Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

International Standards on Auditing (ISA) adalah suatu standar kompetensi bagi


profesional yang bekerja di bidang auditing. ISA diterbitkan oleh International Auditing and
Assurance Standard Boards (IAASB) melalui International Federation of Accountant (IFAC)
sebagai pembuat standar auditing. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas bukti-bukti
audit pada akhirnya meningkatkan kualitas hasil audit. ISA dirancang sebagai solusi atas
adanya skandal akuntansi (massive and pervasive) dimana auditor gagal mendeteksi financial
statement fraud.

Reported Accounting Scandals


No. Kantor Akuntan Perusahaan Klien
1 Arthur Andersen CMS, Cornell, Dynegy, Enron, Global Crossing,
Halliburton, Martha Stewart Omnimedia, Merck,
Peregrine, Qwest, Sunbeam, Waste Management,
WorldCom.
2 Deloitte & Touche Adelphia, AES, Cendant, Duke, El Paso, Merril
Lynch, Reliant, Rite Aid
3 Ernst & Young AOL time Warner, Dollar General, PNC
4 KPMG Citigroup, CA, GE, IM Clone, Peregrine, Xerox
5 Pricewaterhouse Coopers Bristol Myers, HPL, JP Morgan Chase, Kmart, Lucent,
Microstrategy, Network Associate, PharMor, Tyco
Network Associates
Sumber : (wordIQ.com)
Indonesia, sebagai bagian (anggota) dari The Group of Twenty Finance Ministers and
Central Bank Governors (G20) dan IFAC yang mendorong setiap anggotanya untuk
menggunakan standar profesi internasional., dan Indonesia berkomitmen untuk sepenuhnya
mengadopsi ISA pada Januari 2013
Adopsi ISA melalui revisi SPAP oleh IAPI adalah dalam rangka menjalankan amanah
UU No.5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Auditor sekarang dituntut tidak hanya
memberikan keyakinan memadai terkait laporan keuangan, tetapi juga memberikan penilaian
terhadap keberlanjutan perusahaan untuk paling tidak satu tahun kedepan.

SPAP di Indonesia sebelum adopsi ISA, selama ini mengacu pada standar auditing
dari Amerika. SPAP ini membagi standar auditing menjadi tiga bagian utama yaitu Standar
Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Sedangkan International
Standar on Auditing (ISA) tidak membagi standar auditing dengan kategori seperti halnya
SPAP. Pada ISA, tidak ada Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar
Pelaporan. Penyajian standar-standar yang ada di ISA sudah mencerminkan proses
pengerjaan auditing.

Peraturan ISA lebih menekankan pada pengidentifikasian hal yang belum dilihat,
bukan penilaian sesuatu yang dilihat. ISA berisi prinsip-prinsip dasar dan prosedur-prosedur
esensial bersama dengan panduan yang berhubungan dalam bentuk penjelasan dan materi
yang lain. Prinsip-prinsip dasar dan prosedur-prosedur esensial diinterpretasikan di dalam
konteks penjelasan dan materi lain yang menyediakan panduan di dalam aplikasinya. (Sari,
M.P, 2010)

Adapun Pendekatan pekerjaan audit di ISA dibagi dalam enam tahap yaitu

1. Persetujuan penugasan (agreement of engagement).

2. Melakukan pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistim akuntansi klien,


serta penentuan unit yang akan diaudit.

3. Pengembangan strategi audit. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan access


inherent list.

4. Execute the audit, yaitu mulai melaksanakan audit. Pada saat melaksanakan audit
maka akan dilakukan test of control, substantive and analytical procedure dan other
substantive procedure.

5. Membentuk opini.

6. Membuat laporan audit.

Dari keenam tahapan pekerjaan audit yang diatur dalam ISA tersebut sepertinya tidak
jauh berbeda dengan pengaturan dalam SPAP yang menjadi pedoman audit bagi KAP di
Indonesia. Demikian sedikit gambaran International Standar on Auditing (ISA) yang
merupakan standar audit internasional dibandingkan dengan Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) yang merupakan standar audit yang berlaku di Indonesia.

Sedikit Gambaran tentang Kandungan International Standarts on Auditing) ISA


(Sarsono, dkk):

1
ISA 100 merupakan Kata pengantar bagi ISAs dan RSs,
ISA 110 berisi daftar istilah;
ISA 120 tentang kerangka kerja ISAs, tanggungjawab;
ISA 200 berisi tujuan;
ISA 210 istilah-istilah audit;
ISA 220 berisi quality control untuk kerja audit;
ISA 230 dokumentasi;
ISA 240 berisi tentang fraud and error;
ISA 250 mengenai pertimbangan akan hukum dan peraturan di dalam audit laporan
keuangan, perencanaan;
ISA 300 berisi perencanaan;
ISA 310 pengetahuan tentang bisnis;
ISA 320 mengenai materialitas audit, pengendalian internal;
ISA 400 berisi penilaian risiko dan pengendalian internal;
ISA 401 auditing di dalam system informasi computer lingkungan;
ISA 402 pertimbangan audit berkaitan dengan entitas menggunakan organisasi jasa,
bukti Audit;
ISA 500 berisi tentang bukti audit;
ISA 501 bukti audit- pertimbangan tambahan untuk materimateri spesifik;
ISA 510 initial engagement opening balances;
ISA 520 prosedur analitik;
ISA 530 sampel audit dan prosedur pengujuan selektif lainnya;
ISA 540 audit dalam estimasi akuntansi;
ISA 550 pihak-pihak yang terlibat;
ISA 560 mengenai kegiatan-kegiatan yang berkelanjutan;
ISA 570 going concern;
ISA 580 tentang representasi manajemen,
ISA 600 menggunakan pekerjaan auditor lain;
ISA 610 mengenai pertimbangan pekerjaan auditing internal;
ISA 620 tentang menggunakan pekerjaan dari tenaga ahli, kesimpulan audit dan
pelaporan;
ISA 700 berisi laporan auditor dalam laporan keuangan;
2
ISA 710 informasi lain di dalam dokumen-dokumen yang berisi laporan keuangan
auditan, area khusus;
ISA 800 berisi tentang laporan audit pada tujuan khusus perikatan audit;
ISA 920 berisi perikatan untuk agrees upon proceduresss regarding financial
information;
ISA 930 perikatan unuk menyusun informasi keuangan, pernyataan internasional
mengenai praktik audit;
ISA 1000 berisi tentang prosedur konfirmasi antar-bank;
ISA 1001 CIS environment-database systems;
ISA 1003 CIS environment-database system;
ISA 1004 tentang hubungan antara supervisor bank dan auditor eksternal;
ISA 1006 tentang audit pada bank komersial internasional;
ISA 1007 tentang komunikasi dengan manajemen;
ISA 1008 berisi penilaian risiko dan pengendalian internal-karakteristik CIS dan
pertimbangan-pertimbangan;
ISA 1009 tentang teknik audit berburu komputer;
ISA 1010 berisi tentang pertimbangan pada masalah lingkungan di dalam audit laporan
keuangan
Tuanakotta (2013) mengatakan prosedur audit berbasis ISA menekankan terhadap
aspek risiko, sejak auditor mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas
dalam penugasan auditnya sampai sesudah laporan yang berisi opini diterbitkan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Ketika ada aturan, ketentuan, atau standar baru, pertanyaan pertama yang timbul:
Mengapa harus berubah? dalam konteks Indonesia mengadopsi International Standards on
Auditing (ISA) pertanyaan selanjutnya ialah:
Apakah ini keharusan?
Dapatkah kita menolak ISA?
Jika Harus, siapa yang mengharuskan?
Mengapa kita harus menerimanya?
Adakah pilihan-pilihan lain?

Tidak dipungkiri, pengadopsian International Standards on Auditing (ISA) membawa


perubahan. Apapun nama atau label yang mau kita berikan pada standar yang baru dan yang
lama, perubahan ini ada. Pertanyaannya ialah, Apa sifat perubahan standar ini?
Pertanyaan ini tidak ditemukan dalam materi IFAC. Mengapa? Karena jawabannya
tergantung pada standar lama (sebelum ISA) yang diterapkan dimasing-masing negara. Jadi,
jawaban atas pertanyaan ini bisa berbeda antara satu negara dengan negara yang lain.

Mengapa ISA?
Mengapa Indonesia mengadopsi ISA? Pertanyaan ini dapat dirumuskan dengan cara
yang berbeda, yakni: apa insentif bagi profesi akuntan publik untuk mengadopsi ISA. Kita
bisa melakukan pendekatan dari sisi kekuatan pasar dan nilai tambah.
Kekuatan Pasar
KAP Indonesia yang mempunyai jaringan global (seperti The Big Four) dan jaringan
internasional lainnya (banyak diantaranya second-tier firms) melayani klien global dan
internasional yang mengadopsi standar-standar IFAC. Beberapa diantaranya sejak 2000-an

4
sudah aktif melatih partner dan staf dengan metodologi audit berbasis ISA, berkomunikasi
dan menyiapkan klien audit mereka dengan mengenalkan ketentuan-ketentuan dan
kewajiban yang ditetapkan ISA.
Bagi KAP yang melayani klien audit semacam ini, ISA bukan pilihan. Atau, lebih
tepatnya, pilih ISA atau pilih keluar dari jaringan kerja sama global atau jaringan kerja
internasional. Sangat jelas bahwa kekuatan pasar merupakan penentu.

Ada Nilai Tambah


Pembahasan mengenai kekuatan pasar mengisyaratkan hal lain, yakni adanya nilai
tambah. Tanpa nilai tambah, tidak akan ada daya memaksakan. Ada cerita dibalik
argument kekuatan pasar.
Diawali dengan skandal akuntansi yang dalam istilah ISA, massive and pervasive.
Auditor gagal mendeteksi financial statement fraud tersebut. Tuntutan hukum (pidana,
perdata, administrasi) menyusul. Regulator mencari solusi.
Lembaga yang menetapkan standar (standard-setting body) secara pro aktif atau
reaktif menemukan solusi. Regulator menyukai solusi tersebut, dan solusi (standar baru)
diterapkan.
Sukses di Uni Eropa mendorong lembaga-lembaga keuangan dunia (World Bank dan
IMF) meng-endorse solusi tersebut sebagai obat manjur dunia. Dalam waktu satu
dasawarsa apa yang menjadi sukses di satu kawasan di-replicate secara global.
Siapa penerima nilai tambah? Target utamanya tentu para investor dan calon investor
yang dengan standar baru akan memperoleh laporan keuangan yang lebih baik. Akan
tetapi pada akhirnya, profesi akuntansi juga memperoleh manfaat yang besar. Setidak-
tidaknya, profesi meraih nilai tambah tidak berwujud (intangible) berupa peningkatan
mutu audit.
Tentu ada peningkatan beban audit yang tidak selamanya tercermin dalam tambahan
fee. Beban audit dalam tahun-tahun pertama sangat signifikan, berupa biaya pendidikan
dan pelatihan, penerbitan kembali pedoman audit yang dipakai KAP, sampai pada
opportunity Cost karena partner harus mengikuti pelatihan atau member pelatihan kepada
stafnya atau member penjelasan kepada kliennya, dan lebih banyak waktu partner (dalam
ketentuan ISA) pada setiap perikatan.

Mengesampingkan Pro-kontra

5
Dua argument diatas, yakni kekuatan pasar dan nilai tambah, seharusnya merupakan
insentif yang cukup bagi praktisi dan profesi untuk mengimplementasikan perubahan kearah
perbaikan. Namun, ini adalah kesimpulan umum yang belum tentu berlaku bagi setiap
praktisi mengingat struktur manfaat-biaya yang berbeda.
Oleh karena itu, seperti halnya dalam menghadapi desakan lain untuk berubah,
praktisi mengesampingkan argument pro dan kontra manfaat-biaya dan merumuskan untuk
berubah karena tuntutan lingkungan di mana kita berpraktik.
Ini bukan saja pilihan bagi praktisi di Indonesia, tetapi juga alternative bagi praktisi di
negara-negara lain. Oleh karena itu, IFAC juga memperhatikan para praktisi ini dengan
menerbitkan berbagai pronouncement berkenaan dengan small and medium praktice disingat
SMP dan IFAC berupaya untuk meningkatkan kapasitas SMP tersebut secara global

Dampak Adopsi ISA pada kenaikan Biaya


Apakah mengadopsi ISA akan meningkatkan biaya? Ini tentunya bukan pertanyaan
sederhana. Suatu studi yang dilakukan oleh Annette G. Kohler dan rekan-rekannya dari
University of Duisburg-Essen, membuat perkiraan kenaikan biaya ini dalam kerangka
penerapan ISA oleh negara-negara Masyarakat Uni Eropa.
Untuk memahami kenaikan biaya yang diperkirakan studi tersebut, ada beberapa
pengertian yang perlu dipahami, adalah sebagai berikut:
Tanggapan terhadap servei datang dari tiga kelompok responden, yakni kantor-kantor
akuntan yang tergantung dalam Forum of Firms (FoF), peserta pasar modal (capital
market participant), dan regulator dibidang audit dari negara-negara Uni Eropa.
Seluruh pasar audit (audit market) dicakup oleh kantor-kantor akuntan yang tergabung
dalam FoF, maupun yang tidak tergabung dalam FoF (kantor akuntan non-FoF).
Studi ini mengektrapolasi kenaikan biaya (karena mengadopsi ISA) dalam audit oleh
kantor akuntan non-FoF, berdasarkan perkiraan kenaikan biaya dalam audit oleh
kantor akuntan FoF.
Ada dua jenis klasifikasi biaya dalam studi ini, yakni biaya yang berulang-ulang
terjadi setiap tahun (recurring cost) dan biaya yang sekali terjadi (one-off costs), yakni
ketika mulai mengadopsi ISA.
Table 1-1 menunjukan gabungan dari hasil survey (dengan responden kantor akuntan
FoF, capital market participant dan regulator dibidang audit) dan ekstrapolasi untuk
pasar audit yang dicakup kantor akuntan non-FoF. Hasilnya adalah perkiraan kenaikan
biaya karena mengadopsi ISA.
6
Kenaikan biaya terjadi pada tingkat kantor akuntan FoF (karena harus memenuhi
kewajiban sebagai anggota FoF seperti dijelaskan dalam table 1-1), adopsi ISA oleh
jurisdiksi atau Negara tertentu saja dalam Uni Eropa, dan adopsi ISA melalui
peraturan Uni Eropa yang berlaku bagi seluruh anggota Uni Eropa.
Disamping itu ada biaya pada tingkat penugasan audit (yang berbeda dari kenaikan
pada tingkat kantor akuntan dan regulator dibidang audit). Inilah yang ditunjukan
dalam table 1-1
Recurring costs yang mempengaruhi pasar audit yang kantor akuntan FoF lebih

1
penting dari one-off costs. Meskipun one-off cost 2 2 kali recurring costs, namun dampak
ekonomisnya secara signifikan lebih kecil, Karena sifatnya yang sekali keluar (one-off).

Tabel.
Rata-rata Kenaikan Biaya untuk Setiap Penugasan dalam Mata Uang Euro
Medium Large Publicly
Insurance Weighted
In Euro sized Unlisted Listed Bank Ratio
Companies Average
Entities Entities Entities
Recurring cost increases at engagement level
Big Four 2.600 3.600 4.600 5.800 5.800 3.300 6%
Mid Tier 1.200
Clients 2.200
One-off cost increases at engagement level
Big Four 4.100 6.900 13.600 20.500 20.500 7.700 14%
Mid Tier 1.400 1.600 13%
Clients -500

Survei menunjukan bahwa recurring costs pada tingkat kantor akuntan FoF dan
regulator di bidang audit, kurang signifikan dengan recurring costs pada tingkat penugasan
untuk kantor akuntan maupun klien auditnya. Peningkatan biaya pada tingkat penugasan
mewakili sekitar 85% dari seluruh recurring cost.
Kebanyakan biaya meningkat akibat desain ulang (redesign effect) terutama karena
ISAs yang diirevisi.
Besarnya kenaikan biaya secara rata-rata sangat bergantung pada seberapa patuhnya
standar auditing nasional terhadap ISAs yang mulai berlaku.

Memaknai Sifat Perubahan

7
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam memaknai sifat perubahan standar,
yaitu:
1. Membandingkan substansi standar lama dengan substansi standar baru.

Apa saja perubahannya?

Mengapa perubahan itu perlu dilakukan?

Apakah ada latar belakang yang lebih mendasar, lebih filosofis?

2. Melihat kepada otoritas bukan pada substansi perubahan

Siapa yang menggagas perubahan ini? Jika Kakak Sulung (Big Brother) ini dapat
diandalkan dan alasan untuk melakukan perubahan memang dapat diterima, maka
argumen Otoritas ini memaknai perubahan sebagai perubahan untuk mencapai
sesuatu yang lebih baik.
3. Dimulai dari keengganan untuk berubah

Enggan untuk berubah merupakan bagian dari naluri manusia. Memaknai perubahan
sebagai beban yang tidak perlu sehingga sifat enggan untuk berubah, muncul.

SIFAT PERUBAHAN DENGAN PENDEKATAN PERTAMA


Jika kita mencermati perbedaan antara ISA dengan Standar Audit sebelumnya, terlihat
perubahan yang substantif dan mendasar. Perubahan mendasar mencerminkan cara berpikir
berbeda yang melandasi teknik audit tertentu.

SIFAT PERUBAHAN SUBSTANTIF DAN MENDASAR


Standar ini menuntut perubahan cara berpikir, cara bertindak dan cara bersikap auditor.
Secara umum ada 5 hal yang berbeda secara fundamental dibandingkan standar lama
(Tuanakotta, 2012)
1. Penekanan pada Audit Berbasis Resiko
2. Perubahan dari Rules based ke Principle Based
3. Berpaling dari model matematis
4. Menekankan pada Kearifan Profesional (professional judgement)
5. Melibatkan peran Those Charged With Governance (TCWG)

Ad.1. Auditing Berbasis Risiko


8
Ciri yang paling menonjol dari auditing berbasis ISA ialah penekanan terhadap
aspek risiko. Sebelumnya, buku-buku auditing dalam praktik GAAS menekankan
audit ( examination atau pemeriksaan ) atas akun satu persatu, dengan penekanan
pada akun-akun neraca. Risiko audit tidak dibahas, atau jika disinggung (seperlunya)
keterkaitan dengan auditing tidak diperagakan.
Arens dan penulis-penulis lain mengubah pemikiran audit itu ke dalam
pendekatan siklus (cycle approach) yang mengintegrasikan audit atas seluruh akun
dalam siklus yang bersangkutan. Arens dan rekan-rekan tidak mengabaikan faktor
risiko. Namun, ISAs memberikan penekanan yang sangat besar terhadap faktor risiko,
sejak auditor mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam
penugasan auditnya sampai sesudah laporan yang berisi opininya diterbitkan.
ISAs berulang-ulang menegaskan kewajiban auditor (dengan istilah the
auditor shall) dalam menilai risiko (to assess risk), dalam menanggapi risiko yang
dinilai (to respond to assessed risk), dalam mengevaluasi risiko yang ditemukan
(detected risk), baik yang akan dikoreksi maupun yang tidak dikoreksi entitas.
Penegasan ini bermakna, jika auditor tidak menjalankan kewajibannya, ia teledor
(negligent).
Sebagai konsep auditing, Arens dan rekan-rekannya mengenal risiko dan
peranannya dalam suatu audit, ISA selangkah lebih maju; ISA merajut konsep risiko
dalam setiap tahap audit.
Tiga Langkah Audit Berbasis Resiko:
a. Risk Assesment (menilai resiko)
Melaksanakan prosedur penilaian resiko untuk mengidentifikasi dan menilai
resiko salah saji yang material dalam laporan keuangan.
b. Risk Response (Menanggapi Resiko)
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yangmenanggapi
resiko (salah saji yang material) yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada
tingkat laporan keuangan dan asersi.
c. Reporting (Pelaporan)
Tahap melaporkan meliputi:
Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh dan,
Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat. Sesuai kesimpulan yang
ditarik.

9
Ad.2. Dari Rule Based ke Principles Based Standards

ISA dan IFRS (International Financial Reporting Standards) adalah standar-


standar yang berbasis prinsip (princples based standards), yang merupakan perubahan
besar dari standar-standar sebelumnya yang berbasis aturan (rules based standards).
Princples based standards mengharuskan akuntan membuat sejumlah estimasi
yang harus dapat dipertanggung jawabkan dan mensyaratkan semakin banyak
Judgment profesional.

Ad.3. Berpaling dari Model Matematis

Pendekatan matematis mempunyai kelemahan, yakni membuat auditor jadi


robot, hal ini terlihat dalam mengisi check list yang seharusnya merupakan alat bantu
bagi auditor untuk berpikir. Dalam praktiknya, yang terjadi sebaliknya justru
membuat auditor berhenti berpikir. Salah satu sifat dari modelmodel matematis
adalah kerumitannya. Kerumitan atau kompleksitas model matematis sering
memberikan kesan keliru, seolah olah model itu seperti black box yang memberikan
jawaban yang tepat.
ISAs menekankan (menggunakan istilah the auditor shal berulang-ulang dalam
setiap ISA) penggunaan professional judgement.

Ad.4. Kearifan Profesional dan Konsekuensinya

Apa konsekuensi dari ISAs mewajibkan kearifan profesional? Konsekuensi


yang paling mudah diamati ialah keterlibatan partner yang mempunyai pengalaman,
pendidikan dan pelatihan dengan ciri-ciri kepribadian tertentu seperti sikap skeptis
(professional skeptism).
Jika keputusan audit masih dibuat oleh asisten yang belum mempunyai pengalaman
yang memadai, ISAs menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan ISAs. Untuk
Indonesia, ciri penerapan ISAs yang paling jelas ialah seberapa besarnya ketelibatan
partner yang pakar dalam penugasan audit.

Pengendalian Internal

Yang ditekankan ISA ialah kewajiban entitas (dalam membangun,


memelihara, dan mengimplementasikan pengendalian internal) dan kewajiban auditor
10
(dalam menilai pengendalian internal dan menggunakan hasil penilaiannya) serta
komunikasi dengan manajemen terkait hal auditor menemukan defesiensi dalam
pengendalian internal.
Pengendalian internal merupakan perubahan mendasar dalam standar audit
dan bagian yang tidak terpisahkan dari audit berbasis risiko. Contoh dari cara berpikir
cara lama dapat dilihat dalam banyak praktik diindonesia, Akuntan publik mereview
sistem pengendalian internal, dan produk yang dihasilkan ialah rekomendasi
perbaikan sistem (dalam surat manajemen/management letter). Yang terpenting justru
tidak dilakukan auditor; ia tidak mengaitkan prosedur audit selanjutnyaa dengan hasil
review atas pengendalian internal. Seolah-olah antara prosedur audit selanjutnya dan
review atas pengendalian internal berdiri sendiri, independen satu dari yang lain. Ini
merupakan perubahan mendasar dalam perubahan pola pikir yang ditekankan oleh
ISA. Selain itu ISA juga menekankan pada perubahan dalam pemahaman konsep ini,
yaitu dengan mengenalkan lima unsur pengendalian internal.

Ad.5. Those Charged With Governance (TCWG)

ISAs menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen. TCWG adalah


orang atau lembaga dengan wewenang yang cukup dalam mengawasi entitas yang
dibentuk karena perkembangan dalam tata kelola pada dua dekade terakhir.
Konsekuensinya adalah bahwa jika orang atau lembaga TCWG itu eksis dalam entitas
tersebut (misalnya dipasar modal di dunia), auditor wajib berkomunikasi dengan
mereka.

Penutup
Adopsi ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonomian, termasuk globalisasi
pasar uang dan pasar modal. Indonesia yang merupakan anggota G20 dan IFAC seta
rekomendasi dari World Bank, mengharuskan untuk mengadopsi ISA. Tahun 2013
merupakan langkah awal penerapan (adopsi) standar tersebut.

11
LAMPIRAN
FORUM OF FIRMS (FoF)
Anggota Penuh
Terdiri atas jaringan (networks) atau kantor akuntan (firms) yang menyampaikan laporan
tahunan mereka dengan memusakan kepada Transnational auditors committee (TAC) yang
mengindikasikan bahwa mereka telah memenuhi kewajiban keanggotaan FoF (the Forums
membership oblgations) Selama periode pelaporan. Anggota penuh berhak menyebut diri
mereka sebagai anggota penuh FoF dengan perumusan (kata-kata) seperti yang diatur FoF.

Daftar anggota penuh per tanggal 12 jul 2012


1. Baker Tilly International Limited
2. BDO
3. Constantin Assocates Network
4. Crowe Horwart International
5. Delotte Touche Tohmatsu Limited
6. Erns & Young Global Limited
7. Grant Thornton International Limited
8. HLB International
9. IECnet
10. JHI
11. JPA International
12. KPMG International Cooperative
13. Kreston International
14. Mazars
15. Moore Stephens International Limited
16. Nexia International

12
17. PKF International Limited
18. Pricewaterhouse Coopers International
19. RSM International Limited
20. Russell Bedford International
21. SMS Latinoamerica
22. Talal Abu Ghazaleh & Co. International
23. UHY International Limited

IFAC DAN PRONOUNCEMENT

A. Mulai berdirinya IFAC


IFAC didirikan pada tanggal 7 Oktober 1977 di Munich, Jerman Pada saat
berlansungnya World Congres of Accountants (Kongres kuntan Sedunia) yang ke XI. Pada
tanggal 17 November 2001, IFAC berkembang pesat dan menyebut dirinya sebagai the
global organization for the accountancy profession with the members and associates in 127
countries (Organisasi global untuk profesi akuntansi dengan anggota di 127 negara) dengan
167 anggota penuh dan asosiasi yang mewakili sekitar dua setengah juta akuntan yang
membuka praktik atau bekerja dibidang industri dan perdagangan, disektor publik dan dalam
bidang pendidikan. IFAC sejak lama menyadari bahwa cara paling mendasar untuk
melindungi kepentingan umum ialah dengan:
Mengembangkan , mempromosikan dan memberdayakan standar-standar yang
diakui secara internasional yang menjadi tumpuan harapan investor dan pemangku
kepentingan (stakeholder) lainnya.

B. Misi dan Visi IFAC


Misi IFAC : Melayani kepentingan umum dengan :
1. Menyumbang pengembangan, pengadopsian, dan penerapan standar
serta petujuk internasional yang bermutu tinggi;
2. Menyumbang Pengembangan Organisasi Profesional Akuntansi dan
Kantor Akuntan, dan kepada praktik-praktik bermutu tinggi oleh
Akuntan Professional;
3. Mendorong nilai-nilai luhur akuntan Profesional
4. Menjadi corong tentang isu-isu yang menjadi kepentingan umum
dimana kepakaran profesi Akuntansi sangat relevan

13
Visi IFAC : Profesi akuntansi global diakui kepemimpinannya dalam nilai-nilai luhur
dalam mengembangkan organisasi, pasar uang dan modal, dan
perekonomian yang kuat dan berkesinambungan.

C. Pembuat Standar IFAC


IFAC memiliki beberapa badan pembuat standar seperti
1. The International Auditing and Assurance Standars Board (IASSB);
2. The International Accounting Education Standar Board (IAESB);
3. The International Etnics Standars Boards For Accountans (IESBA) dan;
4. The International Public Sector Accounting Standars Board (IPSASB)
Semua badan pembuat standar telah melaksanakan due Process yang ketat, secara
terbuka, efisien dan efektif.
Secara kolektif semua badan pembuat standar dikenal sebagai komite kegiatan
kepentingan umum yang ketaatan organisasinya selalu diawasi oleh The Compliance
Advisory Panel (CAP).

D. Himpunan Pernyataan (Pronouncement) IFAC


Himpunan pernyataan yang diterbitkan IFAC :
International Standars on Auditing (ISAs) yang diterapkan dalam audit atas
informasi keuangan masa lalu (historical financial Information).
International Standars on Review Engagements (ISREs) yang diterapkan dalam
reviu atas informasi keuangan masa lalu (review of historical finacial
information).
International Standars on Assurance Engagements (ISAEs) yang diterapkan dalam
penugasan asuransiyang berkenaan dengan hal-hal yang bukan informasi
keuangan masa lalu (assurance engagements dealing with sub ject matters other
than historical financial information).
International Standars on Related Services (ISRSs) yang diterapkan dalam
perikatan kompilasi (complation engagements), Perikatan yang menerapkan
prosedur yang disepakati dan perikatan lainnya yang berkaitan yang ditetapkan
IAASB.
International Standars on Quality Control (ISQCs) yang diterapkan pada semua
jasa dalam lingkup ISAs, ISAEs, dan ISRSs.

14
Upaya di bidang penerbitan Himpunan pernyataan terus berkembang baik elektronis
maupun buku yang telah diterbitkan IFAC. Sebagai rangkuman himpunan pernyataan yang
diterbitkan IFAC melalui IAASB, IAESB, IESBA dan IPSASB adalah
1. Code of Ethnic for Professional Accountants;
2. International Standars on Auditing, Other Assurance, and Related Services;
3. International Standars on Quality Control;
4. International Education Standars;
5. International Public Sector Accounting Standars.

E. Sistematika Pernyataan IFAC


Lima pokok bahasan besar dari pernyataan IFAC diantaranya adalah
1. Audit atas informasi keuangan histori;
2. Audit dan reviu atas informasi keuangan historis;
3. Penugasan asuransi yang bukan merupakan audit atau reviu atas informasi keuangan
historis;
4. Jasa-jasa terkait;
5. Standar Internasional mengenai pengendalian mutu.
Semua pokok bahasan diatas terdiri dari beberapa himpunan pernyataan kecuali
Internasional Standards on Qualty Control.

Struktur dan Sistematika ISAs


Seksi-seksi Penjelasan
Introdution (pengantar) Memuat informasi tentang tujuan, lingkup, dan pokok
bahasan dari ISA tersebut, disamping pembahasan tentang
apa-apa yang diharapkan(menjadi ekspektasi) dari auditor
dan pihak pihak lain yang secara spesifik disebut dalam
ISA tersebut.
Objective (Tujuan) Setiap ISA memuat pernyataan yang jelas mengenai tujuan
auditor mengenai hal-hal yang dibahas dalam ISA tersebut.
Untuk mencapai tujuan menyeluruh (overall objective)
auditor harus menggunakan tujuan dari masing-masing ISA
yang relevan dalam perencnaan dan pelaksanaan auditnya,
dengan memperhatikan hubungan atau keterkaitan diantara
ISAs. ISA 200 alinea 21 huruf (a) mengharuskan auditor
untuk:
1. menetukan apakah setiap prosedur
audit disamping yang diwajibkan ISAs memang
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diterapkan ISAs;
2. Mengevaluasi apakah bukti audit
15
yang cukup dan tepat sudah diperoleh.
Definitions (Definisi) Sebagai penegasan, ISA yang bersangkutan mencantumkan
istilah-istilah yang berkenaan dengan hal-hal yang
dibahasnya. Definisi dalam suatu ISA mungkin juga ada
dalam ISA yang lain, dan definisi itu dicantumkan lagui
karena masalahnya berkaitan. Definisi ini diberikan untuk
penerapan dan penafsiran yang konsisten dari bebagai ISAs.
Pencantuman definisi dalam ISAs tidak dimaksudkan untuk
meniadakan atau mengabaikan istilah (yang sama dengan
makna berbeda ) yang digunakan dalam undang-undang
atau ketentuan perundang-undangan.
Requirements Setiap tujuan (objective) didukung oleh penjelasan
(Persyaratan/ketentuan) mengenai persyaratan yang diwajibkan. Kewajiban ini
senantiasa dinyatakan dengan frasa the auditor shall atau
auditorr wajib. Kadang-kadang requirements bermakna
ketetapan (disampingpersyaratan dan kewajiban)
Application and other Seksi ini menjelaskan lebih lanjut persyaratan/kewajiban
Explanatory Material dari ISA tersebut, dan petunjuk untuk melaksanakan
(Penerapan dan Materi peryaratan/kewajiban tersebut. Secara khusus, seksi ini
Penjelasan Lain) dapat:
1. menjelaskan lebih tepat
makna dari suatu persayaratan/kewajiban atau apa yang
ingin dicakup;
2. mencantumkan
pertimbangan-pertimbangan yang spesifik untuk entitas
yang lebih kecil; dan
3. memasukan contoh prosedur
yang mungkin tepat dalam situasi yang dihadapi,
Namun, prosedur yang sebenarnya dipilih auditor
ditentukan oleh penerapan kearifan profesionalnya
berdasarkan situasi yang dihadapi dalam entitas itu dan
resiko yang dinilainya mengenai kemungkinan salah saji
yang material

Meskipun petunjuk ini tidak dengan sendirinya merupakan


kewajiban, namun in relevan untuk penerapan yang tepat
dari kewajiban/persyaratan suatu ISA. Seksi ini juga dapat
memberikan informasi latar belakang mengenai masalah
yang dibahas dalam ISA tersebut.
Appendices (lampiran) Appendices merupakan bagian dari seksi terdahulu. Tujuan
dan maksud digunakanya Appendix dijelaskan dalam batang
tubuh dari ISA yang bersangkutan, atau dalam judul dan
pengantar appendix itu sendiri

Dengan memahami struktur ISAs dengan mudah kita dapat menemukan hal-hal yang
kita butuhkan ketika ingin menggunakan ISA s sebagai referensi. Misalnya : jika auditor
ingin mengetahui apakah kewajibannya atau kewajiban manajemen (atau pihak yang
bertanggugjawab atas pengawasan secara umum atau oversight, yang diistilahkan sebagai

16
those charge with governance), ia langsung mencarinya pada subjudul requirements, jika ia
mencari makna suatu istilah, ia melihat definition. Jika ingin mengetahui apa petujuk yang
mungkin diberikan ISA mengenai suatu kewajiban, ia dapat menemukannya dalam
Application and other Explanatory material dan seterusnya.

DAFTAR BACAAN

Amri, Khairul Aulia Rahman. 2014. Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor Terhadap
Pelaksanaan Prosedur Audit Yang Efektif Berbasis Isa. Universitas Pendidikan
Indonesia |repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Tuannakotta, M. Theodorus .2013. Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing).


Jakarta: Salemba Empat.

www.https// dailyrudy.wordpress.com/. Rudy Suryanto - STIE WW 24-April-2014


Implementasi Isa Di Indonesia International Standards On Auditing (Isa).

Sarsono, Yogy Budi Yudawijaya. 2014. Persepsi invesator terhadap kualitas audit: dampak
perubahan peraturan audit di Indonesia . STIE Wijaya Mulya Surakarta,

17

Anda mungkin juga menyukai