perpecahan kubu Romahurmuziy dan pihak Surya Darma Ali yang di wakili
oleh Djan Farid yang memperebutkan keabsahan hasil muktamar oleh
kementerian hukum dan ham Yasona Laoly pada saaat itu, pada akhirnya
kubu Romahurmuziy lah yang disahkan sebagai kepengurusan DPP PPP
yang sah dan di akui oleh Negara melalui SK Kmenekumham no M.HH-
07.AH.11.01 Tahun 2014.
Jika dilihat dari hasil keputusan kemnterian hukum dan HAM 2 tahun
lalu dan putusan pengadilan negeri Jakarta pusat gugatan Djan Faridz
kepada pemerintah yang dilakukan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
yang menggugat Presiden RI, Menkumham, Menkopolhukam dengan
meminta ganti rugi sebesar Rp1 triliun telah di tolak oleh pengadilan.
Menteri Hukum dan HAM sampai saat ini belum mengatakan kubu mana
yang dikatakan sah sebagai kepengurusan PPP untuk mengusung calon
gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.
Dari hasil wawancara menteri hukum dan HAM oleh Republika menteri
hukum dan HAM mengatakan bahwa pihak djan Farid memiliki bukti baru
(novum) untuk menguatkan dan meyakinkan kementerian hukum dan
HAM meninjau kembali SK yang sudah menteri hukum dan HAM terbitkan
2 tahun lalu.
Jika memang kubu djan farid memiliki bukti baru terhadap keabsahan
muktamar versi Yogyakarta seharusnya bukti bukti tersebut harus dapat
diutarakan kepada public, ini sekedar untuk menyelamatkan nama baik
dari kementerian hukum dan HAM yang memang jika SK PPP atas nama
Romahurmuziy dibatalkan, maka memperlihatkan kesan politis terhadap
kementerian tersebut 2 tahun silam.