LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung
(inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme hidup
dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth
Vol.3)
B. ETIOLOGI
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
C. PATOFISIOLOGI
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia,
mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga
terjadi penurunan fungsi organ organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah
di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang
mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase
tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH)
dengan jalan mengikat Akh KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi
dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat
tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi
SSP )
D. MANIFESTASI
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
E. KOMPLIKASI
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas (Apneu)
5. Syok
F. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
reathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak adekuat
irculasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5%
kec.15 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat obatan
depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.
Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag
valve mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab
keracunan tidak sampai menunda usaha usaha penyelamatan penderita yang harus segera di
lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang muntah,
menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis multipel
BAB II
A. PENGKAJIAN
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran menurun
b. Pernafasan
Nafas tidak teratur
c. Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia.
d. Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
e. Gastrointestinal
Muntah, diare
f. Integumen
Berkeringat
g. Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
h. Integritas Ego
Gelisah, pucat
i. Eliminasi
Diare
j. Selaput lendir
Hipersaliva
k. Sensori
Mata mengecil/membesar, pupil miosis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
respirasi
c. Dorong atau bantu klien dalam mengambil nafas dalam
Rasional : untuk membantu melancarkan pernafasan klien
2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi :
a. Awasi intake dan output, karakter serta jumlah feses
Rasional: untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran kebutuhan cairan klien
b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit
Rasional : untuk mengetahui apakah klien kekurangan cairan dengan mengamati sistem
integuman.
c. Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai indikasi
Rasional : untuk membantu menormalkan kembali cairan tubuh klien
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia
Tujuan : nutrisi adekuat
Intervensi :
a. Catat adanya muntah
Rasional : untuk mengetahui frekuensi cairan yang keluar pada saat klien muntah
ekstremitas
c. Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral) sesuai indikasi
Rasional : untuk menetralkan intake kedalam tubuh
BAB III
RR : 28 x/ menit.
c. CIRCULATION
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit, capillary refill : <2
somnolen.
4. PENGKAJIAN SEKUNDER
Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien.
d. Anamnesa singkat
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
e. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidak rontok.
2) Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya kunjungtiva tidak
sputum/lendir.
Kesadaran : Somnolent
Nadi 67 x/mnt, Kuat, Reguler
RR : 28 x/mnt, Cepat dan dangkal
Hasil EKG: Sinus Bradikardia
DS : Perubahan nutrisi Inta
Ibu klien mengatakan klien makan tempe
kurang dari kebutuhan ( A
bongkrek saat dirumah, sudah lebih dari empat
tubuh dan
jam sejak terakhir makan.
Ibu klien mengatakan klien dirumah sudah
mual.
DO :
Penurunan berat badan
TD 100/60
RR : 28 x/mnt, Cepat dan dangkal
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. RENCANA KEPERAWATAN
nafas dangkal
14 Juni 2013 Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC 2 : Pengelolaan nutrisi
Status Gizi Asupan Makanan dan 1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan ke
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimula
Cairan ditandai pasien nafsu makan
pelengkap, pemberian makanan melalui slang.
meningkat, mual dan muntah hilang,
3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab peru
4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tep
pasien tampak segar
membeli atau menyiapkan makanan yang adekua
NOC 3:
tidak turun.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
obat anti allergi, terapi nebulizer, insersi jalan nafas, dan pemeriksaan
badan
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah di lakukan pembelajaran dan seminar di harapkan mahasiswa faham tentang Asuhan
Keperawatan Keracunan
2. Tujuan Husus
Mengetahui dan memahami macam macam zat racun yang biasa terdapat di masyarakat
Terampil dalam menangani kasus kasus keracunan akut maupun kronik
Mampu memutuskan apa yang harus di lakukan pada penderita keracunan akut
Dapat membicarakan dan membuat saran saran tentang cara cara untuk mencegah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut biasanya
terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar
dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
c. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
d. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso
membawa, dan phagus memakan)
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
e. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri
dari 3 bagian yaitu:
Kardia
Fundus
Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap
infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
f. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M
sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
k. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak
pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
l. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia
juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.
m. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ
ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki
2 fungsi penting yaitu:
Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
2.3 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai
yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
2.4 Patofisiologi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia,
mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga
terjadi penurunan fungsi organ organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah
di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang
mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase
tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH)
dengan jalan mengikat Akh KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi
dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat
tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian depresi
SSP )
mual muntah
devisit volume cairan
Distress pernapasan
patoflow
Obstruksi trakheobronkeal
2.5 Manifestasi
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
2.6 Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas (Apneu)
5. Syok
2.8 Penatalaksanaan
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak
adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi
jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5%
kec.15 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat obatan
depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.
Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag
valve mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab
keracunan tidak sampai menunda usaha usaha penyelamatan penderita yang harus segera di
lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang muntah,
menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis multipel
karbon aktif, dialisis dan hemoperfus
2.10 Pencegahan
1. Masak masakan sampai benar benar matang karena racun akan tidak aktif dengan pemanasan
makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5 menit, selain itu spora
juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
2. Letakkan bahan bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari jangakauan anak
anak
3. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
4. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
5. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat obatan
6. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa
B. DIAGNOSA
1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
C. INTERVENSI
1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
dan paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
untuk mengetahui pola nafas, dan
dan ekspansi dada keadaan dada saat bernafas
Tinggikan kepala dan bantu mengubah
untuk memberikan kenyamanan dan
posisi memberikan posisi yang baik untuk
melancarkan respirasi
untuk membantu melancarkan
Dorong atau bantu klien dalam
pernafasan klien
mengambil nafas dalam
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. A DENGAN KERACUNAN
MAKANAN
kasus :
Tuan A di bawa kepuskesmas kertapati oleh istrinya setelah makan tempe . istri klien
mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek. kondisi klien
mengalami penurunan kesadaran somnolen, muntah, diare, dehidrasi dan pusing. Dari hasil
pengkajian sementara didapatkan Tekanan darah : 100/60 mmHg , BB : 45 kg (BB semula 55 kg)
Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit), RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit) Suhu : 36 0C (36,5-37,5
0
C) istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat elergi sebelumnya.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama klien : Tn. A
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 14 febuari 2014
No. Register : 0903055
Diagnosa medik : Keracunan Makanan
2. Keluhan utama
Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah makan tempe, pusing.
3. Airway
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 23 x/ menit, cepat dan dangkal
4. Breathing
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat, Kedalaman : dangkal.
RR : 23 x/ menit.
5. Circulation
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit, capillary refill : <2
dtk="" sianosis="" span="" terdapat="" tidak="">, EKG menunjukkan sinus bradikardia.
6. Disability
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2
7. Tingkat kesadaran somnolen.
Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga klien
8. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek.
9. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.
10. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien.
11. Anamnesa singkat
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
12. Pemeriksaan head to toe
Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidak rontok.
Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya kunjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik.
Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan pendengaran
Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.
Wajah : wajah klien tampak simetris.
Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 23 x/menit, cepat dan dangkal, HR 55x/menit,
suara jantung s1 dan s2 tunggal.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka memar, peristaltik
usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.
13. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 100/60 mmHg
BB : 45 kg (BB semula 55 kg)
Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit)
RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit)
Suhu : 36 C (36,5-37,5 0C)
0
B. Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat ( Anoreksia,
Mual dan Muntah )
C. Intervensi
TGL/ TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
JAM
14 Juni Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suction, fisioterapi dada
2013
keperawatan 1 x 24 jam indikasi
2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan
diharapkan bersihan jalan nafas
3. Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.
menjadi efektif dengan kriteria 4. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan reaksi yang biasa
5. Monitor respon alergi selama 24 jam
hasil:
6. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari alergen
NOC 1 : Status Pernapasan : 7. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
8. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi
Pertukaran Gas tidak akan
9. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat bronkhodilator, obat
terganggu di buktikan dengan :
allergi, terapi nebulizer, insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laborator
Kesadaran composmentis, TTV
AGD
menjadi normal, pernafasan
menjadi normal yaitu tidak
mengalami nafas dangkal
14 Juni Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan nutrisi
2013
keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Ketahui kesukaan makanan pasien
2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pemenuhan nutrisi dapat
3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat
adekuat/terpenuhi dengan kriteria4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
5. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
hasil :
Bantuan menaikkan berat badan
Status Gizi Asupan Makanan
1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
dan Cairan ditandai pasien nafsu
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
makan meningkat, mual dan
pelengkap, pemberian makanan melalui slang.
muntah hilang, pasien tampak 3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi
4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapa
segar
membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat
Status
Gizi; Nilai Gizi terpenuhi
dibuktikan dengan BB meningkat,
BB tidak turun.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu
4.2 Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah
wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan.
ASKEP KERACUNAN MAKANAN
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam
tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), serta suntikan dan
absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme
hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan
mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau
jaringan ( Sartono 2001 : 1 )
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau
senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan /
minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)
B. ETIOLOGI
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya
bisa mulai yang ringan sampai yang berat. Secara umum yang
banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
D. PATOFISIOLOGI
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di
antaranya yaitu faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari
penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik
shingga terjadi penurunan fungsi organ organ dalam tubuh.
Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah,
diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da
bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada
lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan
yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat
menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE).
Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis
arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh KhE yang bersifat
inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-
KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan
Akh di tempat tempat tertentu, sehingga timbul gejala
gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp
( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP )
PENYIMPANAN KDM
Faktor Penyebab (bahan kimia/kuman)
E. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan
inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan
perbaiki perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa
pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 20, nafas
buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat
obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada
kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke
mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut
penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup
face masuk atau menggunakan alat bag valve mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai
menunda usaha usaha penyelamatan penderita yang harus
segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di
lakukan dengan merangsang muntah, menguras lambung,
mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan
usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan
diuresis basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis
dan hemoperfus
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak
membantu.
2. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5
mg/dl), elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
3. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan
karena sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang
berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi
supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler,
asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi
timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat
kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia,
gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar
jantung iskemik.
G. KOMPLIKASI
Kejang
Koma
Henti jantung
Henti napas (Apneu)
Syok
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran menurun
b) Pernafasan
Nafas tidak teratur
c) Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia.
d) Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan,
paralise
e) Gastrointestinal
Muntah, diare
f) Integumen
Berkeringat
g) Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
h) Integritas Ego
Gelisah, pucat
i) Eliminasi
Diare
j) Selaput lendir
Hipersaliva
k) Sensori
Mata mengecil/membesar, pupil miosis
A. PENGERTIAN.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya. Keracunan makanan bila seseorang mengalami
gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit.
Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri.
Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan
perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari
makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.
B. ETIOLOGI
Jenis makanan yang sering menyebabkan keracunan antara lain adalah:
1. Daging ternak yang tidak dimasak atau dimasak setengah matang
(bakteri E.coli dan cacing Trichinella).
2. Ayam dan telur (bakteri Salmonella).
3. Makanan laut, khususnya jenis kerang-kerangan (virus Hepatitis A dan
jenis virus lainnya serta bakteri dan logam berat).
4. Buah dan sayuran (virus Hepatitis A dan parasit, kadang pestisida.
5. Susu yang tidak dipasteurisasi (bakteri pembusuk).
6. Racun dari bakteri Staphylococcus
Resiko untuk terjadinya penyakit ini tinggi bila pengelola makanan yang
menderita infeksi mencemari makanan, yang kemudian dibiarkan dalam
suhu ruangan, sehingga memungkinkan bakteri tumbuh dan
menghasilkan racunnya dalam makanan tersebut. Makanan yang sering
tercemar adalah puding, kue-kue kecil yang mengandung krim, susu,
daging olahan dan ikan.
C. GEJALA KERACUNAN
Pada anak-anak, gejala akan lebih cepat muncul karena kondisi tubuh
lebih rentan. Berkisar dua jam setelah mengonsumsi makanan yang
terkontaminasi akan cepat terlihat. Gejalanya antara lain:
1. Kram perut.
2. Demam.
3. Muntah-muntah.
4. Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
5. Rasa lemas dan mengigil
6. Hilang nafsu makan.
Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24 jam
setelah si kecil terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa
berlangsung tiga sampai empat hari. Tapi hati-hati! Gejala ini dapat
berlangsung lebih lama lagi jika si kecil yang keracunan masih
mengonsumsi secara tidak sengaja makanan yang terkontaminasi.
D. PRINSIP PENATALAKSANAAN.
1. Lakukan pengkajian primer (primary survey) terhadap Airway (A),
Breathing (B), Circulation (C).
2. Mencegah menghentikan penyerapan racun yang ditelan denagn cara :
a. Encerkan racun yang ada dalam lambung, sekaligus menghalangi
penyerapannya dengan cara memberikan cairan dalam jumlah banyak.
Cairan yang dipakai adalah air biasa, susu, norit yang telah dilarutkan.
b. Emesis, upayakan pasien muntah, efektif bila dilakukan dalam 4 jam
setelah racun ditelan. Dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan
merangsang dinding faring dengan jari. Emesis tidak boleh dilakukan
pada keracunan zat kerosif, zat kerosen dan penderita tidak sadar.
3. Pengobatan simptomatik.
a. Bila ada gangguan pernafasan maka dilakukan resusitasi.
b. Rasa nyeri/sakit dapat diberikan obat analgetik
E. CARA MENGHINDARI.
1. Jangan membeli makanan yang segel pengamannya tidak utuh lagi atau
makanan kaleng yang kemasannya sudah penyok atau menggelembung.
2. Pulang belanja, bahan makanan yang mudah rusak (ikan, daging, sayur,
buah) segera simpan di kulkas. Jaga agar kulkas anda tetap pada suhu <
8oC dan suhu freezer < 0oC.
3. Cuci buah dan sayuran sebelum dimakan.
4. Saat memotong makanan gunakan papan iris/talenan plastik karena
bakteri bisa terperangkap di dasar talenan yang terbuat dari kayu.
5. Cuci tangan minimal selama 20 detik dengan sabun dan air hangat
sebelum memasak dan menghidangkan makanan.
6. Hindari kontaminasi silang antar-makanan dengan cara mencuci peralatan
masak yang sebelumnya telah kontak dengan makanan.
7. Jauhkan hewan peliharaan dari seluruh area tempat menyiapkan
makanan.
8. Masak makanan untuk membunuh bakteri. Daging merah dimasak hingga
suhu 180oC atau bila bagian dalamnya telah berwarna coklat (telah
matang benar).
9. Sisa makanan sebaiknya disimpan di lemari pendingin, jangan tinggalkan
makanan dalam suhu ruang > 2 jam. Panaskan kembali sisa makanan
tadi sebelum dimakan.
10.Hindari makan telur mentah dan jangan minum susu yang tidak
dipasteurisasi.
11.Jangan mengkonsumsi makanan/minuman yang rasa, bau atau warnanya
sudah berubah.
12.Jika tidak yakin apakah suatu makanan masih baik atau tidak, jangan
ambil risiko, buang saja makanan tersebut.
1. Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas
buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan
depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas
berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo
fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya
dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag valve
mask.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar
atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah
20 menit bila tidak berhasil.
2. Emesis.
3. Katarsis,( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun
telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric
lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita
yang tidak kooperatif.Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan
dalam 4 jam setelah keracunan. Emesis,katarsis dan kumbah lambung
sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 6 jam .
pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung
sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal
berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4. Anti dotum.
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh
pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 4 6 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
G. ASUHAN KEPERAWATAN.
1. Pengkajian.
Dilakukan melalui Primary Survey yang terdiri dari Airway (A), Breathing
(B), dan Circukation (C). setelah teratasi dilakukan secondary surevy.
Umumnya A tidak ada masalah kecuali pada keracunan melalui saluran
pernafasan. B merupakan masalah yang paling sering yang ditandai
dengan sesak nafas. Sedangkan C pada keracunan makanan jarang
terjadi.
2. Diagnosa keperawatan.
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.
b. Diare berhubungan dengan racun.
c. Nyeri abdomen akut berhubungan dengan agen cidera.
DAFTAR PUSTAKA.
Departemen kesehatan RI, ( 2000 ) Resusitasi jantung, paru otak Bantuan hidup
lanjut ( Advanced Life Support ) Jakarta.
Emerton, D M ( 1989 ) Principle And Practise Of nursing , University of
Quennsland Press, Australia.
Johnson , M, et.al (2000), Nursing Outcomes Clasification (NOC), Mosby : St.
Louis.
UPF Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr.Soetomo Surabaya,( 1994 ) Pedoman
Diagnosis dan Terapi, Surabaya.
McCloskey J. C, and Bulecheck, G. M., (1996), Nursing Intervention Clasification
(NIC), Mosby : St Louis.
Phipps , ect, ( 1999 ) Medikal Surgical Nursing : Consept dan Clinical Pratise,
Mosby Year Book, Toronto.
Herdman, t, H (2009), NANDA International : Nursing Diagnosis 2009-2011,
Wiley-Blackwell : Pholadelphia.
Yayasan AGD 118 (2005), Panduan Basic Trauma And Cardiac Life Support ,
Jakarta : Yayasan AGD 118.