Anda di halaman 1dari 8

Dampak Pencemaran Udara

Karbon Monoksida (CO)

Keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan gangguan pengangkutan oksigen


dan penggunaannya pada tingkat selular. CO dapat mengenai berbagai tempat yang berbeda
di dalam tubuh tapi paling besar dampaknya terdapat pada organ dengan kebutuhan oksigen
tertinggi (jantung, otak). CO mengikat hemoglobin secara reversibel, dapat mengakibatkan
anemia fungsional relatif. Karena CO mengikat hemoglobin 230-270 kali lebih kuat daripada
oksigen, hanya dengan konsentrasi yang kecil dapat menyebabkan tingkat
karboksihemoglobin (HbCO) yang signifikan. Tingkat CO sekitar 100 ppm dapat
menghasilkan HbCO sebesar 16%, yang mana cukup untuk menyebabkan gejala klinis.
Pengikatan CO dengan hemoglobin menyebabkan kurva disosiasi oksihemoglobin bergeser
ke kiri dan mengurangi ketersediaan oksigen bagi jaringan yang sudah hipoksia.CO juga
mengikatkan dirinya dengan mioglobin jantung dengan afinitas yang lebih baik daripada
ikatannya dengan hemoglobin. Hal ini mengakibatkan depresi miokardial dan hipotensi yang
menyebabkan hipoksia jaringan. selain itu, CO mengikat sitokrom c dan P450 tetapi dengan
afinitas yang lebih rendah daripada dengan oksigen.

Penelitian menjelaskan bahwa CO mungkin menyebabkan peroksidasi lipid dan


perubahan leukocyte-mediated inflammatory di otak, suatu proses yang mungkin diinhibisi
oleh terapi oksigen hiperbarik. Pada intoksikasi berat, pasien dapat menunjukkan patologi
pada sistem saraf pusat, termasuk demielinasi white matter. Hal ini mengarah pada edema
dan nekrosis area fokal, biasanya globus pallidus bilateral.

Tingkat HbCO sering tidak merefleksikan gambaran klinisnya, tetapi biasanya gejala
dimulai dengan sakit kepala pada tingkat sekitar 10%. Tingkat 50-70% dapat berakibat pada
kejang, koma dan kematian.

Nitrogen Dioksida (NO2)

Di dalam paru, nitrogen dioksida mengalami hidrolisis menjadi asam nitrit (HNO 2)
and nitrat (HNO3), yang kemudian dapat mengakibatkan pneumonitis dan edema pulmonal.
Karena NO2water-soluble yang buruk, hidrolisis NO2 lebih lambat daripada gas-gas water-
soluble yang lain, berakibat pada kerusakan pada bronkiolus dan alveolus. Pneumosit tipe I
dan sel-sel siliar jalan napas adalah yang terutama diserang, tetapi kerusakan juga dapat
terjadi dari pembentukan radikal bebas, yang berakibat pada oksidasi protein, peroksidasi
lipid, dan kerusakan membran sel.

Iritasi kimia pada bronkiolus dan alveolus menyebabkan destruksi cepat dari sel-sel
epitelial dan rusaknya capillary bed paru. Yang selanjutnya terjadi adalah kebocoran cairan
yang berakibat pada edema paru. NO2 dapat mengganggu fungsi imun dan aktivitas
makrofag, mengakibatkan gangguan resistensi tubuh terhadap infeksi.

Pajanan signifikan terhadap NO2 dapat menyebabkan metemoglobinemia.


Metemoglobin yang meningkat dalam darah dapat menyababkan kurva disosiasi oksigen
bergeser ke kiri, dimana terjadi gangguan pengangkutan oksigen. Pada kasus yang tidak
ditangani, jaringan granulasi fibrous dapat berkembang di dalam jalan napas yang sempit dan
duktus alveolus yang menyebabkan terjadi bronkiolitis obliteran. Bronkiolitis ini mengarah
pada suatu proses inflamasi yang menyebabkan obliterasi parsial atau komplit progresif dari
jalan napas. Hal ini yang pada akhirnya menjadi penyakit paru obstruksif.

Sulfur Dioksida (SO2)

Short-term exposures (pajanan kurang dari 24 jam)


Kebanyakan penelitian mempelajari efek akut pajanan SO2 dengan
periode dari beberapa menit sampai 1 jam. Respons terhadap
pajanan terjadi dengan sangat cepat dalam beberap menit pertama
inhalasi. Efek yang diamati termasuk reduksi FEV1 atau indeks lain
dari kapasitas ventilasi, peningkatan pada resistensi spesifik jalan
napas, dan gejala seperti wheezing atau sesak napas.

Exposure over a 24-hour period(pajanan lebih dari 24 jam)


Beberapa penelitian yang melibatkan industri dan sumber
kendaraan telah mendemonstrasikan secara konsisten efek-efek
yang mempengaruhi mortalitas (kardiovaskular dan respirasi total)
dan masuknya ke emergensi rumah sakit untuk penyebab respirasi
total dan chronic obstructive pulmonary disease(COPD) pada
tingkat pajanan yang rendah (tingkat rata-rata dibawah 50 g/m3,
tingkat harian biasanya tidak melebihi 125 g/m3).

Long-term exposure
Efek yang terjadi adalah gejala atau penyakit menyangkut respirasi
atau perubahan pada fungsi paru tergantung pada konsentrasi SO2.
Tingkat SO2 terendah dimana efek lanjutan dapat terjadi ditentukan
pada 100 g/m3 (0,035 ppm) rata-rata tiap tahun, bersama dengan
particulate matter.
Penelitian yang belakangan ini dilakukan berhubungan dengan
sumber industri telah menunjukkan efek lanjutan di bawah level
ini, tetapi kesulitan besar pada interpretasi adalah efek long-term
mudah dipengaruhi tidak hanya dengan keadaan sekarang tetapi juga
polusi berbeda secara kualitas dan kuantitas.
(WHO Regional Office for Europe, Copenhagen, Denmark, 2000 Air Quality
Guidelines Second Edition Chapter 7.4 Sulfur dioxide)

Ozon (O3)

Ketika masuk ke dalam jalan napas, ozon berinteraksi dengan protein dan lipid pada
permukaan sel atau muncul pada lung lining fluid. Sel epitelial menyusun traktus
respiratorius adalah target utama dari ozon dan produknya. Sel-sel ini menjadi rusak dan
terjadi kebocoran enzim intraselular seperti laktat dehidrogenase ke dalam lumen jalan napas,
begitu juga komponen plasma. Sel-sel epitelial juga melepaskan berbagai mediator inflamasi
yang dapat menarik PMN ke paru, mengaktifasi makrofag alveolar dan menginisiasi berbagai
kejadian yang menyebabkan inflamasi paru.

Penelitian telah mendemonstrasikan bahwa pajanan singkat sampai 8 jam dapat


menyebabkan penurunan fungsi paru seperti reduksi pada forced expiratory volume in one
second (FEV1) dan gejala respirasi yang muncul :

Batuk
Iritasi tenggorokan
Nyeri, rasa terbakar atau ketidaknyamanan di dada ketika mengambil napas dalam
Sesak dada, wheezing dan sesak napas

Particulate Matter (PM)

Polusi partikel khususnya fine particle mengandung droplet cair atau padat mikroskopik
yang begitu kecil, karena itu mereka dapat masuk ke bagian paru terdalam dan menyebabkan
gangguan kesehatan yang serius. Berbagai masalah yang disebabkan pajanan polusi partikel :
Kematian awal pada orang dengan penyakit jantung atau paru
Serangan jantung nonfatal
Denyut jantung iregular
Serangan asma
Penurunan fungsi paru
Peningkatan gejala respirasi seperti iritasi jalan napas, batuk atau kesulitan
bernapas

Timah (Pb)

Di dalam tubuh Pb dapat menyebabkan keracunan akut maupun keracunankronik.


Jumlah Pb minimal di dalam darah yang dapat menyebabkan keracunanberkisar antara 60-
100 mikro gram per 100 ml darah. Pada keracunan akut biasanyaterjadi karena masuknya
senyawa timbal yang larut dalam asam atau menghirupuap Pb tersebut. Gejala-gejala yang
timbul berupa mual, muntah, sakit perut hebat,kelainan fungsi otak, anemi berat, kerusakan
ginjal bahkan kematian dapat terjadidalam 1-2 hari. Kelainan fungsi otak terjadi karena Pb ini
secara kompetitifmenggantikan mineral-mineral utama seperti seng, tembaga, dan besi
dalammengatur fungsi mental kita.Keracunan timbal kronik menimbulkan gejala seperti
depresi, sakit kepala,sulit berkonsentrasi, gelisah, daya ingat me nurun, sulit tidur, halusinasi
dankelemahan otot. Susunan saraf pusat merupakan organ sasaran utama timbal.
Menurut penelitian dr M. Erikson menunjukkan bahwa wanita hamil yangmemiliki
kadar timbal tinggi dalam darahnya ternyata 90 % dari simpanan timbalpada tubuhnya
dialirkan kepada si janin melalui plasenta, dimana keracunan padajanin mempengaruhi
intelektual dan tingkah laku si anak di kemudian hari.
DAMPAK PENCEMARAN AIR

Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian terhadap manusia juga ekosistem
yang ada didalam air.Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa :

Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga, hal ini diakibatkan oleh
air sudah tercemar sehingga tidak bias digunakan lagi apa lagi air in ibanyak
manfaatnya seperti untuk diminum, mandi, memasak mencuc idan lain- lain
Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri, contoh air yang terkena minyak
tidak dapat digunakan lagi sebagai solven atau sebagai air dalam proses industry
kimia
Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian, seperti untuk irigasi, pengairan
sawah dan kolam perikanan. Apabila air sudah tercemar oleh senyawa anorganik
dapat mengakibatkan perubahan drastic pada PH air. Air yang bersifat terlalu asam
atau basa akan mematikan tanaman dan hewan air, selain itu air yang tercemar oleh
limbah B3 menyebabkan banyak ikan mati dan pada manusia timbul penyakit
kulit( rasa gatal ).

Dampak langsung terhadap kesehatan :

a. Penyakit menular
Penyakit menular akibat pencemaran air dapat terjadi karena berbagai macam sebab, antara
lain karena:
- Air yang tercemar dapat menjadi media bagi perkembangbiakan dan persebaran
mikroorganisme, Termasuk mikroba pathogen
- Air yang telah tercemar tidak dapat lagi digunakan sebagai pembersih.
Secara umum, gangguan yang terjadi akibat pencemaran air dapat dikelompokkan menjadi
empat sebagai berikut:
a. Water diseases
Merupakanpenyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, seperti kolera, tifus, dan
disentri
b. Water washed diseases
Merupakan penyakit yang berkaitan dengan kekurangan air hygiene perorangan, seperti
scabies, infeksi kulit dan selaput lender, trachoma dan lepra.
c. Water based diseases
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus
kehidupannya berhubungan dengan schistosomiasis.
d. Water related vectors
Adalah penyakit yang ditularkan oleh vector penyakit yang sebagian atau seluruhnya
perindukkannya berada di air, seperti malaria, demam berdarah dengue, dan filariasis.

Contoh beberapa penyakit menular yang dapat tersebar melalui air yang tercemar
JenisMikroba Penyakit Gejala
Virus
Virus Hepatitis A Hepatitis A Demam, sakit kepala, saki tperut, kehilangan
seleramakan, pembengkakan hati sehingga tubuh
menjadi kuning
Virus Polio Poliomyelitis Tenggorokan sakit, demam, diare, sakit pada
tungkai dan punggung, kelumpuhan dan
kemunduran fungsi otot
Bakteri
Vibrio Cholerae Kolera Diare yang sangat parah, muntah-muntah,
kehilangan cairan sangat banyak sehingga
menyebabkan kejang dan lemas
Escherichia coli Diare Buang air besar berkali-kali dalam sehari, kotoran
(strain patogen) encer (mengandung banyak air), terkadang diikuti
rasa mulas atau sakit perut

Salmonella typhi Tifus Sakit kepala, demam, diare, muntah-muntah,


peradangan dan pendarahan usus.

Shigelladysentriae Disentri Infeksi usus besar, diare, kotoran mengandung


lendir dan darah, sakit perut
Protozoa
Entamoeba Disentriamuba (samasepertidisentriolehbakteri)
histolytica
Balantidiasis Peradangan usus, diare berdarah
Balantidium coli
Giardiasis Diare, sakit perut, terbentuk gas dalamperut,
Giardia lamblia bersendawa, kelelahan
Ascaris Ascariasis Demam, sakit perut yang parah, malabsorbsi,
lumbricoides muntah-muntah, kelelahan
(cacinggelang)
Taeniasis Gangguan pencernaan, rasa mual, kehilangan berat
Taenia saginata badan, rasa gatal di anus
(cacing pita)
schistosomiasi Gangguan pada hati dan kantung kemih sehingga
Schistosoma sp. s terdapat darah dalam urin, diare, tubuh lemas, sakit
(cacingpipih) perut yang terjadi berulang-ulang.

b. Penyakit tidak menular


Penyakit tidak menular dapat muncul terutama karena air telah tercemar oleh senyawa
anorganik, seperti logam berat. Ada juga senyawa organik yang dapat menimbulkan
penyakit, terutama yang mengandung unsure klorin (Cl), seperti DDT dan PCB. Polutan-
polutan ini dapat menimbulkan penyakit karena sifatnya beracun bagi tubuh.

PENCEMARAN TANAH

Dampak Pencemaran
Pencemaran tanah atau daratan umumnya adalah berupa limbah padat, baik organik
maupun anorganik. Dampak dari pencemaran tersebut dapat dibedakan menjadi dampak
langsung dan tidak langsung. Dampak langsung pencemaran daratan adalah adanya bau
yang tidak sedap dari sampah organik karena adanya proses penguraian oleh
mikroorganisme. Selain itu, secara langsung dampak pencemaran daratan adalah adanya
pemandangan yang kotor, kumuh akibat tumpukan sampah dalam jumlah yang besar.
Dampak tidak langsung pencemaran daratan adalah munculnya berbagai penyakit
akibat pemanfaatan timbunan sampah oleh organisme pembawa penyakit, seperti tikus,
lalat, nyamuk dan lain-lain. Binatang-binatang tersebut memanfaatkan sampah sebagai
sumber makanan dan tempat berkembang biak. Penyakit yang ditimbulkan diantaranya
adalah penyakit pes, malaria dan demam berdarah.

Anda mungkin juga menyukai