Anda di halaman 1dari 10

KELAS A

Pekerja Muslim dan Majikan Non Muslim =

Batasan batasannya adalah =

1. Apabila majikan menyuruh untuk memasak daging babi, maka pekerja muslim dapat
menolaknya dikarenakan daging babi tersebut haram.
2. Apabila terpaksa memaksa daging babi tersebut, maka tidak apa apa asalkan harus
berpegang teguh pada keyakinannya dan tidak ikut memakannya.
3. Majikan memberikan kesempatan waktu istirahat kepada pekerja muslimnya untuk
menunaikan ibadah sholat 5 waktu di sela sela kegiatan bekerjanya.
Hak seorang pekerja berupa upah bisa sesuai dengan apa yang menjadi haknya =
1. faktor lamanya masa kerja -yang atas dasar pengalaman kerja (experience)-, mempengaruhi
perkembangan skill secara empirik (autodidak);
2. faktor profesionalisme, keterampilan dan kecakapan serta kemahiran dalam melakukan
pekerjaan;
3. tinggi-rendahnya produktivitas, atau besar-kecilnya produk yang dihasilkan (kinerja);
4. faktor volume dan beban kerja serta besar-kecilnya resiko pekerjaan;
5. tinggi-rendahnya jabatan (terkait wewenang dan tanggung-jawab) seseorang pekerja/buruh;
6. aspek kewilayahan, seperti jauh-dekatnya lokasi atau tempat kerja atau perbedaan wilayah
-penetapan- upah;
7. aspek kepribadian, terkait dengan tingkat kepercayaan dan kejujuran serta nilai-nilai
kepribadian lainnya bagi seseorang pekerja (aspek personality);
8. banyak atau sedikitnya uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi yang dimiliki, atau tinggi-
rendahnya kualifikasi pendidikan (sebagai basic start awal dalam bekerja)
Dasar penetapan upah sesuai syariah adalah besarnya manfaat yang diberikan oleh pekerja (ajiir)
tersebut dan bukan didasarkan kepada taraf hidup, kebutuhan fisik minimum maupun harga
barang yang dihasilkan.

Fungsi Bank Syariah


Penghimpun Dana
Sama seperti halnya bank umum, bank syariah memiliki fungsi utama sebagai penghimpun dana
dari masyarakat. Bedanya, jika pada bank konvensional si penabung mendapatkan balas jasa
berupa bunga, di bank syariah penabung akan mendapatkan balas jasa berupa bagi hasil.

Penyalur Dana
Fungsi utama bank syariah yang kedua adalah sebagai penyalur dana. Dana yang telah dihimpun
dari nasabah, nantinya akan disalurkan kembali kepada nasabah lainnya dengan sistem bagi
hasil.
Memberikan Pelayanan Jasa Bank
Fungsi bank syariah yang ketiga adalah sebagai pemberi layanan jasa perbankan. Dalam hal ini,
bank syariah berfungsi sebagai pemberi layanan jasa seperti jasa transfer, pemindah bukuan, jasa
tarikan tunai, dan jasa jasa perbankan lainnya.

| Fungsi Bank Syariah |


1. Fungsi Bank Syariah untuk Menghimpun Dana Masyarakat
Fungsi bank syariah yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan
dana. Bank syariah mengumpulkan atau menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan
dengan menggunakan akad al-wadiah dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan akad al-
mudharabah. Al-wadiah adalah akad antara pihak pertama (masyarakat) dengan pihak kedua
(bank), dimana pihak pertama menitipkan dananya kepada bank dan pihak kedua, bank merima
titipan untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang diperbolehkan
dalam islam. Al-mudarahbah merupakan akad antara pihak pertama yang memiliki dana
kemudian menginvestasikan dananya kepada pihak lain yang mana dapat memanfaatkan dana
yang investasikan dengan tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam syariat islam.

2. Fungsi Bank Syariah sebagai Penyalur Dana Kepada Masyarakat


Fungsi bank syariah yang kedua ialah menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan.
Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua
ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat
penting bagi bank syariah. Dalam hal ini bank syariah akan memperoleh return atas dana yang
disalurkan. Return atau pendapatan yang diperoleh bank syariah atas penyaluran dana ini
tergantung pada akadnya. Bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan
menggunakan bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan atau kerja
sama usaha. Dalamakad jual beli, maka return yang diperoleh bank atas penyaluran dananya
adalah dalam bentuk margin keuntungan. Margin keuntukngan merupakan selisih antara harga
jual kepada nasabah dan harga beli bank. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran
dana kepada nasabah yang menggunakan akad kerja sama usaha adalah bagi hasil.

3. Fungsi Bank Syariah memberikan Pelayanan Jasa Bank


Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat,
bank syariah memberikan pelayanan jasa perbankan kepada nasabahnya. Pelayanan jasa bank
syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan
aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank syariah yang ketiga.
Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain jasa
pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat berharga dan lain sebagainya.
Aktivitas pelayanan jasa merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah untuk dapat
meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa bank. Beberapa bank
berusaha untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang
memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa yang cepat
dan akurat. Harapan nasabah dalam pelayanan jasa bank ialah kecepatan dan keakuratannya.
Bank syariah berlomba-lomba untuk berinovasi dalam meningkatkan kualitas produk layanan
jasanya. Dengan pelayanan jasa tersebut, maka bank syariah mendapat imbalan berupa fee yang
disebut fee based income.
Pengertian Fungsi , Sejarah dan Jenis-Jenis Bank Umum lengkap
Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai penghimpun dana dari masyarakat, antara lain dalam bentuk:
1) tabungan biasa yang bisa diambil setiap saat;
2) deposito (tabungan berjangka) yang hanya bisa diambil setelah jangka waktu tertentu;
3) giro atau rekening koran, yaitu simpanan yang bisa diambil hanya dengan menggunakan cek

atau bilyet giro;


Kegiatan menghimpun dana dari masyarakat disebut kredit pasif.

b. Sebagai penyalur dana kepada masyarakat dalam bentuk:


1) kredit produktif, yaitu pinjaman yang diberikan untuk tujuan produksi, seperti membuka usaha

bengkel dan mendirikan perusahaan.


2) kredit konsumtif, yaitu pinjaman yang diberikan untuk tujuan konsumsi, seperti membeli

perabot.
Dana yang disalurkan bank kepada masyarakat berasal dari tabungan atau simpanan masyarakat

dan dari dana bank sendiri. Kegiatan bank menyalurkan dana kepada masyarakat disebut kredit

aktif.
c. Sebagai perantara lalu lintas moneter
Dalam hal ini, bank memberikan jasa pelayanan di bidang keuangan, seperti: jasa pengiriman
uang, melakukan inkaso dan diskonto.

Kedudukan Bank Syariah dalam transaksi Mudharabah


1. Dalam penghimpunan dana (Bank Syariah sebagai pengelola) Salah satu prinsip yang
dilaksanakan oleh Bank Syariah pada transaksi penghimpunan dana adalah dengan menggunakan
prinsip mudharabah. Dalam transaksi penghimpunan dana ini kedudukan Bank Syariah Baitul
Qiradh sebagai pengelola dana (mudharib) sedangkan sebagai pemilik dana (shahibul maal)
adalah investor / deposan (Hj. Siti Aminah). Dalam perbankan syariah prinsip ini diaplikasikan
pada Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah.

2. Dalam penyaluran dana (Bank Syariah sebagai pemilik dana) Bagi hasil merupakan salah satu
pola penyaluran dana Bank Syariah, dimana dalam pola bagi hasil ini dapat dilakukan dengan
prinsip mudharabah atau prinsip musyarakah. Dalam hal Bank Syariah menyalurkan dana
dengan prinsip mudharabah, maka kedudukan Bank Syariah Baitul Qiradh adalah sebagai
pemilik dana (shahibul maal) sedangkan sebagai pengelola dana (mudharib)-nya adalah nasabah
debitur (H. A. Zainudin). Dalam perbankan syariah prinsip ini diaplikasikan pada Investasi
(pembiayaan) Mudharabah.

Selain mengenai pengumpulan dana, yang perlu di analisis lagi adalah mengenai perbedaan
anatara bagi hasil dengan bunga bank pada perbankan konvensional. Perbedaan itu dapat dilihat
dari tabel berikut ini:
BUNGA BAGI HASIL
Pcnentuan besarnya rasio/nisbah bagi
Penentuan bunga dibuat pada waktu
hasil dibuat pada waktu akad dengan
akad dengan asumsi harus selalu
berpedoman pada kemungkinan
untung.
untung rugi.
Besarnya prosentase berdasarkan pada Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
jumlah uang (modal) yang pada jumlah keuntungan yang
dipinjamkan. diperoleh
Bagi hasil bergantung pada
Pembayaran bunga tetap seperti yang
keuntungan proyek yang dijalankan
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah
Bila usaha merugi, kerugian akan
proyek yang dijalankan oleh pihak
ditanggung bersama oleh kedua belah
nasabah untung atau rugi.
pihak.
Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat
meningkat sekalipun jumlah sesuai
keuntungan berlipat atau keadaan dengan peningkatan jumlah
ekonomi sedang booming. pendapatan
Eksistensi bunga diragukan ( kalau
Tidak ada yang meragukan keabsahan
tidak dikecam) oleh semua agama,
bagi hasil
termasuk islam.

Dari tabel diatas dapat dilihat beberapa perbedaan mendasar tentang bank syariah dan bank
konvensional, sehingga dalam waktu yang relative muda bank syariah mampu dijadikan
rekonstruksiasi perbankan nasional.
PLS = Artinya sistem bagi hasil menuntut kejujuran nasabah dan lebih adil
Kelebihan zakat di lembaga =
1. Kelebihan ketika dana disalurkan melalui lembaga amil zakat adalah sesuai dengan syariah
karena sejak zaman Rasul zakat dikelola dan diatur lembaga zakat.

2. Zakat melalui lembaga lebih terjaga keikhlasannya dalam menjaga muzakki dari niatan-niatan
politis atau kepentingan serupa yang dapat merusak nilai pahala zakat.
3. Zakat melalui lembaga akan didoakan oleh petugas lembaga amil.
4. Zakat lewat lembaga juga lebih berpotensi memberdayakan masyarakat dan mengentaskan
kemiskinan karena distribusi zakat lebih tepat, pemberdayaan terjamin dan tidak perlu mengantri
selama berjam jam yang bisa mengakibatkan hal hal yang tidak diinginkan (kepanasan,
terinjak injak dan meninggal dunia).
5. Zakat lewat amil juga bisa mengurangi penghasilan kena pajak
Kekurangan zakat di lembaga =
1. Kepercayaan masyarakat Indonesia untuk menyalurkan zakat melalui lembaga amal zakat
dinilai masih kurang karena dinilai kurang transparan dalam penggunaan dana zakat yang
mereka kelola.
2. Wilayah kerja lembaga amil zakat bersifat nasional dan terlalu luas dan mereka tidak mampu
lagi memetakan dengan cermat, dari siapa saja zakat itu dipungut dan kemana seharusnya
prioritas harta zakat itu didistribusikan terlebih dahulu dan inilah yang membuat masih banyak
orang enggan membayar zakat lewat amil.
Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional secara umum

Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional


Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam
sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan,
persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya.
Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut aspek legal, lembaga
penyelesaian sengketa, struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.
1. Akad dan Aspek Legalitas
Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena
akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Nasabah seringkali berani melanggar
kesepakatan / perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif
belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil
qiyamah nanti.
Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun
ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah
berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak
menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum
materi syariah.
Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal
dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama
oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal
komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank
konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis - garis syariah.
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada
setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan
Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan
oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu
mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal
tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung
unsur-unsur yang diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak semua
proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah, namun harus sesuai
dengan kaidah-kaidah syariah.
5. Lingkungan dan Budaya Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam
hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga
tercermin integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus
profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work (kerjasama dalam tim)
dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh).

Perbedaan produk bank syariah dengan bank konvensional =


1. Penghimpunan dana =
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.
Al-Wadiah dapat berupa giro dan tabungan.
Prinsip mudharabah
Mudharabah adalah akad antara pihak pertama yang memiliki dana kemudian
menginvestasikan dananya kepada pihak lain yang mana dapat memanfaatkan dana yang
investasikan dengan tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam syariat islam dan dalam bentuk
deposito dan tabungan.
2. Penyaluran dana =
Prinsip jual beli
Al-Murabahah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Istishna adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai
penjual (penjualnya adalah pihak bank).
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual
dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima
sesuai syarat-syarat tertentu.
Prinsip ujroh
Ijarah (sewa) adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.
Ijarah muntahiya bi tamlik (IMBT / sewa beli) adalah penggabungan sewa dan beli di mana si
penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
Prinsip bagi hasil
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul
maal) menyediakan seluruh (100 %) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
(mudharib). Dalam hal ini tidak memakai pesanan dan barangnya sudah ada kemudia
euntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian si pengelola (40 % untuk bank syariah, 60 % untuk yang dipinjami modal).
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di
mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
3. Jasa keuangan =
Wakalah adalah nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu seperti transfer.
Hiwalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya.

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan (gadai) atas
pinjaman yang diterimanya.
Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
Qardh adalah suatu akad pinjaman (penyaluran dana) kepada nasabah dengan ketentuan
bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati antara nasabah dan LKS. Pinjaman ini lebih
bersifat spesifik ke proyek proyek pemerintah seperti pembangunan jalan, jembatan,
jembatan, dll.
Sebab-sebab Mewarisi
Ada tiga sebab sehingga orang tersebut memiliki hak untuk mewarisi harta, yaitu :
a. Perkawinan
Perkawinan adalah perkawinan yang sah menurut syariat Islam, dengan adanya suatu ikatan
perkawinan merupakan ikatan yang dapat mempertemukan seorang laki-laki dengan seorang
wanita dengan suatu rumah tangga, selama perkawinan itu masih utuh dipandang sebagai
salah satu sebab mewarisi, baik setelah keduanya bersetubuh atau belum. Sebab jika telah
terjadi akad nikah maka terjadilah waris mewarisi diantara mereka, apabila salah seorang
meninggal dunia.
b. Kekerabatan
Kekerabatan adalah hubungan nasab antara orang yang mewariskan dengan orang yang
mewarisi disebabkan kelahiran, atau yang ada pertalian darah dengan para ahli waris dengan
si mayit. Oleh sebab itu semua kerabat yang disebabkan hubungan darah baik sebagai asal
seperti ayah atau kakek maupun ia sebagai furu seperti anak atau cucu serta dengan cara
menyamping seperti saudara, semuanya mereka dapat mewarisi, disebabkan adanya hubungan
nasab dengan yang meninggal.
c. Wala
Wala (memerdekakan budak) juga merupakan salah satu penyebab untuk saling mewarisi.
Wala dalam walaul ataqah atau ushubah sababiyah yaitu ushubah yang bukan disebabkan
pertalian nasab, tetapi disebabkan karena adanya sebab telah memerdekakan budak.
Tiga macam sebab-sebab memperoleh hak waris mewarisi yang telah disepakati ulama.
Disamping itu ada satu hal lagi yang oleh Ulama Syafiiyah dan Malikiyah, dijadikan sebab
untuk saling memperoleh hak waris mewarisi yaitu dengan sebab keislaman. Dari penjelasan
diatas dapat difahami bahwa ada 4 (empat) sebab mewarisi, yaitu :
Disebabkan qarobah (hubungan darah)
Disebabkan perkawinan
Disebabkan wala (memerdekakan budak)
Disebabkan keislaman (seagama)
Rukun Waris
a. Waris (ahli waris)
Waris adalah orang yang akan mewarisi harta peninggalan lantaran mempunyai hubungan
sebab-sebab untuk mempusakai seperti adanya ikatan perkawinan, hubungan darah
(keturunan) yang hubungan hak perwalian dengan si muwaris (Abdullah, 1960:57).
b. Muwaris (yang mewariskan)
Muwaris adalah orang yang meninggal dunia, baik mati hakiki maupun mati hukmi. Mati
hukmi ialah suatu kematian yang dinyatakan oleh keputusan hakim atas dasar beberapa sebab,
walaupun ia sesungguhnya belum mati sejati (Rahman, 1981:37).
c. Maurusun atau tirkah (harta peninggalan)
Maurus adalah harta benda yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia yang akan
diwarisi kepada ahli waris setelah diambil biaya-biaya perawatan, melunasi hutang-hutang
dan melaksanakan wasiat.
Harta peninggalan ini oleh para faradhiyun disebut juga dengan tirkah atau turats (Rahman,
1981:37).
Syarat-syarat Mendapat Warisan
Syarat mendapat warisan ada tiga macam, yaitu:
Matinya muwaris, baik mati secara hakiki atau secara hukmi, maka ia dihukumkan mati
secara hakiki.
Hidupnya waris setelah matinya muwaris, walaupun hidupnya secara hukum, seperti anak
dalam kandungan, maka secara hukum ia dikatakan hidup.
Tidak adanya penghalang untuk memperoleh warisan.
Penghalang Kewarisan
Halangan untuk medapatkan kewarisan disebut juga dengan mawanial-Irs yaitu hal-hal yang
menyebabkan gugurnya hak waris untuk menerima warisan dari harta peninggalan muwaris.
Imam Syafii menyebutkan dalam kitabnya al-Umm yang menjadi penghalang ahli waris
untuk mewarisi adalah dengan sebab perbudakan, pembunuhan yang dilakukan dengan
sengaja ataupun tidak, dan berlainan agama.
Ada 25 ahli waris yang diatur dalam ketentuan hokum waris islam,yang dapat mewarisi harta
pewaris yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
Ahli Waris Laki-Laki Terdiri Dari:
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah
3. Ayah
4. Kakek dari ayah dan terus ke atas
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki seayah
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
9. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah
10. Paman yang sekandung dengan ayah
11. Paman yang seayah dengan ayah
12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah
13. Anak laki-laki paman yang seayah dengan ayah
14. Suami
15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak
Jika ahli waris laki-laki tersebut semua ada,maka yang mendapat bagian hanya tiga
orang,yaitu:
1. Anak laki-laki
2. Suami
3. Ayah

Ahli Waris Perempuan Terdiri Dari:


1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki,dan terus kebawah
3. Ibu
4. Nenek (ibu dari ibu) dan terus ke atas
5. Nenek (ibu dari ayah),dan terus kebawah
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan seayah
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Orang perempuan yang memerdekakan budak
Jika semua ahli waris perempuan tersebut ada,maka yang mendapat bagian hanya limaorang
yaitu:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Saudara perempuan kandung
5. Istri
Jika ahli waris laki-laki dan perempuan sejumlah 25 orang tersebut semua ada,maka yang
mendapat bagian adalah: 1. Ayah 2. Ibu 3. Anak laki-laki 4. Anak perempuan 5. Suami atau
istr

Anda mungkin juga menyukai