hingga kering udara
Penyaringan sampel dengan saringan no 4 (diameter 4,76 mm)

Sampel tanah dimasukkan ke dalam mold, dibuat sebanyak 5


mold dengan variasi kadar air. Untuk tes Proctor Standar
digunakan mold berdiameter 4 dan sampel tanah dibagi menjadi
tiga lapis.

Sampel di dalam mold kemudian ditumbuk dengan menggunakan


penumbuk, dilakukan sebanyak 25 pukulan/lapisan dengan tinggi
jatuh 30 cm.
Silinder sambungan dilepas, lalu permukaan tanah didalamnya
diratakan.

Tanah padat dikeluarkan dari silinder utama menggunakan


ekstruder, lalu ambil sampel bagian atas dan bawahnya, letakkan
dalam cawan, kemudian ditimbang dan dioven selama 24 jam
untuk menentukan kadar airnya.

Percobaan tersebut juga digunakan untuk sampel dalam mold


lainnya.
Dari data yang ada dapat dihitung dry density, dan water content-
nya.

2. Batas cair (Liquid Limit)

Keterangan :
1. Cawan
2. Alat Casagrande
3. Grooving Tool
4. Spatula

Menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No. 40


Menempatkan dalam cawan porseline dan campur dengan air
suling.

Mengaduk dengan sepatula diatas pelat kaca hingga homogen.


Meratakan permukaan contoh tanah dalam cawan sehingga
sejajar dengan alas.
Membuat alur pada contoh tanah tersebut dengan menggunakan
grooving tool.

Memutar alat casagrande dengan kecepatan 2 putaran / detik.

Menghentikan putaran jika alur sudah tertutup dan hitung berapa


ketukan yang di butuhkan .
Mengambil contoh tersebut untuk di periksa kadar airnya.
Ulangi percobaan di atas dengan kadar air yang berbeda.
Jumlah ketukan yang di harapkan, yaitu.
- Lebih dari 10
- Kurang dari 25
- Lebih dari 25
- Kurang dari 50
Mengambil tanah sebagian pada setiap percobaan untuk dicari
water content nya dengan cara :
- Cawan ditimbang, misal a gram.
- Cawan diisi tanah percobaan, kemudian timbang, misal b
gram.
- Tanah dalam cawan dioven selama +/- 24 jam, setelah
kering ditimbang lagi misal c gram.
bc
- Water Content : w = ca x 100 %

Membuat grafik dari hasil tersebut, dengan absis = banyak


ketukan, dan ordinat = water content.
Menghubungkan keempat titik hasil percobaan dengan
pendekatan garis lurus, kemudian dari 25 kali ketukan ditarik
garis tegak lurus, kemudian dari perpotongan ini ditarik garis
sampai ke sumbu ordinat. Titik ini merupakan batas cair.

3. Batas Plastis (Plasticity Limit)

Menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No. 40


Menempatkan dalam cawan porseline dan campur dengan air
suling.
Ambil sedikit tanah yang sudah dicampur rata, kemudian
letakan pada permukaan kaca lalu digelincir-gelincirkan.

Diusahakan setelah digelincirkan, tanah tersebut mencapai batas


retak 3 mm dengan membandingkan pada batang pembanding
setebal 3 mm.

Bila pada saat retak diameternya ternyata masih terlalu besar


maka ditambah air, sebaliknya ditambah tanah bila terlalu kecil.
Jika pada batas retak (3 mm) dicapai, maka tanah tersebut
mencapai kadar airnya.
Mengambil tanah hasil percobaan untuk dicari water content nya
dengan cara :
- Cawan ditimbang, misal a gram.
- Cawan diisi tanah percobaan, kemudian timbang, misal b
gram.
- Tanah dalam cawan dioven selama +/- 24 jam, setelah
kering ditimbang lagi misal c gram.
bc
- Water Content : w = ca x 100 %

4. Pengujian nilai CBR Laboratorium

Gambar Alat CBR laboratorium


Siapkan contoh tanah yang lolos ayakan no 4 seberat kira-kira 3
kg.

Campur bahan tersebut dengan air sampai kadar optimum yang


dikehendaki.
Pasang cetakan pada keping atas dan timbang.

Pasang leher cetakan dan masukkan kertas saring kedalam mold.

Pemadatan bahan tersebut didalam cetakan sesuai dengan cara


standar (ditumbuk sebanyak 56 kali per lapisan).

Buka leher sambung dan ratakan dengan alat perata. Tambal lubang-
lubang yang mungkin terjadi pada permukaan karena lepasnya butir-
butir kasar dengan bahan yang lebih halus. Keluarkan piringan
pemisah, balikkan dan pasang kembali cetakan berisi benda uji pada
keping alas dan timbang.
Untuk pemeriksaan CBR langsung, benda uji ini telah siap untuk
diperiksa.
Letakkan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat
minimal 4,5 kg (10 pound).

Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga


arloji beban menunjukkan beban permukaan sebesar 4,5 kg (10
pound). Pembebanan permulaan ini diperlukan untuk menjamin
bidang sentuh yang sempurna antara torak dengan permukaan benda
uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di -
nol - kan.
Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi
mendekati kecepatan 1,27 mm/menit (0,05")/menit. Catat pembacaan
beban pada penetrasi 0,312 mm (0,0125"), 0,62 mm (0,025"), 1,25
mm (0,05"), 0,187 mm (0,075"), 2,5 mm (0,10"), 3,75 mm (0,15"), 5
mm (0.20"), 7,5 mm (0,30"), 10 mm (0,40") dan 12,5 mm (0,50").
Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum
terjadi sebelum penetrasi 12,50 mm (0,5"). Keluarkan benda uji dari
cetakan dan tentukan kadar air lapisan atas benda uji setebal 25,4 mm.
Pengambilan benda uji untuk kadar air dapat diambil dari seluruh
kedalaman bila diperlukan kadar air rata-rata. Benda uji untuk
pemeriksaan kadar air sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah
berbutir halus atau sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir
kasar.

Dari Percobaan diatas didapatkan data sebagai berikut :


Berdasarkan hasil tersebut, nilai CBR di dapat lebih dari 10% ( SNI 03-1744-
1989), nilai PI didapat lebih dari 11% (ASTM menggunakan kode D-3282 dan
AASHTO dengan metode M 145) sehingga dapat dikategorikan sebagai tanah
lempung, dan nilai swelling potential kurang dari 4% (berdasarkan penelitian
After Holtz and Gibbs (1956)), menjelaskan tentang beberapa parameter yang
terkait dalam karakteristik fisis dan mekanis swelling soil.sehingga tanah tidak
bersifat ekspansif. Kesimpulan dari percobaan tersebut, tanah di Borrow Area
dapat dipergunakan sebagai bahan timbunan pada konstruksi embung.

4. TES KEPADATAN TUBUH EMBUNG DI LAPANGAN


Tes kepadatan di lapangan ada 2 macam :
1. Metode sand cone
2. Tes CBR lapangan
Dengan tes tersebut diharapkan mengurangi besarnya penurunan tanah
yang tidak diinginkan serta meningkatkan kemantapan lereng timbunan.

4.1 Tes Pemadatan dengan alat sand cone


4.1.1 Alat dan Bahan
Pasir Standar
Standart Cone
Plat Berlubang untuk dukungan cone
Pahat, sendok, kantung plastik
Cawan
Timbangan
Neraca Analitis dan anak timbangan
Oven
Gelas Ukur

Gambar Alat Test Sand Cone


4.1.2 Cara Kerja
1. Mencari berat jenis pasir standar
a. Gelas ukur ditimbang (a gram).
b. Ambil pasir standar secukupnya, masukkan dalam gelas
ukur.
c. Timbang gelas ukur dan pasir standar (b gram).
d. Volume pasir dalam gelas ukur dibaca dalam skala yang
tertera (c) cm3.
(ba)
e. Berat jenis pasir c gr/cm3.

2. Mencari berat pasir dalam kerucut


a. Timbang berat dari tabung kerucut logam dan pasir yang
mengisi tabung W1 gram.
b. Alat Sand cone dibalik dengan kondisi kerucut logam
berada di bawah dan tabung pasir berada diatas, kemudian
pasir keluar hingga memenuhi volume dari kerucut. Setelah
kerucut penuh, baru ditutup. Sisa pasir dalam tabung
ditimbang (W2).
c. Berat pasir dalam kerucut : W1 W2 = W4 gr.

3. Mencari tanah asli


a. Membuat lubang pada tanah yang besarnya sama dengan
lubang plat alas dengan kedalaman +/- 10 15 cm.
b. Tanah dari lubang tersebut dimasukkan ke dalam kantong
plastik agar tidak terkena pengaruh luar dan agar tanah
tersebut tidak tercecer.
c. Kemudian lubang dilapisi plastik agar pasir mudah diambil,
baru kerucut diletakkan pada posisi bawah dan kran dibuka
sampai pasir memenuhi lubang galian kerucut. Setelah itu
tutup keran dikunci.
d. Berat pasir sisa + tabung di timbang (W3).
e. Berat pasir dalam lubang (W5) = W1 W2 W3.
f. Volume pasir yang mengisi lubang =

berat pasir dalam lubang


berat jenis pasir
4. Mencari water content
a. Cawan ditimbang, misal a gram.
b. Ambil sedikit tanah, letakkan pada cawan tersebut,
timbang, misal b gram.
c. Tanah dalam cawan dioven selama +/- 24 jam, setelah
kering ditimbang lagi misal c gram.
d. Water Content
bc
w = ca x 100 %

5. Mencari dry density ( d )


b
d = gr/cm3
1+ w

4.2 Tes CBR di lapangan


4.2.1 Alat dan Bahan
Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton, dilengkapi dengan
swivel head.
Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas : 1,5 ton (3000 lbs), 3
ton (6000 lbs), 5 ton (10.000 lbs), atau sesuai dengan kebutuhan.
Torak (Piston) penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
Dial penetrasi untuk mengukur penetrasi dengan ketelitian 0,01 mm.
dilengkapi dengan balok penyokong dari besi propil sepanjang lebih
kurang 2,5 meter.
Keping beban (plat besi) yang bergaris tengah 25 cm berlubang di
tengah dengan berat +/- 5 kg dan beban-beban tambahan seberat 2,5
kg yang dapat ditambahkan jika perlu.
Sebuah truck yang dibebani sesuai dengan kebutuhan atau alat-alat
berat lainnya dan dibawahnya dapat dipasang sebuah dongkrak CBR
mekanis.
Dua dongkrak truck, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk, alat-alat
perata, waterpas dan lain-lain.
4.2.2 Cara Kerja
1. Persiapan lokasi pengujian.
a. Tanah digali sampai lapisan yang dikehendaki dan diratakan
(luas galian kira-kira 60 cm x 60 cm) harus level dan tidak
ada kemiringan (cek dengan waterpass). bersihkan semua
bahan yang lepas untuk tempat pengujian pada badan jalan di
bawah perkerasan. Untuk tempat yang belum ada perkerasan
cukup dibersihkan dari akar rumput dan bahan organik lain
(biasanya sampai kedalaman 50 cm), dipastikan bahwa
permukaan : rata dan padat.
b. Dipastikan bahwa di permukaan yang akan diuji tidak ada
butiran lepas (bersihkan semua debu, pasir, kerikil yang
lepas/berserakan)
c. Untuk tanah dasar yang belum ada perkerasan dan
pemadatan, cukup dibersihkan akar rumput dan bahan
organik lain (biasanya sampai kedalaman 50 cm).
d. Selama pemasangan alat-alat, permukaan tanah atau
permukaan yang sudah dibersihkan harus dijaga supaya
kelembabannya tidak berubah dari kondisi awal, jika perlu
ditutup dengan plastik apabila cuaca sangat panas.
2. Pemasangan Alat
a. Tempatkan alat berat sedemikan rupa sehingga posisi
penempatan dongkrak CBR mekanis harus tepat diatas
lubang pemeriksaan.
b. As roda belakang diatur sejajar dengan permukaan yang
diperiksa.
c. Alat berat didongkrak supaya berat sendirinya tidak ditahan
lagi oleh per kendaraan (jika tertahan per maka pembacaan
akan tidak tepat karena terpengaruh pengenduran gaya per
kendaraan).
d. Dongkrak CBR mekanis dan peralatan lain dirangkai, supaya
piston penetrasi berada 1 atau 2 cm dari permukaan yang
akan diperiksa.
e. Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal,
sentris (segaris dan tidak melenting/melendut) dan kokoh
serta tepat pada posisi yang disyaratkan.
f. Keping beban/plat baja setebal 25 cm diletakkan sentris
dibawah torak penetrasi sehingga torak penetrasi tepat masuk
kedalam lubang keping beban tersebut.
g. Dial pengukur penetrasi dipasang pada piston penetrasi,
sedemikian rupa sehingga jarum pada dial penetrasi
menempel pada keping beban/plat baja.

Gambar Alat Tes CBR di lapangan

3. Pembacaan Waktu dan Penetrasi


a. Torak penetrasi diturunkan sehingga piston penetrasi
memberikan beban permulaan sebesar 5 kg dan jika
diperlukan, dapat gunakan beban-beban tambahan.
b. cincin penguji (proving ring) dan dial penetrasi diatur
sehingga menunjuk pada angka nol.
c. Pembebanan ditambah dengan teratur, agar kecepatan
penetrasinya mendekati kecepatan tetap 1,25 mm (0,05) per
menit.
d. Pembacaan beban dicatat pada penetrasi.
4. Perhitungan Nilai CBR
a. Tentukan beban yang bekerja pada torak.
b. Hitung tegangan di tiap kenaikan penetrasi.
c. Plotkan hasilnya pada grafik dan buat kurvanya.
d. Cek kurva apakah perlu koreksi atau tidak (lihat contoh di
bawah).

e. Gunakan hasil tegangan yang terkoreksi untuk analisa


hitungan berikutnya.
f. Ambil nilai tegangan pada penetrasi : 0,1 inchi/2,54 mm dan
0,2 inchi/5,08 mm.
g. Hitung CBR dengan pembagian terhadap tegangan standar :
0,71 kg/mm2 (1000 Psi) (untuk penetrasi 0,1 inch atau
2,54 mm).
1,06 kg/mm2 (1500 Psi) (untuk penetrasi 0,2 inch atau
5,08 mm).
h. Jika tegangan maksimum yang terjadi menghasilkan penetrasi
di bawah 0,2 inchi, maka tegangan dasar dapat diinterpolasi.

4.2.3 Hasil Percobaan


Umumnya CBR dinyatakan pada penetrasi 0,1 inchi. Jika CBR
pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar pada CBR pada penetrasi 0,1
inchi maka pengujian harus dilakukan minimal 3 kali pada lokasi
yang berdekatan. Jika dari 3 hasil pengujian menunjukkan CBR
pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar dari CBR pada penetrasi 0,1
inchi maka ditetapkan nilai CBR adalah CBR pada penetrasi 0,2
inchi

Untuk kontrol kepadatan antara uji lapangan dengan di

d lapangan
laboratorium, digunakan rumus = d laboratorium x 100% , dimana

d lapangan adalah hasil yang di dapat di lapangan dan d

laboratorium adalah d hasil standar proctor. Jika hasil perhitungan

tersebut lebih dari 95% maka hasil pemadatan tersebut telah memiliki
klasifikasi pemadatan untuk tubuh embung.

5. Q OUTFLOW PADA PELIMPAH


Untuk memperoleh Q outflow yang melalui pelimpah dapat dihitung dengan
rumus
Q outflow = x C x B x g x H 3/2
Dimana :
C = koefisien pelimpah
g = percepatan grafitasi
B = lebar rencana spillway
H = tinggi air di spillway
Untuk memperkecil Qoutflow dapat dilakukan dengan memperbesar lebar
penampang embung. Dengan memperlebar penampang spillway maka
ketinggian air semakin kecil dan debit yang melalui spillway akan semakin
kecil.
lebar Tinggi gravitasi( debit(
(B) air (H) g) C Q)
2,
6 0,91 9,81 2 11,52
2,
10 0,546 9,81 2 8,87
Tabel perhitungan debit

Dari tabel perhitungan debit diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan memper-
besar lebar spillway maka Q outflow yang didapat akan semakin kecil.

6. METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TUBUH EMBUNG


Tubuh embung direncanakan setinggi 13,91 m dengan lebar mercu 6 m,
kemiringan pada hulu adalah 1 : 3 dan pada hilir 1 : 2,25.
a. Material yang diperlukan
Papan dan kayu untuk bouplank
Material Urugan
b. Peralatan yang diperlukan
Peralatan ukur (theodolit dan waterpass).
Backhoe/Loader untuk mengambil material urugan.
Dump Truck untuk mengangkat material urugan.
Bulldozer untuk menebar (spreading) material dan meratakan.
Vibrator Roller untuk memadatkan timbunan tanggul.

c. Urutan pelaksanaan
1. Pembersihan dan Pembuatan Jalan Masuk
Sebelum pekerjaan dimulai, lapangan pekerjaan harus dibersihkan
dari berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan tubuh embung,
tanah bahan timbunan harus bersih dari humus dan di kupas setebal
minimum 20 cm.

2. Pemasangan Bouplank
Pada pekerjaan ini harus disediakan alat dan bahan yang
diperlukan.

3. Penentuan Gradasi Material Timbunan Tubuh Embung


Material timbunan haruslah material yang digali dari Borrow
area, kecuali bila ada saran-saran lain.
Gradasi yang harus dimiliki :
Ukuran butiran maksimum harus 4 cm.
Material harus melewati saringan No. 200 (0.074 mm) lebih
dari 30% dan saringan No. 4 minus, lebih dari pada 65%.

4. Kontrol kadar Air dan Berat Isi


Kadar air material sebelum dan selama pemadatan harus dijaga
sehingga sama untuk material lainnya. Tingkatan kadar air
material yang diambil harus berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan perencanaannya.
Untuk pekerjaan ini biasanya diambil kadar air optimal (OMC),
yaitu kadar air yang mengakibatkan berat isi kering maksimum,
untuk material yang diperoleh dari Borrow Area atau lokasi
lainnya yang disarankan. Kadar air material selama pemadatan dan
sesudahnya harus berkisar minus 3% sampai plus 1% dari kadar
air optimal dibawah SPCE (Standard Proctor Compaction Effort),
dengan catatan bahwa kadar air rata-rata berkisar antara kadar air
optimum dan minus dua (-2)% dari kadar air optimum dan berat
isi kering tak boleh kurang dari 95% berat isi kering maksimal.
Bila kadar air yang diambil dari sampel tersebut tak
memenuhi batas-batas yang diinginkan, diharuskan mengolah
material sedemikian rupa sehingga kadar air ada pada batas yang
dikehendaki, didasari oleh serangkaian pengetesan selanjutnya.
Sebelum pengambilan bahan timbunan dari Borrow Area, kadar air
material harus dibuat mencapai batas yang diperlukan dan material
langsung dibawa ke lokasi timbunan dan ditempatkan,
diperbolehkan menggali material di Borrow Area dan diangkut
langsung ke lokasi timbunan serta dipadatkan.
Apabila ditemui material yang kadar airnya kurang, material
timbunan dapat dilembabkan dulu sebelum diangkut ke lokasi
timbunan. Pecahan batu yang ukuran maksimalnya lebih dari
10 cm tak dibenarkan terdapat pada timbunan. Bila ukuran batuan
lebih besar dari 10 cm, maka batuan tersebut harus dibuang
sebelum material dipadatkan.
Kerikil atau batuan yang dekat dengan struktur beton, pada batas-
batas timbunan tubuh Embung, abutment atau tempat-tempat lain,
harus dipindahkan untuk mencegah perembesan sepanjang
permukaan beton yang berbatasan dengan timbunan tubuh
Embung.
Harus disediakan kemiringan yang memadai untuk drainasi,
sebelum atau pada waktu hujan, di lokasi yang ditimbun.
Pembebanan pengoperasian dan kecepatan roller harus seperti yang
disyaratkan agar memperoleh kepadatan yang diinginkan.

5. Trial Embankment
Pada awal pekerjaan timbunan dilakukan pengujian pada trial
embankment untuk mendapatkan jumlah lintasan yang diperlukan
oleh vibro roller untuk mencapai kepadatan, kadar air dan
permeabilitas yang disyaratkan. Pada trial embankment harus
dilakukan pengujian sebagaimana pengujian pada timbunan tubuh
Embung antara lain :
Kepadatan Lapangan (field density)
Permeability lapangan (field permeability)
Berat Jenis (specific gravity)
Kadar Air (water content)
Konsistensi (consistency/Atterberg Limit)
Gradasi (gradation) Lapangan dan Laboratorium
Kepadatan Laboratorium (proctor compaction)
Untuk selanjutnya Pemadatan harus dilakukan sesuai dengan hasil
pemadatan pada trial embankment atau sesuai pada masing-masing
"strip" (yang sama lebarnya dengan panjang roda roller) lapisan
sehingga seluruh lebar lapisan dipadatkan sampai ke berat isi yang
betul-betul rata semuanya.

6. Mekanisme Pengangkutan Urugan Tanah


Material timbunan diambil dari Borrow Area menggunakan
Backhoe dan diangkut ke lokasi embung dengan menggunakan
dump truck.

Gambar Backhoe memuat urugan tanah pilihan ke dalam Dump Truck

Setelah tiba pada lokasi konstruksi, material urugan diturunkan dari


Dump Truck mulai disebarkan dengan bantuan alat Bulldozer.
Gambar Bulldozer menyebarkan tanah yang di bawa oleh Dump Truck

7. Penempatan
Distribusi dan gradasi material yang akan ditempatkan haruslah
lapisan-lapisan yang tidak membuat cekungan, goresan atau lapisan
material yang berbeda dengan susunan atau gradasi atau kadar air
material sekelilingnya. Sistim penggalian dan operasi
penempatannya sama seperti sistem pemadatan material, sehingga
memberikan tingkatan stabilitas dan kepadatan yang baik. Material
harus diletakkan secara kontinyu, yang tebalnya tidak lebih dari 30
cm sebelum dipadatkan. Pembebanan material yang berturut-turut
ditempatkan sedemikian rupa sehingga distribusi material
menjadi praktis.
Untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan, pembebanan,
operasi dan kecepatan roller harus seperti yang diperlukan. Bila
lebih dari 1 roller yang dipakai pada satu lapisan, semua roller yang
dipakai harus mempunyai tipe dan ukuran yang sama. Traktor yang
dipakai untuk menarik roller harus mempunyai kekuatan yang
cukup untuk manarik roller tersebut, bila bebannya penuh. Selama
pengoperasian roller, diharuskan memberi ruang antara ujung kaki
tamping atau roda dengan permukaan drum atau ban, dan bersih
dari tanah-tanah yang berkumpul, karena ini bisa menyebabkan
rodan roller tidak seimbang. Bila permukaan lapisan material yang
harus dipadatkan terlalu kering atau licin untuk bisa mengikat
material lapisan yang diletakkan disana dengan baik, permukaan
tersebut harus dikasarkan dan digaru, atau dengan alat-alat
lainnya dengan kedalaman cukup, agar permukaan bisa mengikat
sebelum urutan lapisan berikutnya diletakkan disana.
Bila permukaan lapisan material yang dipadatkan terlalu basah
untuk dipindahkan, harus dipindahkan dan dikeringkan atau
dibiarkan dengan digaru atau dengan alat lain untuk mengurangi
kadar air, sesuai dengan yang dikehendaki, dan bila perlu
dipadatkan lagi sebelum material lapisan berikutnya ditempatkan.

8. Pemadatan Material Timbunan


Material yang dipadatkan harus ditempatkan pada satu lapisan
pemadatan dengan ketebalan 30 cm sebelum dipadatkan. Material
dipadatkan dengan menggunakan peralatan pemadatan yang biasa
digunakan pada tanah lempung dan lanau yakni vibro roller dengan
spesifikasi berat 10 ton. Pemadatan dilakukan dengan jumlah
lintasan 8 kali atau sesuai dengan yang didapatkan pada pemadatan
trial embankment hingga mencapai kepadatan 95 % Standar
Proctor (pada tanah yang memiliki sifat yang sama) dan
permeabilitas lapangan mencapai 1x10-6 cm/dt.
Gambar Vibrator Roller memadatkan tanah

Elevasi embung di kontrol dengan alat ukur waterpass dan


kepadatan dilakukan uji kepadatan di lapangan dan laboratorium.
Pada setiap lapisan setebal 30 cm tersebut, harus dilakukan
pengujian setiap pemadatan , dengan pengujian sebagai berikut :
Sand Cone atau CBR
Pengujian permeabilitas
Apabila hasil pengujian kurang memenuhi syarat, maka harus
ditambah jumlah lintasan pemadatan sampai memenuhi syarat.
Material yang tidak dapat dipadatkan dengan vibro roller harus
dipadatkan dengan hand tamper mekanis atau dengan alat lain
yang disetujui.
TUGAS SIDANG PENDADARAN

DISUSUN OLEH :
UTOMO ARYOWIBOWO NIM. 21010110120032

HENDRA SETIAWAN NIM. 21010110120080

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

SEMARANG
2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB PERTANYAAN.............................................................................................1
BAB PEMBAHASAN...........................................................................................2
1. MENENTUKAN KADAR SEDIMEN DI SUNGAI.............................2
2.. HIDRAN UMUM..................................................................................5
3. TES TANAH YANG DILAKUKAN PADA BORROW AREA................6
4. TES KEPADATAN TUBUH EMBUNG DI LAPANGAN....................19
5. Q OUTFLOW PADA PELIMPAH...........................................................26
6.METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TUBUH EMBUNG...26

Anda mungkin juga menyukai