Anda di halaman 1dari 10

Demam yang Disebabkan Oleh Cacing Schistosoma Japanicum

Cindy Regina Mailangkay


(102014040)
Fakultas Kedokteran,Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Tanjung Duren, Jakarta Barat, 11510

Cindy.2014fk040@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Apabila Cacing telah masuk ke dalam tubuh kita, dia akan merusak organ-organ kita.
Manusia yang menderita kecacingan menjadi kurus, perut buncit, tidak nafsu makan.
Keadaan tersebut lama-kelamaan juga mengakibatkan kematian.Schistosomiasis masih
merupakan masalah kesehatan yang ada di Indonesia,bahkan masyarakat masih kurang peduli
terhadap penularan dari penyakit ini. Schistosomiasis paling sering di sebabkan oleh cacing
schistosoma japanicum,bila seseorang sudah terinfeksi dengan cacing tersebut maka akan di
ikuti dengan Katayama Fever terlihat hanya pada infeksi yang relatif berat atau secara pribadi
baru tiba di daerah endemik jika tidak segera diberi pengobatan maka akan berkembang
menjadi kondisi kronis yang ditandai oleh penyakit hepatosplenic dan perkembangan fisik
dan kognitif terganggu.
Kata Kunci : Katayama Fever,Schistosomiasis,Schistosoma Japanicum
Abstract
If the worm has entered into our bodies, he will damage our organs. Humans who suffer from
intestinal worms become thin, distended stomach, no appetite. The state eventually also lead
someone die .Schistosomiasis still a health problem in Indonesia, even the public is less
concerned about the transmission of this disease. Schistosomiasis is most often caused by a
worm Schistosoma japanicum, when a person has been infected with the worm will be
followed by Katayama Fever seen only in infections is relatively heavy or personally just
arrived in endemic areas if they are not given the treatment it will develop into a chronic
condition characterized by hepatosplenic disease and impaired physical and cognitive
development.
Keywords: Katayama Fever, Schistosomiasis, Schistosoma Japanicum
Pembahasan
Schistosoma atau Bilharzia
Pada manusia di temukan 3 spesies penting yaitu Schistosoma
japonicum,Schistosoma mansoni dan Schistosoma haematobium selain spesies yang di
temuka pada manusia masih banyak spesies yang hidup pada binatang dan kadang
menghinggapi manusia
Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa jantan berwarna kelabu atau putih kehitaman,badannya berbentuk
gemuk bundar dan pada kutikulumnya terdapat tonjolan halus sampai kasar
tergantung spesiesnya. Di bagian ventral dari badan cacing ini terdapat canalis
gynaecophorus tempat cacing betina,sehingga tampak cacing betina ada dalam
pelukan cacing jantan, cacing betina badannya lebih halus dan panjang berukuran
16,0 26,0 mm x 0,3mm. Cacing trematoda ini hidup di pembuluh darah terutama
dalam kapiler darah dan vena kci; dekat permukaan selaput lendir usus atau kandung
kemih. Cacing betina meletakan telur di pembuluh darah. Telur tidak mempunyai
operkulum. Telur cacing schistosoma mempunyai duri dan lokalisasi duri tergantung
pda spesiesnya. Telur ini dapat menembus keluar dari pembuluh darah,bermigasi ke
jaringan dan akhirnya masukke lumen usus tau kandung kemih untuk kemudian
ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas dalam air,larva yang keluar di sebut
mirasidium.Cacing ini hanya mempunyai satu macam hospes perantara yaitu keong
air,tidak terdapat hospes perantara kedua.Mirasidium msuk ke alam tubuh keong air
dan berkembang menjadi sporokista I dan sporokista II kemudian menghasilkan
serkaria yang banyak. Serkaria adalah bentuk infektif cacing schistosoma.cara infeksi
pada manusia dengan menembus kulit pada waktu manusia masuk kedalam air yang
mengandung serkaria. Waktu yang di perlukan untuk infektif adalah 5-10 menit.
Setelah serkaria menembus kulit,kemudian masuk kedalam kapiler daah dan akan
mengalir dengan aliran darah dan akan masuk ke jantung,lalu paru dan kembali ke
jantung kiri dan akan masuk kedalam sistem peredaran darah besar,ke cabang vena
porta dan menjadi dewasa di hati. Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae
danvena usus atau vena kandung kemih kemudian cacing betina berteur seelah
berkopulasi
Patologi dan Gejala Kllinis
Perubahan yang terhaduu di sebabkan oleh 3 stadium yaitu serkaria,cacing dewasa
dan telur. Perubahan yang penting adalah yang di sebabkan oleh tellur. Perubahan
pada skistosomiasis dapat di bagi menjadi 3 stadium :
1. Masa Tunas biologik
GEJALA KULIT DAN ALERGI
Waktu antara serkaria menembus kulit menjadi dewasa disebut masa tunas
biologik. Perubahan kulit yang tmbul berupa eritema dan papula yang disertai
gatal dan panas. Bilabanyak jumlah serkari menembus kulit maka akan terjadi
dermatitis. Biasanya kelaian kulit hilang dalam waktu dua atau tiga hari
Selanjutnya dapat terjadi reaksi alergu yang daat timbul oleh karena adanya hasil
metaolisme skistosomula atau cacing dewasa,atau ari protein asing yang di
sebabkan adanya cacing yag mati. Manifestasi klinisnya dapat berupa urtikaria
atau edema anginoneurotik dan dapat di setai demam. Kira-kira 22% penderita
menunjukan urtikaria dan 18% menunjukan edema.
GEJALA PARU
Batuk sering di temukan,kadang disertai dengan pengeluaran dahak yang
produtif dan pada beberapa kasus bercampur dengan sedikit darah. Pada kasus
yang rentan gejala dapat menjadi berat sehingga timbul serangan asma
GEJALA TOKSEMIA
Manifestasi akut atau toksik mulai timbul antara minggu ke-2 sampai minggu
ke-8 setelah infeksi. Berat gejala tergantung dari banyaknya serkaria yang masuk.
Pada infeksi berat dapat timbul gejala toksemia yang di sertai demam tinggi. Pada
stadium ini apat timnul gejala lain seperti: lemah,malaise,tidak nafsu makan mua
dan muntah,sakit kepala dan nyeri tubuh. Diare disebabkan oleh adanya keadaan
hipersensitif terhadap cacing. Pada kasus berat gejala tersebut dapat bertahan
sampai 3 bulan . kadang-kadang terjadi sakit perut dan tenesmus. Hati dan limpa
membesar serta nyeri pada perabaan.

2. Stadium akut
Stadium ini di mulai sejak caing betina bertelur. Telur yang di letakan di dalam
pembuluh darah,masuk kedalam jaringan sekitarnya dan akhirnya dapa mencapai
lumen dengan cara menembus mukosa usus. Efek patologis maupun gejala klinis
yang di sebabkan oleh telur tergantung dari jumlah telur yang di keluarkan yang
berhubungan langsung engan jumlah caing betina. Dengan demikian
keluhan/gejala yang terjadi pada stadium ini dalah demam,malaise dan berat
badan menurun.sindrom disentri biasnya di temukan pada infeksi berat dan pada
kasus yang ringan hanya ditemukan diare. Hepatomegali timbul lebih dini dan
disusul engan splenomegali dapat terjadi dalam kuun waktu 6-8 bulan setelah
infeksi
3. Stadium menahun
Pada stadium ini terjadi penyembuhan jaringn dengan pembentukan jaringan
ikat atau fibrosa. Hepar yang semula membesar karena peradangan,kemudian
akan mengalami pengecila karena terjadi fibrosis. Hal ini di sebut sirosis pada
skistosomiasis,sirosis yang terjadi adalah sirosis periportal,yang
mengakibatkan hipertensi portal karena bendungan di dalam jaringan hati.
Gejala yang timbbul adalah splenomegali,edema yang biasanya di temuakn
pada tungkai bawah,bisa pula pada alat kelamin. Dapat di temukan asites dan
ikterus. Pada stadium lanjut sekali dapat terjadi hematemesis yang di sebabkan
peahnya varises pada esofagus.
Diagnosis
Diagnosis di buat dengan menemukan telur dalam tinja,urin atau jaringan
biopsi.Reaksi serologi dapat membantu menegakan diagnosis
Pengobatan
Pada umumya dapat di katakan bahwa obat anti schistosoma tidak ada yang
aman atau agak toksik dan semuanya mempunyai resiko masing-masing. Cacing
dewasa hidup di dalam vena mesenterika manusia dan binatang. Pengaruh obat anti
Schistosoma dapat menyebabkan terlepasnya pegangan cacing dewasa pada pembuluh
darah dan mengakiatkan terhapusnya cacing tersebut kedalam hati oleh sirkulasi
portal keadaan tersebut adalah hepatic shift. Ada beberapa obat yang mempengaruhi
cacing dewasa ini menghambat sistem enzim tertentu seperti senyawa antimon
trivalen yang menghambat sistem enzim fosfofruktokinase S.mansoni sehingga cacing
tersebut tidak memanfaatkan glikogen
- Niridazol,obat ini efektif secara oral dapat membunuh cacing dewasa dan telurnya.
Lebih efekif untuk infeksi S.haemetobium dan S.mansoni dari pada S.japonicum.
parasit dipaksa meninggalkan vena mesenterika dan menuju kedalam hati tempat
parasit di munahkan oleh daya tahan hospes Niridazol agak lambat diserap dari
traktus intestinal dan di uraikann di dalam hatimenjadi metabolit yang tidak toksik.
Cacing jntan lebih kurang sensitif trhadap obatini. Walaupun
demikianspermatogenesis dihambat.Dosis yan dipakai adalah 25mg/kg berat
badan/hariselama 10 hari berturut-turut dan mendapatkan hasil 20% masih positif 2
bulan setelah pengobatan. Efek samping yang pernah di laporkan adalah keluhan
gastrointestinal seperti mual,muntah,tidak nafsu makan dan diare, namun efek
samping terpenting adalah gangguan psikis yang dapat terjadi secara akut,berupa
psikosis,halusinasi,confusion,pusing,sakit kepala dan kadang-kadang serangan
epilepsi
- Prazikuantel,penelitian toksisitas pada berbagai macam binatang percobaan
menimbulkan toleransi cukup baik terhaddap prazikuantel dan sangat efektif
terhadapa ketiga spesies cacing Schistosoma,trematoda dan cestoda. Obat ini tidak
menunjukan aktivitas mutagen pada binatang percobaan. Pada manusia prazikuantel
sangat cepat di serap setelah di minum. Dosis yang di pakai adalah 35 mg/kg berat
badn,dierikan 2 kali dalam satu hari sehingga dosis total adalah 70mg/kg berat badan
per hari. Hasil pengobatan menunjukan angka penyembuhan sebesar 88,6%. Ternyata
obat ini cukup baik dengan hasil penyembuhan cukup besar serta efek samping dapat
dikatan ringan,
Epidemiologi
Skistosomiasis atau bilhariaziz merupakan masalah kesehatan masyarakat di
berbagai negara. Di Indonesia hanya skistosomiasis japonika di temukan endemik di
Sulawesi Tengah. Penyakit ini berhubungan erat dengan pertanuan yang mendapat air
dari irigasi. Keong sebagai hospes perantaea biasanya ditemukan didaerah pertanian
tersebut. Dengan meluasnya daerah pertanian dan irigasi maka dapat terjadi
penyebaran hospes perantaea dan enyakitnya. Infeksi biasanya berlangsung pada
waktu orang bekerja di sawah. Kelompok umur yang terkena pada umumnya adalah
antara 5-50 tahun,dapat pula ditemukn infeksi pada umur lebih muda.
Penanggulangan oenyakit ini sampai sekarang terutama di tekankan pada
pengobatan masal yang di berikan 6 bulan skeali. Bila prevalensi sudah turun di bwah
5% dapat di berikan pengobatan selektif.
Schistosoma Japonicum
Hospes dan Nama penyakit
Hospesnya adalah manusia dan berbagai macam binatang seperti
anjing,kucing,rusa,tikus sawah,sapi,babi rusa dan lain-lain. Parasit ini padda manusia
menyebabkan oriental schistosomiasis,schistosomiasi japonicum,penyakit katayama atau
penyakit demam keong.
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5 cm dan yang betina kira-kira 1,9 cm
hidupnya di vena mesenterika superior. Tlur di temukan di dinding usus halus dan juga di lat-
alat dalam seperti hati,paru dan otak
Patologi dan Gejala Kllinis
Kelainan tergantung dari beratnya infeksi. Kelainan yang di temukan pada stadium I
adalah gatal-gatal(urtikaria). Gejala intoksikasi di sertai demam ,hpatomegali dan eosinofilia
tinggi
Pada stadium II di temukan pada sindrom disentri. Pada stadium III atau stadium
menahun ditemukan sirosis di hati dan splenomegali,biasnya penderita menjadi lemah
(emasiasi). Mungin terdapat gejala saraf,gejala paru dan lain-lain
Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan menemukan telur i dalam tinj atau dla jaringan biopsi
seperti biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu mnegakan diagnosis.
Reaksi serologi yang biasa di pakai adaah Circumoval,precipin test,indirect haemaglutination
test,complementfixation test,fluorescent antibody test dan enzyme linked imuno sorbent
assay
Epidemiologi
Di Indonesia penyakit ini di teukan endemi di dua daerah di Sulawesi tengah yaitu di
daerah danau Lindu dan lembah napu. Sebagai sumber infeksi,selain manusia di temukan
pula hewan-hewan lain sebagai hospes reservoir yang trpenting adalah berbagai spesies,tikus
sawh. Selain itu rusa hutan,babi hutan sapi dan anjing di laporkan juga mengandung cacing
ini. Hospes perantaranya yaitu keong air Oncomelania hupensis lindoensis. Habitat keong di
daerah danau Lindu ada 2 macam, yaitu :
1. Fokus di daerah yang di geap seperti ladang,sawah yang tidak di pakai lagi atau di
pinggir parit di antara sawah
2. Fokus di daerah hutan di perbatasan bukint dan daratan rendah
Cara penanggulangan skistosomiasis di Sulawesi Tengah dengan pengobbatan masal
dengan prazikuantel yang dilakukan oleh departemen kesehatan melalui subdirektorat
pemberantasn penyakit menular dan penyehatan lingkungan pemuiman. Prevalensi dari
37% turun menjadi 1,5 % setelah pengobatan.
Schistosoma mansoni
Hospes dan nama penyakit
Hospes definitif adalah manusia kera baboo di afrika sebagai hospes reservoir. Pada
manusia cacing ini menyebabkan skistosomiasis usus
Cacing ini di temukan di Afrika berbagai negara Arab(Mesir),Amerika selatan dan
tengah.
Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1 cm dan yang beetina kira-kira 1,4 cm.
Pada badan cacing jantan. S.mansoni terdapat tonjolan lebih kasar bila di bandingkan
dengan S.haematobium dan S.japanicum. Badan S.japonicum mempunyai tonjolan yang
lebih halus. Tempat hidupnya di vena,kolon dan rektum. Telur juga terebar ke lat-alat lain
seperti hati,paru dan otak
Patologi dan gejala klinis
Kelainan dan gejala yang ditimbulkan sama seperti pada S.japonicum tapi lebih
ringan.pada penyakit ini splenomegali dapat menjadi berat

Schistosoma haematobium
Hospes definitid adalah manusia. Cacing ini menybabkan skistosomiasis kandung
kemih. Babon dan kera lain di laporkan sebagai hospes reservoar
Distribusi Geografik
Tidak ditemukan di Indonesia
Morfologi dan daur hidup
Cacing Dewasa jantan berukuran kira-kira 1,3 cm dan yang betina kira-kira 2,0 cm
hidupnya di vena panggul kecil terutama di vena kandung kemih. Telur di temukan di urin
dan alat-alat dalam lainnya, juga di alat kelamin dan rektum
Patologi dan gejala klinis
Kelainan terutama di temukan di dingding kandung kemih. Gejala yang di temukan
adalah hematuria dn disurua bila terjadi sistisis. Sindrom disentri ditemukan bila terjadi
kelainan di rektum

Anamnesis

Anamnesis adalah suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non-verbal mengenai riwayat penyakit si
pasien. Riwayat pasien merupakan suatu komunikasi yang harus dijaga kerahasiaannya yaitu
segala hal yang diceritakan penderita.2

Anamnesis bisa dilakukan pada pasien itu sendiri yang disebut Auto
A n a m n e s a apabila pasien dalam kondisi sadar dan baik, bisa juga melalui keluarga terdekat
atau orang yang bersama pasien selama ia sakit apabila pasien dalam kondisi tidak sadar atau
kesulitan berbicara disebut dengan A l l o A n a m n e s a . Dengan dilakukanya anamnesis
maka 70% diagnosis dapat ditegakkan. Sedangkan 30%nya lagi didapatkan dari pemeriksaan
fisik, lab, dan radiologi (kalau diperlukan). Ada beberapa hal yang perlu ditanyakan dokter
kepada pasiennya, antara lain:2

1 Keluhan Utama.
Keluhan utama merupakan gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan
penderita sehingga mendorong pasien datang untuk berobat dan memerlukan pertolongan
serta menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. Keluhan utama merupakan dasar
untuk memulai evaluasi pasien.2
2 Riwayat penyakit sekarang
Penyakit yang bermula pada saat pertama kali penderita merasakan keluhan itu. Tentang
sifat keluhan itu yang harus diketahui adalah :2
Sejak kapan muncul gangguan atau gejala tersebut
Frekuensi serangan atau kualitas penyakit
Sifat serangan atau kuantitas penyakit
Lamanya penyakit tersebut diderita
Perjalanan penyakitnya, riwayat pengobatan sebelumnya.
Situasi dan lokasi sakitnya
Faktor yang memperhebat atau mengurangi
Gejala-gejala yang berhubungan
3 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita di masa lampau yang mungkin berhubungan
dengan penyakit yang dialaminya sekarang.2
4 Riwayat keluarga : Segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter dan kontak
antar anggota keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien. Dalam hal ini faktor-faktor
sosial keluarga turut mempengaruhi kesehatan penderita.2
5 Riwayat pribadi : Segala hal yang menyangkut pribadi si pasien. Mengenai peristiwa
penting pasien dimulai dari keterangn kelahiran, serta sikap pasien terhadap keluarga
dekat. Termasuk dalam riwayat pribadi adalah riwayat kelahiran, imunisasi, makan,
pendidikan dan masalah keluarga.2

Riwayat sosial : mencakup keterangan mengenai pendidikan, pekerjaan dan segala aktivitas
di luar pekerjaan, lingkungan tempat tinggalm perkawinan, tanggungan keluarga, dan lain-
lain.2

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan suatu tahap pemeriksaan awal yang dilakukan oleh
dokter atau petugas medis. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan fisik pasien
secara umum, guna menegakan diagnosis awal penyakit yang diderita. Pada pemeriksaan
fisik dilakukan pemeriksaan TTV, yang mencakup pengukuran tekanan darah, frekuensi
pernapasan, frekuensi nadi, dan suhu tubuh. Hasil pemeriksaan pasien tampak
pucat,mata:anemis,limfadenopati menyeluruh, Lalu, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
paru, yang terdiri atas, inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada palpasi didapatkan
hepatomegali teraba 2 cm dibawah arcus costa.Pemeriksaan fisik yang lain dalam batas
normal

Anda mungkin juga menyukai