Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung bumi
(mantel) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 km. Bagian teratas
dari selubung bumi juga merupakan batuan keras.
Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai ketebalan sekitar
3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan yang sangat tinggi
sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang diperkirakan mempunyai
density sekitar 10.2 - 11.5 gr/cm3. Diperkirakan temperatur pada pusat bumi dapat
mencapai sekitar 57270 C.
Indonesia dilalui sabuk vulkanik yang membentang dari Pulau Sumatra, Jawa, Nusa
Tenggara, Maluku dan Sulawesi. Di dalam sabuk vulkanik itu terdapat sekitar 117
pusat gunung berapi aktif yang membentuk jalur gunung api sepanjang kurang lebih
7.000 km. Indonesia memiliki 40 persen potensi panas bumi di dunia karena
Indonesia memiliki 265 lokasi panas bumi dengan total potensi energi mencapai
28.100 MWe. Tahun 2009, beberapa lokasi panas bumi baru ditemukan seperti Kebar
di Manokwari, Papua Barat, Tehoru, Banda Baru, Pohon Batu, Pohon Batu dan
Kelapa Dua di Maluku, Lili, mapili dan Alu di Mandar, Sulawesi Barat. Daerah panas
bumi Manokwari terletak di kepala burung Pulau Papua yang secara administratif
termasuk wilayah Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Gejala panas bumi daerah Manokwari terletak di tiga daerah yaitu daerah Momi Waren,
Menyambo dan Kebar berupa pemunculan mata air panas dengan temperatur rendah
31,7 46,8 oC, debit 1 10 l/detik dan pH netral 6,47 8,75.
Proses pembentukan sistem panas bumi di daerah panas bumi Manokwari dimulai
dengan adanya sisa panas dari tubuh batuan beku baik itu berupa retas maupun tubuh
batolit yang telah mengalami pendinginan. Sisa panas ini memanasi air meteorik yang
kemudian muncul ke permukaan melaui zona-zona rekahan akibat aktivitas tektonik.
Fluida panas bumi di daerah Manokwari ini bersifat klorida-bikarbonat, sehingga dengan
adanya kandungan karbonat dalam air panas, bisa terjadi kemungkinan adanya
pengerakan (scaling) dalam sistem pemipaan selama dalam pembangkitan energi listrik.
Temperatur bawah permukaan yang diperkirakan berhubungan dengan reservoir panas
bumi hanya seitar 80-86oC.
Potensi sumber daya spekulatif di daerah Manokwari tidak memungkinkan untuk
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Kecuali untuk pemanfatan langsung, dengan
mempertimbangkan peluang dan hambatan pengembangan di daerah tersebut.
ABSTRACT
Under the skin of the earth there is a thick layer called the sheath Earth (mantle)
are estimated to have a thickness of about 2900 km. At the top of the casing is
also a rock hard earth.
The deepest part of the earth are the core (core) having a thickness of about
3450 kilometers. This layer has a temperature and pressure is so high that this
layer of very hot molten are estimated to have a density of about 10.2 - 11.5 g /
cm3. It is estimated that the temperature at the center of the earth can reach
about 57 270 C.
Indonesia passed a volcanic belt that stretches from the island of Sumatra, Java,
Nusa Tenggara, Maluku and Sulawesi. In the volcanic belt that there are
approximately 117 active volcanoes center lane of volcanoes formed along
approximately 7,000 km. Indonesia has 40 percent of the geothermal energy in
the world because Indonesia has 265 locations with a total geothermal energy
potential reach 28,100 MWe. In 2009, some recently discovered geothermal sites
like Chebar in Manokwari, West Papua, Tehoru, Kota Baru, Batu Tree, Tree Stone
and Kelapa Dua in Maluku, Lili, mapili and Alu in Mandar, West Sulawesi.
Manokwari geothermal area is located in the bird head of Papua Island is
administratively including the district of Manokwari, West Papua province.
Symptoms Manokwari geothermal area is located in three regions, namely the
area of Momi Waren, Menyambo and kebar form of appearance of the hot springs
at low temperatures from 31.7 to 46.8 C, debit 1-10 l / sec and a neutral pH 6.47
to 8, 75.
The process of formation of geothermal systems in geothermal area of Manokwari
began with the residual heat from the body either in the form igneous dikes or
bodies who have undergone cooling batholiths. This heat heats the rest of
meteoric water which then comes to the surface through the zones of fracture
due to tectonic activity.
Geothermal fluid at this Manokwari area are chloride-bicarbonate, so that with the
content of carbonates in hot water, there could be the possibility of scaling
(scaling) in the piping system for the electric energy generation. Subsurface
temperatures are expected to relate to the geothermal reservoir seitar only 80-
86oC.
Speculative resource potential in the Manokwari area does not allow to be used as
a power plant. Except for direct utilization, taking into account the opportunities
and obstacles in the development of the area.

PENDAHULUAN
Indonesia dilalui sabuk vulkanik yang membentang dari Pulau Sumatra,
Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi. Di dalam sabuk vulkanik itu
terdapat sekitar 117 pusat gunung berapi aktif yang membentuk jalur
gunung api sepanjang kurang lebih 7.000 km. Indonesia memiliki 40
persen potensi panas bumi di dunia karena Indonesia memiliki 265 lokasi
panas bumi dengan total potensi energi mencapai 28.100 MWe. Tahun
2009, beberapa lokasi panas bumi baru ditemukan seperti Kebar di
Manokwari, Papua Barat, Tehoru, Banda Baru, Pohon Batu, Pohon Batu dan
Kelapa Dua di Maluku, Lili, mapili dan Alu di Mandar, Sulawesi Barat.
Ironisnya, baru 4 persen saja (1.189 KWe) dari potensi panas bumi
tersebut yang telah dimanfaatkan. Bandingkan dengan Filipina yang telah
memanfaatkan 44,5 % potensi energi panas buminya. Minimnya
pemanfaatan energi panas bumi ini tergambar dari komposisi sumber
listrik di Tanah Air. Listrik yang digunakan di Indonesia sebagian besar
memanfaatkan energi konvensional. Baru 3 % saja dari tenaga listrik yang
ada di Indonesia yang memanfaatkan energi panas bumi. Sementara,
BBM 20,6 %, batubara 32,7 %, dan gas alam 32,7 %, Salah satu potensi
geothermal energy yang sedang di lakukan PENYELIDIKAN PENDAHULUAN
PANAS BUMI ada di DAERAH MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT. Sihombing
Tasman (1977) menyebutkan bahwa di Kabupaten Manokwari terdapat manifestasi
panas bumi berupa mata air panas yang terletak di Distrik Ransiki, Distrik Warmare dan
Distrik Manokwari. Litologi daerah ini disusun oleh andesit basaltis, batugamping, granit
dan batuan metamorf.

Penyelidikan pendahuluan panas bumi pada tahun 2009 ini, dilakukan, dilakukan di
daerah Manokwari pada koordinat 132o5731,35134o205,63 Bujur Timur (BT) dan
0o401o4129,44 Lintang Selatan (LS), atau 268.288 502.556 mT dan 9.808.622
9.932.343 mU pada sistim koordinat UTM, zona 53 belahan bumi selatan. Survei ini
menggunakan peta dasar skala 1 : 250.000 edisi I tahun 2002 dan 2004, yaitu Peta
Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal), lembar peta Manokwari, Ransiki, Sausapor, dan
Ayamaru. Lembar-lembar peta tersebut masuk dalam wilayah Provinsi Papua Barat.
PENYELIDIKAN PENDAHULUAN PANAS BUMI DAERAH MANOKWARI PROVINSI
PAPUA BARAT

Dedi Kusnadi, Herry Sundhoro, Bakrun


Kelompok Program Penelitian Panas Bumi

SARI

Daerah panas bumi Manokwari terletak di kepala burung Pulau Papua yang secara
administratif termasuk wilayah Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.

Gejala panas bumi daerah Manokwari terletak di tiga daerah yaitu daerah Momi Waren,
Menyambo dan Kebar berupa pemunculan mata air panas dengan temperatur rendah
31,7 46,8 oC, debit 1 10 l/detik dan pH netral 6,47 8,75.

Proses pembentukan sistem panas bumi di daerah panas bumi Manokwari dimulai
dengan adanya sisa panas dari tubuh batuan beku baik itu berupa retas maupun tubuh
batolit yang telah mengalami pendinginan. Sisa panas ini memanasi air meteorik yang
kemudian muncul ke permukaan melaui zona-zona rekahan akibat aktivitas tektonik.

Fluida panas bumi di daerah Manokwari ini bersifat klorida-bikarbonat, sehingga dengan
adanya kandungan karbonat dalam air panas, bisa terjadi kemungkinan adanya
pengerakan (scaling) dalam sistem pemipaan selama dalam pembangkitan energi listrik.
Temperatur bawah permukaan yang diperkirakan berhubungan dengan reservoir panas
bumi hanya seitar 80-86oC.

Potensi sumber daya spekulatif di daerah Manokwari tidak memungkinkan untuk


dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Kecuali untuk pemanfatan langsung, dengan
mempertimbangkan peluang dan hambatan pengembangan di daerah tersebut.
PENDAHULUAN

Sihombing Tasman (1977) menyebutkan bahwa di Kabupaten Manokwari terdapat


manifestasi panas bumi berupa mata air panas yang terletak di Distrik Ransiki, Distrik
Warmare dan Distrik Manokwari. Litologi daerah ini disusun oleh andesit basaltis,
batugamping, granit dan batuan metamorf.

Penyelidikan pendahuluan panas bumi pada tahun 2009 ini, dilakukan, dilakukan di
daerah Manokwari pada koordinat 132o5731,35134o205,63 Bujur Timur (BT) dan
0o401o4129,44 Lintang Selatan (LS), atau 268.288 502.556 mT dan 9.808.622
9.932.343 mU pada sistim koordinat UTM, zona 53 belahan bumi selatan (Gambar 1).
Survei ini menggunakan peta dasar skala 1 : 250.000 edisi I tahun 2002 dan 2004, yaitu
Peta Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal), lembar peta Manokwari, Ransiki, Sausapor,
dan Ayamaru. Lembar-lembar peta tersebut masuk dalam wilayah Provinsi Papua Barat.

Lokasi survei dapat dicapai dari Manokwari (ibukota Provinsi Papua Barat) dengan
menggunakan kendaraan roda empat.

METODOLOGI

Metode yang dilakukan dalam penyelidikan daerah ini adalah geologi yang mencakup
geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan penyebaran manifestasi serta geokimia
yang terdiri dari manifestasi, parameter fisika dan kimia manifestasi, karakteristik air, Hg
tanah serta CO2 udara tanah.Manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Kelompok air panas Momi Waren termasuk Distrik Momi Waren, Manokwari
bagian Selatan.

2. Kelompok air panas Menyambo di bagian baratdaya Manokwari,

3. Kelompok air panas Kebar di sebelah barat Manokwari.

KELOMPOK PANAS BUMI MOMI WAREN.

Geomorfologi daerah Momi Waren dapat dibagi menjadi tiga satuan yaitu: satuan
perbukitan terjal (72%), pada elevasi 200 2800 m dpl., perbukitan bergelombang (17
%), pada elevasi 100 - 1800 m dpl., dan gemorfologi pedataran (11 %), pada elevasi 0 -
200 m dpl.

Urutan satuan batuan atau stratigrafi dari tua ke muda, adalah satuan Batusabak (Ssm),
Batutanduk (Ptm), Granit (Tgm), Batupasir (Tpm), dan Aluvium (Qal).

Struktur Geologi, terdiri dari: Sesar normal berarah baratlaut-tenggara, yaitu sesar
Demini mengontrol kemunculan manifestasi air panas Demini, sesar naik berarah barat-
timur dan baratlaut tenggara, yaitu sesar Momi Waren dan sesar Gaya Baru mengontrol
kemunculan satuan batuan batu tanduk (gambar 3).

Sampling geokimia di daerah Momi Waren, terletak di bagian selatan pada peta gambar
2, terdiri dari:

Air panas Demini (APD), pH air netral (8,75), debit 5 l/detik terletak di distrik Momi
Waren. Sekitar 200 km ke arah selatan dari Manokwari, 20 km ke arah barat bagian
timur dari Distrik Ransiki. Air panas keluar dari celah batuan granit, air jernih, tidak
berasa, tidak terdapat gelembung gas, tidak terdapat sinter karbonat, bertemperatur 38,1
oC, pada temperatur udara 28,6 oC, daya hantar listrik 142 ?s/cm. Ion balance 3.03%,
dengan konsentrasi kimia (mg/l), hasil analisis pada umumnya rendah antara lain: SiO2
= 21.49; Ca = 2.15; Na = 30.60; K = 0.22; Mg = 0.03; Li = 0.03; SO4 = 5.00; Cl = 4.00;
F=1.0; HCO3= 54.56; CO3= 6.24; Al=0.06, serta Fe, B, As dan NH4 ,tidak terdeteksi.
sampel air dingin sungai Waren (ASW), pH air netral (7,15), daya hantar listrik 55 ?s/cm,
dan konsentrasi kimianya lebih rendah lagi dari pada konsentrasi yang terkandung
dalam sampel air panas, kecuali: Ca = 6.26 mg/l dan SiO2 = 24.64 mg/l.

Plotting pada diagram (gambar 4) Cl - SO4-HCO3 air panas Demini di daerah Momi
Waren terletak pada posisi bikarbonat, pada diagram Na-K-Mg pada zona immature
water, indikasi manifestasi panas bumi ke permukaan di pengaruhi oleh air meteoric
water. dengan rendahnya daya hantar listrik (142 m/cm), dan Na (30.60 mg/l), Cl (4
mg/l) dan Silika (21.49 mg/l).

Isotop 18O dan 2H di plot pada grafik ?D terhadap ?18O, dengan garis air meteorik ?D =
8?18O +14. Gambar 5 memperlihatkan posisi air panas Demini, terletak pada sebelah
kanan dari garis meteoric water line (18O shift), ada indikasi pengkayaan oksigen 18 air
panas tersebut, ada kemungkinan akibat reaksi substitusi oksigen 18 dari batuan
dengan oksigen 16 dari fluida panas telah terjadi interaksi fluida panas dengan batuan
sebelum muncul ke permukaan. Namun posisinya sejajar garis meteoric water dari air
sungai Waren di bawahnya.

Temperatur, pH, H2O-, dan Hg (27 sampel tanah) dan CO2 udara tanah (13 sampel)
pada kedalaman satu meter.

Temperatur tanah sangat bervariasi nya tidak terlalu tinggi, terendah 23.4oC (RD20)
dan tertinggi 30.2oC (RD1), sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan temperatur udara
di lokasi.pH tanah netral, terendah 6.30 (RD4) dan tertinggi 7.35 (RD22).

Hg tanah juga pada umumnya rendah, setelah dikoreksi konsentrasi H2O-, konsentrasi
12 ppb (RD26 dan RD27) sampai dengan konsentrasi 123 ppb (RD15). Peta distribusi
Hg tanah (gambar 6), memperlihatkan anomali relatif tinggi >90 ppb terletak satu titik
amat RD15 bagian tenggara daerah penyelidikan, Hg 60-90 ppb sebagian kecil daerah
penyelidikan, sedangkan Hg<60 ppb tersebar pada sebagian besar daerah
penyelidikan.

CO2 tanah dari terendah 0.90 % (RD17) dan tertinggi 3.57 % (RD5). Peta CO2 Udara
tanah (gambar 7), memperlihatkan anomali konsenrasi tinggi > 3% tidak beraturan, CO2
2-3 %, pada bagian tengah melebar ke tenggara, sedangkan < 2.0 % di bagian utara.

KELOMPOK PANAS BUMI MENYAMBO.

Geomorfologi panas bumi Menyambo terdiri dari tiga satuan yaitu: satuan perbukitan
sangat terjal sekitar 76%, pada elevasi 200 - 2700 m dpl., perbukitan bergelombang
sekitar 9% pada elevasi 100 - 300 m dpl., dan pedataran. sekitar 15% pada elevsi 75 -
100 m dpl.

Urutan satuan batuan atau stratigrafi dari tua ke muda (gambar 8) adalah satuan Lava
Warmare (Telw), Aliran Piroklastik Warmare (Tepw), Granodiorit Duibey (Tgrd), Gabro
Duibey (Tgd), Diorit Duibey (Tdd), dan Kolovium (Qkd).

Struktur Geologi, terdiri dari struktur sesar normal berarah baratlaut-tenggara


diantaranya adalah sesar Duibey yang mengontrol kemunculan mata air panas Ibor,
sesar normal berarah barat-timur, serta sesar normal berarah utara-selatan (sesar
Menyambo).

Manifestasi berupa air hangat Ibor, di pinggir Kali Meuni muncul dari celah batuan diorit
dengan temperatur 31,7 oC, pada temperatur udara 26,7 oC, pH 7,20 debit 1 l/detik. Air
jernih, tidak berasa, tidak ada gelembung gas, tercium bau belerang dan endapan
travertin.

Sampling geokimia daerah Menyambo, berlokasi di bagian tengah pada peta gambar 2,
terdiri dari: sampel mata air hangat (warm water), mata air dingin, serta sampel tanah
maupun udara tanah.

3 sampel air, yaitu Air hangat Ibor (AHI), air dingin Daun Gatal (ADD), dan air dingin
Sowi (ADS), seperti berikut:

a. Air hangat Ibor (AHI), pH netral (pH = 7,20), debit 1 l/detik di pinggir sungai Meuni, 2
km ke arah utara dari Kp. Duibey, distrik Menyambo, debit 1 l/detik , air panas keluar
dari celah batuan diorit, air jernih, tidak berasa, tidak ada gelembung gas, terdapat sinter
karbonat, temperatur air hangat 31,7 oC, pada temperatur udara 26,7 oC, daya hantar
listrik 1100 ?s/cm. ion balance (IB = 0.34%), konsentrasi unsur dan senyawa kimia
(mg/l), antara lain: SiO2 = 20.87; Ca = 99.70; Na = 88.70; K = 0.32; Mg = 3.29; Li =
0.02; SO4 = 20.00; Cl = 274.34; F=2.00; HCO3= 49.29; Al=0.12; B=0.36; Fe=0.01,
sedangkan As, CO3, dan NH4 , tidak terdeteksi.

b.Air dingin Daun Gatal (ADD), berlokasi sekitar 14 km ke arah utara dari lokasi air
hangat Ibor, di pinggir jalan, dari celah batuan karbonat, tidak berasa, tidak berbau,
temperatur air 25,6 oC, pada temperatur udara 27,8 oC, pH air netral (7,07), daya hantar
listrik 450 ?s/cm, konsentrasi unsur dan senyawa kimia lainnya (mg/l): Ca=50.70,
Mg=25.47, HCO3 = 251.22, indikasi adanya pengaruh batuan karbonat pada
pemunculan mata air dingin Daun Gatal.

c. Air dingin Sowi (ADS), di pinggir laut, sebelah timur di luar lokasi peta daerah
Menyambo, mata air hanya terlihat bila permukaan air laut surut, air jernih, tidak berasa,
tidak berbau, temperatur 29,0 oC, pada temperatur udara 34,0 oC, pH air netral (7,35),
daya hantar listrik 2630 ?s/cm, konsentrasi unsur dan senyawa kimia (mg/l), antara lain:
Ca = 82,90, Mg = 65,02, Na = 405,30, K = 18,9, Cl = 840,18, SO4 = 102,88 mg/l, HCO3
= 91,18 indikasi pengaruh batuan karbonat dan air laut pada pemunculan mata air
dingin Sowi sangat besar.

Plotting komposisi pada diagram segi tiga (gambar 4), terletak pada zona klorida
diagram Cl - SO4 -HCO3. Pada diagram segitiga Na-K-Mg, pada zona immature water,
indikasi pemunculan manifestasi air hangat Ibor, dipengaruhi interaksi antara fluida
dengan batuan dalam keadaan panas, juga bercampur dengan air permukaan (meteoric
water), pada diagram segi tiga Cl, Li, B posisi mata air hangat terletak dipojok atas Cl,
dengan Li yang sangat rendah. Ada indikasi pengaruh sedimen laut yang terperangkap
dan terlewati oleh aliran sumber panas pada pembentukan mata air hangat (temperatur
rendah), diindikasikan dengan tingginya daya hantar listrik (1100 s/cm), Na (88,70
mg/l), Ca (99,70 mg/l), Cl (274,34 mg/l) dan Silika rendah (20,87 mg/l).

Isotop 18O dan 2H dari air hangat Ibor (AHI) serta air sungai Waren (ASW). Nilai ?18O
berkisar 7,26 sampai 7,14 sedangkan nilai ?D berkisar 52,0 sampai 48,6 . di
plot pada grafik ?D terhadap ?18O, dengan garis air meteorik ?D = 8?18O +14. Gambar
5 memperlihatkan posisi sampel air hangat Ibor, terletak pada posisi sebelah kanan dari
garis meteoric water line (18O shift), adanya pengkayaan oksigen 18 dari air hangat
tersebut, pengaruh sedimen.

Temperatur tanah terendah 22.6oC (RM3) sampai 25.7oC (RM1), dipengaruhi oleh
temperatur udara.
pH tanah netral, terendah 6.42 (RM3) sampai 6.94 (RM1).

Konsentrasi Hg tanah pada umumnya rendah, setelah dikoreksi oleh nilai konsentrasi
H2O-, bervariasi mulai dari konsentrasi 12 ppb (RP1 dan RP2) sampai dengan
konsentrasi 65 ppb (RM2). Variasi Hg tanah, memberikan nilai rata-rata 30 ppb. Peta
distribusi nilai Hg tanah (gambar 9), memperlihatkan anomali relatif tinggi >40 ppb
terletak sebelah selatan dari lokasi air hangat Ibor, nilai Hg 25-40 ppb sebagian kecil
daerah penyelidikan, sedangkan Hg<25 ppb tersebar pada bagian utara daerah
penyelidikan.

Konsentrasi CO2 tanah bervariasi dari terendah 0.58 % (RP2) sampai dengan 1.56 %
(RM3). Variasi CO2 udara tanah, memberikan nilai rata-rata 1.1%. Peta distribusi nilai
CO2 Udara tanah (gambar 10), memperlihatkan anomali tinggi > 1.45% bagian selatan
dekat lokasi air hangat Ibor, konsentrasi CO2 antara 0.85-1.45 %, terdistribusi pada
bagian tengah yang melebar di daerah penyelidikan, sedangkan nilai < 0.85 % terletak di
bagian utara daerah penyelidikan.

KELOMPOK PANAS BUMI KEBAR.

Geomorfologi daerah Kebar terdiri dari tiga satuan, yaitu: satuan perbukitan terjal sekitar
86% pada elevasi 100 2200 m dpl., perbukitan bergelombang sekitar 7% pada elevasi
600 - 1000 m dpl., dan pedataran sekitar 7% pada elevasi 50 - 700 m dpl.
Urutan satuan batuan atau stratigrafi dari tua ke muda (gambar 11) terdiri dari Batusabak
(Ssk), Granit Kebar (Tgk), Batupasir (Tpk), Batugamping (Qgmk), Endapan Danau
(Qed), dan Aluvium (Qal).

Struktur Geologi teramati beberapa struktur sesar, yaitu :Sesar normal berarah barat-
timur, yaitu sesar Aremi yang mengontrol kemuculan mata air panas Ajoi dan mata air
panas Necopon serta sesar Atai, sesar normal berarah baratdaya-timurlaut, yaitu sesar
Kebar.

Di daerah Kebar terdapat manifestasi panas bumi berupa dua mata air panas yaitu mata
air panas Ajoi dan mata air panas Necopon.

Air panas Ajoi bertemperatur 46,8 oC pada temperatur udara 30,6 oC, pH 6,48 dengan
debit 10 l/detik. Air panas jernih, tawar, terdapat gelembung gas, tercium bau kapur,
terdapat endapan travertin (sinter karbonat)

Air panas Necopon bertemperatur 45,5 oC pada temperatur udara 27.5 oC, pH 6,47
dengan debit 5 l/detik. Air panas muncul dari dasar sungai Aremi, jernih, tawar, terdapat
gelembung gas, bau kapur lemah, terdapat endapan travertin (sinter karbonat).
Sampel mata air panas, air sumur, serta sampel tanah maupun udara tanah, yaitu: air
panas Ajoi (APA), air panas Necopon (APN) di bagian selatan daerah Kebar, dan satu
contoh air sumur Anjai (ASA) di bagian utara pada daerah Kebar, sedangkan sampel
tanah dan udara tanah pada kedalaman satu meter yang telah diukur temperatur udara
tanah dan temperatur udara di lokasi titik amatnya, untuk analisis pH, dan Hg , diperoleh
25 sampel, dan CO2, diperoleh 8 sampel (kode sampel RA dan RN).

3 sampel air, yaitu Air panas Ajoi (APA), air panas Necopon (APN), dan air sumur Anjai
(ASA), seperti berikut. :
a. Air panas Ajoi (APA), debit 10 l/detik, air jernih, tidak berasa, terdapat gelembung gas
namun tidak cukup untuk sampling gas, tercium bau kapur, terdapat sinter karbonat yang
cukup luas, pH air netral (6,48), daya hantar listrik 1900 ?s/cm. ion balance -0.11%,
konsentrasi unsur dan senyawa kimia (mg/l) antara lain: SiO2 = 17.06; Ca = 155.50;
Na = 168.80; K = 17.98; Mg = 65.55; Li = 0.57; SO4 = 50.00; Cl = 325.78; F=1.00;
HCO3= 659.78; Al=0.12; B=5.58; sedangkan As, Fe, CO3, dan NH4 tidak terdeteksi.

b.Air panas Necopon (APN), di pinggir sungai Aremi, debit air panas 5 l/detik, air jernih,
tidak berasa, terdapat gelembung gas, bau kapur lemah, temperatur air panas 45,5 oC,
pada temperaur udara 27,5 oC, pH air netral (6,47), daya hantar listrik 1825 ?s/cm. ion
balance (IB = -0.33%), konsentrasi unsur dan senyawa kimia (mg/l) diantaranya: SiO2 =
16.44; Ca = 132.00; Na = 151.70; K = 17.91; Mg = 65.29; Li = 0.57; SO4 = 50.00; Cl =
265.79; F=1.50; HCO3= 647.19; B=5.58; Fe = 0.01; sedangkan Al, As, CO3, dan NH4
tidak terdeteksi.

c. Air dingin berasal dari Air Sumur Anjai (ASA), daerah Kebar, air jernih, tidak berasa,
tidak berbau, temperatur air 30,3 oC, pada temperatur udara di lokasi 30,5 oC, pH air
netral (7,28), daya hantar listrik 200 ?s/cm. Konsentrasi unsur dan senyawa kimia yang
signifikan dalam satuan mg/l antara lain: Ca = 20.80; Mg = 2.77; Na = 4.25; K = 3.09 ;
HCO3 = 76.13; sebagai indikasi pengaruh batuan karbonat pada air permukaan.

Plotting komposisi kimia (gambar 4) dari mata air panas pada diagram Cl - SO4
-HCO3, Mata air panas Ajoi dan air panas Necopon terletak pada zona bikarbonat.

Pada diagram Na-K-Mg, mata air panas terletak pada zona immature water, indikasi
bercampur dengan air permukaan (meteoric water). pengaruh sedimen karbonat yang
terlewati aliran sumber panas dengan tingginya daya hantar listrik (1900 s/cm), Na
(151-168 mg/l), Ca (132-155 mg/l), Cl (265-325 mg/l), HCO3 (647-659 mg/l), sedangkan
SiO2 rendah (16-17 mg/l).

Isotop 18O dan 2H air panas Ajoi (APA), dan air panas Necopon (APN), serta air
sungai Waren (ASW). di plot pada grafik ?D terhadap ?18O, dengan garis air meteorik ?
D = 8?18O +14. Gambar 19 memperlihatkan posisi kedua sampel air panas Ajoi dan
Necopon, terletak pada posisi sebelah kanan dari garis meteoric water line (18O shift),
ada kemungkinan indikasi pengkayaan oksigen 18 dari air panas tersebut, posisi yang
lebih ke kanan dari posisi air sungai Waren.

Temperatur tanah terendah 28.1oC (RA8) sampai 38.2oC (RA1), dipengaruhi oleh
temperatur udara.
pH tanah terendah 5.52 (RN7) sampai tertinggi 7.16 (RA3).

Konsentrasi Hg tanah pada umumnya rendah, setelah dikoreksi oleh nilai konsentrasi
H2O-, bervariasi mulai dari konsentrasi 7 ppb (RA3 dan RN10) sampai dengan
konsentrasi 143 ppb (RA4). Variasi Hg tanah. Peta distribusi nilai Hg tanah (gambar 12),
memperlihatkan anomali relatif tinggi >90 ppb terletak di sebelah selatan dari lokasi air
panas Ajoi, nilai Hg 30-90 ppb sebelah utara dari lokasi air panas Ajoi dan Necopon,
sedangkan Hg<30 ppb tersebar di bagian utara daerah penyelidikan.

Konsentrasi CO2 tanah bervariasi dari terendah 0.28 % (RA3) sampai dengan
konsentrasi tertinggi 2.82 % (RA2). Peta distribusi nilai CO2 Udara tanah (gambar 13),
memperlihatkan anomali tinggi > 1.90% hanya satu titik dekat lokasi air panas Ajoi,
konsentrasi CO2 antara 1.12-1.90 %, sebagian besar daerah penyelidikan, sedangkan
nilai < 1.12 % sebagian kecil bagian tenggara daerah penyelidikan.

DISKUSI

Geomorfologi Momi Waren didominasi perbukitan bergelombang hingga terjal tersusun


oleh perbukitan vulkanik dan batuan Pra-Tersier, di bagian selatan dan tenggara
merupakan zona depresi dan dataran pinggir pantai terisi endapan permukaan
(aluvium).

Batuan tertua, batusabak berumur Silur-Devon menempati bagian barat dan tengah.
Kemudian batuan beku berjenis granit diperkirakan tubuh batolit berumur Trias tersebar
memanjang dari utara hingga tengah. Kedua satuan ini dan satuan batutanduk berumur
Perm-Kapur membentuk morfologi perbukitan.

Aktivitas tektonik diperkirakan terjadi sejak zaman Pra-Tersier hingga sekarang


menyebabkan banyak ditemukan struktur-struktur sesar berupa sesar normal dan sesar
naik berarah baratlaut-tenggara, dan barat-timur sangat dipengaruhi sistem sesar
Ransiki mempunyai pergerakan menganan (dekstral). Pada Zaman Trias aktivitas
tektonik memicu terjadinya terobosan magma ke permukaan melalui zona lemah
menghasilkan batuan terobosan berkomposisi granit.

Aktivitas tektonik pada Kala Miosen Atas mengakibatkan struktur sesar sudah terbentuk
sebelumnya mengalami rejuvinasi atau termudakan kembali, diantaranya sesar Demini
yang mengontrol kemunculan mata air panas Demini.

Selanjutnya, proses erosi berlangsung sampai saat ini menghasilkan endapan aluvium
yang banyak terdapat di sepanjang sungai Gaya Baru.

Sistem panas bumi diperkirakan berkaitan dengan aktivitas tektonik pada sistem sesar
dekstral Ransiki berarah hampir utara-selatan, juga berhubungan dengan bagian
terbawah tubuh batolit granit berumur Trias telah mengalami pendinginan (cooling
down). Air meteorik yang masuk ke bawah terpanasi sumber panas, kemudian naik ke
permukaan melalui celah-celah (rekahan) struktur membentuk mata air panas Demini.

Manifestasi panas bumi pada zona struktur sesar berarah baratlaut-tenggara. berupa
pemunculan mata air panas.

Panas bumi Momi Waren ini diperkirakan sangat berkaitan dengan aktivitas tektonik
yang aktivitasnya masih berlangsung sampai sekarang.
Manifestasi panas bumi berupa mata air panas, tidak ada buble gas, pH air netral
temperatur rendah (38.1 oC). Tidak ada sinter karbonat ataupun silika, Air tidak berasa,
daya hantar listrik, SiO2 dan Na serta lainnya rendah, tipe air bikarbonat, pada zona
immature water, Indikasi sangat dipengaruhi air permukaan. temperatur bawah
permukaan yang berhubungan dengan reservoir panas bumi hanya sekitar 84 oC dari
geotermometer NaK, Hg tanah rendah, paling tinggi hanya 123 ppb, dan lainnya
dibawah 60 ppb.
Daerah Momi Waren, dengan luas daerah prospek sekitar 5.0 km2, temperatur bawah
permukaan 84 oC (entalpi rendah), potensi sumberdaya spekulatifnya adalah 25 MWe.

Geomorfologi di daerah Meyambo didominasi perbukitan bergelombang hingga sangat


terjal tersusun perbukitan vulkanik dan batuan Pra-Tersier, kecuali di tengah, utara dan
timurlaut zona depresi dan dataran pinggir pantai terisi batuan sedimen endapan
permukaan (aluvium).

Batuan tertua batuan vukanik terdiri lava dan aliran piroklastik berumur Eosen-Miosen
Bawah, di bagian timur dan utara. Di bagian barat tersebar batuan plutonik berjenis
granodiorit berumur Miosen Atas diterobos batuan plutonik lain berjenis gabro dan diorit,
berdasarkan pentarikhan berumur Miosen Atas, di bagian tengah tersebar endapan
kolovium endapan sekunder produk longsoran batuan sebelumnya akibat tektonik.

Aktivitas tektonik diperkirakan telah terjadi sejak zaman Pra-Tersier hingga sekarang,
menyebabkan banyak ditemukan struktur sesar berupa sesar normal berarah baratlaut-
tenggara, barat-timur, utara-selatan sangat dipengaruhi dua sistem sesar besar yaitu
sistem sesar sinistral Sorong dan sistem sesar dekstral Ransiki. Pada Kala Miosen Atas
aktivitas tektonik memicu terjadinya terobosan magma ke permukaan melalui zona
lemah menghasilkan batuan terobosan berkomposisi diorit.

Pembentukan sistem panas bumi di Menyambo diperkirakan berkaitan dengan aktivitas


tektonik pada patahan-patahan berumur Miosen Atas, dengan sumber panas berupa
retas-retas (dike) diorit berumur Miosen Atas kemungkinan telah mengalami pendinginan
(cooling down). Air meteorik yang masuk ke bawah permukaan terpanasi oleh sumber
panas, kemudian naik ke permukaan melalui celah-celah (rekahan) struktur membentuk
mata air hangat Ibor.

Manifestasi panas bumi pada zona struktur sesar berarah baratlaut-tenggara dan utara-
selatan, berupa mata air hangat.

Panas bumi Menyambo ini diperkirakan sangat berkaitan dengan aktivitas tektonik yang
aktivitasnya masih berlangsung sampai sekarang, berupa mata air hangat tidak ada
gelembung gas, tidak ada gas yang cukup untuk sampling gas, pH air netral dengan
temperatur rendah (31.7 oC). Pada air hangat terdapat sinter karbonat, air tidak berasa,
daya hantar listrik agak tinggi, konsentrasi SiO2 rendah, sedangkan Na, Ca, Mg, dan Cl
relatif tinggi, tipe air klorida, terletak pada zona immature water (sangat dipengaruhi air
permukaan). Terletak pada zona Cl (Cl-Li-B), sebagai indikasi pengaruh sedimen laut,
Aliran fluida panas secara vertikal permukaan, terjadi pada temperatur bawah
permukaan dan reservoir panas bumi hanya sekitar 86 oC dari geotermometer SiO2,
dengan konsentrasi Hg tanah relatif rendah, paling tinggi hanya 65 ppb, dan titik amat
lainnya dibawah 60 ppb.

Potensi sumber daya untuk manifestasi Menyambo tidak dapat dihitung, karena
manifestasi yang muncul ke permukaan hanya berupa mata air hangat Ibor.

Geomorfologi daerah Kebar didominasi perbukitan bergelombang hingga terjal tersusun


oleh perbukitan sedimen malihan Pra-Tersier sampai Tersier, kecuali di utara disusun
batuan beku berjenis granit dan di tengah merupakan pedataran antar gunung (zona
depresi Kebar) disusun endapan permukaan.
Batuan tertua adalah batuan malihan (batusabak) berumur Silur-Devon. Sebaran batuan
paling luas adalah batupasir tersebar di selatan berumur Miosen Atas-Plistosen. Di
timurlaut tersebar batuan beku (granit) berumur Trias. Sedangkan di tengah yaitu di
dataran depresi tersusun endapan permukaan berupa endapan danau dan aluvium.

Aktivitas tektonik diperkirakan telah terjadi sejak zaman Pra-Tersier hingga sekarang
menyebabkan banyak ditemukan struktur-struktur sesar berupa sesar-sesar normal
berarah barat-timur merupakan zona sesar Sorong dengan pergerakan mengiri
(sinistral).

Pembentukan sistem panas bumi di daerah Kebar diperkirakan berkaitan dengan


aktivitas tektonik pada sistem sesar sinistral Sorong berarah hampir barat-timur, dengan
sumber panas diperkirakan berupa tubuh batolit granit berumur Trias yang telah
mengalami pendinginan (cooling down) sepanjang sistem sesar Sorong. Air meteorik
yang masuk ke bawah permukaan terpanasi oleh sumber panas, kemudian naik ke
permukaan melalui celah-celah (rekahan) struktur membentuk mata air panas Ajoi dan
Necopon

Manifestasi panas bumi Kebar ini diperkirakan berkaitan dengan aktivitas tektonik
aktivitasnya masih berlangsung sampai sekarang, zona struktur sesar berarah barat-
timur, berupa mata air panas, buble gas namun tidak cukup untuk sampling gas, pH air
netral, temperatur 45.5-46.8 oC. Terdapat sinter karbonat tersebar cukup luas, air tidak
berasa, daya hantar listrik, Na, Ca, Mg, dan Cl tinggi, SiO2 rendah, tipe air bikarbonat,
pada zona immature water, indikasi manifestasi panas bumi dipengaruhi oleh air
permukaan. Temperatur bawah permukaan hanya sekitar 80 oC dari geotermometer
SiO2 dan NaKCa, dengan Hg tanah rendah, paling tinggi hanya 132-143 ppb, dan
lainnya dibawah 60 ppb.

Potensi sumber daya spekulatif manifestasi Kebar, dengan luas daerah prospek 5,0
km2 dan temperatur fluida bawah permukaan 80 oC, termasuk ke dalam entalphi
rendah, maka potensi sumberdaya spekulatif sekitar 25 MWe.

KESIMPULAN

Proses pembentukan sistem panas bumi di daerah panas bumi Manokwari, dimulai
dengan adanya sisa panas dari tubuh batuan beku baik itu berupa retas maupun tubuh
batolit yang telah mengalami pendinginan. Sisa panas ini memanasi air meteorik yang
kemudian muncul ke permukaan melaui zona-zona rekahan akibat aktivitas tektonik.

Fluida panas bumi di daerah Manokwari ini bersifat khlorida-bikarbonat, sehingga


terdapat kemungkinan terjadinya pengerakan (scaling) dalam sistem pemipaan selama
dalam pembangkitan energi listrik.

Perkiraan Temperatur bawah permukaan yang rendah, menyebabkan potensi energi


panas bumi di daerah Manokwari tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik. Kecuali untuk pemanfatan langsung, dengan mempertimbangkan
peluang dan hambatan pengembangan di daerah tersebut.

Potensi sumberdaya spekulatif daerah panas bumi Momi Waren dan Kebar, masing-
masing sekitar 25 Mwe.
Ketiga kelompok manifestasi di Manokwari untuk sementara tidak ada yang
memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit energi listrik, hanya daerah
Kebar yang dapat dimanfaatkan untuk pariwisata (tempat pemandian).

Anda mungkin juga menyukai