Anda di halaman 1dari 2

Dualism PPP yang ditahun 2014 lalu menjadi sorotan public karena

perpecahan kubu Romahurmuziy dan pihak Surya Darma Ali yang di wakili
oleh Djan Farid yang memperebutkan keabsahan hasil muktamar oleh
kementerian hukum dan ham Yasona Laoly pada saaat itu, pada akhirnya
kubu Romahurmuziy lah yang disahkan sebagai kepengurusan DPP PPP
yang sah dan di akui oleh Negara melalui SK Kmenekumham no M.HH-
07.AH.11.01 Tahun 2014.

2 tahun berlalu permasalahan ini, beberapa minggu terakhir timbul


lagi konflik dualism PPP pihak romahurmuziy dan Djan Farid, kedua kubu
ini memiliki 2 kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang
berbeda. Kelompok Romahurmuziy mendukung pasangan Agus-Sylvi
sedangkan kelompok Djan Farid mendukung pasangan Ahok-Djarot. Yang
berbuntut kepada Tarik menarik simpatik kedua pihak kepada menteri
hukum dan Ham, Yasona Laoly.

Yang menarik disini adalah Yasona Laoly kembali terseret pada


konflik Partai PPP yang sebenarnya sudah KEMENKUMHAM selesaikan
pada tahun 2014 dengan bukti SK M.HH-07.AH.11.01 Tahun 2014. Dari
terbitnya SK tersebut sebenarnya kementerian hukum dan Ham sebagai
perwakilan Negara sudah mengesahkan bahwa partai PPP yang sah
sebagai partai politik sesuai UU no 2 tahun 2011 perubahan atas UU no 2
tahun 2008 tentang partai politik ialah kubu Romahurmuziy.

Jika dilihat dari hasil keputusan kemnterian hukum dan HAM 2 tahun
lalu dan putusan pengadilan negeri Jakarta pusat gugatan Djan Faridz
kepada pemerintah yang dilakukan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
yang menggugat Presiden RI, Menkumham, Menkopolhukam dengan
meminta ganti rugi sebesar Rp1 triliun telah di tolak oleh pengadilan.

Menteri Hukum dan HAM sampai saat ini belum mengatakan kubu mana
yang dikatakan sah sebagai kepengurusan PPP untuk mengusung calon
gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.
Dari hasil wawancara menteri hukum dan HAM oleh Republika menteri
hukum dan HAM mengatakan bahwa pihak djan Farid memiliki bukti baru
(novum) untuk menguatkan dan meyakinkan kementerian hukum dan
HAM meninjau kembali SK yang sudah menteri hukum dan HAM terbitkan
2 tahun lalu.

Jika memang kubu djan farid memiliki bukti baru terhadap keabsahan
muktamar versi Yogyakarta seharusnya bukti bukti tersebut harus dapat
diutarakan kepada public, ini sekedar untuk menyelamatkan nama baik
dari kementerian hukum dan HAM yang memang jika SK PPP atas nama
Romahurmuziy dibatalkan, maka memperlihatkan kesan politis terhadap
kementerian tersebut 2 tahun silam.

Secara Kewenangan memang Menteri Hukum dan HAM memiliki


kewenangan penuh terhadap keluarnya aturan atau keputusan tertentu
yang menjadi tupoksi dari kementerian tersebut. Yang harus di perhatikan
ialah 2 hal, pertama; kehadiran partai politik di Indonesia dan kementerian
Hukum dan HAM ialah aspek penting dalam Negara demokrasi. Partai
politik harusnya menjadi wadah untuk menjalankan system demokrasi
bangsa dan Negara ini.
Kementerian hukum dan HAM jangan menjadi bom waktu dalam proses
demokrasi ini, kementerian hukum dan HAM harus mampu keluar dari
tendensi terhadap salah satu kepentingan kelompok tertentu atas nama
kepentingan dan kebutuhan masyarakat akan proses demorkasi.

Anda mungkin juga menyukai