Anda di halaman 1dari 29

SOP RUPTUR PERINIUM TINGKAT 1 -2

A.TAHAP PERSIAPAN

1.Persiapan Alat

1) Inspekulo
2) USG
3) Sarung tangan steril
4) Heating set
5) Benang catgut
6) Laboratorium sederhana untuk melakukan pemeriksaan
darah rutin, dan golongan darah.

2. Persiapan Pasien

1) Memberi salam dan memperkenalkan diri


2) Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah yang akan
dilakukan
3) Meminta Pengunjung atau keluarga menunggu di luar

3. Persiapan lingkungan
1) Menutup pintu atau memasang sampiran
2) Meletakkan alat di tempat yang mudah di jangkau
B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai Sarung tangan
3. Melakukan Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya:
a.Robekan pada perineum,
b.Perdarahan yang bersifat arterial atau yang bersifat merembes,
c.Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai derajat robekan perineum
4. Mendiagnosa Pasien
Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Klasifikasi Ruptur Perineum dibagi menjadi 4 derajat:
a.Derajat I Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum .
b.Derajat II Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea
transversalis, tetapi tidak melibatkan kerusakan otot sfingter ani.

c.Derajat III Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani
dengan pembagian sebagai berikut:
III. a. Robekan < 50% sfingter ani eksterna
III. b. Robekan > 50% sfingter ani ekterna
III. c. Robekan juga meliputi sfingter ani interna
d.Derajat IV Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter
ani dan mukosa rektum

5. Penatalaksanaan
1.Derajat I
Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Tidak usah menjahit
ruptur derajat I yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.
Penjahitan robekan perineum derajat I dapat dilakukan hanya dengan
memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau
dengan cara angka delapan (figure of eight).
2.Derajat II
Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang bergerigi, dengan cara
mengklem masing-masing sisi kanan dan kirinya lalu dilakukan
pengguntingan untuk meratakannya.
Setelah pinggiran robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan. 3.

3. Derajat III dan IV


Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki dokter spesialis
obstetric dan ginekologi.

SOP MASTITIS
A.TAHAP PERSIAPAN
1.Persiapan Alat

1) Lampu
2) Kasa steril
3) Sarung tangan steril
4) Heating Set
5) Benang jahit / Catgut
6) Laboratorium sederhana untukpemetriksaan darah rutin, golongan
darah.

2. Persiapan Pasien

1) Memberi salam dan memperkenalkan diri


2) Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan
3) Meminta Pengunjung atau keluarga menunggu di luar

3. Persiapan lingkungan
1) Menutup pintu atau memasang sampiran
2) Meletakkan alat di tempat yang mudah di jangkau

B. Tahap pelaksanaan
1.Cuci tangan
2.Pakai Sarung tangan
3. Melakukan Pemeriksaan fisik
a.Pemeriksaan tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
b.Pemeriksaan payudara:
1. payudara membengkak
2. lebih teraba hangat
3. kemerahan dengan batas tegas
4. adanya rasa nyeri
5. unilateral
6. dapat pula ditemukan luka pada payudara
4. Mendiagnosa Pasien
Diagnosis klinis
Mastitis
Berdasarkan tempatnya, mastitis dapat dibedakan
menjadi 3 macam, antara lain:
a.Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.
b.Mastitis ditengah payudara yang menyebabkan abses
ditempat itu.
c.Mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara payudara dan otot-otot
dibawahnya

5. Penatalaksanaan
a.Memberikan informasi kepada para ibu menyusui
sebagai upaya pencegahan terjadinya mastitis, dengan
melakukkan perawatan payudara yang baik, pemberian laktasi
yang adekuat, dan membersihkan sisa air susu yang ada dikulit
payudara.
b.Melakukkan pencegahan terjadinya komplikasi abses
dan sepsis dengan cara :
bedrest , pemberian cairan yang cukup, tetap dianjurkan untuk
laktasi dan pengosongan payudara.
c.Lakukkan kompres hangat

D.Lakukkan massase pada punggung untuk merangsang pengeluaran


oksitosin agar ASI dapat menetes keluar.
e.Bila sudah terjadi abses : dapat dilakukan insisi/sayatan untuk
mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa/
handscoen drain agar nanah dapat keluar. Sayatan sebaiknya dibuat
sejajardengan duktus laktiferus untuk mencegah kerusakan pada jalannya
duktus tersebut.
SOP PENYAKIT KELAMIN
A.TAHAP PERSIAPAN
1.Persiapan Alat

1) Ginecology bed
2) Spekulum vagina
3) Lampu
4) Kertas lakmus

2. Persiapan Pasien

1. Memberi salam dan memperkenalkan diri


2. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan
3. Meminta Pengunjung atau keluarga menunggu di luar

3. Persiapan lingkungan
1. Menutup pintu atau memasang sampiran
2. Meletakkan alat di tempat yang mudah di jangkau

B. Tahap pelaksanaan
1.Cuci tangan
2.Pakai Sarung tangan
3. Melakukan Pemeriksaan fisik
Penyebab discharge terbagi menajdimasalah infeksi dan non infeksi
Masalah non infeksi dapat karena benda asing, peradangan akibat
alergi atau iritasi, tumor, vaginitis atropik, atau prolaps uteri, sedangkan
masalah infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus seperti berikut
ini:
a.Kandidiasis vaginitis, disebabkan oleh Candida Albicans, duh tubuh
tidak berbau, pH < 4,5 , terdapat eritema vagina dan eritema satelit di luar
vagina
b.Vaginosis bakterial (pertumbuhan bakteri anaerob, biasanya
Gardnerella vaginalis), memperlihatkan adanya duh putih/abu-abu yang melekat
disepanjang dinding vagina dan vulva, berbau amis dengan pH > 4.5
c.Cervisitis yang disebabkan oleh chlamydia, dengan gejala inflamasi
serviks yang mudah berdarah dan disertai duh mukopurulen
d.Trichomoniasis, seringkali asimtomatik, kalau bergejala, tampak duh
kuning kehijauan, duh berbuih, bau amis dan pH > 4,5
e.Pelvic inflammatory disease (PID) yang disebabkan oleh
Chlamydia ditandai dengan nyeri abdomen bawah, dengan atau tanpa demam.
Servisitis bisa ditandai dengan kekakuan adneksa dan serviks pada nyeri angkat
palpasi bimanual.
f.Liken planus
g.Gonore
h.Infeksi menular seksual lainnya
i.Atau adanya benda asing (misalnya tampon atau kondom yang terlupa
diangkat

4. Mendiagnosa Pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan spekulum, palpasi
bimanual, uji pH duh vagina dan swab (bila diperlukan)
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

5. Penatalaksnaan
Penatalaksanaan Pasien dengan riwayat risiko rendah penyakit menular seksual
dapat diobati sesuai dengan gejala dan arah diagnosisnya.
Vaginosis bakterial:
a.Metronidazole atau Clindamycin secara oral atau per vaginam.
b.Tidak perlu pemeriksaan silang dengan pasangan pria.
c.Bila sedang hamil atau menyusui gunakan metronidazole 400 mg 2x sehari
untuk 5-7 hari atau pervaginam. Tidak direkomendasikan untuk minum 2 g
peroral.
d. Tidak dibutuhkan peningkatan dosis kontrasepsi hormonal bila
menggunakan antibiotik yang tidak menginduksi enzim hati.
e.Pasien yang menggunakan IUD tembaga dan mengalami vaginosis bakterial
dianjurkan untuk mengganti metode kontrasepsinya.

Vaginitis kandidiosis terbagi atas:


a.Infeksi tanpa komplikasi
b.Infeksi parah
c.Infeksi kambuhan
d.Dengan kehamilan
e.Dengan Diabetes atau imunokompromi

Penatalaksanaan vulvovaginal kandidiosis:


a.Dapat diberikan azole antifungal oral atau pervagina
b.Tidak perlu pemeriksaan pasangan
c.Pasien dengan vulvovaginal candidiosis yang berulang dianjurkan untuk
memperoleh pengobatan paling lama 6 bulan.
d.Pada saat kehamilan, hindari obat anti-fungi oral, dan gunakan imidazole
topikal hingga 7 hari.
e.Hati-hati pada pasien pengguna kondom atau kontrasepsi lateks lainnya,
bahwa penggunaan antifungi lokal dapat merusak lateks
f.Pasien pengguna kontrasepsi pil kombinasi yang mengalami vulvovaginal
kandidiosis berulang, dipertimbangkan untuk menggunakan metoda kontrasepsi
lainnya

Chlamydia:
a.Azithromycin 1g single dose , atau Doxycycline 100 mg 2x sehari untuk 7
hari
b.Ibu hamil dapat diberikan Amoxicillin 500 mg 3x sehari untuk 7 hari atau
Eritromisin 500 mg 4x sehari untuk 7 hari

Trikomonas vaginalis:
a.Obat minum nitromidazole (contoh metronidazole) efektif untuk mengobati
trikomonas vaginalis
b.Pasangan seksual pasien trikomonas vaginalis harus diperiksa dan diobati
bersama dengan pasien
c.Pasien HIV positif dengan trikomonas vaginalis lebih baik dengan regimen
oral penatalaksanaan beberapa hari dibanding dosis tunggal
d.Kejadian trikomonas vaginalis seringkali berulang, namun perlu
dipertimbangkan pula adanya resistensi obat

6. Kriteria rujukan Pasien dirujuk apabila:

a.Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk pasangan


b.Dibutuhkan pemeriksaan kultur kuman gonore
c.Adanya arah kegagalan pengobatan

Anda mungkin juga menyukai