Anda di halaman 1dari 44

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung

(inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme hidup

dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu

atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh

manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba tiba dan mengejutkan yang dapat

terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth

Vol.3)

B. ETIOLOGI

Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai

yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :

1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
C. PATOFISIOLOGI

Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia,

mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga

terjadi penurunan fungsi organ organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan

menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi

darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah

di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang

mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase

tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH)

dengan jalan mengikat Akh KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi

dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat

tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan

menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi

SSP )

D. MANIFESTASI
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
E. KOMPLIKASI
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas (Apneu)
5. Syok

F. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
reathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak adekuat
irculasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5%

kec.15 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat obatan

depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan

buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.

Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag

valve mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab

keracunan tidak sampai menunda usaha usaha penyelamatan penderita yang harus segera di

lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang muntah,

menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis multipel

karbon aktif, dialisis dan hemoperfus.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI KERACUNA MAKANAN

A. PENGKAJIAN

Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum
Kesadaran menurun
b. Pernafasan
Nafas tidak teratur
c. Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia.
d. Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
e. Gastrointestinal
Muntah, diare
f. Integumen
Berkeringat
g. Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
h. Integritas Ego
Gelisah, pucat

i. Eliminasi
Diare
j. Selaput lendir
Hipersaliva
k. Sensori
Mata mengecil/membesar, pupil miosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2

C. ENTERVENSI & RASIONAL


1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal

dan paru bersih


Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Rasional : untuk mengetahui pola nafas, dan keadaan dada saat bernafas
b. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional : untuk memberikan kenyamanan dan memberikan posisi yang baik untuk melancarkan

respirasi
c. Dorong atau bantu klien dalam mengambil nafas dalam
Rasional : untuk membantu melancarkan pernafasan klien
2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi :
a. Awasi intake dan output, karakter serta jumlah feses
Rasional: untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran kebutuhan cairan klien
b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit
Rasional : untuk mengetahui apakah klien kekurangan cairan dengan mengamati sistem

integuman.
c. Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai indikasi
Rasional : untuk membantu menormalkan kembali cairan tubuh klien
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia
Tujuan : nutrisi adekuat
Intervensi :
a. Catat adanya muntah
Rasional : untuk mengetahui frekuensi cairan yang keluar pada saat klien muntah

b. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering


Rasional : untuk membantu klien agar tidak kekurangan nutrisi
c. Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi
Rasional : untuk membantu klien agar dapat mencerna makanan dengan lancar serta tidak lagi

mengalami mual, muntah


d. Kolaborasi pemberian antisida sesuai indikasi
Rasional : untuk mengurangi nyeri pada abdomen
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2
Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Intervensi :
a. Observasi warna & suhu kulit atau membran mukosa
Rasional : untuk mengetahui apakah klien mempunyai alergi kulit
b. Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya kualitas nadi
Rasional : untuk mengetahui apakah klien mengalami takikardi/bradikardi dan kekuatan pada

ekstremitas
c. Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral) sesuai indikasi
Rasional : untuk menetralkan intake kedalam tubuh

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KERACUNAN MAKANAN


A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama klien : Tn. A
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 14 Juni 2013
No. Register : 0903055
Diagnosa medik : Keracunan Makanan
2. KELUHAN UTAMA / ALASAN MASUK RS
Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah makan tempe, pusing.
3. PENGKAJIAN PRIMER
a. AIRWAY
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 28 x/ menit, cepat dan dangkal
b. BREATHING
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat, Kedalaman : dangkal.

RR : 28 x/ menit.

c. CIRCULATION
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit, capillary refill : <2

dtk="" sianosis="" span="" terdapat="" tidak="">, EKG menunjukkan sinus bradikardia.


d. DISABILITY
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2. Tingkat kesadaran

somnolen.
4. PENGKAJIAN SEKUNDER
Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien.
d. Anamnesa singkat
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
e. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidak rontok.
2) Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya kunjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik.


3) Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan pendengaran
4) Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.
5) Wajah : wajah klien tampak simetris.
6) Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.
7) Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
8) Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 28 x/menit, cepat dan dangkal, HR 55x/menit,

suara jantung s1 dan s2 tunggal.


9) Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka memar, peristaltik

usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.


10) Ekstremitas : Tidak terdapat luka, capilari revil <2 akral="" detik="" dingin.="" span="">
11) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan, Tidak terdapat luka/ulkus, tidak terpasang kateter.
f. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 100/60 mmHg
BB : 54 kg (BB semula 55 kg)
Nadi : 67 x/ menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 360C
B. ANALISA DATA

NO HARI/TANGGAL DATA FOKUS PROBLEM


1. Sabtu/ 14 Juni 2013 DS: - Bersihan jalan nafas obs

DO: tidak efektif

Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh

sputum/lendir.
Kesadaran : Somnolent
Nadi 67 x/mnt, Kuat, Reguler
RR : 28 x/mnt, Cepat dan dangkal
Hasil EKG: Sinus Bradikardia
DS : Perubahan nutrisi Inta
Ibu klien mengatakan klien makan tempe
kurang dari kebutuhan ( A
bongkrek saat dirumah, sudah lebih dari empat
tubuh dan
jam sejak terakhir makan.
Ibu klien mengatakan klien dirumah sudah

muntah satu kali.


Ibu klien mengatakan sebelumnya klien merasa

mual.
DO :
Penurunan berat badan
TD 100/60
RR : 28 x/mnt, Cepat dan dangkal

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL / JAM DIAGNOSA PRIORITAS


1 14 juni 2013 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Potensial

obstruksi jalan nafas


2 14 Juli 2013 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan Aktual

dengan intake tidak adekuat ( Anoreksia, Mual dan Muntah )

D. RENCANA KEPERAWATAN

TGL/JAM TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI


14 Juni 2013 Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC 1: Pengelolaan Jalan Nafas

1 x 24 jam diharapkan bersihan jalan


1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suc

nafas menjadi efektif dengan kriteria indikasi


2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan
hasil: 3. Monitor pemberian oksigen
4. Monitor status respirasi : adanya suara nafas tamb
NOC 1 : 5. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, da
6. Monitor respon alergi selama 24 jam
Status Pernapasan : Pertukaran Gas 7. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk men
8. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
tidak akan terganggu di buktikan 9. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan visk
10. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, ob
dengan : Kesadaran composmentis,
allergi, terapi nebulizer, insersi jalan nafas, dan
TTV menjadi normal, pernafasan
AGD
menjadi normal yaitu tidak mengalami

nafas dangkal
14 Juni 2013 Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC 2 : Pengelolaan nutrisi

selama 1 x 24 jam pemenuhan nutrisi 1. Ketahui kesukaan makanan pasien


2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi ke
dapat adekuat/terpenuhi dengan kriteria
3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang t
4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan
hasil : 5. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebias

NOC 2 : NIC 3 : Bantuan menaikkan berat badan

Status Gizi Asupan Makanan dan 1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan ke
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimula
Cairan ditandai pasien nafsu makan
pelengkap, pemberian makanan melalui slang.
meningkat, mual dan muntah hilang,
3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab peru
4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tep
pasien tampak segar
membeli atau menyiapkan makanan yang adekua
NOC 3:

Status Gizi; Nilai Gizi terpenuhi

dibuktikan dengan BB meningkat, BB

tidak turun.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/JAM INTERVENSI IMPLEMENTASI


14 Juni 2013 NIC 1: Pengelolaan Jalan Nafas NIC 1: Pengelolaan Jalan Nafas S: -

1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka


1. Menjaga kepatenan jalan nafas : O:

jalan nafas, suction, fisioterapi membuka jalan nafas,


suction, Tidak t

dada sesuai indikasi fisioterapi dada sesuai indikasi jalan nafa


2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan
2. Mengidentifikasi kebutuhan insersi Kesadara
Nadi 80
nafas buatan jalan nafas buatan
RR : 24
3. Monitor pemberian oksigen, vital 3. Memonitor pemberian oksigen.
4. Memonitor status respirasi : adanya
sign tiap ....... jam A: Masal
4. Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.
5. Mengidentifikasi sumber alergi : P: Interv
suara nafas tambahan.
5. Identifikasi sumber alergi : obat,makanan, dll, dan reaksi yang

obat,makan an, dll, dan reaksi yang biasa terjadi


6. Memonitor respon alergi selama 24 jam
biasa terjadi 7. Mengajarkan/ mendiskusikan dengan
6. Monitor respon alergi selama 24 jam
7. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari

klien/keluraga untuk menghindari alergen


8. Mengajarkan tehnik nafas dalam dan
alergen
8. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
9. Mempertahankan status hidrasi untuk
batuk efektif
9. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi
10. Mengkolaborasikan dengan Tim medis
menurunkan viskositas sekresi
10. Kolaborasi dgn Tim medis : : pemberian O2, obat bronkhodilator,

pemberian O2, obat bronkhodilator, obat anti allergi, terapi nebulizer,

obat anti allergi, terapi nebulizer, insersi jalan nafas, dan pemeriksaan

insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laboratorium: AGD


laboratorium: AGD
14 Juni 2013 NIC 2 : Pengelolaan nutrisi NIC 2 : Pengelolaan nutrisi S: Klien m

1. Ketahui kesukaan makanan pasien 1. Mengetahui kesukaan makanan pasien merasa m


2. Tentukan kemampuan pasien untuk 2. Menentukan kemampuan pasien untuk
O:
memenuhi kebutuhan nutrisi memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Timbang berat badan pasien dalam TD 110/7
3. Menimbang berat badan pasien dalam
RR : 24
interval yang tepat interval yang tepat
4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori
4. Memantau kandungan nutrisi dan A: Masal

pada catatan asupan kalori pada catatan asupan P: Interv


5. Tentukan motivasi pasien untuk
5. Menentukan motivasi pasien untuk

mengubah kebiasaan makan mengubah kebiasaan makan

NIC 3 : Bantuan menaikkan berat

badan

1. Mendiskusikan dengan ahli gizi dalam

NIC 3 : Bantuan menaikkan berat menentukan kebutuhan protein


2. Mendiskusikan dengan dokter
badan
kebutuhan stimulasi nafsu makan,
1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam
makanan pelengkap, pemberian
menentukan kebutuhan protein
2. Diskusikan dengan dokter makanan melalui slang.
3. Merujuk ke dokter untuk menentukan
kebutuhan stimulasi nafsu makan,
penyebab perubahan nutrisi
makanan pelengkap, pemberian 4. Merujuk ke program gizi di komunitas

makanan melalui slang. yang tepat, jika pasien tidak dapat


3. Rujuk ke dokter untuk menentukan
membeli atau menyiapkan makanan
penyebab perubahan nutrisi
4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang adekuat

yang tepat, jika pasien tidak dapat

membeli atau menyiapkan makanan


yang adekuat
ASKEP KERACUNAN MAKANAN DAN CONTOH KASUS

ASKEP KERACUNAN MAKANAN DAN CONTOH KASUS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia
yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan makanan bila
seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi
kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit. Kuman yang paling sering
mengkontaminasi makanan adalah bakteri. Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui
makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan
itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung /
inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan
dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu dengan serius fungsi satu / lebih organ
atau jaringan.
Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah menetapkan
peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983 tentang bahan bahan
berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan luas jangkauan, kecepatan
penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya, bahan bahan berbahaya atau
yang dapat membahayakan kesehatan manusia secara langsung atau tidak langsung.
Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia
karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di perlukan antara lain untuk :
a. Pertumbuhan Badan
b. Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak
c. Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh
d. Di perlukan untuk berkembang biak
e. Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas
Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di karenakan makanan tersebut
mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan yang mengandung racun , makanan
yang tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi karena makanan yang mengandung
mikroorganisme pathogen ( FOOD INFECTION )

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang diatas, dapat kami berikan perumusan masalah dalam makalah ini
yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep penyakit keracunan itu?
2. Dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien keracunan menurut teoritis?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah di lakukan pembelajaran dan seminar di harapkan mahasiswa faham tentang Asuhan
Keperawatan Keracunan
2. Tujuan Husus
Mengetahui dan memahami macam macam zat racun yang biasa terdapat di masyarakat
Terampil dalam menangani kasus kasus keracunan akut maupun kronik
Mampu memutuskan apa yang harus di lakukan pada penderita keracunan akut
Dapat membicarakan dan membuat saran saran tentang cara cara untuk mencegah

keracunan umum beserta sarana yang di perlukan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi keracunan makanan


Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung
(inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme hidup
dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu
atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi
setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)

2.2 Anatomi fisiologi sistem pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut biasanya
terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar
dan berlanjut secara otomatis.

b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring

c. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
d. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso
membawa, dan phagus memakan)
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

e. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri
dari 3 bagian yaitu:
Kardia
Fundus
Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap
infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
f. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M
sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

g. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang
bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

h. Usus Buntu (sekum)


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

i. Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen).
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai
cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

j. Rektum dan anus


Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)
dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

k. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak
pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

l. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia
juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.

m. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ
ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki
2 fungsi penting yaitu:
Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

2.3 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai
yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus

2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat

3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang

2.4 Patofisiologi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia,
mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga
terjadi penurunan fungsi organ organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah
di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang
mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase
tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH)
dengan jalan mengikat Akh KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi
dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat
tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian depresi
SSP )
mual muntah
devisit volume cairan

perubahan perfusi jaringan


kekurangan O2 (Hipoksia)
G3 organ2 tubuh
HCL meningkat
Iritasi pada Lambung
pola napas tidak efektif
penurunan kesadaran & depresi cardiovaskuler

Distress pernapasan

Depresi SSP (sistem saraf pusat)

Racun masuk kedalam darah, paru, hati & ginjal

Faktor Penyebab (bahan kimia/kuman)

patoflow

enzim asrtikolinesterase tubuh


Terlambat anoreksia
penurunan kesadara Perubahan nutrisi kurang dari keb.
Tubuh n & depresi cardiovaskuler

Obstruksi trakheobronkeal

2.5 Manifestasi
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
2.6 Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas (Apneu)
5. Syok

2.7 Pemeriksaan penunjang


1. BGA
2. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk memastikan
diagnosis keracuna IFO akut / kronik .Keracunan Akut : Ringan 40 70 %
Sedang 20 40 %
Berat <>
Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 2550%.
3. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering hanya di
temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ organ lainnya.

2.8 Penatalaksanaan
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak
adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi
jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5%
kec.15 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat obatan
depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.
Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag
valve mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab
keracunan tidak sampai menunda usaha usaha penyelamatan penderita yang harus segera di
lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang muntah,
menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis multipel
karbon aktif, dialisis dan hemoperfus

2.9 Pemeriksaan diagnostik


1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
2. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum (termasuk
kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
3. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya
gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler,
takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor
predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia,
nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar
jantung iskemik.

2.10 Pencegahan
1. Masak masakan sampai benar benar matang karena racun akan tidak aktif dengan pemanasan
makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5 menit, selain itu spora
juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
2. Letakkan bahan bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari jangakauan anak
anak
3. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
4. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
5. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat obatan
6. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa

2.11 ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran menurun
b) Pernafasan
Nafas tidak teratur
c) Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia.
d) Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
e) Gastrointestinal
Muntah, diare
f) Integumen
Berkeringat
g) Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
h) Integritas Ego
Gelisah, pucat
i) Eliminasi
Diare
j) elaput lendir
Hipersaliva
k) Sensori
Mata mengecil/membesar, pupil miosis

B. DIAGNOSA
1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2

C. INTERVENSI
1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
dan paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
untuk mengetahui pola nafas, dan
dan ekspansi dada keadaan dada saat bernafas
Tinggikan kepala dan bantu mengubah
untuk memberikan kenyamanan dan
posisi memberikan posisi yang baik untuk
melancarkan respirasi
untuk membantu melancarkan
Dorong atau bantu klien dalam
pernafasan klien
mengambil nafas dalam

2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare


Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi Rasional
Awasi intake dan output, karakter serta
untuk mengetahui pemasukan dan
jumlah feses pengeluaran kebutuhan cairan klien
untuk mengetahui apakah klien
Observasi kulit kering berlebihan dan
kekurangan cairan dengan mengamati
membran mukosa, penurunan turgor
sistem integuman.
kulit untuk membantu menormalkan kembali
Kolaborasi pemberian cairan paranteral
cairan tubuh klien
sesuai indikasi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia


Tujuan : nutrisi adekuat
Intervensi Rasional
Catat adanya muntah untuk mengetahui frekuensi cairan yang
keluar pada saat klien muntah
untuk membantu klien agar tidak
Berikan makanan dengan porsi sedikit
kekurangan nutrisi
tapi sering
untuk membantu klien agar dapat
Berikan makanan halus, hindari
mencerna makanan dengan lancar serta
makanan kasar sesuai indikasi
tidak lagi mengalami mual, muntah
untuk mengurangi nyeri pada abdomen

Kolaborasi pemberian antisida sesuai


indikasi

4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2


Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Intervensi Rasional
Observasi warna & suhu kulit atau
untuk mengetahui apakah klien
membran mukosa mempunyai alergi kulit
Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya
untuk mengetahui apakah klien
kualitas nadi mengalami takikardi/bradikardi dan
kekuatan pada ekstremitas
Kolaborasi pemberian cairan
untuk menetralkan intake kedalam tubuh
(IV/peroral) sesuai indikasi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. A DENGAN KERACUNAN
MAKANAN

kasus :
Tuan A di bawa kepuskesmas kertapati oleh istrinya setelah makan tempe . istri klien
mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek. kondisi klien
mengalami penurunan kesadaran somnolen, muntah, diare, dehidrasi dan pusing. Dari hasil
pengkajian sementara didapatkan Tekanan darah : 100/60 mmHg , BB : 45 kg (BB semula 55 kg)
Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit), RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit) Suhu : 36 0C (36,5-37,5
0
C) istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat elergi sebelumnya.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama klien : Tn. A
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 14 febuari 2014
No. Register : 0903055
Diagnosa medik : Keracunan Makanan
2. Keluhan utama
Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah makan tempe, pusing.
3. Airway
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 23 x/ menit, cepat dan dangkal
4. Breathing
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat, Kedalaman : dangkal.
RR : 23 x/ menit.
5. Circulation
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit, capillary refill : <2
dtk="" sianosis="" span="" terdapat="" tidak="">, EKG menunjukkan sinus bradikardia.
6. Disability
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2
7. Tingkat kesadaran somnolen.
Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga klien
8. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek.
9. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.
10. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien.
11. Anamnesa singkat
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
12. Pemeriksaan head to toe
Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidak rontok.
Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya kunjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik.
Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan pendengaran
Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.
Wajah : wajah klien tampak simetris.
Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 23 x/menit, cepat dan dangkal, HR 55x/menit,
suara jantung s1 dan s2 tunggal.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka memar, peristaltik
usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.
13. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 100/60 mmHg
BB : 45 kg (BB semula 55 kg)
Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit)
RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit)
Suhu : 36 C (36,5-37,5 0C)
0

B. Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat ( Anoreksia,
Mual dan Muntah )
C. Intervensi
TGL/ TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
JAM
14 Juni Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suction, fisioterapi dada
2013
keperawatan 1 x 24 jam indikasi
2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan
diharapkan bersihan jalan nafas
3. Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.
menjadi efektif dengan kriteria 4. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan reaksi yang biasa
5. Monitor respon alergi selama 24 jam
hasil:
6. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari alergen
NOC 1 : Status Pernapasan : 7. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
8. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi
Pertukaran Gas tidak akan
9. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat bronkhodilator, obat
terganggu di buktikan dengan :
allergi, terapi nebulizer, insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laborator
Kesadaran composmentis, TTV
AGD
menjadi normal, pernafasan
menjadi normal yaitu tidak
mengalami nafas dangkal
14 Juni Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan nutrisi
2013
keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Ketahui kesukaan makanan pasien
2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pemenuhan nutrisi dapat
3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat
adekuat/terpenuhi dengan kriteria4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
5. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
hasil :
Bantuan menaikkan berat badan
Status Gizi Asupan Makanan
1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
dan Cairan ditandai pasien nafsu
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
makan meningkat, mual dan
pelengkap, pemberian makanan melalui slang.
muntah hilang, pasien tampak 3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi
4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapa
segar
membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat
Status
Gizi; Nilai Gizi terpenuhi
dibuktikan dengan BB meningkat,
BB tidak turun.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu

4.2 Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah
wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan.
ASKEP KERACUNAN MAKANAN

BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam
tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), serta suntikan dan
absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme
hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan
mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau
jaringan ( Sartono 2001 : 1 )
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau
senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan /
minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)

B. ETIOLOGI
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya
bisa mulai yang ringan sampai yang berat. Secara umum yang
banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang

C. TANDA & GEJALA


1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal

D. PATOFISIOLOGI
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di
antaranya yaitu faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari
penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik
shingga terjadi penurunan fungsi organ organ dalam tubuh.
Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah,
diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da
bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada
lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan
yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat
menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE).
Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis
arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh KhE yang bersifat
inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-
KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan
Akh di tempat tempat tertentu, sehingga timbul gejala
gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp
( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP )

PENYIMPANAN KDM
Faktor Penyebab (bahan kimia/kuman)

Racun masuk kedalam darah, paru, hati & ginjal

Depresi SSP (sistem saraf pusat)

Distress pernapasan penurunan kesadaran &


depresi cardiovaskuler G3 organ2 tubuh
Obstruksi trakheobronkeal kekurangan O 2
(Hipoksia) Iritasi pada Lambung
pola napas tidak efektif perubahan perfusi
jaringan HCL meningkat
enzim asrtikolinesterase tubuh (khE) terhambat
Perubahan nutrisi kurang dari keb. Tubuh
Anorexia mual, muntah
Devisit
volume cairan

E. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan
inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan
perbaiki perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa
pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 20, nafas
buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat
obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada
kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke
mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut
penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup
face masuk atau menggunakan alat bag valve mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai
menunda usaha usaha penyelamatan penderita yang harus
segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di
lakukan dengan merangsang muntah, menguras lambung,
mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan
usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan
diuresis basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis
dan hemoperfus

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak
membantu.
2. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5
mg/dl), elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
3. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan
karena sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang
berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi
supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler,
asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi
timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat
kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia,
gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar
jantung iskemik.

G. KOMPLIKASI
Kejang
Koma
Henti jantung
Henti napas (Apneu)
Syok

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran menurun
b) Pernafasan
Nafas tidak teratur
c) Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia.
d) Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan,
paralise
e) Gastrointestinal
Muntah, diare
f) Integumen
Berkeringat
g) Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
h) Integritas Ego
Gelisah, pucat
i) Eliminasi
Diare
j) Selaput lendir
Hipersaliva
k) Sensori
Mata mengecil/membesar, pupil miosis

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2) Defisit volume cairan b.d muntah, diare
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4) Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2

III. ENTERVENSI & RASIONAL


1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan
kedalaman dalam rentang normal dan paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Rasional : untuk mengetahui pola nafas, dan keadaan dada
saat bernafas
2) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional : untuk memberikan kenyamanan dan memberikan posisi
yang baik untuk melancarkan respirasi
3) Dorong atau bantu klien dalam mengambil nafas dalam
Rasional : untuk membantu melancarkan pernafasan klien
2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi :
1) Awasi intake dan output, karakter serta jumlah feses
Rasional: untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran
kebutuhan cairan klien
2) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa,
penurunan turgor kulit
Rasional : untuk mengetahui apakah klien kekurangan cairan dengan
mengamati sistem integuman.
3) Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai indikasi
Rasional : untuk membantu menormalkan kembali cairan tubuh
klien
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia
Tujuan : nutrisi adekuat
Intervensi :
1) Catat adanya muntah
Rasional : untuk mengetahui frekuensi cairan yang keluar pada
saat klien muntah
2) Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
Rasional : untuk membantu klien agar tidak kekurangan nutrisi
3) Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi
Rasional : untuk membantu klien agar dapat mencerna makanan
dengan lancar serta tidak lagi mengalami mual, muntah
4) Kolaborasi pemberian antisida sesuai indikasi
Rasional : untuk mengurangi nyeri pada abdomen
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2
Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Intervensi :
1) Observasi warna & suhu kulit atau membran mukosa
Rasional : untuk mengetahui apakah klien mempunyai alergi
kulit
2) Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya kualitas nadi
Rasional : untuk mengetahui apakah klien mengalami
takikardi/bradikardi dan kekuatan pada ekstremitas
3) Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral) sesuai indikasi
Rasional : untuk menetralkan intake kedalam tubuh

ASUHAN KEPERAWATAN NANDA NIC NOC PADA KERACUNAN


MAKANAN

A. PENGERTIAN.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya. Keracunan makanan bila seseorang mengalami
gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit.
Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri.
Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan
perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari
makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.

B. ETIOLOGI
Jenis makanan yang sering menyebabkan keracunan antara lain adalah:
1. Daging ternak yang tidak dimasak atau dimasak setengah matang
(bakteri E.coli dan cacing Trichinella).
2. Ayam dan telur (bakteri Salmonella).
3. Makanan laut, khususnya jenis kerang-kerangan (virus Hepatitis A dan
jenis virus lainnya serta bakteri dan logam berat).
4. Buah dan sayuran (virus Hepatitis A dan parasit, kadang pestisida.
5. Susu yang tidak dipasteurisasi (bakteri pembusuk).
6. Racun dari bakteri Staphylococcus
Resiko untuk terjadinya penyakit ini tinggi bila pengelola makanan yang
menderita infeksi mencemari makanan, yang kemudian dibiarkan dalam
suhu ruangan, sehingga memungkinkan bakteri tumbuh dan
menghasilkan racunnya dalam makanan tersebut. Makanan yang sering
tercemar adalah puding, kue-kue kecil yang mengandung krim, susu,
daging olahan dan ikan.

C. GEJALA KERACUNAN
Pada anak-anak, gejala akan lebih cepat muncul karena kondisi tubuh
lebih rentan. Berkisar dua jam setelah mengonsumsi makanan yang
terkontaminasi akan cepat terlihat. Gejalanya antara lain:
1. Kram perut.
2. Demam.
3. Muntah-muntah.
4. Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
5. Rasa lemas dan mengigil
6. Hilang nafsu makan.
Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24 jam
setelah si kecil terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa
berlangsung tiga sampai empat hari. Tapi hati-hati! Gejala ini dapat
berlangsung lebih lama lagi jika si kecil yang keracunan masih
mengonsumsi secara tidak sengaja makanan yang terkontaminasi.

Gejala keracunan makanan menurut sumber makanannya.


1. Keracunan Botilinum.
Penyebabnya adalah kuman Clostridium Botulinum yang terdapat dalam
makanan kaleng yang diolah secara tidak sempurna
Gejalanya :
- Masa laten 18-36 jam.
- Lemah.
- Gangguan penglihatan.
- Refleks pupil (-).
2. Keracunan makanan laut.
Makanan laut yang sering menyebabkan keracunan adalah kepiting,.
Nranjungan, ikan laut.
Gejalanya :
- Masa laten - 4 jam.
- Rasa panas didsekitar mulut.
- Rasa baal pada ekstremitas.
- Lemah.
- Mual, muntah.
- Nyeri perut dan diare.
3. Keracunan jengkola.
Disebabkan oleh kristal asam jengkol yang ada dalam saluran keencing.
Gejalanya :
- Nafas, mulut dan air kemih berbau jengkol.
- Sakit pinggang serta sakit peruit.
- Nyeri waktu buang air kecil.
- Buang air kecil kadang disertai darah.
4. Keracunan jamur.
Gejalanya :
- Sakit perut.
- Muntah.
- Diare.
- Berkeringat banyak.
5. Makanan.
Penyebabnya adalah Staphilokokkus.
Gejalanya :
- Mual, muntah.
- Diare.
- Nyeri perut.
- Nyeri kepala, demam.
- Dehidrasi.
- Dapat menyerupai disentri.

D. PRINSIP PENATALAKSANAAN.
1. Lakukan pengkajian primer (primary survey) terhadap Airway (A),
Breathing (B), Circulation (C).
2. Mencegah menghentikan penyerapan racun yang ditelan denagn cara :
a. Encerkan racun yang ada dalam lambung, sekaligus menghalangi
penyerapannya dengan cara memberikan cairan dalam jumlah banyak.
Cairan yang dipakai adalah air biasa, susu, norit yang telah dilarutkan.
b. Emesis, upayakan pasien muntah, efektif bila dilakukan dalam 4 jam
setelah racun ditelan. Dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan
merangsang dinding faring dengan jari. Emesis tidak boleh dilakukan
pada keracunan zat kerosif, zat kerosen dan penderita tidak sadar.
3. Pengobatan simptomatik.
a. Bila ada gangguan pernafasan maka dilakukan resusitasi.
b. Rasa nyeri/sakit dapat diberikan obat analgetik

E. CARA MENGHINDARI.
1. Jangan membeli makanan yang segel pengamannya tidak utuh lagi atau
makanan kaleng yang kemasannya sudah penyok atau menggelembung.
2. Pulang belanja, bahan makanan yang mudah rusak (ikan, daging, sayur,
buah) segera simpan di kulkas. Jaga agar kulkas anda tetap pada suhu <
8oC dan suhu freezer < 0oC.
3. Cuci buah dan sayuran sebelum dimakan.
4. Saat memotong makanan gunakan papan iris/talenan plastik karena
bakteri bisa terperangkap di dasar talenan yang terbuat dari kayu.
5. Cuci tangan minimal selama 20 detik dengan sabun dan air hangat
sebelum memasak dan menghidangkan makanan.
6. Hindari kontaminasi silang antar-makanan dengan cara mencuci peralatan
masak yang sebelumnya telah kontak dengan makanan.
7. Jauhkan hewan peliharaan dari seluruh area tempat menyiapkan
makanan.
8. Masak makanan untuk membunuh bakteri. Daging merah dimasak hingga
suhu 180oC atau bila bagian dalamnya telah berwarna coklat (telah
matang benar).
9. Sisa makanan sebaiknya disimpan di lemari pendingin, jangan tinggalkan
makanan dalam suhu ruang > 2 jam. Panaskan kembali sisa makanan
tadi sebelum dimakan.
10.Hindari makan telur mentah dan jangan minum susu yang tidak
dipasteurisasi.
11.Jangan mengkonsumsi makanan/minuman yang rasa, bau atau warnanya
sudah berubah.
12.Jika tidak yakin apakah suatu makanan masih baik atau tidak, jangan
ambil risiko, buang saja makanan tersebut.

F. TIPS MENCEGAH KERACUNAN MAKANAN


1. Masaklah semua produk daging secara sempurna. Pastikan bahwa daging
terlihat matang sepenuhnya (tidak lagi merah muda).
2. Jika Anda dilayani daging setengah matang di restoran, kembalikan untuk
dimasak lebih lanjut. Mintalah disajikan kembali dalam piring baru.
3. Periksa kondisi fisik dan tanggal kadaluwarsa produk daging kalengan dan
makanan bayi. Jangan mengkonsumsi produk yang daluwarsa atau
kemasannya sudah tidak berbentuk sempurna. Periksa juga kondisi
makanan (bau, warna, bentuk) untuk memastikannya sebelum
memproses lebih lanjut.
4. Cuci bersih buah dan sayuran sebelum dimasak atau disajikan.
5. Basuh tangan dengan sabun sebelum menangani bahan mentah yang
berasal dari hewan. Basuh kembali tangan dengan sabun setelah selesai
menanganinya.
6. Cegah kontaminasi silang di dapur:
- Gunakan talenan berbeda untuk memotong bahan makanan hewani dan
bahan makanan lainnya.
- Gunakan talenan dari bahan non-kayu yang lebih mudah dibersihkan
sepenuhnya.
- Hati-hati agar tidak mengucurkan cairan daging yang belum dicuci ke
bahan makanan lain.
- Bersihkan semua talenan, meja dan peralatan dengan sabun dan air panas
setelah menyiapkan bahan makanan yang berasal dari hewan.
7.Hindari mengkonsumsi susu yang tidak dipasteurisasi, telur
mentah/setengah matang dan air yang tidak disterilkan.
8. Basuh tangan dengan sabun setelah memegang hewan peliharaan,
memberi pakan dan membersihkan kotorannya.
9. Jangan membiarkan bahan makanan hewani (daging, ikan, susu dan
telur) pada suhu kamar dalam waktu lama. Simpanlah dalam lemari es.
10.Hindari kontaminasi silang di lemari es/kulkas dengan menjauhkan
penyimpanan bahan makanan hewani dengan sayur, buah dan minuman.
11.Pastikan bahwa orang-orang yang terkena diare, terutama anak-anak,
mencuci bersih tangan mereka dengan sabun secara teratur untuk
mengurangi risiko penyebaran infeksi.
12.Jika Anda sakit diare atau muntah, jangan menyiapkan makanan bagi
orang lain, terutama bayi, orang tua, dan orang-orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah karena mereka lebih rentan terhadap
infeksi.
Pendapat lain dari UPF Penyakit Dalam FK Unair (1994) bahwa
penatalaksanan keracunan adalah sebagai berikut :

1. Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas
buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan
depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas
berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo
fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya
dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag valve
mask.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar
atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah
20 menit bila tidak berhasil.
2. Emesis.
3. Katarsis,( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun
telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric
lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita
yang tidak kooperatif.Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan
dalam 4 jam setelah keracunan. Emesis,katarsis dan kumbah lambung
sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 6 jam .
pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung
sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal
berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4. Anti dotum.
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh
pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 4 6 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

G. ASUHAN KEPERAWATAN.
1. Pengkajian.
Dilakukan melalui Primary Survey yang terdiri dari Airway (A), Breathing
(B), dan Circukation (C). setelah teratasi dilakukan secondary surevy.
Umumnya A tidak ada masalah kecuali pada keracunan melalui saluran
pernafasan. B merupakan masalah yang paling sering yang ditandai
dengan sesak nafas. Sedangkan C pada keracunan makanan jarang
terjadi.
2. Diagnosa keperawatan.
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.
b. Diare berhubungan dengan racun.
c. Nyeri abdomen akut berhubungan dengan agen cidera.

3. Intervensi keperawatan (NIC).


a. Untuk diganosa keperawatan 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hiperventilasi.
Hasil akhir yang diharapkan (NOC) :
o status pernafasan : ventilasi normall.
o Status : tanda vital dalam batas normal
Intervensi yang dilakukan (NIC) :
o Manajemen jalan nafas.
o Terapi oksigen.
o Pemantauan respirasi. Bantuan ventilasi.
o Pemantauan tanda vital.
o Ventilasi mekanik bila perlu.
b. Untuk diagnosa keperawatan 2 : Diare berhubungan dengan racun
Hasil akhir yang diharpkan (NOC)
o Eliminasi defekasi normal.
o Hidrasi (-).
o Cairan tubuh seimbang.

Intervensi yang dilakukan (NIC).


o Manajemen diare.
o Manajemen cairan dan elektrolit.
o Pemantauan cairan.
o Manajemen nutrisi.
c. Untuk diagnosa keperawatan 3 : Nyeri abdomen akut berhubungan
dengan agen cidera.
Hasil yang diharapkan (NOC)
o Kontrol nyeri yang baik.
o Tingkat nyeri menurun atau hilang.
Intervensi yang dilakukan (NIC)
o Manajemen nyeri.
o Pemberian analgetik.

DAFTAR PUSTAKA.
Departemen kesehatan RI, ( 2000 ) Resusitasi jantung, paru otak Bantuan hidup
lanjut ( Advanced Life Support ) Jakarta.
Emerton, D M ( 1989 ) Principle And Practise Of nursing , University of
Quennsland Press, Australia.
Johnson , M, et.al (2000), Nursing Outcomes Clasification (NOC), Mosby : St.
Louis.
UPF Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr.Soetomo Surabaya,( 1994 ) Pedoman
Diagnosis dan Terapi, Surabaya.
McCloskey J. C, and Bulecheck, G. M., (1996), Nursing Intervention Clasification
(NIC), Mosby : St Louis.
Phipps , ect, ( 1999 ) Medikal Surgical Nursing : Consept dan Clinical Pratise,
Mosby Year Book, Toronto.
Herdman, t, H (2009), NANDA International : Nursing Diagnosis 2009-2011,
Wiley-Blackwell : Pholadelphia.
Yayasan AGD 118 (2005), Panduan Basic Trauma And Cardiac Life Support ,
Jakarta : Yayasan AGD 118.

Anda mungkin juga menyukai