Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang bermula terjadi pada sekitar tahun 1997 telah membawa bangsa
dan negara Indonesia ke dalam jurang kebinasaan. Krisis tersebut tidak hanya berdampak
pada kegiatan ekonomi semata tetapi kemudian menjadi efek domino dan menjalar juga pada
krisis di bidang lain. Dalam situasi dan keadaan yang seperti ini, masyarakat pada akhirnya
menyadari akan pentingnya mencari dan mengembangkan sistem ekonomi alternatif yang
mampu mencegah terjadinya konsentrasi kekayaan di tangan segelintir kelompok orang.

Beberapa tahun kemudian, masyarakat mulai mengenal sistem perekonomian Islam dan
perbankan Islam yang pada akhirnya menjadi sangat populer hingga sekarang. Menjamurnya
bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan Islam lainnya di Indonesia ini pada akhirnya
berkembang dan mulai banyak dimintai oleh masyarakat. Meskipun menggunakan label
Islam di belakangnya, di beberapa daerah tertentu perbankan Islam ternyata mampu masuk
dan diterima oleh kalangan non-muslim. Ilustrasi ini seolah menjadi pembenar ungkapan
bahwa agama Islam adalah rahmat bagi semesta alam, bukan hanya untuk kaum muslimin
semata.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian daya tarik, Bank Islam dan deposan ?

2. Apa yang menjadi daya tarik dan keunggulan Bank Syariah?

3. Bagamanakah pola hubungan Bank Islam dengan deposan ?

C. Tujuan

1
1. Mengetahui pengertian daya tarik, Bank Islam dan deposan.
2. Memahami dengan baik daya tarik dari Bank Islam.
3. Mengetahui hubungan antara Bank Islam dengan deposan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Islam dan Deposan

1. Bank Islam

Bank Islam sebenarnya di Indonesia lebih populer disebut dengan istilah bank syariah.
Adapun pengertian bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam atau bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al
Quran dan Hadits.1 Pengertian syariah secara harfiah adalah jalan Allah seperti yang ditunjukkan
oleh al Quran dan as Sunnah / Hadits.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip syariah di dalam pengertian ini


adalah prinsip-prinsip atau ketentuan mengenai hukum muamalat. Dalam ketentuan hukum
muamalat, prinsip utama muamalat ekonomi atau perbankan islami adalah menghindarkan diri
dan menjauhkan diri dari unsur-unsur riba dengan menggantinya dengan sistem bagi hasil dan
pembiayaan perdagangan. Riba secara bahasa berarti al-ziyadah yang berarti tambahan. 2
Sedangkan menurut istilahnya, riba dalam pandangan Prof. Abdul Manannan, Ph.D. dalam
bukunya Teori dan Praktek Ekonomi Islam adalah perpanjangan batas waktu dan penambahan
jumlah peminjaman uang sehingga berjumlah begitu besar, sehingga pada akhir jangka waktu
peminjaman itu, si peminjam akan mengembalikan kepada orang yang meminjamkan sejumlah
dua kali lipat atau lebih dari jumlah pokok yang dipinjamkannya.

1 Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang mengacu kepada
ketentuan-ketentuan al Quran dan Hadits (Antonio dan Perwataatmadja, 1999: 1).

2 Riba secara bahasa berarti al-ziyadah yang berarti tambahan

2
2. Deposan

Secara umum deposan merupakan nasabah dari suatu bank yang mana menggunakan jasa bank
dan berinteraksi dengan bank tersebut. Namun secara lebih terperinci deposan merupakan
nasabah yang hanya menggunakan jasa penyimpanan di bank atau disebut dengan deposito.
Sementara itu, Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
mengenal pengertian nasabah penyimpanan(deposan) sebagaimana dijelaskan dalam Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, yaitu nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

B. Daya Tarik dan Keunggulan Bank Syariah

1. Berpihak pada nasabah

Daya tarik bank syariah terletak pada keberpihakannya kepada nasabah. Pada sisi
simpanan, porsi bagi hasil yang diberikan kepada nasabah penyimpan, selalu lebih besar dari
pada porsi bagi hasil bagi bank, misalnya, 65 % untuk nasabah dan 35% untuk bank. Sedangkan
pada sisi pembiayaan, porsi bagi hasil yang diberikan kepada nasabah pembiayaan, selalu lebih
besar dari pada bagi hasil untuk bank. Misalnya 70 % untuk nasabah , 30 % untuk bank. Masih
pada sisi pembiayaan, harga jual bank pada nasabah pembiayaan murabahah diusahakan selalu
lebih ringan dibandingkan dengan tingkat bunga pinjaman.

2. Kebersamaan

Daya tarik bank syariah terlihat juga pada dibinanya kebersamaan antara tiga pihak,
yaitu :

a. Nasabah penyimpan dana (deposan atau penabung),

b. Bank,

c. Penerima Pembiayaan.

Ketiga pihak diatas samasama membagi keuntungan sesuai dengan porsi yang
disepakati. Apabila bank memperoleh keuntungan besar, maka semua pihak mendapatkan
keuntungan yang besar pula. Sebaliknya, bila keuntungan usaha bank itu sedikit, karena cuaca
perekonomian yang lesu, maka ketiga pihak itu sama sama mendapatkan keuntungan yang
kecil pula.

3
Di sini jelas, di antara ketiganya tidak ada perbedaan kepentingan, karena ketiganya
mempunyai kepentingan yang sama, yaitu memperoleh keuntungan optimal dalam keadaan
apapun, maka tidak mengherankan apabila perbankan syariah adalah sistem perbankan yang
tangguh untuk segala cuaca perekonomian. Dengan kebersamaan ini, bank syariah dapat
menciptakan keharmonisan kepentingan antara nasabah penyimpan, bank dan nasabah
pembiayaan.

3. Tahan Menghadapi Gejolak Moneter

Penerapan bagi hasil dan ditinggalkannya sistem bunga, membuat bank Islam lebih
tangguh dan tahan banting dari pengaruh gejolak moneter, baik dari dalam maupun dari luar
negeri. Fakta telah membuktikan secara nyata tentang ketangguhan sistem syariah. Ketika krisis
berlangsung, dari 260 bank yang ada di Indonesia, hanya sedikit yang bisa bertahan. Lebih dari
sepertiga bank bank yang ada, mengalami likuidasi (ditutup), selebihnya goncang dan hanya
bisa bertahan karena BLBI ratusan trilyunan dari pemerintah.

Kalau tidak ada BLBI dan rekapitalisasi berupa suntikan dana segar dari pemerintah kita,
niscaya semua bank tewas oleh likuidasi. Hal itu disebabkan dengan sistem bunga (riba) yang
berlaku saat itu. Hampir semua bank mengalami negative spread. Dimana bank harus membayar
bunga simpanan lebih tinggi, sementara bunga yang dipinjamkan jauh lebih rendah. Hal ini
diperparah dengan kredit macet para pengusaha.Akibatnya dari hari ke hari modal bank terkuras
dan akhirnya terkubur dibawah likuidasi.Tetapi, kondisi itu berbeda dengan bank bank syariah
yang ketika itu telah berjumlah 80 buah (sebuah bank Muamalat dan 79 BPRS Syariah).Hal ini
disebabkan karena bank syariah tidak dibebani membayai bunga simpanan nasabah.Bank syariah
hanya membayar bagi hasil yang jumlahnya sesuai dengan tingkat keuntungan perbankan
syariah. Dengan sistem bagi hasil tersebut, maka jelas bankbank syariah selamat dari negative
spread.

4. Ikatan Emosional Yang Kuat

Selanjutnya, daya tarik bank syariah terletak pada kuatnya ikatan emosional keagamaan
antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabahnya.Dari ikatan emosional inilah dapat
dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi resiko usaha dan membagi keuntungan secara
adil dan jujur.Adanya keterikatan secara religi (keislaman dan keimanan), maka semua pihak
yang terlibat dalam bank syariah akan berusaha sebaik- baiknya sebagai pengamalan ajaran
agamanya, sehingga berapapun hasil yang diperoleh diyakini membawa berkah.

5. Menekan Inflasi

4
Ekonomi Islam sangat membeci inflasi, karena itu Islam mengajarkan sistem ekonomi
yang berupaya pencegahan inflasi adalah melalui penerapan sistem bagi hasil. Dengan
diterapkannya sistem bagi hasil, maka cost fush inflasion yang ditimbulkan oleh perbankan
sistem bunga, dihapuskan sama sekali. Dengan demikian, bank Islam akan dapat menjadi
pendukung kebijakan moneter yang handal.

Jadi penghapusan sistem bunga yang diganti dengan bagi hasil, menimbulkan dampak
positif bagi penekanan inflasi, artinya sistem bagi hasil akan mengurangi terjadinya inflasi,
karena bagi hasil tidak menetapkan bunga yang harus dibayarkan ke bank, tetapi didasarkan pada
keuntungan si peminjam. Sedangkan sistem bunga secara signifikan mendorong inflasi, karena
sipeminjam akan menggeser biaya bunga kepada harga jual barang atau jasa.

6. Pemihakan pada Ekonomi Rakyat

Selama ini banyak bank konvensional yang berpihak pada pengusaha besar
(konglemerat).Pengusaha kecil dan menengah, apalagi pengusaha kecil paling bawah, tidak
mempunyai akses kapada lembaga perbankan.Ratusan triliyun dihabiskan untuk BLBI yang
bermasalah.

Semuanya disebabkan oleh ulah para konglemerat. Dana masyarakat, mereka kuras
untuk kepentingan usaha mereka sendiri. Dana rakyat tidak dikembalikan kepada rakyat itu
sendiri.Tragisnya lagi, ketika usaha yang mereka kelola goncang, karena krisis moneter, dan
mereka tidak bisa mengembalikan uang nasabah (rakyat), maka pemerintah terpaksa
mengeluarkan BLBI yang jumlahnya sangat besar itu.

Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah sangat berpihak pada ekonomi
rakyat.Simpanan dan tabungan rakyat dikembalikan kepada rakyat untuk digunakan dalam
usaha-usaha yang produktif dan dijamin halal.

Apabila bank-bank syariah berkembang dalam jumlah besar dan mendapat dukungan luas
dari segenap umat Islam, maka insya Allah akan meningkatkan penghasilan masyarakat dan
perekonomian rakyat semakin tumbuh.

7. Kelonggaran Psikologis

Adanya fasilitas pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang tidak membebani


nasabah secara tetap berupa bunga, akan memberi kelonggaran pchicologis kepada nasabah
untuk dapat berusaha secara tenang dan sungguh-sungguh.

5
8. Tidak diskrimatif

Dengan diterapkannya sistam bagi hasil sebagai pengganti bunga, maka tidak ada
diskriminasi terhadap nasabah yang didasarkan atas kemampuan ekonominya, sehingga
aksebilitas bank Islam menjadi sangat luas.

9. Memberikan Kesempatan yang Luas

Adanya fasilitas pembiayaan pengadaan barang modal dan peralatan produksi melalui
murabahah, yang lebih mengutamakan kelayakan usaha daripada jaminan (colateral), sehingga
siapapun, baik pengusaha ataupun bukan, mempunyai kesempatan yang luas untuk berusaha,
terutama bagi pengusaha kecil dan menengah yang jumlahnya mencapai 98,8% di Indonesia.

10. Meningkatkan Produksi dan Memperlancar Arus Barang

Selain itu, penggunaan pembiayaan mudharabah dan musyarakah secara signifikan


meningkatkan produksi, karena bank syariah memberikan pembiayaan kepada masyarakat yang
memiliki usaha yang layak untuk produktif.Sedangkan produk jual beli murabahah juga secara
signifikan memperlancar dan mencepat arus barang.Dengan demikian hal ini memicu
pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Penggantian sistem bunga dengan sistem mudharabah/musyarakah akan memperluas


kesempatan kepada masyarakat untuk berusaha, sehingga menimbulkan usaha-usaha baru.
Perkembangan usaha-usaha baru tentu berpengaruh terhadap peningkatan perkapita penduduk
yang ada gilirannya akan meningkatkan produksi dan pertumbuhan ekonomi.

11. Pinjaman Lunak

Bank syariah mempunyai keunikan yang tidak dimiliki bank konvensional, yakni melalui
produk kredit kebajikan atau pinjaman lunak tanpa bagi hasil yang disebut produk (al-qardhul
hasan). Dana fasilitas ini diperoleh dari hasil pengumpulan zakat, infaq dan sedeqah baik dari
para amil zakat yang masih mengendap di bank maupun dari Lembaga Amil Zakat, seperti Baitul
Mal Muamalat dan BAZIS.

12. Transparan

6
Dengan adanya sistem bagi hasil, maka untuk menyimpan dana, telah tersedia peringatan
dini tentang kondisi dan keadaan banknya, yang bisa diketahui sewaktu-waktu dari naik dan
turunnya jumlah bagi hasil yang diterima setiap bulan. Hal ini harus diketehuinya secara
transparan.Transparan ini terlihat pula dalam UU.No.10/19983, dimana kerahasiaan bank tidak
termasuk dari aspek pembiayaan. Artinya, nasabah penabung berhak mengetahui ke mana dana
simpanan digunakan dan siapa yang menerima pembiayaan itu, dan berapa keuntungan yang
diperoleh bank setiap bulan.

Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan
keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan
suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai
penanaman modal.

C. Pola Hubungan Bank Islam dengan Deposan


Dewasa ini perbankan syariah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Keberadaannya
telah mulai menjamur di mana-mana di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu produk yang
dikembangkan dan ditawarkan bank syariah adalah deposito mudharabah. Deposito mudharabah,
jelas, memiliki perbedaan yang mendasar dengan deposito di bank konvensional. Deposito
mudharabah mengikuti prinsip-prinsip mudharabah sebagaimana tertuang dalam ketentuan
hukum syariah.
Majlis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional (DSN) telah mengelaurkan
fatwa mengenai deposito syariah, yaitu fatwa No: 03/DSN-MUI/IV/2000. Menurut fatwa
tersebut deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang berdasarkan
perhitungan bunga. deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah.
Perbedaan utama antara deposito mudharabah dengan dengan deposito bank
konvensional, antara lain, deposito syariah menggunakan system bagi hasil, sedangkan deposito
pada bank konvensional menggunakan system bunga. Dengan demikian pendapatan dari
deposito mudharabah tidak tetap sebagaimana pada bunga, melainkan berfluktuasi sesuai tingkat
pendapatan bank syariah.
Selain itu perlu dicatat, bahwa kedudukan deposito mudharabah di bank syariah tidak
dianggap sebagai hutang bank dan piutang nasabah. Desosito mudharabah merupakan investasi
nasabah kepada bank syariah, sehingga dalam akuntansinya, kedudukan deposito tidak dicatat
sebagai hutang bank, tetapi dicatat dan disebut sebagai investasi, biasanya disebut investasi tidak
terikat (mudhrabah muthlaqah).
Secara lebih luas berikut ini akan dipaparkan tiga karakter deposito syariah Pertama,
keuntungan dari dana yang didepositikan, harus dibagi antara shahibul maal (deposan) dan

3 UU.No.10/1998 : tentang perbankan

7
mudharib (bank) berdasarkan nisbah bagi hasil yang disepaki. Yang menjadi acuan dalam
deposito syariah ini adalah nisbah, bukan bunga.
Kedua, keuntungan(bagi hasil) yang diterima deposan akan meningkat sesuai dengan
peningkatan keuntungan bank. Hal ini tentu berbeda dengan bunga yang sifatnya tetap.
Sedangkan dalam bank syariah bagi hasil yang diterima berfluktuasi. Sistem pehitungan bagi
hasil di bank syariah ada dua jenis, yakni, pertama, profit/loss sharing. Dalam sistem ini, besar-
kecil pendapatan bagi hasil yang diterima nasabah tergantung keuntungan bank. Dalam sistem ini
bagi hasil diberikan kepada nasabah setelah dipotong biaya operasional bank. Kedua, revenue
sharing, penentuan bagi hasil tergantung pendapatan kotor bank. Bank-bank Syariah di Indonesia
umumnya menerapkan sistem revenue sharing karena bank syariah lebih berpihak kepada
kemaslahatan/kepentingan nasabah dan juga untuk menghilangkan kecurigaan nmasabah atas
penggunaan biaya operasional bank. Jadi, pola ini dapat memperkecil kerugian bagi nasabah.
Hanya saja, jika bagi hasil didasarkan pada profit sharing, persentase bagi hasil untuk nasabah
jauh lebih tinggi sedangkan nisbah untuk revenue sharing lebih rendah dibanding profit sharing.
Tingginya nisbah pada sistem profit sharing sangat logis dan adil, karena segala biaya
operasional sudah ditanggulangi oleh shahibul mal (doposan), sementara pada revenue sharing
biaya operasional ditanggulangi perbankan syariah.
Ketiga, adanya tenggang waktu antara dana yang diinvestasikan dan pembagian
keuntungan (biasanya jangka waktunya 1,3, 6, 12 dan 24 bulan). Oleh karena deposito memiliki
jangka waktu tertentu, maka uang nasabah yang telah diinvestasikan di bank syariah tidak boleh
ditarik setiap saat sebagaimana pada tabungan biasa. kehendak hatinya.
Keempat, Nisbah bagi hasil deposito biasanya lebih tinggi daripada nisbah bagi hasil
tabungan biasa. Hal ini disebabkan karena masa investasi deposito jauh lebih panjang dibanding
tabungan biasa, sehingga peluang return investasinya lebih besar.
Kelima, Ketentuan teknis pembukaan deposito mengikuti ketentuan teknis bank, seperti
syarat-syarat pembukaan, penutupan, formulir akad, bilyet, tanda tangan, dan sebagainya.

Menurut fatwa DSN No 3/2000, Ketentuan Umum deposito Mudharabah adalah sebagai berikut :
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank
bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya.

8
6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan
yang bersangkutan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bank Islam adalah bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara
bermuamalat secara islami, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Quran dan Hadist.
Sedangkan deposan merupakan nasabah bank yang menempatkan dananya di suatu bank dengan
perjanjian tertentu antara bank dengan nasabah yang bersangkutan.

Kehadiran Bank Islam diharapkan dapat berpengaruh terhadap lahirnya suatu sistem
ekonomi islam yang menjadi keinginan bagi setiap negara islami. Kehadiran Bank Syariah
diharapkan dapat alternatif bagi masyarakat dalam memanfaatkan jasa perbankan yang selama
ini masih didominasi oleh system konvensional/sistem bunga.

Bank Islam menerapkan sitem mudharabah atau bagi hasil dengan deposan sehingga pola
hubungan seperti ini akan menjadi daya tarik bagi masyarakat yang ingin terlepas dari sistem
bunga yang disebutsebut hukumnya adalah riba.

9
DAFTAR PUSTAKA

M. Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, GIP, Jakarta : 2001.

Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Alvabet, Jakarta : 2000.

Darmono. W, Haris, Operasional Bank Syariah, Bank Mini Syariah, Jakarta : 2005.

Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 1, Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995.

Al-goud, Latifa M. & Mervin K, Perbankan Syariah : Prinsip, Praktek, dan Prospek, Lewis,
Serambi, 2004

10

Anda mungkin juga menyukai