Anda di halaman 1dari 2

PERLINDUNGAN PROFESI TERHADAP GURU

Pendidikan adalah ekspresi kebudayaan yang mengandung etik moralitas yang luhur.
Pendidikan jelas tidak ada yang berkaitan dengan kekerasan. Kekerasan bukan instrumen
mencerdaskan anak didik. Kekerasan dalam bahasa psikososial merupakan wujud
ketidakmatangan standar emotional quality(EQ) dan spirituality quality (SQ) seorang
pendidik.
Tidak ada contoh praktik terbaik di negara-negara yang kualitas pendidikan bagus dan terbaik
di dunia bahwa metode pendisiplinan dengan kekerasan akan melahirkan kualitas siswa yang
cerdas dan bermental bijak. Di Finlandia yang sistem pendidikannya terbaik di dunia,
kekerasan dalam dunia pendidikan sangat dilarang atau diharamkan.
Lantas, bagaimana menghadapi kenakalan dan ketidakdisiplinan siswa? Guru dibekali ilmu
pedagogis dan materi psikologi pendidikan. Seharusnya guru mampu mengaplikasikan
metode mendidik anak dalam berbagai karakter dengan kedewasaan dan bukan emosional.

Ki Hajar Dewantara (1957) mengatakan bahwa mendidik murid harus mengedepankan


bahasa cinta kasih dan keteladanan. Mendidik siswa adalah bagian membangun mental
kebaikan dalam dinamika kebudayaan.

Dalam kenyataannya Seorang Guru mudah menjadi obyek yang disalahkan ketika terjadi
kasus pemukulan yang sebetulnya bersifat mendidik diantaranya mencubit, menjewer,
menjambak dapat diartikan orang tua siswa seorang Guru tersebut telah melakukan
kekerasan.

Selain perlindungan Perlindungan terhadap guru dan tenaga pengajar dinilai masih minim,
menyusul bermunculannya kasus hukum yang menjerat terhadap guru . Kasus terbaru adalah
dilaporkannya Guru di Sidoarjo oleh orang tua murid yang berprofesi sebagai TNI
dikarenakan tindakannya mendisiplinkan murid yang bolos tidak melaksankan sholat.

profesi Guru idealnya setiap Guru menguasai empat kompetensi dalam setiap pengajaran.
Empat kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Selama empat kompetensi Guru tersebut dikuasai dengan sendirinya akan selalu terlindungi
dalam menjalankan tugas sehari hari disekolah.

Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang
menyebutkan bahwa perlindungan hukum mencakup dari tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang
tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.

Kedepannya perlu adanya regulasi khusus terkait perlindungan guru, dimana dapat dibuat
Peraturan Menteri yang mengikat sehingga Para guru cukup bekerja keras, mendidik dan
mentransfer ilmu tanpa dipusingkan dengan kasus kasus yangmenjerat tugas
keprofesiannya sehingga dapat menyudahi praktik kriminalisasi dan tindak kekerasan
terhadap guru.

Anda mungkin juga menyukai