PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari infertilitas?
2. Apa faktor-faktor penyebab infertilitas?
3. Apa diagnosis dari infertilitas ?
4. Bagaimana aspek-aspek psikologis infertilitas?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian infertilitas
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab infertilitas
1
3. Mengetahui diagnosis dari infertilitas
4. Mengetahui aspek-aspek psikologis infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Infertilitas
2
Penilaian yang cermat harus dapat mengenali kemungkinan penyebab
85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan, meskipun tanpa diberikan
terapi, 15%-20% pasangan infertile dapat diharapkan hamil sejalan dengan waktu.
Terapi, selain fertilisasi in vitro (IVF), akan menyebabkan kehamilan pada 50%-
60% kasus.
B. Etiologi
1. Faktor Koitus-Pria
Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas
abnormal, kelainan anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual.
Kelainan anatomi yang mungkin menyebabkan infertilitas adalah tidak
adanya vas deferens congenital, obstruksi vas devferens dan kelainan
congenital sistem ejakulasi.
Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat orkitis karena
mumps, kelainan kromosom, kriptorkidismus, terpajan bahan kmia atau
radiasi atau varikokel. Motilitas abnormal terlihat dengan tidak adanya silia
(sindrom Kartagener), verikokel dan pembentukan antibodi.
Faktor gangguan endokrin pada pria meliputi gangguan tiroid,
hyperplasia adrenal, androgen eksogen, disfungsi hipotalamus (sindrom
Kallman), kegagalan hipofisis (tumor, radiasi, pembedahan) dan
hiperprolaktinemia (tumor, drug induced). Peningkatan FSH umumnya
menunjukkan kerusakan parenkim testis, karena inhibin yang dihasilkan
oleh sel-sel Sertoli merupakan kontrol umpan balik urama sejresi FSH.
2. Faktor Serviks
Faktor serviks sebagai penyebab infertilitas wanita mungkin
congenital (terpajan DES, kelainan duktus mulleri) atau didapat (infeksi,
terapi pembedahan).
3
3. Faktor Uterus-Tuba
Faktor uterus-tuba merupakan kelainan struktur yang paling lazim
(misalnya terpajan DES, mioma, kegagalan penyatuan normal saluran
reproduksi, kehamilan ektopik sebelumnya).
4. Faktor Ovulasi
Faktor ovulasi melibatkan sistem saraf pusat (SSP), penyakit
metabolik atau defek perifer. Defek SSP meliputi anovulasi
hiperandrogenemik kronis, hiperprolaktinemia (sella yang kosong, tumor,
drug induced), insufisiensi hipotalamus dan insufisiensi hipofisis (trauma,
tumor, kongenital). Penyakit-penyakit metabolic yang menyebabkan defek
faktor ovulasi adalah penyakit tiroid, penyakit penyakit hati, ginjal,
obesitas, dan kelebihan androgen (adrenal atau neoplastik). Defek perifer
mungkin berupa disgenesis gonad, kegagalan ovarium prematur, tumor
ovarium atau resistensi ovarium.
5. Faktor Peritoneum atau Pelvis
Dua faktor peritoneum atau pelvis yang paling lazim adalah endometriosis
dan sekuele infeksi (misalnya apendisitis, penyakit radang panggul).
Palingf sedikit pada 30% pasien, laparoskopi pada wanita dengan
infertilitas yang tidak dapat dijelaskan akan memperlihatkan patologi yang
tidak dicurigai sebelumnya. Endometriosis menyebabkan efek yang lebih
memperburuk fertilitas dibanding efek yang dapat dijelaskan berdasarkan
perubahan fisik.
C. Diagnosis
4
Penilaian awal meliputi riwayat medis tentang faktor-faktor infertilitas
wanita termasuk perkembangan pubertas, cirri-ciri siklus menstruasi sekarang
riwayat kontrasepsi, kehamilan dan hasil kehamilan sebelumnya, pembedahan
sebelumnya (terutama panggul), infeksi sebelumnya, apusan Pap abnormal dan
terapinya, obat-obatan dan terapi, diet, stabilitas berat badan, olahraga dan riwayat
terpajann DES sewaktu dalam kandungan (sekarang jarang).
5
kemudian untuk perbandingan. Jika terdapat kelainan bermakna yang menetap,
pertimbangkan untuk merujuk ke ahli urologi yang mengkhususkan diri dalam
bidang infertilitas.
Karena sperma harus mencapai ovum sebelum dapat terjadi fertilisasi,
infertilitas pada kondisi nilai semen normal menunjukkan kemungkinan adanya
pengurangan sperma yang luar baisa tinggi. Pemeriksaan lendir serviks akan
menjelaskan masalah ini.
6
cukup tetapi motilitasnya buruk, diindikasikan untuk melakukan pemeriksaan
lendir lebih lanjut dan menentukan saat pemeriksaan. Jika pemeriksaan lendir
berulang kali tidak normal meskipun lendir tampak baik, dapat dilakukan
pemeriksaan silamg menggunakan lendir donor dan sperma donor. Pemeriksaan
antibodi dapat mengenali letak antigenic (kepala, bagian tengah atau ekor sperma)
dan lebih mungkin positif pada laki-laki dengan riwayat trauma, infeksi atau
pembedahan sebelumnya.
Fertilisasi in vitro adalah pemeriksaan terakhir untuk infertilisasi karena
faktor pria. Uji penetrasi sperma mungkin bermanfaat. Pemeriksaan ini
menggunakan telur hamster untuk menunjukkan kemampuan sperma memasuki
oosit dalam zona bebas dengan menggunakan donor yang sudah diketahui subur
sebagai pembanding. Jika penetrasi <10% dikatakan abnormal. Tidak adanya
penetrasi kedalam sel telur matang yang tampak sehat oleh sperma yang diperiksa
melalui penetrasi yang benar pada saat bersamaan oleh sperma donor, dapat
membuktikan diagnosis
7
dengan prosedur rawatjalan menggunakan zat kontras radioopak (mula-mula
dengan zat kontras yang larut dalam air dan setelah patensi dipastikan, digunakan
medium kontras berbasis minyak) yang dimasukkan ke dalam kavum uteri melalui
kateter kecil transserviks. Pemeriksaan radiografi harus mencatat temuan yang
diamati secara fluoroskopi. Nilailah kontur uterus, patensi tuba dan kemampuan
zat kontras meliputi tuba dengan bebas untuk memasuki panggul. Zat kontras
berbasis minyak memberikan pencitraan yang lebih baik tetapi resiko retensi dan
pembentukan granuloma lebih besar. zat kontras berbasis air menyebabkan lebih
sedikit kram dan memungkinkan menilai rugae secara lebih baik. Penemuan
abnormal meliputi perlekatan intrauterine (sindrom Asherman), malformasi uterus
congenital, polip, leiomioma submukosa, penutupan tuba bagian proksimal atau
distal dan salpingitis ismika nodosa.
Risiko utama HSG adalah infeksi. Karena itu HSG jangan dilakukan
selama dicurigai adanya peradangan aktif atau jika terdapat massa di adneksa.
Terapi antibiotika spectrum luas (misalnya doksisiklin) mungkin bijaksana jika
penapisan PMS yang terbaru belum dilakukan. Pemeriksaan HSG juga merupakan
kontraindikasi jika terdapat alergi terhadap zatr kontras.
Laparoskopi dapat menunjukkan abnormalitas tuba (misalnya fimbria
teraglutinasi, endometriosis) yang mungkin tidak terlihat pada HSG. Histeroskopi
yang dikerjakan bersama-sama dengan laparoskopi akan memberikan informasi
lebih jauh tentang kontur uterus atau polip. Endometriosis merupakan penyebab
penting infertilitas dan diarahkan dengan adanya riwayat dismenore atau
dispareunia yang memburuk, tetapi biasanya tidak dapat didiagnosis hanya dari
pengamatan visual. Sebagian endometriosis dapat dihilangkan selama diagnosis
laparoskopi, jika sudah diperoleh persetujuan pasien dan sudah disiapkan bedah
laser atau pelviskopi operatif.
Laparoskopi dapat diindikasikan sejak relative dini untuk pemeriksaan
infertilitas, jika kelainan mengarah ke faktor-faktor pelvis atau pada pasien-pasien
yang lebih tua sedangkan pada wanita muda laparoskopi mungkin merupakan
pemeriksaan yang paling akhir dilakukan jika hasil semua pemeriksaan lainnya
negatif. Tindakan ini dapat dipertimbangkan bersama-sama dengan pemberian
stimulasi ovarium dan pengumpulan ovum pada infertilitas yang sudah
8
berlangsung lama dengan menggunakan fertilisasi in vitro atau dengan
menempatkan sperma dan ovum langsung ke dalam tuba untuk memungkinkan uji
coba transport normal ke uterus.
9
Faktor Pria dan Koitus
10
Volume semen yang rendah adalah masalah yang terkenal sulit diobati.
Keadaan inu biasanya diobati dengan inseminasi buatan dengan semen suami
(AIH). Disini 0,1 ml yang dicairkan diletakkan dalam kanalis endoserviks dan
sisanya dalam bagian lengkung serviks. Jika volume semen yang besar disertai
jumlah sperma yang rendah, teknik ejakulasi terpisah mungkin berguna. Pada
teknik ini, bagian pertama ejakulat, yang mengandung jumlah sperma yang jauh
lebuh banyak, ditampung dan digunakan untuk AIH. Jika perlu, beberapa ejakulat
pertama dapat dikumpulkan dan disimpan dengan dibekukan untuk digunakan
kemudian pada AIH.
11
invasive dan mahal. Lebih lagi, diperlukan beberapa upaya mencapai kehamilan
langka, kehamilan per siklus yang dilaporkan adalah 15%-20%.
Faktor Serviks
Faktor Uterus-Tuba
Faktor Ovulasi
12
Jika anovulasi merupakan etiologi infertilisasi karena faktor wanita,
induksi ovulasi yang memuaskan akan menghasilkan kehamilan
[ndalam waktu <1 tahun pada 80% kasus. Jika tidak terjadi kehamilan meskipun
tercatat adanya ovulasi, faktor-faktor lain harus diselidiki. Ovulasi dapat dipicu
pada 90%-95% pasien anovulasi, kecuali pada pasien yang disertai dengan
peningkatan FSH. Peningkatan FSH patognomonik untuk kegagalan ovarium atau
resistensi ovarium dan tidak perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Satu-
satunya harapan untuk hamil adalah melalui donor embrio atau ovum. Mungkin
angka kehamilan per transfer bias lebih dari 20%, tatapi masalah etis, psikologis
dan hukum pada tindakan ini harus dipertimbangkan.
13
prolaktin dan obat-obat ini harus dihentikan. Setelah adenoma hipofisis dan
hipotiroidisme disingkirkan sebagai penyebab peningkatan prolaktin, terapi
bromokriptin dapat dimulai dan dilanjutkan hingga dipastikan terjadi kehamilan.
Meskipun digunakan pada awal kehamilan, tidak dicatat adanya peningkatan
insiden malformasi atau abortus spontan yang terlihat pada populasi umum.
Jika infertilitas terjadi sekunder karena fase luteal yang tidak memadai,
penggunaan klomifen akan memberikan hasil yang memuaskan pada fase
folikuler dini untuk mendapatkan folikel tambahan (karena itu meningkatkan
kadar progesterone pada fase luteal). Metode terapi lain yang harus
dipertimbangkan untuk mengatasi fase luteal yang tidak memadai adalah
pemberian suplemen progesteron selama fase luteal dan suntikan hCG.
14
terjadwal dan aspek terapi sehingga hubunga intrapersonal diantara pasangan
menjadi terganggu. Mungkin terdapat beban atau stress tambahan akibat biaya
pemeriksaan dan pengobatan. Banyak asuransi yang hanya membayar sedikit atau
tidak sama sekali untuk biaya-biaya yang dikeluarkan.
FERTILISASI IN VIRTO
15
70%-80%nya hamil hingga cukup bulan. Indikasi IVF-ET biasanya adalah
kelainan tuba bilateral (misalnya pascasalpingektomi, pascasalpingitis berat),
antibodi antisperma, indometriosis luas, oligospermia dan intervilitas yang tidak
dapat dijelaskan yang sudah berlangsung lama.
Teknik
16
Kapasitasi sperma. Karena sperma yang baru saja diejakulasi tidak dapat
membuahi ovum, sperma harus dikapasitasi dengan inkubasi singkat dalam
medium biakan.
TRANSFER OVUM
17
dibilas sebagai usaha memperoleh ovum (diharapkan sudah dibuahi). Angka
kehamilan cukup bulan adalah 3%. Karena proses sudah dipatenkan, tindakan ini
hanya dapat dilakukan di klinik yang mempunyai izin untuk melakukan tidakan
ini. Komplikasi utama adalah kegagalan membersihkan ovum yang sudah dibuahi
dari donor, hingga menghasilkan kehamilan yang tidak dikehendaki.
HIPERANDROGENISME
18
Testosteron total yang dihasilkan oleh wanita matang adalah 0,35 mg per
hari sekresi ovarium sekitar 0,1 mg, 0,2 mg berasal dari pembuahan
androsgenelisasi di petifer dan 0,05 mg berasal dari pembuahan DHEAS diperifer.
Ovarium dan kelenjar adrenal menyekresi adrostenedion dan DHEA dalam jumlah
yang sebanding, jadi, 2/3 testosteron harian seorang wanita berasal dari ovarium.
Oleh karena itu, jika terjadi peningkatan kadar testosteron, penyebabnya
mengarah ke ovarium.
19
Karena kadar FSH biasanya rendah, rasio LH/FSH >3 mungkin berguna
untuk mendiagnonis PCOS (ketika LH >8 mIU/dl). Ovarium pada pasien PCOS
tidak menghasilakan lebih banyak estradiol dari adrostenedion (sebenarnya,
karena kurangnya FSH, ovarium mepunyai kadar aromatase yang lebih rendah).
Namung peningkatan androstenedion dalam sirkulasi diubah menjadi estron
diperifel, menyebabkan peningkatan kadar estron. Hubungan timbal balik yang
penting dalam PCOS ditunjukan dalam tabel 27-2.
HIPERTEKOSIS STROMA
Penyakit yang jarang ini, yakni hipertekosis stroma memiliki omset yang
bertahap dengan usia puncak pada wanita berumur 50-70 tahun. Seperti PCOS
hiperlasia stroma disertai pembesaran ovarium (diameter 5-7 Cm). Hipertekosis
stroma biasanya bilateral dan ditandai dengan prolifilasi stroma dengan fokus-
fokus luteinisasi. Tidak ada kista subkapsuler seperti yang ditemukan pada PCOS.
Sel-sel peka menghasilkan sejumlah terstosteron secara bertahap tetapi selalu
meingkat (biasanya >2 ng/dl). Lagi-lagi berlawanan dengan PCOS, pasien
hipertekosis stroma cenderung mengalami firilisasi lanjut setelah bertahun-tahun.
20
testosteron), tumor yang juga perlu dipertimbangkan adalah tumor ovarium, baik
jinak mapun ganas, tumor asalm primer mapupun metastatik. Tumor-tumor ini
tidak mengeluarkan androgen tetapi merangsang stroma aovarium untuk
mengeluarkan androgen.
Tabel 27-2 hubungan timbal balik yang mungkin terjadi dalam PCOS*
Ovarium/
Hipotalamus Hipofisis Sirkulasi Hasil
Adrenal
Pulsatil LH E2 E2 yang tidak
GnRH terikat
T SHBG
A2 T + A2 yang tidak Kelbihan androgen
terikat
Anovulasi rasio
LH/FSH
>2-3
21
madu. Kista dibatasi oleh sel-sel teka lutein yang mengalami leteinisasi dari
jaringan ikat ovarium.
Sindrom Cushing
22
Tumor adrenal penghasil androgen biasanya adenoma atau karsinoma. Ciri
khasnya, yaitu memiliki onset penyekit yang cepat. Tumor ini menghasilkan
DHEA, DHEAS (>8 ug/dl), dan androstenedion. CT scan adrenal dapat membantu
penentuan diagnosis.
Defisiensi yang lebih ringan juga terjadi dan mungkin tidak terdiagnosis
sampai pubertas atau lebih lama lagi. CAH dapat terjadi pada 5% wanita dengan
hirsutisme. Ciri khasnya, wanita-wanita ini memiliki riwayat percepatan
pertumbuhan prepubertas tetapi secara keseluruhan akhirnya menunjukkan tinggi
badan yang sangat pendek dan hirsutisme pascapeburtas. Mungkin menyebabkan
virilisasi ringan dan kadar DHEAS >5ug/dl. Pengukuran 18-OHP >8ng/dl
membantu diagnosis. Namun jika 17-OHP sebesar 3-8 ng/dl, dapat dilakukan uji
stimulasi ACTH untuk menegakkan diagnosis.
DIAGNOSIS
23
pola rambut dan ada tidaknya perubahan kulit dan lemak yang sesuai dengan
sindrom Cushing, disamping tanda-tanda virilisasi sebagai akibat hirsutisme.
Pemeriksaan panggul harus memperhatikan ukuran ovarium atau adanya massa.
24
Penyakit Cushing dapat dibedakan dari sindrom Cushing dengan
menggunakan dosis deksametason yang lebih tinggi selam 2 hari (penyakit
Cushing menunjukkan adanya penekanan dari kadar standar). Kemudian kadar
ACTH akan meningkat.
DIAGNOSIS BANDING
PENGOBATAN
25
ovarium atau adrenal atau penghambatan efek androgen perifer. Jika infertilitas
merupakan masalah, induksi ovulasi dapat dianjurkan setelah dilakukan evaluasi
lengkap, dengan memberikan obat-obatan yang sesuai (klomifen, bromokripein,
hMG, GnRH).
PROGNOSIS
HIRSUTISME
Hirsutisme Tergantung-Androgen
26
sendiri dapat mengalami peningkatan sensitivitas terhadap androgen tanpa
kelebihan androgen dalam sirkulasi.
27
LH, mdroksiprogesteron asetat bekerja dengan meningkatkan klirens metabolik
testosteron.
Hirsutisme Idiopatik
Jika hirsutisme terjadi tanpa disfungsi ovarium atau adrenal dan tidak ada sumber
androgen eksogen, disebut idopatik. Hirsutisme idiopatik terutama umum terjadi
pada keturunan Mediterania atau Timur Dekat. Keadaaan ini disebabkan oleh
metabolisme androgen perifer yang abnormal, yaitu peningkatan aktivitas 5a-
reduktase mengubah kadar normal testosteron menjadi lebih tinggi dibandingkan
kadar normal DHT dan adil-G. Spironolakton, simetidin dan siptoteron asetat
memberikan terapi yang efektif dengan menghambat aktivitas testosteron perifer
atau mengganggu aktivitas 5a-reduktase.
28
Terapi kosmetik terdiri dari bleaching, waxing atau penggunaan obat yang
menghilangkan ramput. Tindakan mencukur dan mencbut rambut dapat
menyebabkan infekti atau jaringan parut, dan tidak dianjurkan. Karena
pengangkatan rambut permanen dengan elektrolisis mahal dan menyakitkan,
tindakan ini hanya dianjurkan setelah 6-12 bulan pemberian terapi medis.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan mengandung setelah 1
tahun berusaha hamil atau kekurangmampuan pasangan untuk
menghasilkan keturanan. Infertilitas primer menunjuk pada pasien yang
belum pernah hamil sama sekali.
Umur
Lama infertilitas
Emosi
Lingkungan
Hubungan seksual
B. Saran
30
Kepada tenaga kesehatan hendaknya mampu memberikan
konseling tentang kesehatan reproduksi kepadsa pasangan usia subur
(PUS)
DAFTAR PUSTAKA
31