Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PLTA Musi merupakan salah satu PLTA besar yang terhubung

ke sistem interkoneksi (kelistrikan) sumatera. operasional PLTA musi

berada dibawah naungan PT PLN (Persero) pembangkitan sumatera

bagian selatan sektor pembangkitan bengkulu. terletak di desa

ujanmas atas kabupaten kepahiang, PLTA musi memiliki daya

terpasang sebesar 210 MW. dengan tipe run of river, PLTA musi

memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan PLTA dengan tipe

run of river yang lain, yaitu mempunyai bendung pengatur.


Energi listrik saat ini menjadi suatu para mater kesejahteraan

dalam kehidupan . halitu karena kebanyakan aktipitas yang kita

gunakan selalu berhubungan dengan energy listrik. Energy ilistrik

tersebut dibangkitkan dari berbagai sumber seperti batu bara,

gasalam, dan sumber lainnya yang dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan hidup secara efektif dan efisien . pembangkita nenergi

listrik secara efektif dan efisien selalu menjadi sasaran utama yang

harus dicapai. timbulnya sasaran utama tersebut menyebabkan timbul

berbagai penelitian yang ditujukan untuk mencari sumber dan

teknologi terbaik yang digunakan untuk pembangkitan energy listrik .

hal tersebut memunculkan solusi yang baik bagi pembangkitan energy

listrik karena ditemukannya teknologi dan sumber yang bersifat

alternatif (terbarukan) seperti pembangkit listrik tenaga

angin ,pembangkit listrik tenaga surya, (PLTS),dan lainnya. Namun


2

teknologi tersebut masih jarang digunakan dalam kapasitas yang besar

kecuali Pembangkit Listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang termasuk alternative

namun penggunaannya telah dalam kapasitas yang besar.


Dalam proses pembangkitan energy ilistrik selalu berhubungan

dengan berbagai utilitas yang terdapat pada system . Baik atau

buruknya pembangkitan akan bergantung pada utilitas yang terdapat

pada system. dalam proses pembangkitan energy listrik ,system harus

pada kondisi terbaik agar dicapai pembangkitan yang efektif dan

efisien. Untuk dapat mencapai itu sistem pada pembangkit energy

listrik selalu dibuat bekerja secara tunggal ataupun konfigurasi.

Sistem kerja tersebut harus dipertimbangkan dalam hal keefektifan

dan keefisienannya. Sehingga setiap utilitas harus dihitung

efisiensinya dan dibandingkan anatara utilitas satu dengan yang

lainnya agar terlihat kinerja mesin dan hasil dari kegiatan

maintenance yang ditujukan untuk perekondisian utilitas agar

pembangkitan menjadi baik kembali.


Oleh karena itu, study yang dilakukan penulis di PT. PLN (persero)

unit PLTA MUSI penulis akan membahas tentang maintenance turbin

francis di plta musi 3x70mw

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah


3

sebagaiberikut :

Bagai Mana Sistem Maintenance Turbin Francis

1.3 Batasan masalah

permasalahan yang di bahas dalam laporan ini di batasi pada

MAINTENANCE TURBIN FRANCIS

1.4 Maksud Dan Tujuan

Secara umum Survey lapangan yang dilaksanakan di PLTA

musi ini bertujuan untuk:

1.Untuk memenuhi Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus ditempuh

sebagai persyaratan akademis pada Program Studi S1 Teknik Mesin.

2.dengan praktek yang dihadapi di lapangan.

3.Memperoleh keterampilan untuk menjadi tenaga

kerja yang profesional di bidang pembangkitan listrik.

4.Membekali diri dengan pengetahuan tentang dunia kerja dan lingkungan

kerja serta mengaplikasikan ilmu teoritis yang di dapat saat kuliah.

1.5 Metode Pengumpulan Data

metode metode pengumpulan data yang di peroleh

penyusun adalah sebagaiberikut:

a.Metode Wawancara

Merupakan metode pengumpulan informasi dengan cara melakukan

wawancara,Tanya jawab dan diskusi.

b.Metode Konsultasi

Metode ini di lakukan dengan cara berkonsultasi kepada

pembimbing.
4

c.Metode Studi Literatur(Studi Pustaka)

Metode literatur di lakukan dengan cara mencari buku

atau

sumber sumber.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan dibuat dengan maksud memberi gambaran

garis-garis besar tentang materi yang akan dipaparkan pada setiap bab

dalam laporan ini. Adapun sistematika laporan survey ini adalah sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang,

tujuan dan batasan masalah metode pengumpulan data,dan

sistematika penulisan laporan


BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran umum dari perusahaan

tempat penulis melaksanakan kegiatan survey lapangan yang berisi

tentang sejarah perusahaan, lokasi perusahaan dan struktur oganisasi

perusahaan tersebut.
BAB III: HASIL PELAKSANAAN PKL

Bab ini menjelaskan tentang pentingnya pemeliharaan,kendala

dan cara mengatasi kendala PLTA musi.

BAB IV: MAINTENENCE TURBIN FRANCIS


( PEMELIHARAAN TURBIN FRANCIS)

Bab ini adalah inti dari topik yang telah di dapat oleh pen ulis
5

untuk survey lapangan, yaitu pemeliharaan turbin francis PLTA musi.

BAB V : PENUTUP
Di dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

1.7 Te mp a t D a n Wa k t u Pe l a k s a n a a n Ke rj a Pr a k te k

Tempa t d an w a kt u pe l ak s a na an k er j a pr ak t ek ya n g

p en yus un la ks an ak a n s eb ag ai be r ik ut :

P er us a ha a n : P T. P LN ( P ers er o ) P e mb an gk i t an

S u mb an gs el S e kt or Be ng ku lu U ni t

P LTA M U S I 3 X 7 0 M W

A la ma t : Jl.Raya Bengkulu Curup KM.72 Ujan Mas

Kab. Kepahiang Bengkulu

Waktu pelaksanaan : 04 Oktober s/d 04 November 2016

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Pengenalan PT.PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel Sektor

Pembangkitan Bengkulu
6

Dilatar belakangi oleh kebutuhan listrik untuk areal pertambangan emas di

daerah Lebong Tandai dan Muara Aman, maka pada tahun 1912-1923

Pemerintah Kolonial Hindia Belanda membangun 2 unit Pembangkitan

Listrik Tenaga Air (PLTA) di Desa Turan Tiging, Tes dan mulai beroperasi

pada tahun 1923. PLTA Tersebut merupakan salah satu PLTA tertua di

Indonesia.

Akibat pemborbardiran ke area pembangkit oleh tentara Jepang, maka

pada tahun 1958 dilakukan renovasi PLTA Tes, sehingga daya pembangkit

menjadi 2 x 600 kW. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan listrik di

Provinsi Bengkulu yang semakin meningkat, mulai tahun 1972 secara

bertahap dilakukan pembangunan beberapa unit pembangkit sebagai

berikut:

1 Tahun 1972 dibangun secara bertahap PLTD I Sukamerindu di Kota

Bengkulu dengan Daya Terpasang 2 x 248 kW, kemudian ditambah 3 x

536 kW, 2 x 1.156 kW, dan 3 x 1.100 kW.

2 Tahun 1986 dibangun PLTD II Sukamerindu, Daya Terpasang 3 x 5,2

MW.

3 Tahun 1986-1991 dibangun PLTA Tes Baru dengan Daya Terpasang 4

x 4,4 MW.

6
4 Tahun 1994-2006 dibangun PLTA Musi dengan Daya Terpasang 3 x 70

MW, yang berlokasi di wilayah Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten


6
Bengkulu Utara.
7

5 Tahun 1994-1997 dibangun PLTD Pulau Baai dengan daya terpasang 2

x 6,38 MW yang merupakan relokasi dari PLTD Bukit Asam, Sumatera

Selatan.

6 Tahun 2000 dilakukan penambahan mesin PLTD Pulau Baai dengan

daya terpasang 2 x 2,4 MW relokasi dari PLTD Setiabudi, Pekanbaru

dan mesin dengan daya terpasang 1 x 4,04 MW dari PLTD Simpang

Haru, Padang.

Tahun 2009 secara bertahap seluruh PLTD yang ada di Sektor

Pengendalian Pembangkit Bengkulu (SBKL) direlokasi ke daerah lain

yang membutuhkan energi listrik, diantaranya mesin PLTD I Sukamerindu

direlokasi ke PLN Udiklat Padang (1 unit), PLN Ranting Manna (6 Unit),

dan PLN Ranting Arga Makmur (1 unit). sehingga SBKL hanya

membawahi (mengelola) 2 PLTA yaitu PLTA Musi dan PLTA Tes hingga

saat ini.

Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listri tahun

1990, pengelolaan unit-unit pembangkit yang ada di Propinsi Bengkulu

berada di bawah Perum PLN Cabang Bengkulu. Pada Tahun 1996, dimana

perum PLN berubah menjadi PT PLN (Persero), pengelolaan unit-unit

pembangkit di Propinsi Bengkulu berada di bawah PT PLN (Persero)

Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan Sektor Keramasan.

Sesuai SK Direksi PT PLN (Persero) No. 33.K/010/2000 dibentuk unit

organisasi Sektor Bengkulu dibawah PT PLN (Persero) Pembangkitan dan

Penyaluran Sumatera Bagian Selatan, yang kemudian pada 27 Januari


8

2005 berubah menjadi Sektor Pembangkitan Bengkulu PT PLN (Persero)

Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan.

2.2 Profil PLTA MUSI

2.2.1 SejarahLatar Belakang Pembangunan

Menimbang akan kebutuhan tenaga listrik di Sumatera yang semakin

meningkat dan mengantisipasi permintaan energi listrik pada masa

mendatang, khususnya untuk Wilayah Sumatera Bagian Selatan maka

dibangunan Proyek PLTAMusi.Rekomendasi pembangunannya

berdasarkan hasil studi pendahuluan tentang pengembangan sumber-

sumber tenaga air suatu daerah pada tahun 1965, serta pekerjaan lebih

lanjut terhadap rencana pembangunannya dan studi hidro potensial

pada tahun 1981-1983. Implementasi pelaksanaan pembangunan

dikoordinasikan oleh PT. PLN (Persero) Pikitring Sumbagsel, Babel,

Sumbar dan Riau dan pembangunannya diawasi langsung oleh PT.

PLN (Persero) Proyek PLTA Musi yang berkedudukan di Desa

Ujanmas Atas, Kecamatan Ujanmas, Kabupaten Kepahiang (dulu

Rejang Lebong), Provinsi BengkuluPembangkit Listrik Tenaga Air

Musi merupakan pembangkit listrik dengan tipe Run of River, dengan

gedung pembangkit berada 400 m dibawah tanah yang memanfaatkan

aliran Sungai Musi. Daya terpasang sebesar 3 x 70 MW (210 MW),

akan mampu membangkitkan energi listrik sebesar 1,140 GWh/tahun

dan merupakan PLTA besar pertama yang dibangun di provinsi

Bengkulu.Daya listrik yang dibangkitkan PLTA Musi memenuhi dan

mensuplai kebutuhan listrik hampir seluruh wilayah Sumatera melalui


9

interkoneksi jaringan transmisi 150 kv/275 kv untuk wilayah bagian

selatan maupun utara.

2.2.2 Lokasi Letak Geografis

Secara geografis berada sekitar 3' 35" LS dan 102' 29" BT, membujur

dari arah Timur Laut menuju Barat Daya dan terletak di punggung

pegunungan Bukit Barisan berjarak 80 km dari kota Bengkulu arah

Curup. Upstream PLTA Musi berada di wilayah Kabupaten Rejang

Lebong, perkantoran dan perumahan PLTA Musi berada di Desa

Ujanmas Atas, Kecamatan Ujanmas, Kabupaten Kepahiang (dulu

Rejang Lebong) dan bagian hilir berada dalam kawasan Desa Susup,

Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Utara.

2.2.3 Data operasi

1 Elevasi Air

Elevasi air standar di waduk pengambilan : FSL EL.579,1 m - MOL

EL,578,0m

Buangan air di tailrace outlet : 62,0 m3/detik

o Tinggi terjun kotor : 409,3 m

o Tinggi terjun bersih : 396,8 m

2 Debit
10

o Debit rata-rata untuk pembangkit : 35,7m3/detik

o Debit pasti 95% : 15,5 m3/detik,untuk oprasi 3 unit

o Debit tetap yang di lepas ke hilir dam musi : 1,1 m3/detik

3 Pembangkit listrik dan energi yang dihasilkan

o Kapasitas terpasang : 210MW (3X70), Sebagai pembangkit

beban puncak

o Energi tahunan , primer : 460 GWh ,sekunder : 680 Gwh

o Total : 1.140 GWh

2.2.4 Lahan

Luas lahan yang digunakan 219.3 Ha, digunakan untuk bangunan

terbuka, yaitu:

Jalan hantar permanen 60 Ha.

Intake Dam area dan daerah genangan 115 Ha.

Switchyard& Gedung Kontrol Utama 1.2 Ha.

Surge Tank (Tangki Pendataran) 0.1 Ha.

Regulating DAM area dan daerah genangan 43 Ha.

2.2.5 .Visi dan Misi


11

Visi dan misi PT. PLN (persero) pembakitan sumbagsel

sektor pembakitan Bengkulu unit PLTA MUSI.

1 Visi

Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh

kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada

potensi insan.
2 Misi
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,

berorentasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan

pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan

kualitas masyarakat.
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

ekonomi.
Menjalankan kegiatan usaha berwawasan lingkungan
3 Motto

Listrik untuk kehidupan yang lebih baik

Green conservation power plant.


4 Tata nilai perusahaan

Saling percaya

Integritas
Perduli
Pembelajaran
Kedisiplinan

2.2.6 Struktur Organisasi PLTA Musi


12
13

2.3 Bangunan
a. Intake Dam ( Bendungan Ambil Air )

Intake Dam terletak diatas bukit barisan di bagian tengah provinsi

Bengkulu. okasi intake dam sekitar 30 km timur laut kota Bengkulu

( ibukota provinsi ). Intake dam sebagian besar fasilitas sebagai berikut :

Spillway ( saluran limpah ) : lebar 10,0 m x tinggi 7,0 m (3 unit)

Desain kapasitas debit : 780 m/sec ( 200 tahun)

Scouringway ( saluran kuras ) : upper gate 6,0 x7,0 m ( 2 unit )

Lower gate : lebar 6,0 m x tinggi 1,5 m ( 2 unit )

Waduk dibangun dengan kontruksi bendungan ambil air

(intake dam), untuk menyimpan volume efektif pada operasi

puncak harian yangmemiliki data teknis berikut :

1)Reservoir ( waduk ) : luas permukaan 1,14 km

Luas tangkapan 587 km

Kapasitas simpan kotor 2,23 milion m

Kapasitas supply penuh ( FSL ) EL.579,1 M

Ketinggian operasi min(MOL)EL.578,0 m

Fasilitas intake dam ( bendungan ambil air) terdiri dari tiga komponen

tama sebagai berikut :

2)Intake ( bendungan ambil air) : lebar 10,2 m (2 unit)

Intake gate : lebar 10,2 m x tinggi 5,2 m (2 unit)

Trashrack : lebar 10,2 m x tinggi 6,3 m (2 unit)

3)Sand trap basin (kolam pengendap pasir) :

lebar 28,0 m x panjang 45,0 m (2 unit)


14

Sisi spillway : lebar 40,0 m

Pintu bilas pasir : lebar 1,0m x 1,0 m (2 unit)

4)Inlet of headrace tunel

( pintu saluran masuk pada terowongan saluran atas) :

lebar 8,2 m (2 unit)

Inlet gate : lebar 8,2 m

Tinggi 5,2 m ( 1 unit)

Trashrack : lebarn8,2 m

Tinggi 6,3 m (2 unit)

Intake terletak pada sisi cekung pada tingkungan meregang kea rah muara

akhir supaya intake mengalir sungai dengan lancer dan untuk memperkecil

sampah dan pasir yang berbahaya.

Kolam pengendapan pasir disediakan juga untuk mengatasi partikel-

partikel asing berbahaya agar tidak masuk kedalam pintu terowongan

saluran atas (headrace tumel). Target partikel yang diizinkan adalah 0,3

mm.

Pintu masuk terowongan saluran atas (inlet of headrace tunel)disediakan

untuk membawa air murni kedalam terowongan saluran atas tanpa udara

dan partikel asing yang masuk. Ambang tinggi saluran atas adalah

EL.574.2 m.

Pintu saluran kesungai memiliki kapasitas debit 1,1 m/sec terletak disebelah

dinding samping kiri belakang tempat pembuangan pintu masuk ( intake

trashracks) yang bertugas untuk mengalir habitat kehidupan air sampai ke

muara dari bendungan ambil air ( intake dam).


15

b Headrace tunel (Terowongan Saluran Atas)

Headrace tunnel : diameter 5,0 m x panjang 2,578 m

Kelandaian (slope) 1/250

Fasilitas saluran : pipa baja berdiameter 1,5 m 0,6 m

Lubang katup pancaran : diameter 0,6 Katup jaga : diameter 0,6 m

Terowongan mengalir air menuju tangki pendatar atau tangki

lepas tekanan mendadak (surge tank), pipa tekanan (penstock) dan bangun

sentral (power house) dengan kelandaian 1/250 diambil ke perhitungan

pada kemiringan (gradient) paling rendah antara MOL dan tingkat

permukaan turun dalam tangki pendatar (surge tank) seperti kondisi

geological di sekitar surge tank.Salah satu saluran bawah terletak di sekitar

surge tank yang di gunakan saluran terowongan air dalam headrace tunnel

yang berfungsi untuk tempat inspeksi/perawatan pada terowongan.

c Surge tank (surge pendatar)

Surge tank tipe lubang terbatas (restricted orifice) dengan tinggi

47 m terletak di ujung terowongan saluran atas (headrace).

Data teknisnya sebagai berikut :

Surge tank : tipe restricted orifice

Tingkat permukaan air teratas : EL. 595,3 m

Tingkat permukaan air rendah : EL. 566,3 m

Diameter tanki : 10,0 m Diameter port : 2,3 mFungsi surge tank adalah

untuk melindungi saluran atas (headrace tunnel) dan saluran tekan

(penstock) tehadap kejutan perubahan tekanan air yang secara tiba-tiba

menolak beban atau tiba-tiba beban meningkat sangat cepat.


16

d. Penstock (saluran pipa tekan/pesat)

Penstock baja disediakan untuk menghubungkan surge tank dengan

bangun sentral bawah tanah (underground powerhouse).

Penstock : diameter 4,5 m sampai 1,6 mPanjang 574 m Enam pipa buang

air (drain pipe) yang berdiameter 100 mm dipasang disetiap pada

permukaan baja untuk mengurangi tekanan dari luar yang tinggi sampai

sepanjang 400 m dan kumpulan air dialirkan ke ruang bawah (trailrace)

melewati bangunan sentral (power house)

e Underground power house (bangunan central bawah tanah)

Bangunan sentral terletak didalam tanah dengan kedalaman sekitar 350

m dari permukaan tanah, yang memiliki jarak sekitar 3,5 km dari hilir

(downstream) bendungan ambil air (intake dam) dan 4.0 km kehulu dari

saluran bawah pintu keluar (tailrace outlate).bangun sentral di bangun

dalam gua bentuk ladam/sepatu kuda yang tinggi yang terdiri dari mesin

(turbin), listrik, ruangan control, dari bangunan sentral dan alat-alat

bantu sebagai berikut :

Power house (bagunan sentral) : lebar 18,5 m x panjang

130,5 m x tinggi 38,3m

Kapasitas terpasang : 70 mw 3 unit

Terowongan lepas : diameter 3,7 m sampai 4,0 m x panjang 48,7 m

terowongan jalan masuk : panjang 1.322 mterowongan kabel : 564 m

terowong pembuangan : panjang 164 mpintu

terowongan pembuangan : lebar 4,0 m x tinggi : 4,0 m (2 unit)


17

f Tailrace facilities ( fasilitas saluran bawah)

1) Fasilitas saluran bawah terdiri dari tiga komponen sebagai berikut :

Ruang saluran bawah : level air terendah (TWL) : EL. 147,7


Lebar 16,0 m sampa Tinggi 13,65 m sampai 7,65 m
2) Terongan saluran bawah : diameter 5,1 m x panjang
4.030 m kemiringan 1/1800
3 Keluaran saluran bawah : lebar 5,10 m sampai 18,00 m
Tinggi 5,30 panjang 77,0 m

Ruang saluran bawah disediakan uap/gas energy hidrolik yang

timbul adanya pelepasan arus dari terowongan lepas.

(draft tunnel) dan mengalir air dengan lancer dan

terus meneruskemuara dari bangunan sentral (power house).

g.Outdoor switchyard (serandang hubung)

Switchyard tipe konvensional luar terletak dipunggung bukit/bukit 270

m diatas bangunan sentral (power house) dan dihubungkan ke

bangunan sentral melewati terowongan kabel (cable tunnel).

Outdoor switchyard : lebar 60,0 m x panjang 110,0 m

Halaman bangunan control utama : lebar 25 m x panjang 90 m

witchyard pada 150 kv diatur diatas halaman depan bangunan control

utama dihubungkan dengan system tranmisi 150 kv ke sub stasiun curup.

h.Re-Regulating Dam (Bendungan Pengatur Distribusi Ulang)

Dalam rangka mengatur debit aliran dari bangunan sentral, sebuah pintu

re-regulating dam disediakan di sungai simpang aur berlokasi dihilir


18

saluran bawah (tailrace) dekat desa susup. Kapasitas tersimpan efektif

pada waduk adalah 1,00 juta m mengatur untuk debit puncak 62 m/sec

pada operasi selama 6 jam, untuk debit 15,5 m/sec pada operasi selama 24

jam dari re-regulating dam. Data teknis dari re-regulating dam dan waduk

adalah sebagai berikut :

Re-regulating dam : lebar 23,0 m x panjang 16,0 m xtinggi 18,0

Pintu pengaturan : lebar 6,0 m x tinggi 10,8 m (1 unit)

Lebar 6,0 m x tinggi 6,0 m (2 unit)

Terusan jalan (approach channel) : lebar 23,0 m x panjang 20 m

Kolam air tenang (stilling basin) : lebar 23,0 m x panjang 18,8 m

Perlindungan sungai (riverbed protection) : lebar 23,0 m x panjang 20 m

Re-regulating reservoir : luas permukaan 0,27 km

Luas tangkapan 30 km

Kapasitas tersimpan kotor 1,05 juta m

Kapasitas tersimpan efektif 1,00 juta m

Tinggi permukaan air (HWL) EL. 157,5 m

Desain debit 252 m/sec (200-tahun)

2.4 Unit pembangkit

2.4.1 Turbin

Turbinair merupakan alat untuk mengubah energy kinetic menjadi

energi mekanik yang ditransmisikan melalui poros vertical kegenerator

yang terpasang seporosdiatas turbin.PLTAMUSI menggunakan jenis

turbin francis untuk ketiga unit operasinya.


19

Data teknis turbin francis di PLTA MUSI adalah:

Type Vertical shaft


Rated Head : 396.0 m
Rated Output : 73.6 MW
Year Commissioning : 2006
Rated Discharge : 20.67 m/
Rated Speed : 500 rpm
Specific Speed : 76.8 m-Kw

2.4.2 Generator

PLTA MUSI terdiri dari 3 unit generator utama yang berfungsi

mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik .Spesifikasi generator

PLTA MUSI sebagai berikut :

Merk : Mitsubishi
Type : AC Generator
Rated Output : 84.500 kVA
Rated Voltage : 11 kV
Rated Current : 4,432 A
Rated Frequency : 50 Hz
Rated Speed : 500 rpm
20

Rated Power Factor : 0,85 lagging

2.4.3 Turbin Shaft(Poros Turbin)

Turbin yang digunakan pada PLTA MUSI adalah tipe francis vertikal

sehingga mainshaft berfungsi sebagai penghubung antara poros turbin

dan generator Kedua poros tersebut dikopel pada satu poros sehingga

keduanya dapat berputar pada waktu bersamaan Spesifikasi generator

PLTA MUSI sebagai berikut :

Material : Forged alloy steel. ASTM A668 class D


Shaft diameter : 580 mm
Lenght : 3727.7
Weight : 8,492 kg
2.4.4 Inlet Valve

Inlet Valve berfungsi untuk menghentikan aliran air yang

menujuk keturbin. Pada waktu turbin beroperasi inlet valve terbuka

penuh dan pada waktu tidak beroperasi inlet valve tertutup. Spesifikasi

dari inlet valve adalah :

Type : Spherical type rotary valve


Diameter : 1,600 mm
Lenght : 2,430 mm
Servomotor :2
Servomotor Diameter : 360 mm
Servomotor Stroke : 1,020 mm
Total Weight Of Inlet Valve : 49.0 ton

Complete
Type Of By-Pass Valve : Needle type
Diameter Of By-Pass Valve : 200 mm
Opening Time Of Inlet Valve : 1 min 120 sec (unit -1)
21

: 1 min 120 sec (unit -2)

: 1 min 120 sec (unit -3)

Closing Time Of Inlet Valve : 1 min 120 sec (unit -1)

: 1 min 120 sec (unit -2)

: 1 min 120 sec (unit -3)

Max Allowable Water Leakage : 0,5 liter/min or less

(Actual Water Leakage : 0,0 liter/min

Measurement)

2.4.5 Governor

Governor merupakan alat untuk mengatur kecepatan turbin agar dapat

stabil pada putaran nominalnya sehingga mendapatkan frekuensi

normal (50Hz) . Governor ini menerima arus bolak-balik dari PMG

yang dikopel langsung dengan sumbu generator utama Spesifikasi

governor adalah:

2.5 Peralatan Bantu

2.5.1 Baterai

Baterai digunakan sebagai sumber DC pada saat awal start untuk

proses eksitasi Satu set baterai terdiri dari 86 sel baterai yang

ditempatkan dalam ruang kontrol terhadap peralatan dan penerangan

darurat.

Data teknis baterai adalah :

Type : Nickel Cadmium Alkaline


22

Capacity At 5-Hour Rating

For Main Control House : 615 Ah

For Main Control House : 700 Ah


Number Of Cell : 86 cells
Rated Voltage : 110 V DC
2.5.2 Mesin Diesel Darurat(Gen-Set)

a. Diesel engine

Manufactures name : Cunnings


Type : VTA28G5
Rated continuous output : 512 kW
Normal speed : 1,500 rpm
Guaranteed fuel oil consumption at

-100 % load at generator terminal : 0,236 liters/kW/hr

-75% load : 0,236 liters/kW/hr

-50% load : 0.255 liters/kW/hr


Speed regulation with generator

-instantaneous : 1%

-steady stage : 0.5%


Lubricating oil consumtion at generator terminal : 0.51/hr
Fuel oil specification : 35 API for diesel
Lubricating oil specification : SAE 10W
Capacity of daily fuel oil tank : 500 liters
Total weight of engine : 2.9 tons

b. Generator

Manufacturers name : STANFORD


Type : HC544F
Rated output : 670 kVA
Normal speed : 1,500 rpm
Rated voltage and frequency : 400/230 V,50 Hz
Rated power factor (lagging) : 0.8
Total weight of generator : 1.5 ton

2.6 Sistem Kelistrikan

PLTA Musi merupakan salah satu PLTA besar yang terhubung ke

Sistem Interkoneksi (kelistrikan) Sumatera. Operasional PLTA Musi


23

berada dibawah naungan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera

Bagian Selatan Sektor Pembangkitan Bengkulu. Terletak di Desa

Ujanmas Atas Kabupaten Kepahiang, PLTA Musi memiliki daya

terpasang sebesar 210 MW. Dengan tipe run of river, PLTA Musi

memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan PLTA dengan tipe

run of river yang lain, yaitu mempunyai bendung pengatur. Bendung

pengatur ini diperlukan karena PLTA Musi mengambil air untuk

menggerakkan turbin kemudian air dibuang ke sungai lain yang

mempunyai daya tampung lebih kecil dari konsumsi turbin. Kapasitas

tampung sungai pada awalnya berkisar antara 2-5 m3/s sementara

konsumsi turbin pada beban penuh sebesar 62 m3/s. Bendung pengatur

ini sering disebut sebagai Reregulating Dam, yang berfungsi untuk

menampung ai

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Turbin Francis

Turbin francis petama kali dikembangkan oleh James Bichens Francis

pada tahun 1848, dia mampu membuktikan desainnya untuk menciptakan

turbin dengan efisiensi sampai dengan 90%. dia mengaplikasikan ilmu

science dengan metode pengujian untuk menghasilkan turbin dengan

efisiensi yang cukup besar, kemudian ia juga membuktikannya dengan

perhitungan matematika dan grafik.


24

Turbin francis adalah salah satu jenis turbin air (hidraulik) yang paling

sering digunakan sampai sekarang. Turbin ini beroperasi dalam

headrange antara 10 sampai beberapa ratus meter dan fungsi utamanya

adalah dalam memproduksi tenaga listrik. Memiliki vane antara 9 atau

lebih, dimana air akanmengenai vane-vane tersebut dan mengelilinginya

hingga dapat menyebabkannya berputar.

Turbin francis bekerja dengan mengunakan proses tekanan lebih. Pada

waktu air masuk ke roda jalan, sebagian dari energi tinggi jatuh telah

bekerja di dalam sudu pengarah (runner) dan diubah sebagai kecepatan

arus masuk, kemudian sisa energi tinggi jatuh dimanfaatkan di dalam sudu

jalan. adanya pipa isap memungkinkan energi tinggi jatuh bekerja di sudu

jalan dengan semaksimal mungkin. Turbin ini termasuk turbin reaksi

aliran yang mengkombinasikan konsep aliran radial dan axial.Temasuk

dalam turbin reaksi yangberarti kerja fluida dalam hal ini air mengubah

tekanan dan bergerak memasuki turbin dan memberikan energi.

39Inlet dari turbin Francis berbentuk spiral (rumah keong) yang


25
menyebabkan air bergerak tangensial memasuki daun baling-baling

runner (penggerak turbin), aliran radial ini mengenai runner dan

menyebabkan runner ini berputar. Turbin francis terbagi dua yaitu turbin

30vertikal atau horizontal.


Francis dengan posisi poros

Bagian bagian utama dari turbin francis adalah sebagai berikut:

Rumah spiral yang menerima air dari pipa pesat dan mengarahkan air ke

turbin(runner).

Bagian turbin yang berputar (runner).


25

Pipa pelepas air (draft-tube) yang meneruskan air dari turbin ke

saluran pembuangan.

Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan

air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin Francis dapat

merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang

dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air

penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang

tepat.

3.2 Prinsip Kerja Turbin Francis

Turbin francis termasuk salah satu turbin reaksi, artinya fluida yang

bekerja mengubah tekanan bersamaan dengan gerak dari turbin tersebut,

yang menghasilkan energi. Inletnya berbentuk spiral. Guide vane

membawa air secara tangensial menuju runner. Aliran radial ini bekerja

pada runner vanes, menyebabkan runner berputar. Guide vane (atau

wicket gate) dapat disesuaikan untuk memberikan operasi turbin yang

efisien untuk berbagai kondisi aliran air.


26

Air pertama kali memasuki pipa isap (penstock) lalu mengalir ke

spiral casedanmengelilingi stay vane sehingga air dapat

mengalir ke dalam runner dengan kecepatan merata. Sebelum

memasuki runner, air melewati guide vane yang berfungsi

untuk mengarahkan air atau mengubah sudut masuk air

sehingga bisa diatur debit air yang masuk ke turbin. Guide vane

dapat disesuaikan untuk memberikan derajat adaptabilitas

untuk bermacam-macam variasi pada kecepatan aliran air dan

beban dari turbin. Air mengalir secara radial tangensial

menumbukrunner. Runner dilengkapi dengan vane berbentuk

kurva yang akan ditabrak oleh air. Setelah melewati runner, air

keluar dari runner ke pipa isap secara aksial.

3.3 Komponen Utama Turbin Francis


27

Keterangan:

1. Roda jalan

2. Cincin labirin

3. Cincin labirin kontra

4.Cincin zat arang

5.Pipa kuras

6.Pengumpul minyak yang berputar

7.Blok bantalan

8.Bantalan penghantar

9.Saluran air kompensator

10.Bordes pelayanan

11.Poros turbin

12.Kopling

13.Poros hantar

14.Tabung penutup poros

15.Titik tangkap servomotor

16.Cincin pengatur

17.Tuas
28

18.Batang penggerak

19.Cincin hantaran

20.Roda penghantar

21.Tutup turbin

22.Tabung blok bantalan atas

23.Cincin penutup roda bantalan tengah

24.Cincin penutup roda pengarah

25.Daun sudu pengarah

Penjelasan gambar di atas yaitu sebagai berikut :

Air dimasukkan ke turbin dengan melewati rumah keong yang telah

diperkuat dengan sudu-sudu penyangga Di sebelah kanan adalah daun

sudu pengarah (25) atau yang biasa disebut sudu pengarah saja. Posisi

membuka dan menutupnya sudu tersebut digerakkan melalui batang

penggerak (18), tuas (17), dan cincin pengatur (16) sesuai dengan

banyak atau sedikitnya air yang akan masuk ke turbin. Untuk penutupan

aliran air yang masuk ke turbin dengan tiba-tiba, misalnya pada saat

pengurangan beban generator, supaya tekanan di dalam rumah keong

dan di dalam pipa saluran tidak naik, maka untuk menghindari

kenaikkan tekanan tersebut pelimpah/saluran airan kompensator (9)

dapat terbuka dalam waktu yang singkat. Cincin labirin (2 dan 3) dan

juga cincin zat arang pada prinsipnya adalah mencegah jangan sampai

air masuk ke ruangan lain, kecuali hanya masuk ke sudu pengarah dan

sudu jalan; air yang keluar dari sudu pengarah mempunyai tekanan

lebih. Roda jalan dengan poros dan dengan rotor generator ditahan atau

dipikul oleh bantalan tekan yang di dalam gambar yang tidak

diperlihatkan. Bantalan (8) adalah sebagai bantalan penghantar radial.


29

3.4 Kavitasi pada Turbin Francis

Kavitasi berasal dari kata cavus yang berarti kosong. Kavitasi adalah

suatu peristiwa terjadinya gelembung-gelembung uap di dalam cairan

(air) yang mengalir apabila tekanan di tempat tersebut sama dengan

tekanan uapnya. Gejala kavitasi terjadi karena menguapnya zat cair yang

sedang mengalir melalui runner, karena tekanannya berkurang sampai di

bawah tekanan uap jenuhnya. Air pada kondisi biasa akanmendidih dan

menguap pada tekanan 1 atm pada suhu 100 0 C.Apa bilatekanan di bawah

1 atm (0,023 atm - 0,042 atm), air pada suhu udara lingkungan yaitu

sekitar 200C-330C akan mendidih dan menguap.Penguapan akan

menghasilkan gelembung-gelembung uap. Tempat-tempatbertekanan

rendah atau berkecepatan tinggi mudah terjadikavitasi, terutama pada sisi

keluar runner dan bagian masuk pipa isap. Kavitasiakan timbul apabila

tekanannya terlalu rendah.

Sebagai contoh permulaan terjadinya kavitasi adalah sebagai berikut,

air yang mengandung udara atau gelembung-gelembung uap air yang

disebabkan oleh adanya kondisi setempat yang tekanannya turun hingga

dapat menimbulkan penguapan. Pada tempat yang tekanannya lebih

tinggi, maka gelembung-gelembung tersebut akan terkondensasi dan

pecah dengan tiba-tiba, hal ini akan mengakibatkan tekanan pada sisi

masuk pipa isap. Berikut ini adalah contoh kavitasi pada draft

Penurunan tekananaliran didalam turbin air disebabkan perubahan

energi tekanan menjadi energi kecepatan (Bernoulli).Makin tinggi

kecepatan aliran dan makin tinggi temperatur airnya, maka makin tinggi

pula bahaya dari pembentukan uap dan kavitasi. Untuk menghindari


30

kavitasi yang besar, maka dalam perencanaan turbin dapat menggunakan

perhitungan yang tertentu dengan memasukan harga-harga keamanan

dan harga-harga yang berdasarkan pengalaman.

Bila gelembung-gelembung tersebut terjadi maka akan bersama-sama

terbawa aliran dan pada daerah yang lebih tinggi tekanannya,

gelembung-gelembung tersebut akan pecah dengan tiba-tiba. Pecahnya

gelembung-gelembung ini akan menghasilkan tekanan yang sangat

tinggi bisa mencapai 100 atm.Kavitasi tidak muncul begitu sajapada

sebuah aliran fluida, tentunya adabeberapa faktor yang

mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kavitasi antara

lain:

1. Tekanan udara luar dimana instalasidipasang.

2. Temperatur fluida yang digunakan.Temperatur fluida

yang digunakandiusahakan serendah mungkinsehingga

tekanan penguapannya akannaik.

3. Kecepatan aliran disisi buangsebaiknya diusahakan

serendahmungkin agar perbedaan tekanan tidakterlalu tinggi.

4. Kerugian akibat gesekan fluidadengan dinding saluran.

Adapun penyebab kavitasi antara lain:

5. Terjadi akibat penurunan tekanan absolut fluida sampai

dibawah tekanan uap jenuh.

6. Perubahan penampang secara ekstrim dan perubahan

dimensi seperti valve ,orifice dan elbow.


31

7.Ketinggian jatuh air (head) terlalu tinggi untuk turbin reaksi.

Peletakan turbin ini di atas tinggi tekanan isap (Hs).

Penstock yang cukup panjang sehingga memungkinkan adanya

permukaan yang tidak rata sepanjang instalasi yang menyebabkan

terjadinya turbulensi sehingga dapat menghasilkan/menyebabkan

kerusakan pada turbin karena water hammer.

Adapun juga akibat kavitasi yaitu sebagai berikut:

a. Menimbulkan suara yang sangat bising dan getarangetaran

yang sangat merusak instalasi turbin.

b. Dengan tekanan yang begitu tinggi akibat pecahnya

gelembung dari air yang menguap akan mudah

merusak materialmaterial yang dipakai pada instalasi turbin.

c. Menyebabkan putaran turbin tidak setimbang yang

dapat menurunkan efisiensi dan daya turbin

Untuk mencegah terjadinya kavitasi ini, maka perlu

diambil

langkah-langkah sebagai berikut :

d. Menghindarkan tikungan-tikungan yang tajam seperti: sambungan

elbow antara pipa tekan dan penstock, serta permukaan yang

bergelombang sepanjang saluran instalasi/saluran water way sampai

rumah siput.
e. Mempergunakan material yang cukup kuat, pada tempat tempat

dimana diperkirakan kavitasi bakal terjadi. Pada daerah runner,


32

sudu-sudu (guide vane) dan sisi masuk pipa isap, kondisi yang

cenderung terjadi kavitasi, maka bahan guide vane dan runner

terbuat dari bahan yang keras dan tidak berkarat, serta pipa isap

dilapisi dengan cat anti karat.

f. Menggunakan komponen pelengkap turbin (fitting) yang tingkat lossesnya

kecil.

g. Memilih runner yang tepat bentuknya dan jumlah vanenya.

h. Peletakan turbin ini diusahakan harus selalu dibawah tinggi tekanan isap (Hs),

yaitu letak turbin berada dibawah elevasi air buang(tail water level).

Gambar 3.17 berikut ini adalah contoh peletakan turbin yang rawan

kavitasi.

a. Faktor Kavitasi

Prof. Dietrich Thoma dari Munich, Jerman mengemukakan faktor

kavitasi (sigma/angka Thoma) untuk menentukan tekanan dimana turbin

dapat bekerja tanpa terkena dampak kavitasi sehingga kavitasi dapat

dihindari.Untuk menghindari kavitasi perlu diketahui angka Thoma

kritis. Adapun nilai kritis dari faktor kavitasi (c) yaitu sebagai berikut:

patm pv hs
c= ..............................................(3.21)
hefektif

dimana: c = Angka Thoma kritis

patm = Head tekanan atmosfer (m)

pv = Head tekanan uap jenuh fluida (m)


33

Hs = Jarak vertikal antara sumbu pusat runner dan

tail water level (m)

Heff = Headefektif() = Head maksimum Kerugian head

(head race sampai inlet valve)

Adapun angka Thoma pada saat turbin bekerja disebut angka Thoma

Aktual. Untuk menghitung nilai aktual dari faktor kavitasi ( a ) yait

p atm p minhs
a=
h efektif
..........................

.......(3.22)

dimana: c = Angka Thoma aktual

patm = Head tekanan atmosfer (m)

pmin = Head tekanan minimum pada titik yang diteliti (m)

Hs = Jarak vertikal antara sumbu pusat runner dan

tail water level (m)

Heff = Headefektif(m) = Headmaksimum Kerugian headdari head

racesampai inlet valve)

Agar kavitasi tidak terjadi maka head tekanan minimum ( pmin )harus

lebih besar daripada head tekanan uap jenuh cairan ( pv ). Selain itu

agar tidak terjadi kavitasi maka nilai aharus lebih kecil daripada nilai

c. Dari keadaan tersebut maka dapat diketahui besarnya tingkat

kavitasi, yaitu:

a
TK = ................................................(3.23)
c

Keterangan: =Thoma kritis

a=Thoma aktual
34

Dari rumus diatas jika didapatkan nilai lebih dari 1 maka dapat

dipastikan dalam turbin tersebut terjadi kavitasi dan sebaliknya, jika

didapatkan nilai kurang dari 1 maka pada turbin tersebut tidak terjadi

kavitasi.

3.5 Pemilihan Jenis Turbin

Secara teoritis dalam perencanaan pemilihan jenis turbin ditentukan

berdasarkan kecepatan spesifik (ns) dan tinggi jatuh air efektif (He).

Pemilihan berdasarkan tinggi jatuh air

Pemilihan dengan berdasarkan tinggi jatuh air diperoleh, maka dapat

dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Pemilihan Jenis Turbin Berdasarkan Tinggi Jatuh Air

N Tinggi jatuh air / Jenis Turbin

o head (m)
1 1 sampai 50 Turbin Cross Flow
2 50 sampai 250 Francis atau kaplan
3 250 sampai 300 Francis atau pelton
4 Di atas 300 Pelton

Sumber:RS Khurmi. A Text Book of Hydraulic, Fluid

Mechanics, and Hydraulic Machines

Pemilihan berdasarkan kecepatan spesifik

Kecepatan spesifik adalah kecepatan turbin dimana dapat dihasilkan 1

HP untuk setiap tinggi jatuh air (H) = 1 Ft. kecepatan spesifik dari suatu

turbin dapat diketahui dengan mempergunakan persamaan dan kondisi

yang diketahui.Setelah dihitung atau didapatkan nilai nsdengan


35

mempergunakan persamaan maka dapat dipilih jenis turbin dengan

menggunakan tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Pemilihan Jenis Turbin Berdasarkan Kecepatan Spesifik

N Kecepatan Spesifik Jenis turbin

o (rpm)
1 10 sampai 35 Turbin Pelton dengan Nozzel tunggal

2 35 sampai 60 Turbin Pelton dengan dua Nozzel atau

lebih
3 60 sampai 300 Turbin Francis

4 300 sampai 1000 Turbin Kaplan

Sumber:RS Khurmi. A Text Book of Hydraulic, Fluid Mechanics, and

Hydraulic Machines

Turbin francis petama kali dikembangkan oleh James Bichens Francis

pada tahun 1848, dia mampu membuktikan desainnya untuk menciptakan

turbin dengan efisiensi sampai dengan 90%. Dia mengaplikasikan ilmu

science dengan metode pengujian untuk menghasilkan turbin dengan

efisiensi yang cukup besar, kemudian ia juga membuktikannya dengan

perhitungan matematika dan grafik.

Turbin francis adalah salah satu jenis turbin air (hidraulik) yang paling

sering digunakan sampai sekarang. Turbin ini beroperasi dalam

headrange antara 10 sampai beberapa ratus meter dan fungsi utamanya

adalah dalam memproduksi tenaga listrik. Memiliki vane antara 9 atau

lebih, dimana air akanmengenai vane-vane tersebut dan mengelilinginya

hingga dapat menyebabkannya berputar.


36

Turbin francis bekerja dengan mengunakan proses tekanan lebih. Pada

waktu air masuk ke roda jalan, sebagian dari energi tinggi jatuh telah

bekerja di dalam sudu

3.6 Tugas Tugas Selama Praktek Kerja Lapangan(PKL)

Laporan individu merupakan jawaban dari program perorangan dari

peserta kerja lapangan (PKL) yaitu untuk mengetahui perkembangan dan

pelaksanaan kegiatan PKL serta sebagai bahan evaluasi dari informasi

tentang keberhasilan program praktek keja lapangan.

Secara keseluruhan program kerja perorangan tidak lepas dari rencana

kerja kelompok yang telah disusun bersama anatara peserta PKL dengan

PT. PLN (persero) unit PLTA musi, adapun tujuan mahasiswa memiliki

tanggung jawab lapangan sesuai dengan kemampuan dan keahlian

masing-masing.

Program unggulan dan pilihan yang menjadi tanggung jawab perorangan

sebagai bagian dari peserta PKL di kelurahan ujan mas kec. Ujan mas

kabupaten kepahiang.

1. Pengenalan lingkungan dan pengenalan unit kerja PLTA musi.


2. Perawatan dan pembersihan booster pump shaft seal.
3. Pengambilan material passing pent.
4. Pemasangan drain turbin pit
5. Perawatan dan penggantian shaft seal unit (1).
6. Pembersihan dan pembuangan lumpur di jet valve WA 2.
7. Pembuangan dan pengurasan di jet pum sistem
8. Pembersihan dan perawatan turbin pit 1
9. Pperawatan dan pembersihan pilter dalam chiller.

Setiap kegiaatan memiliki makna yang sangat erat dengan kebutuhan

dalam kegiatan PKL, demikian juga dengan ke sepuluh program diatas.

a. Keterampilan keterampilan Yang Baru Dimiliki


1. Mengetahui cara perawatan dan pembersihan booster pump

shaft seal.
2. Mengetahui cara pengambilan material passing pent.
37

3. Mengetahui cara pemasangan drain turbin pit.


4. Mengetahui perawatan dan penggantian shaft seal unit (1).
5. Mengetahui pembersihan dan pembuangan lumpur di jet

valve WA 2.
6. Mengetahui cara pembuangan dan pengurasan air limbah

dengan cara menyedot dengan jet pump sistem.


7. Mengetahui cara pembersihan dan perawatan turbin pit 1

b. identifikasi kendala yang di hadapi


Selama kerja praktek lapangan penulis tidak mendapatkan masalah

karena selalu di bimbing oleh pihak PLTA musi.


c. kendala pelaksanaan tugas
Belum sepenuhnya mengerti komponen komponen di PLTA musi.
d. cara mengatasi kendala
Pada saat pelasanaan tugas, ketika mendapat masalah biasa

langsug ditanyakan dengan pembimbing lapanganny.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tujuan Pemeliharaan

Pemeliharaan pada turbin francis sangat lah penting karena turbin

francis memiliki peranan penting di dalam pembangkit listrik tenagga

air(PLTA)karena tampa di lakukan perawatan akan mengakibat kan hal-

hal yang patal akan terjadinya kerusakan.

Maka dari itu dilakukanlah perawatan atau

yang di sebut(maintenance)atau juga pemeliharaan.

4.2 Sasaran Pemeliharaan

sasaran pemeliharaan ada lah bagian-bagian turbin francis

4.3. Jenis jenis Pemeliharaan

Pekerjaan P1 (Harian)
38

Pemeriksaan noise dan vibrasi turbin


-
- Kebocoran air pada shaft seal, flange inlet valve
Pemeriksaan kebocoran oli
-
Pemeriksaan kebocoran air
-

- Pemeriksaan tekanan untuk penstock, spiral case, draft tube,


runner crown, runner side band, shaft seal.
- Pemeriksaan temperatur turbine guide bearing metal & oil.
Pemeriksaan level oli turbine guide bearing
-
Pemeriksaan pressure dan flow shaft seal
-
- Pemeriksaan noise dan vibrasi pompa booster shaft seal

Pekerjaan P2 (Mingguan) 39
Pemeriksaan level oli turbine guide bearing
-
Pembersihan permukaan luar turbin
-
Pengecekan posisi guide vane
-
Pembersihan & pengecekan servomotor
-
Pemeriksaan overspeed pendulum
-
Pencucian filter shaft seal
-
Pengecekan pressure regulator
-
- Pembersihan permukaan poros shaft termasuk shaft coupling

Pekerjaan P3 (Bulanan)
- Pemeriksaan & pembersihan sistem drain turbin pit
Pengecekan keausan shaft seal
-
39

Pekerjaan P4 (Triwulanan)

Pembersihan turbine guide bearing cooler (cooling coil) dg


-
flushing
Pembersihan sistem pemipaan shaft seal
-
Pemeriksaan kualitas oli turbine guide bearing
-

4.4

pemeliharaan terencana

Dalam perawatan terencana suatu peralatan akan mendapat giliran

perbaikan sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan sedemikian

rupa sehingga kerusakan besar dapat dihindari.

Perawatan terencana (planned maintenance) terbagi menjadi preventive

maintenance dan corrective maintenance.

Beberapa aspek-aspek penting dalam perencanaan perawatan adalah:

1.Perencanaan adalah kegiatan untuk menjalankan fungsi

a). Aspek-Aspek Penting Dalam Perawatan Terencana

perawatan yang dilakukan secara terorganisir.

Perencanaan perawatan terdiri dari:

Penyusunan secara struktural kegiatan perawatan yang akan dijalankan

Penyusunan sistem perawatan

Kegiatan pengontrolan dan pencatatan

Penerapan sistem perawatan dan pencatatan

Sedangkan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan

perencanaan perawatan adalah ruang lingkup pekerjaan, prioritas

pekerjaan, kebutuhan ketrampilan, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan


40

peralatan dan kebutuhan material.

2. Pemeriksaan

Kegiatan pemeriksaan yang telah tersusun dengan teratur akan menjaga

performa mesin dalam keadaaan optimal dan dapat berfungsi sesuai standar.

Kegiatan pemeriksaan terdiri dari:

Pemeriksaan operasional

Pemeriksaan pemberhentian

Pemeriksaan overhaul.

3. Pemilihan komponen/ suku cadang

Pemilihan komponen atau suku cadang merupakan kegiatan yang paling

penting dalam menjalankan kegiatan overhaul. Dengan pemilihan suku

cadang yang sesuai dengan spesifikasi mesin akan menjaga mesin tetap

dapat bekerja dalam kondisi standar.

b). Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Perawatan pencegahan (preventive maintenance) adalah kegiatan

pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya

kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau

keadaan yang dapat menyebabkan peralatan produksi mengalami kerusakan

pada waktu digunakan dalam proses produksi (Sofyan, 1998: 90). Dalam

melakukan cara perawatan ini, ada beberapa aktifitas yang dapat dilakukan

yaitu: pemeriksaan secara berkala dan penggantian komponen yang sudah

hampir rusak atau sudah rusak. Untuk penggantian komponen yang telah

rusak ini akan terjadi penambahan pada biaya produksinya. Sehingga dalam

menetapkan komponen-komponen yang akan dijadwalkan penggantiannya


41

harus merupakan komponen yang kritis dalam sistem produksi tersebut.

Berdasarkan Asrori (2007: 3) kegiatan perawatan yang dilakukan dalam

perawatan preventif adalah suatu bentuk pelaksanaan terjadual. Oleh karena

itu siklus perawatan menjadi penting keberadaannya. Klasifikasi perawatan

mesin dalam preventive maintenance dibagi menjadi 4 kategori (keadaan),

yaitu:

(1) Inspeksi (I)

Inspeksi adalah tindakan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala

kondisi suatu peralatan atau alat bantu untuk mendapatkan informasi

tentang keadaan mesin atau alat bantu tersebut yang hasilnya dapat

digunakan untuk pertimbangan dalam melakukan kegiatan perawatan

selanjutnya.

(2) Small Repair (S)

Small repair adalah suatu tindakan perawatan ringan yang menitik beratkan

pada bagian terkecil (komponen) dari suatu mesin. Kegiatan small repair

merupakan perbaikan tindak lanjut dari kerusakan ringan yang ditemukan

pada waktu kegiatan inspeksi dan tidak memerlukan waktu dan biaya yang

tinggi.

(3) Medium Repair (M)

Medium repair adalah suatu tindakan perawatan tingkat menengah yang

lebih fokus pada kerusakan bagian dari suatu mesin akibat aus atau akibat

kecelakaan yang perbaikannya memerlukan biaya yang tinggi dan waktu

kerja yang relatif lama.

(4) Overhaul (O)

Overhaul adalah suatu tindakan perawatan pada yang bersifat menyeluruh


42

pada bagian mesin. Tindakan yang biasanya dilakukan waktu overhaul

adalah pembetulan-pembetulan komponen yang aus/ rusak atau

penggantian komponen.

a). Perawatan Korektif (Corrective Maintenance)

Menurut Sofyan (1987: 90) perawatan korektif (corrective maintenance)

adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadi

kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan yang ditemukan

selama masa waktu preventive maintenance.

Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian

rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar

peralatan menjadi lebih baik dan mencapai standar kerja yang dapat

diterima.

Perawatan korektif yang dilakukan meliputi antara lain:

a. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan untuk menghilangkan bagian-

bagian yang kurang ekonomis dari mesin atau mengurangi frekuensi

terjadinya kerusakan tersebut

b. Melakukan perbaikan setelah jangka waktu tertentu

Beberapa jenis perawatan korektif adalah:

1) Shutdown Maintenance

Shutdown maintenance adalah pemeliharaan yang hanya dilakukan selama

mesin tersebut berhenti beroperasi atau mesin tersebut terpaksa

diberhentikan karena kerusakan yang serius.

2) Breakdown maintenance

Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi kerusakan pada peralatan,


43

dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat

dan tenaga kerjanya.

4.5 Perawatan Tidak Terencana(Emergency Maintenance)

Pemeliharaan tak terencana adalah jenis pemeliharaan yang dilakukan

secara tiba-tiba karena suatu alat atau peralatan akan segera digunakan.

Seringkali terjadi bahwa peralatan baru digunakan sampai rusak tanpa ada

perawatan yang berarti, baru kemudian dilakukan perbaikan apabila akan

digunakan. Dalam manajemen instrumen pemeliharaan, cara tersebut

dikenal dengan pemeliharaan tak terencana atau darurat (emergency

maintenance).
44

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan pemeliharaan pada turbin francis di PLTA musi

maka saya menyimpul kan:

a .Pentingnya pemeliharaan turbin francis di PLTA musi.

b .Pemeliharaan yang menyangkut tentang kualitas dan

kuantitas di PLTA

5.2 Saran

a) bagi para mahasiswa/i di harapkan mampu menerapkan

dan mempraktekan semua hasil dari kegiatan praktek

kerja lapangan di PLTA musi ini.

b) Dan untuk penulis yang akan datang semoga lebih baik

dan lebih memahami pelajaran yang di terap kan di PLTA

musi.
45

46
DAFTAR PUSTAKA

Sumber:RS Khurmi. A Text Book of Hydraulic, Fluid Mechanics, and

Hydraulic Machines

http://www.slideshare.net/gilagilaan/turbin-air-2

Anda mungkin juga menyukai