PENDAHULUAN
SPAP di Indonesia sebelum adopsi ISA, selama ini mengacu pada standar auditing
dari Amerika. SPAP ini membagi standar auditing menjadi tiga bagian utama yaitu Standar
Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Sedangkan International
Standar on Auditing (ISA) tidak membagi standar auditing dengan kategori seperti halnya
SPAP. Pada ISA, tidak ada Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar
Pelaporan. Penyajian standar-standar yang ada di ISA sudah mencerminkan proses
pengerjaan auditing.
Peraturan ISA lebih menekankan pada pengidentifikasian hal yang belum dilihat,
bukan penilaian sesuatu yang dilihat. ISA berisi prinsip-prinsip dasar dan prosedur-prosedur
esensial bersama dengan panduan yang berhubungan dalam bentuk penjelasan dan materi
yang lain. Prinsip-prinsip dasar dan prosedur-prosedur esensial diinterpretasikan di dalam
konteks penjelasan dan materi lain yang menyediakan panduan di dalam aplikasinya. (Sari,
M.P, 2010)
Adapun Pendekatan pekerjaan audit di ISA dibagi dalam enam tahap yaitu
4. Execute the audit, yaitu mulai melaksanakan audit. Pada saat melaksanakan audit
maka akan dilakukan test of control, substantive and analytical procedure dan other
substantive procedure.
5. Membentuk opini.
Dari keenam tahapan pekerjaan audit yang diatur dalam ISA tersebut sepertinya tidak
jauh berbeda dengan pengaturan dalam SPAP yang menjadi pedoman audit bagi KAP di
Indonesia. Demikian sedikit gambaran International Standar on Auditing (ISA) yang
merupakan standar audit internasional dibandingkan dengan Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) yang merupakan standar audit yang berlaku di Indonesia.
1
ISA 100 merupakan Kata pengantar bagi ISAs dan RSs,
ISA 110 berisi daftar istilah;
ISA 120 tentang kerangka kerja ISAs, tanggungjawab;
ISA 200 berisi tujuan;
ISA 210 istilah-istilah audit;
ISA 220 berisi quality control untuk kerja audit;
ISA 230 dokumentasi;
ISA 240 berisi tentang fraud and error;
ISA 250 mengenai pertimbangan akan hukum dan peraturan di dalam audit laporan
keuangan, perencanaan;
ISA 300 berisi perencanaan;
ISA 310 pengetahuan tentang bisnis;
ISA 320 mengenai materialitas audit, pengendalian internal;
ISA 400 berisi penilaian risiko dan pengendalian internal;
ISA 401 auditing di dalam system informasi computer lingkungan;
ISA 402 pertimbangan audit berkaitan dengan entitas menggunakan organisasi jasa,
bukti Audit;
ISA 500 berisi tentang bukti audit;
ISA 501 bukti audit- pertimbangan tambahan untuk materimateri spesifik;
ISA 510 initial engagement opening balances;
ISA 520 prosedur analitik;
ISA 530 sampel audit dan prosedur pengujuan selektif lainnya;
ISA 540 audit dalam estimasi akuntansi;
ISA 550 pihak-pihak yang terlibat;
ISA 560 mengenai kegiatan-kegiatan yang berkelanjutan;
ISA 570 going concern;
ISA 580 tentang representasi manajemen,
ISA 600 menggunakan pekerjaan auditor lain;
ISA 610 mengenai pertimbangan pekerjaan auditing internal;
ISA 620 tentang menggunakan pekerjaan dari tenaga ahli, kesimpulan audit dan
pelaporan;
ISA 700 berisi laporan auditor dalam laporan keuangan;
2
ISA 710 informasi lain di dalam dokumen-dokumen yang berisi laporan keuangan
auditan, area khusus;
ISA 800 berisi tentang laporan audit pada tujuan khusus perikatan audit;
ISA 920 berisi perikatan untuk agrees upon proceduresss regarding financial
information;
ISA 930 perikatan unuk menyusun informasi keuangan, pernyataan internasional
mengenai praktik audit;
ISA 1000 berisi tentang prosedur konfirmasi antar-bank;
ISA 1001 CIS environment-database systems;
ISA 1003 CIS environment-database system;
ISA 1004 tentang hubungan antara supervisor bank dan auditor eksternal;
ISA 1006 tentang audit pada bank komersial internasional;
ISA 1007 tentang komunikasi dengan manajemen;
ISA 1008 berisi penilaian risiko dan pengendalian internal-karakteristik CIS dan
pertimbangan-pertimbangan;
ISA 1009 tentang teknik audit berburu komputer;
ISA 1010 berisi tentang pertimbangan pada masalah lingkungan di dalam audit laporan
keuangan
Tuanakotta (2013) mengatakan prosedur audit berbasis ISA menekankan terhadap
aspek risiko, sejak auditor mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas
dalam penugasan auditnya sampai sesudah laporan yang berisi opini diterbitkan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Ketika ada aturan, ketentuan, atau standar baru, pertanyaan pertama yang timbul:
Mengapa harus berubah? dalam konteks Indonesia mengadopsi International Standards on
Auditing (ISA) pertanyaan selanjutnya ialah:
Apakah ini keharusan?
Dapatkah kita menolak ISA?
Jika Harus, siapa yang mengharuskan?
Mengapa kita harus menerimanya?
Adakah pilihan-pilihan lain?
Mengapa ISA?
Mengapa Indonesia mengadopsi ISA? Pertanyaan ini dapat dirumuskan dengan cara
yang berbeda, yakni: apa insentif bagi profesi akuntan publik untuk mengadopsi ISA. Kita
bisa melakukan pendekatan dari sisi kekuatan pasar dan nilai tambah.
Kekuatan Pasar
KAP Indonesia yang mempunyai jaringan global (seperti The Big Four) dan jaringan
internasional lainnya (banyak diantaranya second-tier firms) melayani klien global dan
internasional yang mengadopsi standar-standar IFAC. Beberapa diantaranya sejak 2000-an
4
sudah aktif melatih partner dan staf dengan metodologi audit berbasis ISA, berkomunikasi
dan menyiapkan klien audit mereka dengan mengenalkan ketentuan-ketentuan dan
kewajiban yang ditetapkan ISA.
Bagi KAP yang melayani klien audit semacam ini, ISA bukan pilihan. Atau, lebih
tepatnya, pilih ISA atau pilih keluar dari jaringan kerja sama global atau jaringan kerja
internasional. Sangat jelas bahwa kekuatan pasar merupakan penentu.
Mengesampingkan Pro-kontra
5
Dua argument diatas, yakni kekuatan pasar dan nilai tambah, seharusnya merupakan
insentif yang cukup bagi praktisi dan profesi untuk mengimplementasikan perubahan kearah
perbaikan. Namun, ini adalah kesimpulan umum yang belum tentu berlaku bagi setiap
praktisi mengingat struktur manfaat-biaya yang berbeda.
Oleh karena itu, seperti halnya dalam menghadapi desakan lain untuk berubah,
praktisi mengesampingkan argument pro dan kontra manfaat-biaya dan merumuskan untuk
berubah karena tuntutan lingkungan di mana kita berpraktik.
Ini bukan saja pilihan bagi praktisi di Indonesia, tetapi juga alternative bagi praktisi di
negara-negara lain. Oleh karena itu, IFAC juga memperhatikan para praktisi ini dengan
menerbitkan berbagai pronouncement berkenaan dengan small and medium praktice disingat
SMP dan IFAC berupaya untuk meningkatkan kapasitas SMP tersebut secara global
1
penting dari one-off costs. Meskipun one-off cost 2 2 kali recurring costs, namun dampak
ekonomisnya secara signifikan lebih kecil, Karena sifatnya yang sekali keluar (one-off).
Tabel.
Rata-rata Kenaikan Biaya untuk Setiap Penugasan dalam Mata Uang Euro
Medium Large Publicly
Insurance Weighted
In Euro sized Unlisted Listed Bank Ratio
Companies Average
Entities Entities Entities
Recurring cost increases at engagement level
Big Four 2.600 3.600 4.600 5.800 5.800 3.300 6%
Mid Tier 1.200
Clients 2.200
One-off cost increases at engagement level
Big Four 4.100 6.900 13.600 20.500 20.500 7.700 14%
Mid Tier 1.400 1.600 13%
Clients -500
Survei menunjukan bahwa recurring costs pada tingkat kantor akuntan FoF dan
regulator di bidang audit, kurang signifikan dengan recurring costs pada tingkat penugasan
untuk kantor akuntan maupun klien auditnya. Peningkatan biaya pada tingkat penugasan
mewakili sekitar 85% dari seluruh recurring cost.
Kebanyakan biaya meningkat akibat desain ulang (redesign effect) terutama karena
ISAs yang diirevisi.
Besarnya kenaikan biaya secara rata-rata sangat bergantung pada seberapa patuhnya
standar auditing nasional terhadap ISAs yang mulai berlaku.
7
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam memaknai sifat perubahan standar,
yaitu:
1. Membandingkan substansi standar lama dengan substansi standar baru.
Siapa yang menggagas perubahan ini? Jika Kakak Sulung (Big Brother) ini dapat
diandalkan dan alasan untuk melakukan perubahan memang dapat diterima, maka
argumen Otoritas ini memaknai perubahan sebagai perubahan untuk mencapai
sesuatu yang lebih baik.
3. Dimulai dari keengganan untuk berubah
Enggan untuk berubah merupakan bagian dari naluri manusia. Memaknai perubahan
sebagai beban yang tidak perlu sehingga sifat enggan untuk berubah, muncul.
9
Ad.2. Dari Rule Based ke Principles Based Standards
Pengendalian Internal
Penutup
Adopsi ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonomian, termasuk globalisasi
pasar uang dan pasar modal. Indonesia yang merupakan anggota G20 dan IFAC seta
rekomendasi dari World Bank, mengharuskan untuk mengadopsi ISA. Tahun 2013
merupakan langkah awal penerapan (adopsi) standar tersebut.
11
LAMPIRAN
FORUM OF FIRMS (FoF)
Anggota Penuh
Terdiri atas jaringan (networks) atau kantor akuntan (firms) yang menyampaikan laporan
tahunan mereka dengan memusakan kepada Transnational auditors committee (TAC) yang
mengindikasikan bahwa mereka telah memenuhi kewajiban keanggotaan FoF (the Forums
membership oblgations) Selama periode pelaporan. Anggota penuh berhak menyebut diri
mereka sebagai anggota penuh FoF dengan perumusan (kata-kata) seperti yang diatur FoF.
12
17. PKF International Limited
18. Pricewaterhouse Coopers International
19. RSM International Limited
20. Russell Bedford International
21. SMS Latinoamerica
22. Talal Abu Ghazaleh & Co. International
23. UHY International Limited
13
Visi IFAC : Profesi akuntansi global diakui kepemimpinannya dalam nilai-nilai luhur
dalam mengembangkan organisasi, pasar uang dan modal, dan
perekonomian yang kuat dan berkesinambungan.
14
Upaya di bidang penerbitan Himpunan pernyataan terus berkembang baik elektronis
maupun buku yang telah diterbitkan IFAC. Sebagai rangkuman himpunan pernyataan yang
diterbitkan IFAC melalui IAASB, IAESB, IESBA dan IPSASB adalah
1. Code of Ethnic for Professional Accountants;
2. International Standars on Auditing, Other Assurance, and Related Services;
3. International Standars on Quality Control;
4. International Education Standars;
5. International Public Sector Accounting Standars.
Dengan memahami struktur ISAs dengan mudah kita dapat menemukan hal-hal yang
kita butuhkan ketika ingin menggunakan ISA s sebagai referensi. Misalnya : jika auditor
ingin mengetahui apakah kewajibannya atau kewajiban manajemen (atau pihak yang
bertanggugjawab atas pengawasan secara umum atau oversight, yang diistilahkan sebagai
16
those charge with governance), ia langsung mencarinya pada subjudul requirements, jika ia
mencari makna suatu istilah, ia melihat definition. Jika ingin mengetahui apa petujuk yang
mungkin diberikan ISA mengenai suatu kewajiban, ia dapat menemukannya dalam
Application and other Explanatory material dan seterusnya.
DAFTAR BACAAN
Amri, Khairul Aulia Rahman. 2014. Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor Terhadap
Pelaksanaan Prosedur Audit Yang Efektif Berbasis Isa. Universitas Pendidikan
Indonesia |repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Sarsono, Yogy Budi Yudawijaya. 2014. Persepsi invesator terhadap kualitas audit: dampak
perubahan peraturan audit di Indonesia . STIE Wijaya Mulya Surakarta,
17