Anda di halaman 1dari 6

RESUME

Transnational Crime

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional

Yang dibimbing oleh Ibu Mala Mardialina, S.IP.,MA

Disusun oleh :

Kelompok 9

Abdurrasyid Zam Zami (L1AO16003)

Baiq Mutia Maulidha (L1A016016)

Lalu Difa Ayyas Hasriadi (L1A016044)

Rezky Amelia (L1A014037)

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik ( FISIPOL )

UNIVERSITAS MATARAM

2016
A. Pengertian Transnational Crime

Pengertian istilah transnasional crime atau kejahatan transnasional digunakan salah


satu keputusan PBB ke VIII, tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan terhadap Para
Pelanggar Hukum tahun 1990, serta Konvensi Wina Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Lalu Lintas Ilegal Narkotika dan Psikotropika tahun 1988, yang berarti kejahatan yang
memiliki karakteristik:

(1) melibatkan dua negara atau lebih,


(2) pelakunya atau korbannya adalah warga negara di negara yang berbeda (Warga Negara
Asing)
(3) melampaui batas territorial satu negara atau lebih.

Transnasional Crime memiliki beberapa definisi, hal ini terkait dengan latar belakang
pendidikan, pengalaman, serta kepentingan yang menyebabkan beberapa Ahli merumuskan
definisi Transnasional Crime serta Radikalisme sangat bervariasi, namun secara garis besar
terdapat kata kunci yang dapat digunakan sebagai panduan dalam merumuskan pengertian
Transnational Crime adalah:

1. Suatu perbuatan sebagai suatu kejahatan.


2. Terjadi antar Negara atau Lintas Negara.

Menurut G.O.W. Mueller Kejahatan transnasional adalah istilah yuridis mengenai


ilmu tentang kejahatan, yang diciptakan oleh perserikatan bangsa-bangsa bidang pencegahan
kejahatan dan peradilan pidana dalam hal mengidentifikasikan fenomena pidana tertentu yang
melampaui perbatasan internasional, melanggar hukum dari beberapa negara, atau memiliki
dampak pada negara lain.

Bassiouni mengatakan bahwa kejahatan transnasional atau transnational crime adalah


kejahatan yang mempunyai dampak lebih dari satu negara, kejahatan yang melibatkan atau
memberikan dampak terhadap warga negara lebih dari satu negara, sarana dan prasarana
serta metode-metode yang dipergunakan melampaui batas-batas teritorial suatu negara. Jadi
istilah kejahatan transnasional dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kejahatan-kejahatan
yang sebenarnya nasional (di dalam batas wilayah negara), tetapi dalam beberapa hal terkait
kepentingan negara-negara lain. Sehingga tampak adanya dua atau lebih negara yang
berkepentingan atau yang terkait dengan kejahatan itu. Kejahatan transnasional jelas
menunjukkan perbedaannya dengan kejahatan atau tindak pidana dalam pengertian nasional
semata-mata. Demikian pula sifat internasionalnya mulai semakin kabur oleh karena aspek-
aspeknya sudah meliputi individu, negara, benda, publik dan privat. Sifatnya yang
transnasional yang meliputi hampir semua aspek nasional maupun internasional, baik privat
maupun publik, politik maupun bukan politik. Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri telah
menentukan karakteristik apa saja yang termasuk dalam kategori kejahatan transnasional
yaitu:

a) Dilakukan dalam lebih dari satu negara;


b) Dilakukan di suatu negara namun bagian penting dari persiapan, perencanaan,
pengarahan atau pengendalian dilakukan di negara lain;
c) Dilakukan dalam suatu negara namun melibatkan suatu kelompok kriminal terorganisir
yang terlibat dalam aktifitas kejahatan lebih dari satu negara; atau
d) Dilakukan dalam satu negara namun memiliki efek penting dalam negara lainnya.

B. Elemen-Elemen Dalam Transnational Crime


Transnasional dapat dikatakan sebagai bentuk dari internasional dengan kata lain
menurut siregar(2013), kejahatan lintas negara merupakan perluasan dan pengembangan
dari kejahatan internasional yang hanya dikenal dalam bentuk konflik bersenjata antar subyek
hukum internasional. Sehingga elemen-elemen utama yang dimiliki kejahatan lintas negara
lebih mengarah pada tiga hal, yaitu:

a. Conduct affecting more than one state atau mempengaruhi lebih dari satu negara
b. Conduct including or affecting citizen of more than one state atau termasuk di dalamnya
atau mempengaruhi penduduk pada lebih dari satu negara
c. Means and method tranced national boundaries atau maksud dan metodenya melampaui
batas nasional.

Elemen-elemen tersebut sejalan dengan pemikiran para ahli pada pertengahan 1990 an
dalam pengertian kejahatan transnasional sebagai offences whose inception, prevention,
and/or direct effects involve more than one country atau pelanggaran yang baik permulaan,
pencegahan, dan/atau akibat langsungnya mengikutsertakan lebih dari satu negara. Mueller
menggunakan istilah kejahatan lintas negara untuk mengidentifikasikan certain criminal
phenomena transcending international borders, trans-gressing the laws of several states or
having impact on another country atau fenomena kejahatan tertentu yang melampaui batas
internasional, melampaui batas yurisdiksi hukum dari beberapa negara, atau yang memiliki
akibat di negara lain. Sehingga menurut United Nations Convention on Transnational
Organized Crime tahun 2000, kejahatan dapat dikatakan lintas negara atau transnasional
apabila:
1. Dilakukan di lebih dari satu negara
2. Persiapan, perencanaan, pengarahan, dan pengawasan dilakukan di negara lain
3. Melibatkan kelompok kejahatan terorganisir, di mana kejahatan dilakukan di lebih
dari satu negara
4. Berdampak serius bagi negara lain

Aspek terbaru yang mengkarakteristikkan kejahatan lintas negara adalah jaringan


hubungan, kontak, dan relasi yang terbentuk di antara para pelaku di berbagai belahan dunia.
Terkait dengan hal ini, James O. Fickenauer menyatakan bahwa kejahatan lintas negara,
bukan disebabkan, tetapi difasilitasi oleh globalisasi ekonomi, meningkatnya jumlah
heterogenitas dan jumlah imigran, serta berkembangnya teknologi informasi. Bahkan Broome
melalui risetnya berkaitan dengan hancurnya pemerintahan di Uni Soviet menyatakan bahwa
kejahatan lintas negara adalah bukan kejahatan yang menjadi sebuah ancaman bagi
keberadaan negara dalam hal ini Soviet. Namun runtuhnya pemerintahan di suatu negara
justru mendahului keberadaan kejahatan lintas negara.
Secara garis besar PBB pada tahun 1990 menyatakan bahwa transnational crime
adalah tindak pidana atau kejahatan yang melintasi batas negara, yang meliputi pencucian
uang, terorisme, pencurian benda seni dan budaya, pencurian hak intelektual, kejahatan
lingkungan, penyelundupan senjata api, pembajakan pesawat terbang, bajak laut,
perdagangan orang, perdagangan tubuh manusia, kejahatan perbankan, korupsi, dan
penggelapan uang negara.

C. Terorisme Intenasional

Terorisme adalah tindakan yang melanggar hukum atau tindakan kekerasan yang
mengancam peradaban, sering kali untuk mencapai tujuan politis, agama, atau tujuan-tujuan
lainya yang serupa. Terorisme international melibatkan teritori atau warga Negara dari lebih
satu Negara. Terorisme bukanlah hal baru : terorisme mungkin sudah ada sejak masyarakat
mulai mengatur penggunaan kekerasan. Serangan dalam skala dan intensitas yang luar
biasa pada 11 September 2001 di New York dan Washington, serta kemudian serangan di
Ankara, Madrid , London dan di lain tempat inilah yang menempatkan terorisme
internasional dalam posisi yang tinggi dalam agenda. Suatu peningkatan dalam terorisme
internasional dari pembajakan pesawat sejak tahun 1960-an, terjadi 5 kali pembajakan
pada tahun 1966 dan meningkat menjadi 94 pada tahun 1969. Pada tahun 1980-an hingga
sekarang , ada peningkatan kejadian kelompok muslim radikal yang biasa disebut Al-
Qaeda. Tantangan teoritis yang dimilki oleh isu terorisme internasional. Teori-teori HI
yang ada terlihat sangat cocok untuk berhadapan dengan terorisme internasional. Hal ini
adalah ancaman keamanan, dan masalah keamanan adalah inti pendekatan kaum realis.
Kaum liberal mengidentifikasi kelompok-kelompok teroris sebagai sejumlah aktor bukan
Negara yang pada pokoknya mempengaruhi agenda internasional. Oleh karena focus
mereka pada hubungan antar Negara, kaum realis wajib percaya bahwa kelompok teroris
internasional hanya dapat tumbuh subur dengan tindakan persetujuan Negara secara resmi
dan signifikan. Dengan kata lain kaum realis cenderung menerjemahkan ancaman teroris
menjadi ancaman dari Negara lain. Dan sebagian diantaranya cenderung berpendapat
bahwa respons terhadap ancaman tersebut haruslah dengan cara kekuatan militer.
Sebaliknya kaum liberal mengapresiasi aktor-aktor non-negara. Oleh karena itu, mereka
lebih siap untuk menerima jika kelompok teroris internasional mengklaim prioritas pada
agenda internasional. Kaum liberal lebih siap untuk menekankan perlunya kerja sama
internasional dalam menghadapi ancaman teroris.

Referensi :
Anonim, tanpa tahun, Indonesian Transnational Crime Centre, diakses dari tncc.go.id pada
4 Maret 2015

H. Obsatar Sinaga, 2010, Penanggulangan Kejahatan Internasional Cyber Crime di


Indonesia, Makalah Bahan Diskusi Seminar Nasional Ikatan Cendikiawan Muslim se
Indonesia (ICMI) pada tanggal 5 Desember 2010

M. Irvan Olii, 2005, Sempitnya Dunia, Luasnya Kejahatan? Sebuah Telaah Ringkas
Tentang Transnasional Crime, Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. 1 September 2005

M. Siregar, 2013, International Criminal Police Organization (ICPO-Interpol) dalam


Hukum Internasional, diakses dari repository.usu.ac.id pada tanggal 4 Maret 2015

Robert Jackson Dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional edisi
kelima (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2013)

Anda mungkin juga menyukai