Anda di halaman 1dari 5

I.

Latar belakang

Perjanjian Kemitraan Ekonomi Strategis Trans-Pasifik (TPSEP atau P4)


adalah perjanjian dagang antara Brunei, Chili,Selandia Baru, dan Singapura. Tujuannya
adalah mendorong liberalisasi negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.

Sejak 2010, negosiasi dilakukan untuk merumuskan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP)


yang merupakan perluasan dari TPSEP. TPP adalah rencana perjanjian dagang yang
dirundingkan oleh Australia, Brunei, Chili, Kanada, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia
Baru, Peru, Singapura, Amerika Serikat, dan Vietnam pada Agustus 2013.

Baru pada tanggal 5 Oktober tahun 2015 lalu disetujui sesudah perundingan selama
lima tahun. Beranggotakan 12 negara: Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Selandia
Baru, Meksiko, Cile, Peru, dan empat negara Asia Tenggara: Malaysia, Singapura, Brunei
dan Vietnam.

Blok ekonomi TPP ini akan nyaris menghapuskan tarif perdagangan di 12 negara
mencakup 40% perekonomian dunia. Ini pasar yang teramat besar yang bisa sangat
menguntungkan bagi produk Indonesia jika bergabung, namun juga menciptakan ancaman,
karena Indonesia juga terbuka bagi 12 negara itu.
II. Rumusan Masalah

1. Perlu atau tidak Indonesia mengikuti TTP?


2. Jika Indonesia bergabung dengan TTP apa kekurangan dan kelebihanyang didapatkan

III.Analisa SWOT dan Macro Environment Issues

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk


mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats). Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
mencapai tujuan tersebut.

Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal
yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik
SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi
kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi
ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan
sebuah ancaman baru.

Berikut penjabaran analisis SWOT:

1. Strength(Kekuatan)
Merupakan kondisi internal yang menunjang suatu organisasi untuk mencapai
objektif yang diinginkan.
2. Weakness(Kelemahan)
Merupakan kondisi internal yang menghambat suatu organisasi umtuk
mencapai objektif yang diinginkan.
3. Opportunity(Peluang)
Merupakan kondisi eksternal yang memberikan peluang bagi perkembangan
organisasi dimasa yang akan datang.
4. Threat(Ancaman)

Merupakan kondisi eksternal yang menjadi ancaman bagi eksistensi


organisasi.
Analisa SWOT pada PT Astra International Tbk

Faktor Internal (Streght)

1. Indonesia dengan penduduk sebesar 250 juta merupakan kekuatan ekonomi terbesar
di Asia Tenggara.
2. Ekonomi Indonesia adalah ekonomi terbuka sehingga menarik bagi negara lain.
3. Mempunyai letak geografis yang strategis sehingga sangat menguntungkan bagi
Indonesia
4. Memiliki kekayaan sumber daya alam yang dapat menghidupi rakyat Indonesia.

Faktor Internal (Weakness):

1. Masih banyaknya tenaga kerja kita yang memiliki pendidikan yang rendah sehingga
kurang dapat bersaing dalam dunia tenaga kerja
2. Masih kalah bersaingnya produk kita dengan negara TPP sehingga indonesia
cenderung menjadi pasar bagi negara asing.
3. Kekuatan industri di Indonesia masih belum terlalu kuat, sehingga nantinya lebih
banyak menjadi sasaran empuk negara-negara anggota TPP lainnya untuk
memasarkan produk mereka.
4. Terlambatnya Indonesia masuk ke TTP membuat beratnya persyaratan yang harus
dipenuhi.

Faktor Eksternal (Opportunity) :

1. TPP akan menghapuskan 100 % hambatan tariff secara bertahap (berbeda dengan
RCEP sebesar 65%).
2. Terbukanya pasar yang sangat besar bagi produk indonesia.
3. Indonesia akan memiliki akses mudah untuk memasarkan produknya ke AS,
mengingat selama ini ekspor Indonesia ke AS masih sering menghadapi kendala.
4. Dengan bergabung pada TPP, Indonesia akan memiliki peluang mengembangkan
pasar ke negara-negara maju yang tergabung di dalamnya.

Faktor Eksternal (Threats) :

1. TPP mengancam kedaulatan ekonomi nasional. Salah satu klausul dalam TPP adalah
investor bisa menggugat negara anggota TPP di arbitrase internasional.
2. TPP dikhawatirkan akan semakin memperlebar defisit neraca perdagangan Indonesia
dengan negara-negara anggota.
3. Indonesia juga harus mengikuti aturan main yang ditetapkan TPP, termasuk tarif
murah dan tidak mengistimewakan badan usaha milik negara (BUMN)

Kerugian yang dapat ditimbulkan jika kelak Indonesia ikut bergabung dengan TTP sebagai
berikut:

1. Hilangnya kontrol negara atas sektor publik: TPP mendorong negaranegara untuk
membuka sektor publiknya untuk dapat dimasuki oleh investasi asing, khususnya
Amerika, hingga 100 persen.
2. Memandulkan BUMN bagi kepentingan nasional: TPP hendak memastikan negara
tidak memberikan banyak subsidi untuk BUMNsehingga korporasi asing
bisa memenangkan kompetisi.
3. Hilangnya akses terhadap obat-obatan murah: Penghapusan ketentuan fleksibilitas
TRIPS dalam TPP mengakibatkan monopoli obat-obatan oleh korporasi asing dengan
harga mahal.
4. Terancamnya kedaulatn pangan dan kedaulatan petani: Selama ini,perusahaan benih
dan pestisida asing telah memonopoli benih-benih ciptaannya
5. Buruh terus tertindas: TPP hendak melarang negara membuat regulasiyang
melindungi buruh, bahkan tidak menginginkan adanya proses ilmupengetahuan dan
tekhnologi.
6. UMKM tergilas: Penghapusan tarif hingga batas paling rendah akanmemudahkan
produk AS dan negara industri lainnya masuk, namunsebaliknya produk Indonesia
akan sulit menembus pasar negara-negarayang bergabung dalam TPP
7. Impor undang-undang Amerika: TPP hendak mengadopsi seluruh standar regulasi AS
yang selama ini dipromosikan melalui OECD sebagai prakter pengambilan keputusan.

IV. Kesimpulan dan Saran

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa bilamamana Indonesia masuk


menjadi anggota TPP akan lebih banyak mengalami kerugian dari pada keuntungan yang
diperoleh dan sangat riskan akan dituntut oleh negara anggota TPP oleh karena regulasi
pemerintah banyak yang bertentangan dengan aturan TPP. Seperti undang undang Investasi
Asing di Indonesia. Dan juga Indonesia harus siap mengurangi sektor dan industri yang
selama ini tertutup bagi kepemilikan asing. Sebaliknya, eksportir produk manufaktur seperti
tekstil, yang sesungguhnya bisa memanfaatkan murahnya akses pasar TPP, justru jadi
terkesan minoritas.
Apabila Indonesia bergabung dengan TPP, maka ada beberapa Undang-undang yang
harus disesuaikan dengan persyaratan ataupun klausul dalam TPP : Undang-undang
perbankan. Adanya pembatasan operasional bank asing di Indonesia yang tercantum dalam
UU Perbankan bertentangan dengan tujuan TPP itu sendiri.

Sebaiknya Pemerintah Indonesia harus menunda keikutsertaannya dalam TPP hingga


Indonesia benar-benar siap. Lebih baik fokus pada kerjasama yang sekarang sudah mulai
akan diberlakukan semisal MEA dan intens dalam mengikuti RCEP.

Anda mungkin juga menyukai